RENCANA SISTEM DRAINASE KOTA PARAKAN

dokumen-dokumen yang mirip
Adapun langkah-langkah dalam analisis hidrologi adalah sebagai berikut :

TEKNOLOGI KONSERVASI AIR TANAH DENGAN SUMUR RESAPAN

SOLUSI MENGATASI BANJIR DAN MENURUNNYA PERMUKAAN AIR TANAH PADA KAWASAN PERUMAHAN

KAJIAN PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN AIR HUJAN

Tata cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan

Pasal 6 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Bab IV DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN

TATA CARA PEMANFAATAN AIR HUJAN

: 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

SISTEM DRAINASE PERKOTAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

KONSEP PENGEMBANGAN SUMUR RESAPAN DI KAMPUNG HIJAU KELURAHAN TLOGOMAS KOTA MALANG

TUJUAN PEKERJAAN DRAINASE

DRAINASE PERKOTAAN SUMUR RESAPAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

MENGELOLA AIR AGAR TAK BANJIR (Dimuat di Harian JOGLOSEMAR, Kamis Kliwon 3 Nopember 2011)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

MODEL SEDRAINPOND UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR BERBASIS MASYARAKAT

SISTEM DRAINASE PERMUKAAN

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI A. Hidrologi Menurut Triatmodjo (2008), Hidrologi adalah ilmu yang berkaitan dengan air di bumi, baik mengenai terjadinya,

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE ANALISIS

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI

Berfungsi mengendalikan limpasan air di permukaan jalan dan dari daerah. - Membawa air dari permukaan ke pembuangan air.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI. A. Hidrologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PENYALURAN AIR LIMBAH DAN DRAINASE

DOKUMEN ATURAN BERSAMA DESA KARANGASEM, KECAMATAN PETARUKAN, KABUPATEN PEMALANG

INDOCEMENT AWARDS STR WRITING COMPETITION

PERANCANGAN SISTEM DRAINASE

DRAINASE PERKOTAAN BAB I PENDAHULUAN. Sub Kompetensi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berikut ini beberapa pengertian yang berkaitan dengan judul yang diangkat oleh

MODUL SOSIALISASI DAN DISEMINASI STANDAR PEDOMAN DAN MANUAL SUMUR GALI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PEMBUATAN RENCANA INDUK DRAINASE PERKOTAAN

SUMUR RESAPAN AIR HUJAN SEBAGAI WAHANA KONSERVASI AIR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. secara alamiah. Mulai dari bentuk kecil di bagian hulu sampai besar di bagian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan perumahan di perkotaan yang demikian pesatnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG KONSERVASI AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERSYARATAN JARINGAN DRAINASE

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

LAMPIRAN : PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2005 TENTANG

MODUL 4 DRAINASE JALAN RAYA

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PEMBANGUNAN IPLT SISTEM KOLAM

RC TEKNIK IRIGASI DAN DRAINASE

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN I-1

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 68 TAHUN 2005 TENTANG

PETUNJUK PRAKTIS PEMELIHARAAN RUTIN JALAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian di DAS Ciliwung hulu tahun ,

BAB III METODE PENELITIAN

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

SUMUR RESAPAN UNTUK OPTIMALISASI SUMBER DAYA AIR DI BOJONEGORO ABSORPTION WELLS TO WATER RESOURCE OPTIMALIZATION IN BOJONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

SISTEM SANITASI DAN DRAINASI

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

ANALISIS REDUKSI LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN METODE RASIONAL DI KAMPUS I UNVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENELITIAN. temuan dan analisis terhadap area rawa yang direklamasi menjadi kawasan

ABSTRAK PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukkan perkembangan yang sangat

BAB I: PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG BENDUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

11/26/2015. Pengendalian Banjir. 1. Fenomena Banjir

Drainase P e r kotaa n

ANALISIS CURAH HUJAN DI MOJOKERTO UNTUK PERENCANAAN SISTEM EKODRAINASE PADA SATU KOMPLEKS PERUMAHAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KRITERIA DAN TIPOLOGI PERUMAHAN KUMUH DAN PERMUKIMAN KUMUH

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

EVALUASI SISTEM DRAINASE JALAN LINGKAR BOTER KABUPATEN ROKAN HULU

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkelanjutan seperti yang dikehendaki oleh pemerintah

STUDI PENANGGULANGAN BANJIR KAWASAN PERUMAHAN GRAHA FAMILY DAN SEKITARNYA DI SURABAYA BARAT

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

Tabel 1.1: Persentase Rumah Tangga dengan Sumber Air Minum Bukan Leding menurut Provinsi untuk Wilayah Pedesaan. Perdesaan

RC MODUL 1 TEKNIK IRIGASI

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PERENCANAAN IPLT SISTEM KOLAM

PENGURANGAN RESIKO BANJIR IBUKOTA DENGAN PENGEMBANGAN DAM PARIT DI DAS CILIWUNG HULU

Kolam Retensi (Retarding Basin) Sebagai Alternatif Pengendali Banjir Dan Rob.

Suatu kriteria yang dipakai Perancang sebagai pedoman untuk merancang

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

Transkripsi:

