PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG MEDAN. Mangasi Sinurat, SE, M.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada kas negara.adapun beberapa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan Undang-undang (yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak, diantaranya pengertian pajak menurut Santoso (1991)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pajak. Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengapdiaan peran aktif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Definisi Pajak menurut undang-undang No.16 tahun 2009 tentang. perubahan keempat atas undang undang No. 6 tahun 1983 tentang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memiliki tujuan dan inti yang sama yaitu merumuskan pengertian pajak sehingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana. Meitri Megawati DA03

Pertemuan 2 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + B)

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah

BAB II LANDASAN TEORI. a. Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H. ( Resmi, 2013) (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapatkan jasa timbal balik

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI TETAP DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA TAHUN 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

M. TAHIR MATTATA STIE-YPUP

ANALISIS PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21 PADA KARYAWAN PT. BPR PRIMAESA SEJAHTERA MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian Pajak sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum

BAB I PENDAHULUAN. dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN UMUM HUKUM PAJAK

BAB II BAHAN RUJUKAN

PAJAK PENGHASILAN UMUM DAN NORMA PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipungut dengan ketentuan-ketentuan dari Undang-Undang sampai dengan

MINGGU PERTAMA KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

Pertemuan 3 PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 (G + P)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Pasal 1 ayat 1:

Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TARIF DAN PENERAPANNYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PERHITUNGAN PPH 21 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA JAKARTA KOJA. : Rezha Riski Ria NPM : Program Studi : DIII Manajemen Keuangan

BAB II ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II KAJIAN PUSTAKAN DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Rochmat Soemitro (Mardiasmo 2011:1), Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

Makalah Perpajakan. Perhitungan PPh 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM ) bebas yang menyeluruh (global). Negara Indonesia berusaha segiat-giatnya

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo,

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

PAJAK PENGHASILAN. Tujuan Instruksional :

BAB II LANDASAN TEORETIS. 1. Pengertian Pajak dan Fungsi Pajak Secara Umum

PEMOTONGAN PPh PASAL 21

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan (daya pikul) masing-masing yang dapat dipaksakan untuk membiayai

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Magdalena Judika Siringoringo. Oloan Simanjuntak

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM)

ANALISIS PERENCANAAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PERUSAHAAN DI KOTA MEDAN

MINGGU KE DUA PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 GAJI DAN BONUS

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB II LANDASAN TEORI

Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Bagi Dokter

BAB II. rutin maupun pengeluaran pembangunan. Pajak digunakan untuk membiayai. untuk membiayai penyelenggaraan negara.

AGENDA. PPh Pasal 26

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB III TINJAUAN TEORI DAN PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. memenuhi pembangunan nasional secara merata, yang dapat meningkatkan

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB 1 PENDAHULUAN. memberikan pengalaman praktis di lapangan yang secara langsung. berhubungan dengan teori teori keahlian yang diterima di bangku

LAPORAN PRAKTEK KERJA NYATA

BAB III. 2. Pengertian Pajak Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH. dalam buku Resmi (2013) yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pajak menurut Resmi (2013) adalah kontribusi wajib kepada negara

BAB II LANDASAN TEORI

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap adalah:

PERTEMUAN 13: PPh Pasal 25 (Umum /Perhitungan)

penyelenggaraan kegiatan pemerintahan dan pembangunan serta sebagai pendorong kegiatan perekonomian. Fakta yang ada menunjukan bahwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

ANALISIS PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 ATAS GAJI PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA DINAS KEBUDAYAAN, PARIWISATA, PEMUDA OLAHRAGA KOTA BANJARBARU

Makalah Tentang Pajak Penghasilan Karyawan Pasal 21 / PPh21

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pajak Menurut Undang Undang Pasal 1 angka 1 Ketentuan Umum

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum Dan

BAB I PENDAHULUAN. didapatkan melalui iuran wajib dari warga negaranya yang disebut pajak.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. negara dengan selalu mengharapkan bantuan dari luar negeri tanpa adanya

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) (APBN) terbesar. Hal ini sesuai dengan kebijaksanaan pemerintahan yang

b. PPh 21 seminggu = PPh 21 sebulan dibagi empat

BAB III PAJAK PENGHASILAN

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

PER - 32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TERHADAP PEGAWAI NEGERI SIPIL DI KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM DIRJEN PAS EDI WAHYUDI /