5 RENCANA SISTEM DRAINASE KOTA PARAKAN 5.1. KONSEP SISTEM DRAINASE KOTA PARAKAN Konsep sistem drainase kota Parakan dalam penyusunan kegiatan Penyusunan Master Plan Drainase Kota Parakan, menggunakan 2 (dua) konsep sistem drainase yaitu melalui Sistem Konvensional dan Sistem Ekodrainase. 5.1.1 Sistem Konvensional Konsep sistem drainase konvensional, yang dimaksud adalah sistem Jaringan drainase di Kota Parakan akan direncanakan sesuai dengan fungsinya, yang terdiri dari terdiri dari jaringan drainase primer dan sekunder. Sistem drainase untuk saluran primer direncanakan meliputi saluran-saluran tepi jalan utama yang bisa dihubungkan dengan sungai-sungai yang ada sebagai saluran pembuang utama (Sungai Galeh dan Sungai Brangkongan) dan memanfaatkan saluran pembuang (anak sungai/orde 3). Saluran sekunder dilakukan pada saluran-saluran sebagian di tepi jalan utama yang dialirkan menuju ke saluran primer. 5.1.2 Sistem Ekodrainase Konsep sistem ekodrainase dapat disebut sebagai konsep pengembangan drainase ramah lingkungan yang didefinisikan sebagai upaya mengelola air kelebihan dengan cara sebesar-besarnya diresapkan ke dalam tanah secara alamiah atau mengalirkan ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai sebelumnya. Konsep drainase ramah lingkungan dilakukan agar air kelebihan pada musim hujan harus dikelola sedemikian sehingga tidak mengalir secepatnya ke sungai, namun diusahakan meresap ke dalam tanah, guna meningkatkan kandungan air tanah untuk cadangan pada musim kemarau. Tujuan dari penerapan sistem ekodrainase di Kota Parakan dilakukan, sebagai upaya untuk menanggulangi proses pembuangan air genangan secara ke saluran drainase. Pengaliran air secara cepat menuju ke V 1

saluran-saluran drainase akan menyebabkan penurunan kesempatan air untuk meresap ke dalam tanah. Hal ini akan berdampak pada pengurangan cadangan air tanah, kekeringan pada musim kemarau, dan penumpukan beban air pada daerah hilir (saluran primer) yang meyebabkan terjadinya banjir terutama pada musim penghujan. Rencana pengembangan drainase melalui konsep sistem ekodrainase di Kota Parakan bisa dilakukan melalui pengembangan teknologi konservasi seperti pembuatan kolam tampungan atau menggunakan metode kolam konservasi dan metode sumur resapan. 1. Metode Kolam Konservasi Metode kolam konservasi dilakukan dengan membuat kolam-kolam air, khususnya daerah hulu kota Parakan. Kolam konservasi dibuat untuk menampung air hujan terlebih dahulu, diresapkan dan sisanya dapat dialirkan ke sungai atau saluran pembuang secara perlahan-lahan. Kolam konservasi dapat dibuat dengan memanfaatkan daerah bertopografi rendah, atau secara ekstra dibuat dengan menggali suatu areal tertentu. Kolam konservasi dapat berupa rawa, danau kecil, telaga, kolam dan sebagainya. Rencana jaringan drainase dengan metode kolam konservasi dilakukan melalui proses pemeliharaan dan pengalokasian kolam konservasi pada beberapa tempat tertentu. Untuk pemanfaatan kolam konservasi daerah hulu Parakan adalah di wilayah desa Caturanom arah Wonosobo dari jalan Diponegoro yang akan melayani wilayah hulu yang ada di atas kota Parakan. Aliran air hujan di wilayah ini sangat deras dan tidak semua tertampung dalam saluran drainase yang ada. Gambar 5.1 Lokasi Kolam Tampungan Kanan Jalan V 2

2. Metode Sumur Resapan Bangunan sumur resapan adalah salah satu rekayasa teknik konservasi air berupa bangunan yang dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk sumur gali dengan kedalaman tertentu yang berfungsi sebagai tempat menampung air hujan yang jatuh di atas atap rumah atau daerah kedap air dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur resapan berfungsi memberikan imbuhan air secara buatan dengan cara menginjeksikan air hujan ke dalam tanah. Sasaran lokasi adalah daerah peresapan air di kawasan budidaya, permukiman, perkantoran, pertokoan, industri, sarana dan prasarana olah raga serta fasilitas umum lainnya. Manfaat sumur resapan adalah: 1. Mengurangi aliran permukaan sehingga dapat mencegah / mengurangi terjadinya banjir dan genangan air. 2. Mempertahankan dan meningkatkan tinggi permukaan air tanah. 3. Mengurangi erosi dan sedimentasi 4. Mengurangi / menahan intrusi air laut bagi daerah yang berdekatan dengan kawasan pantai 5. Mencegah penurunan tanah (land subsidance) 6. Mengurangi konsentrasi pencemaran air tanah. Bentuk dan jenis bangunan sumur resapan dapat berupa bangunan sumur resapan air yang dibuat segiempat atau silinderdengan kedalaman tertentu dan dasar sumur terletak di atas permukaan air tanah. Berbagai jenis konstruksi sumur resapan adalah: 1. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur tanpa diisi batu belah maupun ijuk (kosong) 2. Sumur tanpa pasangan di dinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk. 3. Sumur dengan susunan batu bata, batu kali atau bataki di dinding sumur, dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk atau kosong. 4. Sumur menggunakan buis beton di dinding sumur V 3

5. Sumur menggunakan blawong (batu cadas yang dibentuk khusus untuk dinding sumur). Gambar 5.2 Sumur Resapan Konstruksi-konstruksi tersebut memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing, pemilihannya tergantung pada keadaaan batuan / tanah (formasi batuan dan struktur tanah). Pada tanah / batuan yang relatif stabil, konstruksi tanpa diperkuat dinding sumur dengan dasar sumur diisi dengan batu belah dan ijuk tidak akan membahayakan bahkan akan memperlancar meresapnya air melalui celah-celah bahan isian tersebut. Pada tanah / batuan yang relatif labil, konstruksi dengan susunan batu bata / batu kali / batako untuk memperkuat dinding sumur dengan dasar sumur diisi batu belah dan ijuk akan lebih baik dan dapat direkomendasikan. Pada tanah dengan / batuan yang sangat labil, konstruksi dengan menggunakan buis beton atau blawong dianjurkan meskipun resapan air hanya berlangsung pada dasar sumur saja. Bangunan pelengkap lainnya yang diperlukan adalah bak kontrol, tutup sumur resapan dan tutup bak kontrol, saluran masuklan dan keluaran / pembuangan (terbuka atau tertutup) dan talang air (untuk rumah yang bertalang air). V 4

Gambar 5.3 Sumur Resapan untuk Permukiman Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaaan Umum menetapkan data teknis sumur resapan air y sebagai berikut : (1) Ukuran maksimum diameter 1,4 meter, (2) Ukuran pipa masuk diameter 110 mm, (3) Ukuran pipa pelimpah diameter 110 mm, (4) Ukuran kedalaman 1,5 sampai dengan 3 meter, (5) Dinding dibuat dari pasangan bata atau batako dari campuran 1 semen : 4 pasir tanpa plester, (6) Rongga sumur resapan diisi dengan batu kosong 20/20 setebal 40 cm, (7) Penutup sumur resapan dari plat beton tebal 10 cm dengan campuran 1 semen : 2 pasir : 3 kerikil. Berkaitan dengan sumur resapan ini terdapat SNI No: 03-2453-2002 tentang Tata Cara Perencanaan. V 5

Gambar 5.4 Siklus Air dan Pemanfaatan Sumur Resapan Sumur Resapan Air Hujan untuk Lahan Pekarangan. Standar ini menetapkan cara perencanaan sumur resapan air hujan untuk lahan pekarangan termasuk persyaratan umum dan teknis mengenai batas muka air tanah (mat), nilai permeabilitas tanah, jarak terhadap bangunan, perhitungan dan penentuan sumur resapan air hujan. Air hujan sdslsh sir hujan yang ditampung dan diresapkan pada sumur resapan dari bidang tadah. Persyaratan umum yang harus dipenuhi antara lain sebagai berikut: 1. Sumur resapan air hujan ditempatkan pada lahan yang relatif datar; 2. Air yang masuk ke dalam sumur resapan adalah air hujan tidak tercemar; 3. Penetapan sumur resapan air hujan harus mempertimbangkan keamanan bangunan sekitarnya; 4. Harus memperhatikan peraturan daerah setempat; 5. Hal-hal yang tidak memenuhi ketentuan ini harus disetujui Instansi yang berwenang. Persyaratan teknis yang harus dipenuhi antara lain adalah sebagai berikut: 1. Ke dalam air tanah minimum 1,50 m pada musin hujan; 2. Struktur tanah yang dapat digunakan harus mempunyai nilai permebilitas tanah 2,0 cm/jam. V 6

3. Jarak penempatan sumur resapan air hujan terhadap bangunan adalah: (a) terhadap sumur air bersih 3 meter, sumur resapan tangki septik 5 meter dan terhadap pondasi bangunan 1 meter. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemanfaatan sumur resapan adalah: 1. Menambah jumlah air tanah. 2. Mengurangi jumlah limpasan. Infiltrasi diperlukan untuk menambah jumlah air yang masuk kedalam tanah dengan demikian maka fluktuasi muka air tanah pada waktu musim hujan dan kemarau tidak terlalu tajam. Adanya sumur resapan akan memberikan dampak berkurangnya limpasan permukaan. Air hujan yang semula jatuh keatas permukaan genteng tidak langsung mengalir ke selokan atau halaman rumah tetapi dialirkan melalui seng terus ditampung kedalam sumur resapan. Akibat yang bisa dirasakan adalah air hujan tidak menyebar ke halanman atau selokan sehingga akan mengurangi terjadinya limpasan permukaan. Bahan utama yang diperlukan untuk membuat sumur resapan adalah: Seng/Plastik. Paralon. Beton/Bata. Seng/Plastik digunakan untuk menampung air hujan yang berasal dari genting, selanjutnya air tersebut dialirkan melalui paralon menuju ke sumur resapan. Paralon digunakan untuk mengalirkan air hujan dari talang ke sumur resapan. Beton (bis beton) atau dari batu bata digunakan sebagai dinding sumur resapan. V 7

Gambar 5.5 Bahan Bis Beton Yang Digunakan Untuk Sumur Resapan Dengan Sistem Dinding Tidak Porus dan Porus Tahap-tahap pembuatan sumur resapan adalah : 1. Persiapan awal berupa penyiapan lahan dan bahan. 2. Penggalian baik untuk sumur itu sendiri maupun jaringan yang baerasal dari atap rumah. 3. Pemasangan meliputi pemasangan bis beton atau batu bata dan pemasangan jaringan dari rumah ke rumah. Pemasangan sumur resapan dapat dilakukan dengan model tunggal dan komunal. Maksud sumur resapan model tunggal adalah satu sumur resapan digunakan untuk satu rumah, sedangkan yang komunal satu sumur resapan digunakan secara bersama-sama untuk lebih dari satu V 8

rumah. Letak sumur resapan untuk yang model tunggal biasanya di halaman rumah sedang yang model komunal dapat dipasang di bahu jalan. Gambar 5.6 Memanfaatkan Bahu Jalan Untuk Sumur Resapan (Tampak Depan). Memanfaatkan Bahu Jalan Untuk Sumur Resapan (Tampak Atas) Gambar 5.7 Potongan Tegak Pemasangan Sumur Resapan V 9