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

MAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG

BAB II LANDASAN TEORI. sehingga dapat dipaksakan dengan tiada mendapat balas jasa secara langsung. Pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

PERHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 ATAS PEGAWAI TETAP PADA PT. PLN (PERSERO) CABANG MEDAN Mangasi Sinurat, SE, M.Si ABSTRAK Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada PT PLN (Persero) Cabang Medan. Penelitian ini dilakukan dipt. PLN (Persero) Cabang Medan. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara dokumentasi, yaitu cara yang dilakukan dengan mengumpulkan dokumen dokumen yang terhubung dengan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. Jenis data yang diperoleh adalah data skunder berupa daftar gaji, tunjangan lainnya, dan daftar posisi jabatan pegawai tetap pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan. Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun data dan menginterpretasikan, sehingga memperoleh gambaran yang jelas tentang masalah diteliti. Berdasarkan analisis data dengan Analisis Deskriptif didapat hasil bahwa perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah sesuai dengan Undang Undang Pajak No. 36 Tahun 2008. Perhitungan (PPh) Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan dilakukan dengan mengurungkan penghasilan bruto dengan biaya jabatan dan iuran pensiun, penghasilan bruto didapatkan dengan menjumlahkan seluruh penambah penghasilan yakni gaji, tunjangan posisi, tunjangan lainnya, uang cuti, bonus dan THR. Biaya jabatan sebesar dari penghasilan bruto dengan jumlah maksimum sebesar 6.000.000 setahun atau 500.000 sebulan. Penghasilan netto diperoleh dengan cara mengurangi penghasilan bruto dengan biaya jabatan, iuran pensiun kemudian dikalikan 12. Penghasilan netto selanjutnya dikurangi dengan penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP) yang sesuai dengan Undang Undang No. 36 tahun 2008 Pasal 7 ayat 1. Penghasilan kena pajak (PTKP) yang didapat dari perguruan penghasilan netto dengan penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tahun 2008 Pasal 17 Ayat 1. Untuk mendapatkan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 terutang sebulan, hasil perkalian dari penghasilan kena pajak (PKP) dengan tarif pajak dibagi dengan jumlah bulan dalam satu tahun. Dari analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah menerapkan perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 sesuai dengan Undang Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 Ayat 1. Kata kunci : Pajak, Pajak Penghasilan, Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21. 10

PENDAHULUAN Pajak merupakan fenomena yang berkembang dimasyarakat. Satu diantaranya usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri, terutama pajak. Pajak digunakan untuk membiayai hampir 70% (tujuh puluh persen) pembangunan infrastruktur dan fasilitas negara lainnya yang dapat mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan merata. Satu diantara jenis pajak yang diberlakukan di Indonesia adalah pajak penghasilan. Pajak penghasilan merupakan pajak yang dipungut pada objek pajak atas penghasilannya. Pajak penghasilan akan selalu dikenakan terhadap orang atau badan usaha yang memperoleh penghasilan diindonesia. Pajak penghasilan yang berlaku bagi pegawai/karyawan adalah pajak penghasilan (PPh) pasal 21. Peraturan perundang undangan perpajakan yang mengatur tentang Pajak Penghasilan (PPh) saat ini adalah Undang Undang No. 36 Tahun 2008 yang berlaku sejak 1 Januari 2009, dan menerapkan penyempurnaan dari Undang Undang No. 17 tahun 2000. Sistem pemungutan pajak yang dianut Negara Indonesia saat ini, adalah Self Assement System yaitu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang Wajib Pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang sesuai dengan Peraturan Perundang undangan yang berlaku. Peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah tentunya harus dilaksanakan dengan sebaik baiknya. Namun, sejauh mana peraturan pemerintah mengenai pajak penghasilan khususnya perhitungan, pemotongan dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 perlu diaplikasikan dalam praktik di lapangan oleh subjek pajak terhadap objek pajak. Sehingga terlihat jelas, pentingnya cara perhitungan, pemotongan dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 yang baik dan benar atas pegawai tetap bagi perusahaan sebagai usaha menjalankan amanah kepercayaan yang diberikan negara kepada wajib pajak atas penghasilan yang merupakan objek pajak penghasilan. Data yang diperoleh sehubungan dengan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 bahwa subjek Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan, yang menjadi objek pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah penghasilan (PPh) Pasal 21 adalah penghasilan yang diterima pegawai pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan. Elemen elemen yang mempengaruhi Penghasilan pegawai tetap pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan berupa Gaji, Tunjangan Posisi, tunjangan lainnya, uang cuti, bonus dan THR. Dalam perhitungan PPh Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan, yang menjadi pengurang atas PPh Pasal 21 adalah iuran pensiun dan untuk besarnya PTKP per tahun dan tarif pajak yang digunakan dalam perhitungan PPh Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa elemen elemen yang mempengaruhi perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah sesuai dengan Undang Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 1 tentang objek pajak penghasilan dan Undang Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 21 Ayat 1 tentang pemotongan pajak. RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 10

pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah sesuai dengan Undang Undang No. 36 tahun 2008? TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan. TUJUAN PUSTAKA A. Pajak 1. Pengertian Pajak Menurut Rimsky (2005), pajak adalah kewajiban kenegaraan berupa pengabdian serta peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai keperluan Negara berupa Pembangunan Nasional yang pelaksanaannya diatur dalam Undang Undang dan Peraturan peraturan untuk tujuan kesejahteraan bangsa. Sedangkan menurut Soemitro (Waluyo, 2000), pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal atau (kontraprestasi) yang langsung dapat ditujukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dari pengertian pajak diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pajak memiliki unsur unsur sebagai berikut: Iuran rakyat kepada negara berupa uang (bukan barang). Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan Undang Undang serta aturan pelaksanaan. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individuak oleh pemerintah Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun daerah Pajak diperuntukan bagi pengeluaran pengeluaran pemerintah, yang bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment. 2. Fungsi Pajak Sebagaimana telah diketahui unsur unsur pajak yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai pendapat, terdapat dua fungsi pajak. Menurut Undang undang Nomor 36 Tahun 2008 pajak mempunyai dua fungsi, yaitu: 1) Fungsi Penerimaan (Budgeter) Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran pengeluarannya. 2) Fungsi Mengatur (Regular) Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Contoh: Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang barang yang mewah untuk mengurangi gaya hidup yang konsumtif. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor produk Indonesia di pasaran dunia. 11

3. Sistem Pemungutan Pajak Sistem pemungutan pajak menurut Mardiasmo (2009) dapat dibagi menjadi tiga yaitu: 1. Official Assesment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri ciri Official Assesment System adalah: a). Wewenang untuk menetukan besarnya pajak terutang berada pada fiskus, b). Wajib pajak bersifat pasif, dan c). Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. 2. Self Assesment System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada Wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. Ciri ciri Self Assesment System adalah sebagai berikut: a). Wewenang untuk menentukan besar pajak terutang ada pada Wajib Pajak sendiri, b). Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung menyetor dan melaporkan sendiri pajak yang terutang, dan c). Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi. 3. With Holding System Adalah satu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak terutang oleh Wajib Pajak. Ciri ciri With Holding System adalah wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan Wajib Pajak. 4. Pengelompokan Pajak Pengelompokan pajak menurut Mardiasmo (2009) dibagi atas tiga kelompok: 1. Menurut Golongannya a. Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak tidak dapat dibebankan atau dilimpakan kepada orang lain. Contoh: Pajak Panghasilan. b. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. Contoh: Pajak Pertambahan Nilai. 2. Menurut Sifatnya a. Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperlihatkan keadaan diri Wajib Pajak. Contoh: Pajak Penghasilan. b. Pajak Objektif yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. B. Pajak Penghasilan Pengertian Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan (PPh) adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dalam satu tahun pajak. (Resmi 2009) Menurut Undang Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, yang merupakan kontribusi wajib kepada negara dan bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang Perpajakan. 12