Pengembangan metode sumur resapan merupakan rencana praktis dengan cara membuat sumur-sumur untuk mengalirkan air hujan yang jatuh pada atap perumahan atau kawasan di Kota Parakan. Sumur resapan dapat dikembangkan pada areal olahraga dan wisata, sedangkan konstruksi dan kedalaman sumur resapan disesuaikan dengan kondisi lapisan tanah setempat. Sumur resapan hanya dikhususkan untuk air hujan, sehingga tidak diizinkan memasukkan air limbah rumah tangga ke dalam sumur resapan. Untuk bisa diterapkan pada setiap rumah, metode sumur resapan perlu disosialisasikan dan bisa dijadikan salah satu syarat untuk mendapatkan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan). 3. Metode Sedrainpond Peneran Sedrainpond, di areal pertanian, tegalan, di wilayah studi Buat sumur gali. dengan diameter 1.5 m, kedalaman 2 m, pada lokasi petak petak sawah milik para petani, lalu dihubungkan dengan saluran gendong yang menghubungkan antara sumur gali dengan saluran air irigasi atau saluran buangan. Sumur gali ini sangat penting untuk cadangan air musim kemarau sekaligus bisa dijadikan tempat budidaya ikan dan meningkatkan konservasi air tanah, serta meningkatkan daya dukung ekologi daerah setempat. Metode SeDrainPond, adalah suatu Metode yang terdiri dari saluran pembuang berfungsi sebagai inlet, dan Pond yang berfungsi menampung air atau menambah kapasitas resapan maupun menampung sedimen tersuspensi, serta saluran pembawa yang berfungsi menghubungkan antara saluran pembuang (inlet) dengan Pond yang ada pada petak petak sawah. Konstruksi sumur gali cukup sederhana, berupa galian tanah, saluran gendong berupa saluran tanah yang diberi gebalan rumput. Lokasi Model dibangun di Sawah atau ladang sejumlah 150 buah 200 Buah per Ha. Maksud pembuatan Model SeDrainPond adalah untuk konservasi tanah dan air pada Daerah Tangkapan Air. Sedang tujuan pembuatan Model SeDrainPond adalah untuk menampung air permukaan dan sedimen tersuspensi (sedimen layang). V 10

Gambar 5.8 Denah Sedrainpond Manfaat pembuatan Model SeDrainPond, yang diaplikasikan dilahan pertanian tadah hujan pada petak sawah atau ladang adalah sebagai berikut : a. Mengurangi intensitas hujan atau debit banjir. Saat turun hujan, air permukaan yg telah mengumpul pada saluran pembuang, tidak langsung mengalir menuju sungai, tetapi mengalir menuju Pond lewat saluran gendong, yang ada pada petak petak sawah atau ladang tersebut. b. Meningkatkan kapasitas Resapan (recharge) air hujan kedalam lapisan tanah. Air permukaan yang telah mengalir di petak petak sawah atau ladang, dan menggenang dengan tinggi 5 cm sampai 10 cm, dan air yang tetampung pada Pond akan meresap ketanah, sehingga akan meningkatkan kandungan air dalam tanah. c. Mengurangi laju sedimen yg masuk ke sungai, waduk atau bangunan air lainnya. Setelah air permukaan yang mengandung sedimen tersuspensi tersebut menggenang pada petak petak sawah atau ladang, dan air permukaan yang tertampung pada Pond tersebut, maka sedimen tersebut akan mengendap pada petak petak sawah V 11

atau ladang maupun mengendap pada Pond, sehingga akan mengurangi angkutan sedimen yang mengalir ke sungai atau bangunan air lainnya. d. Mengurangi biaya pemeliharaan akibat pendangkalan sungai atau waduk. Akibat adanya sedimen yang telah mengendap pada petak petak sawah atau ladang maupun mengendap pada Pond, maka angkutan sedimen yang mengalir ke sungai atau waduk akan berkurang, sehingga akan mengurangi biaya pemeliharaan. e. Memperpanjang Umur Bangunan Air (Waduk). Mengingat sedimen tersebut telah mengendap pada petak sawah atau ladang maupun mengendap pada Pond, maka angkutan sedimen yang mengalir ke sungai atau waduk akan berkurang, sehingga akan memperpanjang umur bangunan air atau waduk. f. Kesuburan tanah sawah terjaga, dari hasil panen sedimen. Sedimen yang telah mengendap pada petak sawah atau ladang menyebabkan kesuburan akan terjaga. Disamping itu sedimen yang telah mengendap pada Pond, akan dipanen oleh para petani, lalu disebarkan ke petak petak atau ladang milik para petani itu sendiri, agar kesuburan tanah miliknya tetap terjaga kesuburannya. g. Produksi hasil pertanian meningkat. Adanya ketersediaan air yang tersimpan pada Pond, maka saat musim kemarau, dan tanaman masih membutuhkan air, maka air pada pond tersebut dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan tanaman, sehingga tanaman tidak kekurangan air, maka hasill panen akan lebih meningkat. Pembuatan SeDrainPond pada petak sawah atau tegalan, dengan ukuran (1,5 x 1,5 ) m, kedalam bervariasi antara 2,0 m sampai 3,0 m. Pelaksanaan pembuatan SeDrainPond saat ini sebanyak 120 buah titik pada masing masing petak sawah/tegalan atau seluas kurang lebih 15 Ha. V 12

Gambar 5.9 Potongan Model Sedrainpond Prinsip dalam pemilihan lokasi dapat dibangun pada lokasi pada suatu DAS manapun, namun agar diperoleh hasil yang optimal maka dalam penerapan pembuatan Model SeDrainPond, harus mempertimbangkan hal hal sebagai berikut : Lokasi pada daerah hulu suatu DAS. Lokasi pada hulu suatu DAS yang sebenarnya sebagai daerah penyangga (status tanah milik Pemerintah), yang mestinya ditanami hutan lindung sehingga kondisi lahan tersebut sesuai yang diharapkan, namun kenyataan di lapangan pada lokasi tersebut sudah sejak jaman Belanda bukan milik Pemerintah saja, tetapi juga milik Rakyat, maka apabila sistem pengelolaan tidak benar, maka akan mempunyai dampak tidak menguntungkan, karena lokasi tersebut sebagai sumber sedimen Agar diperoleh manfaat yang optimal, maka kemiringan lahan tersebut dibuat terazering, dengan kemiringan kearah kedalam dan masing masing petak, dibuat pematang dan ditanami dengan rumput yang dapat dimanfaatkan sebagai makanan ternak. V 13

Lokasi sawah tadah hujan Pada lokasi sawah tadah hujan, usahakan manfaatkan saluran pembuang atau afvour yang ada supaya mendapatkan hasil yang optimal. Seandainya saluran pembuang belum ada, buatlah saluran pembuang terlebih dahulu dimana saluran tersebut berfungsi sebagai saluran pembawa pada saat musim hujan, dimana air permukaan mengandung sedimen tersuspensi. Konstruksi Model SeDrainPond terdiri dari Saluran pembuang berfungsi sebagai inlet, yang terbuat dari saluran tanah dengan gebalan rumput. Pengadaan saluran tanah tersebut dapat memanfaatkan saluran pembuang yang ada atau membuat saluran baru. Kontruksi Pond berfungsi sebagai tampungan air hujan dan sedimen tersuspensi, dengan membuat sumur sumur gali yang berbentuk bulat atau lingkaran, segiempat, dengan perkuatan batu blondos (apabila tanah jelek) dengan kedalaman satu meter dari permukaan tanah. Pembuatan Pond sebaiknya terletak ditengah tepi batas petak sawah, dengan maksud penyebaran cadangan air lebih merata, dan penyebaran hasil tangkapan sedimen ke sawah lebih mudah. Sedang konstruksi Saluran pembawa berfungsi menghubungkan antara Saluran pembuang dengan Pond. Agar lahan sawah tidak berkurang, maka pembuatan Saluran pembawa sebaiknya terletak sejajar tepi batas petak sawah (saluran gendong), yang terbuat dari saluran tanah dengan gebalan rumput. Cara kerja model SeDrainPond adalah pada saat hujan air mengalir dari saluran pembuang (inlet) melalui saluran pembawa maka pond pond yang ada akan terisi air permukaan dan sedimen tersuspensi (sedimen layang). Usahakan disamping Pond sudah penuh, peta petak sawah yang ada biar tergenang air sampai tinggi genangan kurang lebih 5 cm, Buatlah saluran bukaan pada pematang petak sawah dengan tinggi kurang lebih 5 cm terhadap dasar sawah, apabila tinggi genangan melebihi 5 cm, maka air akan melimpas dan mengalir kembali pada saluran pembuang atau ke petak-petak sawah berikutnya. Hal tersebut dimaksudkan ada waktu dimana sedimen layang akan V 14

mengendap baik pada pond pond dan pada petak- petak sawah yang ada, sehingga lambat laun Pond tersebut banyak menampung hasil endapan sedimen layang dan sebagian akan mengendap di petak-petak sawah yang ada. Lakukan pemeliharaan bangunan Pond, oleh Para Petani yaitu saat musim kemarau seandainya cadangan air yang tertampung di Pond sudah habis, maka Pond yang berisi endapan sedimen layang tersebut diambil disebarkan merata pada petak sawah yang ada guna kesuburan tanah. 5.2. PERENCANAAN MASTERPLAN SISTEM DRAINASE KOTA PARAKAN Dalam membuat masterplan sistem drainase kota Parakan, sistem drainase dibagi menjadi 9 (sembilan) wilayah sub-drainase yang disesusuikan dengan arah aliran dan kondisi topografi dengan menjadikan sungai Galeh, sungai Brangkongan, sungai cingkru dan sungai datar sebagai saluran pembuang utamanya. 5.2.1 Pembagian Wilayah Drainase Pembagian wilayah drainase mengacu pada konsep one watershed one plan- one management. Pembagian wilayah drainase sebagai masterplan drainase kota Parakan tidak hanya direncanakan sebagai penanganan daerah genangan saja, tetapi juga sebagai penyempurnaan sistem drainase kota Parakan secara keseluruhan yang berdampak pada lingkungan kota yang bersih. Berdasarkan arah aliran dan kondisi topografi kota Parakan maka wilayah drainase dibagi menjadi 9 (sembilan) wilayah sub-drainase. Adapun pembagian wilayah drainase kota parakan dan luas layanannya adalah sebagai berikut: V 15

Tabel 5.1 Luas layanan Sub-Drainase NO Sub-drainase Luas Layanan (m 2 ) 1 Sub-drainase Wanutengah 790.787 2 Sub-drainase Parakan Kauman Wetan 1 695.254 3 Sub-drainase Parakan Kauman Wetan 2 458.787 4 Sub-drainase Parakan Kauman 365.560 5 Sub-drainase Dangkel Ringinanom - Mandisari 890.170 6 Sub-drainase Campursalam Parakan Wetan 1 927.538 7 Sub-drainase Campursalam Parakan Wetan 2 800.137 8 Sub-drainase Mandisari 1.318.275 9 Sub-drainase Watukumpul Ringinanom Mandisari 2.395.507 Sumber Data : Hasil Analisis konsultan 2013 5.2.2 Perencanaan Sistem Sub-Drainase Dalam perencanaan sistem sub-drainase yang terbagi dalam 9 (sembilan) wilayah sub-drain diharapkan dapat mengatasi masalah drainase di kota Parakan. Perencanaan sub-drainase untuk mengatasi masalah genangan adalah sebagai berikut: 1) Sub-drainase Wanutengah Sub-drainase Wanutengah mencakup seluruh desa Wanutengah dengan luas layanan sebesar 790.787 m 2. Sub-drainase ini terdiri dari saluran sekunder dan primer yang mengalirkan air ke sungai Galeh sebagai saluran pembuang utama. Perencanaan sub-drainase ini diharapkan dapat mengatasi genangan yang terjadi pada daerah genagan 9 (sembilan) yang berada di Jl. Ajibarang dusun Mulyosari desa wanutengah. 2) Sub-drainase Parakan Kauman Wetan 1 Sub-drainase Parakan Kauman Wetan 1 mencakup sebagian besar kelurahan Parakan Kauman dan Kelurahan Parakan Wetan dengan luas layanan sebesar 695.254 m 2. Sub-drainase ini terdiri dari saluran sekunder dan primer yang mengalirkan air ke sungai Galeh sebagai saluran pembuang utama. Pada wilayah perencanaan sub-drainase ini diharapkan dapat mengatasi genangan yang terjadi pada daerah genagan: V 16