C. Tarif Pajak Tarif Pajak menurut UU RI No: 36/2008 pasal 17 ayat 1 huruf a yang berlaku mulai 01 Januari 2009. a) Tarif Pajak Orang Pribadi Tabel 1. Tarif Pajak Orang Pribadi Lapisan Tarif Pajak Sampai dengan. 50.000.000 Diatas. 50.000.000 s.d. 250.000.000 1 Diatas. 250.000.000 s.d. 500.000.000 2 Diatas 500.000.000 30% Sumber: Undang - Undang No. 36 Tahun 2008 b) Tarif Pajak Badan Tarif pajak untuk Wajib Pajak Badan menggunakan tarif tunggal sebesar 2 mulai tahun 2010. D. Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) Besarnya PTKP Berdasarkan UU RI No. 36/2008 sebagai berikut: Tabel 2 Penghasilan Tidak Kena Pajak WP Tidak Kawin Kode Jumlah 0 Tanggungan TK/0. 15.840.000,- 1 Tanggungan TK/1. 17.160.000,- 2 Tanggungan TK/2. 18.480.000,- 3 Tanggungan TK/3. 19.800.000,- WP Kawin Kode Jumlah 0 Tanggungan K/0. 17.160.000 1 Tanggungan K/1. 18.480.000 2 Tanggungan K/2. 19.800.000,- 3 Tanggungan K/3. 21.120.000,- Sumber: Undang undang No. 36 Tahun 2008 E. Biaya Jabatan Menurut Mardiasmo (2009), biaya jabatan sebesar dari penghasilan bruto setinggi tingginya 6.000.000 setahun atau 500.000 sebulan (sesuai peraturan Menteri Keungan No: 250/PMK.03/2008). Peraturan tersebut juga mengatur tentang besarnya penghasilan bruti yang berupa uang pensiun dikurangi dengan biaya pensiun sebesar dari penghasilan bruto berupa uang pensiun dengan jumlah maksimum yang diperkenankan sejumlah 2.400.000 setahun atau 200.000 sebulan. F. Pajak penghasilan Pasal 21 1. Pengertian Pajak Penghasilan pasal 21 Adalah salah satu jenis pelunasan PPh dalam tahun berjalan, melalui pemotongan oleh pihak ketiga (yaitu pemberi kerja/bendaharawan pemerintah/dana yang merupakan anjuran pajak yang boleh dikreditkan terhadap PPh yang terutang untuk tahun pajak bersangkutan, kecuali PPh yang bersifat final. 2. Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2008 adalah Penerima Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21, yaitu: a. Pegawai, yaitu setiap orang pribadi yang melakukan pekerjaan berdasarkan sauatu perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau BUMN dan BUMD. b. Penerima Pensiun, yaitu orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan untuk pekerjaan yang dilakukan dimasa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya 13

yang menerima uang pensiun, tabungan hari tua atau tujangan hari tua. c. Penerima Honorarium, yaitu orang pribadi yang menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya. d. Penerima Upah, yaitu orang pribadi yang menerima upah harian, upah mingguan, upah borongan, atau upah satuan. e. Orang Pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan dari pemotong pajak. 3. Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Resmi (2009) yaitu: 1. Penghasilan yan g diterima Penatau yang diperoleh pegawai tetap, baik berupa penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur. 2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya. 3. Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan pembayaran lain sejenis. 4. Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan. 5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi fee, dan imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan. 6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang representasi, uang rapat, uang honorarium, hadiah atau penghargaan dan nama dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun. 7. Penerimaan dalam bentuk natura dan atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang diberikan oleh: - Bukan wajib pajak. - Wajib Pajak dikenakan Pajak Penghasilan yang bersifat final. - Wajib pajak yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan norma Perhitungan khusus (deemed profit). 4. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 Tarif yang berlaku adalah menurut ketentuan dalam Undang Undang No. 36 Tahun 2008. Tabel 3 Tarif Pajak Orang Pribadi Lapisan Tarif Pajak Sampai dengan. 50.000.000 Diatas. 50.000.000 s.d. 250.000.000 1 Diatas. 250.000.000 s.d. 500.000.000 2 Diatas 500.000.000 30% Sumber: Undang undang No. 36 Tahun 2008 5. Perhitungan Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 Penghasilan Bruto Gaji sebulan Tunjangan PPh 14