a) Daerah Genangan 1 yang berlokasi di sebelah barat pasar Jl. Usman. b) Daerah Genangan 2 yang berlokasi di depan POLSEK Parakan Jl. Brigjend Katamso. c) Daerah Genangan 3 yang berlokasi di pertigaan Jl. Brigjend Katamso dan Jl. Diponegoro. d) Daerah Genangan 4 yang berlokasi di ruas jalan Letnan Suwaji tepatnya di depan pangkalan ojek Pasar Legi. e) Daerah Genangan 5 yang berlokasi di depan Klenteng pada ruas Jalan Letnan Suwaji. f) Daerah Genangan 6 yang berlokasi sepanjang ruas Jl. Aip Mungkar depan stasiun kereta api sampai kantor Kawetdanan. g) Daerah Genangan 10 yang berlokasi sepanjang ruas jalan Letnan Suwaji tepatnya di dekat pertigaan kantor Penggadaian. 3) Sub-drainase Parakan Kauman Wetan 2 Sub-drainase Parakan Kauman Wetan 2 mencakup sebagian besar kelurahan Parakan Kauman dan sebagian kecil mencakup Kelurahan Parakan Wetan dengan luas layanan sebesar 458.787 m 2. Sub-drainase ini terdiri dari saluran sekunder dan primer yang mengalirkan air ke sungai Galeh sebagai saluran pembuang utama. Pada wilayah perencanaan sub-drainase ini tidak terdapat genangan. Namun secara keseluruhan perencanaan sub-drainase ini diharapkan dapat mengatur dan mengurangi beban aliran yang ada di sebagian wilayah kelurahan Parakan Kauman Wetan. 4) Sub-drainase Parakan Kauman Sub-drainase Parakan Kauman hanya mencakup sebagian kelurahan Parakan Kauman dengan luas layanan sebesar 365.560 m 2, terdiri dari saluran sekunder dan primer yang mengalirkan air ke sungai Brangkongan sebagai saluran pembuang utama. Pada wilayah perencanaan sub-drainase ini diharapkan dapat mengatasi genangan yang terjadi pada daerah genagan 7 (tujuh) yang berlokasi di depan kantor Kecamatan Parakan. V 17

5) Sub-drainase Dangkel Ringinanom - Mandisari Sub-drainase Dangkel Ringinanom - Mandisari mencakup sebagian besar desa Dangkel, desa Ringinanom dan sebagian kecil mencakup desa Mandisari dengan luas layanan sebesar 890.170 m 2, terdiri dari saluran sekunder dan primer yang mengalirkan air ke sungai Galeh dan Brangkongan sebagai saluran pembuang utama. Pada wilayah perencanaan sub-drainase ini diharapkan dapat mengatasi genangan yang terjadi pada daerah genagan 8 (delapan) yang berlokasi dari pertigaan Dangkel sampai depan swalayan Mahkota. 6) Sub-drainase Campursalam Parakan Wetan 1 Sub-drainase Campursalam Parakan Wetan 1 mencakup sebagian besar desa Campursalam dan sebagian kecil mencakup kelurahan Parakan Wetan dengan luas layanan sebesar 927.538 m 2. Sub-drainase ini terdiri dari saluran sekunder dan primer yang mengalirkan air ke sungai Brangkongan sebagai saluran pembuang utama. Pada wilayah perencanaan sub-drainase ini diharapkan dapat mengatasi genangan yang terjadi pada daerah genagan 7 (tujuh) yang berlokasi di depan kantor Kecamatan Parakan dan pada daerah genagan 10 (sepuluh) yang berlokasi sepanjang ruas jalan Letnan Suwaji tepatnya di dekat pertigaan kantor Penggadaian. 7) Sub-drainase Campursalam Parakan Wetan 2 Sub-drainase Campursalam Parakan Wetan 2 mencakup sebagian besar desa Campursalam dan sebagian kecil mencakup kelurahan Parakan Wetan dengan luas layanan sebesar 800.137 m 2. Sub-drainase ini terdiri dari saluran sekunder yang mengalirkan air ke saluran pembuang (anak sungai). Pada wilayah perencanaan sub-drainase ini tidak terdapat genangan. Namun secara keseluruhan perencanaan subdrainase ini diharapkan dapat mengatur dan mengurangi beban aliran yang ada di sebagian wilayah desa Campursalam dan kelurahan Parakan Wetan. V 18

8) Sub-drainase Mandisari Sub-drainase Mandisari hanya mencakup sebagian besar desa Mandisari dengan luas layanan sebesar 1.318.275 m 2. Sub-drainase ini terdiri dari saluran kuarter, tersier, sekunder dan primer yang mengalirkan air ke sungai Cingkru dan sungai Datar sebagai saluran pembuang utama. Pada wilayah perencanaan sub-drainase ini tidak terdapat genangan. Namun secara keseluruhan perencanaan sub-drainase ini diharapkan dapat mengatur dan mengurangi beban aliran yang ada di sebagian wilayah desa Mandisari. 9) Sub-drainase Watukumpul Ringinanom - Mandisari Sub-drainase Watukumpul Ringinanom Mandisari mencakupi seluruh desa Watukumpul dan sebagian kecil mencakup desa Ringinanom dan Mandisari dengan luas layanan sebesar 2.395.507 m 2. Sub-drainase ini terdiri dari sekunder dan primer yang mengalirkan air ke sungai Cingkru dan sungai Datar sebagai saluran pembuang utama. Pada wilayah perencanaan sub-drainase ini tidak terdapat genangan. Namun secara keseluruhan perencanaan sub-drainase ini diharapkan dapat mengatur dan mengurangi beban aliran yang ada di sebagian wilayah desa Watukumpul, Ringinanom dan Mandisari. 5.3. PERENCANAAN DIMENSI SALURAN Banjir atau genangan yang terjadi di beberapa titik kota Parakan disebabkan karena aliran permukaan pada saat intensitas hujan tinggi tidak tertampung oleh saluran drainase yang ada ditambah lagi saluran drainase kota Parakan yang ada saat ini belum memiliki sistem drainase yang spesifik sebagai fungsinya untuk mengalirkan air dari kota sebagai daerah layanan menuju ke saluran-saluran tersier, sekunder dan primer, seterusnya dibuang ke sungai sebagai saluran pembuang utama. Maka dalam masterplan drainase kota Parakan akan dibuat saluran-saluran yang terdiri dari saluran primer, sekunder dan tersier dengan dimensi saluran didesain mampu menampung dan mengalirkan air permukaan dengan debit banjir maksimum yang akan terjadi pada daerah layanan sub-drainase yang telah dibagi menjadi 9 V 19

(sembilan) wilayah. Dalam mendisain saluran drainase kota untuk daerah tangkapan air kurang dari 10 Ha dan tipologi kota sedang digunakan debit banjir kala ulang 2 tahun, dari hasil analisis hidrologi pada bab sebelumnya dengan distribusi hujan Log Pearson III, maka didapat debit kala ulang 2 tahun untuk masing-masing daerah layanan (sub-drainase) seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 5.2 Debit kala Ulang 2 Tahun Untuk Masing-Masing Sub-Drainase NO Sub-drainase Luas layanan Q2 tahun (m3/dt) 1 Sub-drainase Wanutengah 790.787 12,724 2 Sub-drainase Parakan Kauman Wetan 1 695.254 11,187 3 Sub-drainase Parakan Kauman Wetan 2 458.787 7,382 4 Sub-drainase Parakan Kauman 365.560 5,882 5 Sub-drainase Dangkel Ringinanom - Mandisari 890.170 14,323 6 Sub-drainase Campursalam Parakan Wetan 1 927.538 14,924 7 Sub-drainase Campursalam Parakan Wetan 2 800.137 12,874 8 Sub-drainase Mandisari 1.318.275 21,211 9 Sub-drainase Watukumpul Ringinanom Mandisari 2.395.507 38,544 Sumber Data : Hasil Analisis konsultan 2013 Kapasitas saluran drainase rencana di Jalan Ajibarang Wanutengah dapat dihitung dengan menggunakan persamaan manning yang merupakan dasar dalam menentukan dimensi saluran. Perencanaan luas penampang basah saluran berbentuk persegi (A) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : A= b * h A= 0,4 * 0,5 A= 0,2 m² Keterrangan : b = lebar saluran drainase (cm) h = kedalaman saluran (cm) keliling basah saluran berbentuk persegi (P) dapat dihitung dengan menggunakan rumus : V 20

P= b + 2h P= 0,4 + 2*0,5 P=1,4 m Berdasarkan perhitungan di atas, maka perhitungan radius hidrolis (R) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan : R= A/P = 0,2/1,4 = 0,143 m Berdasarkan uraian persamaan di atas maka perhitungan kecepatan aliran rata-rata dalam saluran (V) adalah : V= 1/n * R 2/3 * S 1/2 V= 1/0,017 * 0,143 2/3 * 1,63 1/2 V= 21,55 m/det Perhitungan debit saluran rencana (Q) daerah sekitar jalan Ajibarang desa Wanutengah dapat dihitung dengan persamaan dibawah ini : Q= V * A 5,571= 21,55 * A A= 0,259 m² Dimensi saluran drainase yang memenuhi kriteria debit banjir puncak dengan dimensi tinggi (h) saluran 0,6 m dan lebar (b) saluran 0,5 m. Pada lokasi cross 1 sampai Cross 6 sebelah kanan jalan sepanjang 615 m V 21

No 1 Wanutengah Tabel 5.3 Perhitungan Dimensi saluran Drainase Kota Parakan Sub-drainase Hulu Peil Panjang saluran V (m/dt) Debit Layanan (m 3 /dt) A (m 2 ) Dimensi Sekunder kanan Jalan (cross 1-6) 778 768 971 18,78 5,571 0,297 0,50 0,60 Sekunder Kiri Jalan (cross 1-6) 778 768 615 17,13 1,520 0,089 0,30 0,40 Sekunder Kanan Jalan (cross 11-14) 804 788 651 21,49 2,665 0,124 0,30 0,45 Sekunder Kiri Jalan (cross 11-14) 804 788 651 21,49 0,554 0,026 0,30 0,45 Sekunder Kanan Jalan (cross 11-10) 788 783 319 16,81 0,490 0,029 0,30 0,40 Sekunder Kiri Jalan (cross 11-10) 788 783 319 16,81 1,159 0,069 0,30 0,40 Primer Kiri Jalan (cross 7) 788 774 463 26,20 1,650 0,063 0,35 0,50 2 Parakan Kauman-Wetan 1 Sekunder Kiri Jalan (cross 0-2,4,9,10,14) 847 803 1624 24,34 3,804 0,156 0,35 0,45 Sekunder Kanan Jalan (cross 4,9,10,14) 828 803 835 23,24 1,428 0,061 0,30 0,40 Sekunder Kiri Kanan Jalan (cross 3,5,18) 828 811 543 23,76 1,428 0,060 0,30 0,40 Sekunder Kiri Kanan Jalan (cross 11,13) 812 811 155 10,79 0,554 0,051 0,30 0,40 Primer Kiri Jalan (cross 19,23) 806 784 675 29,02 5,688 0,196 0,40 0,50 Sekunder Kanan Jalan (cross 15,17) 803 788 428 25,14 1,251 0,050 0,30 0,40 Sekunder Kiri Kanan Jalan (cross 20,22) 806 790 457 25,13 1,251 0,050 0,30 0,40 Sekunder Kiri Jalan (cross 15,17) 803 788 428 19,58 0,461 0,024 0,20 0,30 Sekunder Kanan Jalan (cross 42) 798 788 357 17,51 0,461 0,026 0,20 0,30 Sekunder Kiri Jalan (cross 42) 798 788 357 17,51 0,203 0,012 0,20 0,30 Primer Kiri Jalan (cross 35,36,37,38,39,25) 790 784 606 16,00 2,457 0,154 0,40 0,50 Hilir b h V 22

No Peil Panjang Debit Dimensi V A Sub-drainase Hulu Hilir saluran Layanan (m/dt) (m 3 (m 2 ) b h /dt) Sekunder Kanan Jalan (cross 35,36,37,38,39,25) 790 775 437 24,88 2,737 0,110 0,30 0,40 Sekunder Kiri Kanan Jalan (cross 34) 790 775 437 24,88 0,839 0,034 0,30 0,40 Sekunder Kanan Jalan (cross 44) 789 775 347 26,98 0,839 0,031 0,30 0,40 Sekunder Kiri Jalan (cross 44) 789 775 347 26,98 0,470 0,017 0,30 0,40 Sekunder Kanan Jalan (cross 41,43) 788 774 328 27,75 0,470 0,017 0,30 0,40 Sekunder Kiri Jalan (cross 41,43) 788 774 328 27,75 1,428 0,051 0,30 0,40 Sekunder Kiri Kanan Jalan (cross 24,26) 785 773 408 23,03 1,428 0,062 0,30 0,40 Primer Kanan Jalan (cross 27,28,29,30,31,32,33) 778 775 509 13,04 2,737 0,210 0,45 0,50 Primer Kiri Jalan (cross 46,47) 775 765 297 31,17 3,132 0,100 0,45 0,50 Sekunder Kanan Jalan (cross 46,47) 780 775 236 19,55 0,395 0,020 0,30 0,40 Sekunder Kanan Jalan (cross 48) 768 765 163 18,22 0,395 0,022 0,30 0,40 Sekunder Kanan Jalan (cross 49) 769 768 123 12,11 0,321 0,027 0,30 0,40 Sekunder Kanan Jalan (cross 50) 770 769 169 10,33 0,254 0,025 0,30 0,40 3 Parakan Kauman-Wetan 2 Sekunder Kanan Kiri Jalan (cross 13 s/d 19) 830 810 582 24,90 1,178 0,047 0,30 0,40 Primer Kiri Jalan (cross 1 s/d 2) 810 792 607 27,68 1,919 0,069 0,40 0,50 Sekunder Kanan Kiri Jalan (cross 3 s/d 12) 798 778 626 24,01 0,960 0,040 0,30 0,40 Primer Kanan Jalan Jembatan Sungai Galeh 780 775 110 34,27 4,478 0,131 0,40 0,50 4 Parakan Kauman Sekunder Kanan Kiri Jalan (20, 22 s/d 25) 822 817 332 16,48 0,526 0,032 0,30 0,40 Sekunder Kanan Kiri Jalan (21,19) 816 807 624 16,13 0,566 0,035 0,30 0,40 Sekunder Kanan Kiri Jalan (10 s/d 17) 809 792 392 27,97 0,705 0,025 0,30 0,40 V 23

No Sub-drainase Hulu Peil Panjang saluran V (m/dt) Debit Layanan (m 3 /dt) A (m 2 ) Dimensi Sekunder Kiri Jalan (18) 810 790 365 31,44 0,705 0,022 0,30 0,40 Sekunder Kanan Jalan (cross 4,3,2,1) 804 801 500 10,40 0,808 0,078 0,30 0,40 Sekunder Kiri Jalan (cross 4,3,2,1) 803 790 525 18,88 0,254 0,013 0,25 0,35 Primer Kiri jalan (28,29) 784 778 271 30,92 11,263 0,364 0,60 0,80 5 Dangkel Ringinanom - Mandisari Primer Kiri Kanan Jalan (cross 5,6,7,13 s/d 17) 822 790 793 32,29 4,403 0,136 0,40 0,50 Sekunder Kiri kanan Jalan (cross 11,12) 807 798 360 18,43 0,166 0,009 0,25 0,30 Sekunder Kiri kanan Jalan (cross 2) 790 778 360 26,99 3,329 0,123 0,35 0,45 Primer kanan Jalan (cross 1) 785 778 635 17,83 3,329 0,187 0,45 0,50 6 Campursalam Parakan Wetan 1 Primer Kiri Jalan (cross 0,1) 773 732 1468 28,39 6,087 0,214 0,45 0,50 Sekunder Kanan Jalan 778 762 1041 19,93 2,829 0,142 0,40 0,50 7 Campursalam Parakan Wetan 2 Sekunder Kanan jalan (cross 0,2,3) 774 736 1236 29,12 5,865 0,201 0,40 0,60 Sekunder Kiri jalan (cross 2,3) 750 736 604 20,45 0,887 0,043 0,30 0,40 Sekunder Kiri Kanan jalan (cross 5) 739 736 405 15,98 2,032 0,127 0,40 0,50 Sekunder Kanan jalan (cross 1) 750 748 178 14,24 0,887 0,062 0,30 0,40 8 Mandisari Primer Kiri Kanan Jalan (cross 1,6,7,9) 792 765 1037 29,86 8,075 0,270 0,50 0,60 Sekunder Kiri Kanan Jalan (cross 2,4) 786 777 313 22,77 0,790 0,035 0,30 0,40 Sekunder Kiri Kanan Jalan (cross 11,10) 781 768 301 27,91 0,700 0,025 0,30 0,40 Hilir b h V 24

No Sub-drainase Hulu Peil Hilir Panjang saluran V (m/dt) Debit Layanan (m 3 /dt) A (m 2 ) Dimensi b h 9 Watukumpul Ringinanom Mandisari Sekunder Kiri Jalan (cross 5,6,7,8) 912 860 962 37,37 5,656 0,151 0,40 0,50 Primer Kiri Jalan 862 832 706 38,15 9,208 0,241 0,50 0,60 Sekunder Kanan Jalan (cross 5,6,7,8) 912 862 962 36,65 3,219 0,088 0,40 0,50 Primer Kanan Jalan (cross 1,2) 862 792 1486 36,87 7,551 0,205 0,45 0,50 V 25

V 26