Tunjangan dan Honorarium lainnya Premi Asuransi Penerimaan dalam bentuk natura Penjumlahan Penghasilan Bruto Pengurangan Biaya Jabatan x Penghasilan Bruto Iuran Pensiun Jumlah Pengurangan () Perhitungan PPh 21 Pegahasilan Netto sebulan Penghasilan Netto setahun Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) () PPh 21 Terutang METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan dalam penulisan laporan tugas akhir ini membutuhkan waktu selama kurang lebih seminggu melalui proses pencatatan dan wawancara yang berlokasi pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan cara dokumentasi, yaitu cara yang dilakukan dengan mengumpulkan dokumen dokumen yang berhubungan dengan Pajak Penghasilan (PPH) Pasal 21 Jenis data yang diperoleh adalah data skunder berupa daftar gaji, tunjangan lainnya, dan daftar posisi jabatan pegawai tetap pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah Analisis Deskriptif, yaitu analisis yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data, menyusun data dan menginterpretasikan, sehingga memperoleh gambaran yang jelas tentang masalah yang diteliti. HASIL DAN PEMBAHASAN Perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan adalah sebagai berikut: 1. Ibu Tolapna Wuri Lestari adalah pegawai tetap di PT. PLN (Persero) Cabang Medan dengan jabatan Accounting. Ibu Tolapna Wuri Lestari sudah menikah dengan status K/0. Ibu Tolapna Wuri Lestari memperoleh Gaji sebesar. 4.428.000 setahun, selain itu juga menerima Tunjangan Posisi 518.000, Uang THR sebesar. 6.741.000, dan Bonus sebesar 17.712.000 serta membayar iuran pensiun sebesar 81.960, Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR: Gaji setahun = 4.428.000 518.000 Penghasilan Bruto = 4.946.000 Biaya Jabatan 4.946.000 = Iuran Pensiun = Penghasilan Netto = Penghasilan Netto Setahun = Penghasilan Tidak Kena Pajak = (PKP) = PKP dibulat = PPh Pasal 21 terutang setahun: 38.240.000 = PPh Pasal 21 atas gaji sebulan: 247.300 81.960 = ( 329.260) 4.616.740 55.400.880 ( 17.160.000) 38.240.880 38.240.000 1.912.000 1.912.000 12 Bulan = 159.333 Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR: 15

Gaji setahun = Uang THR = Bonus = Penghasilan Bruto = Biaya Jabatan 83.805.000 = Iuran Pensiun = Penghasilan Netto = Penghasilan Tidak Kena Pajak = (PKP) = PKP dibulat = PPh Pasal 21 terutang setahun: 50.000.000 = 1 11.471.000 = PPh Pasal 21 terutang atas gaji dan THR sebulan 53.136.000 6.216.000 6.741.000 ( 17.712.000) 83.805.000 4.190.250 983.520 = ( 5.173.770) = 78.631.230 ( 17.160.000) 61.471.230 61.471.000 2.500.000 1.720.650 4.220.650 4.220.650 12 Bulan = 351.720 PPh Pasal 21 atas THR dan Bonus: PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus = PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus = PPh Pasal 21 atas THR, Bonus = 4.220.650 1.912.000 2.308.650 2. Bapak Robin Hutabarat adalah pegawai tetap di PT. PLN (Persero) Cabang Medan dengan jabatan Asisten Manajer Keuangan. Robun Hutabarat sudah menikah dengan status K/3. Ibu Irmawati Lubis memperoleh Gaji sebesar 5.715.000 setahun, selain itu juga menerima Tunjangan Posisi 518.000, Uang THR sebesar 8.700.000, Uang tunjangan lainnya sebesar 22.231.861 dan ibu Irmawati juga menerima Bonus sebesar p 22.860.000 serta membayar iuran pensiun sebesar 133.020 Perhitungan PPh pasal 21 atas Gaji: Gaji setahun = 5.715.000 penghasilan Bruto = Biaya Jabatan 6.233.000 = Iuran Pensiun = 311.650 133.020 = Penghasilan Netto = Penghasilan Netto Setahun = Penghasilan Tidak Kena Pajak = (PKP) = PKP dibulat PPh Pasal 21 terutang setahun: 48.339.000 = PPh Pasal 21 atas gaji sebulan: 2.416.950 12 Bulan = Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus: Gaji setahun = Uang THR = Bonus = Penghasilan Bruto = 518.000 6.233.000 444.670 5.788.330 69.459.960 ( 21.120.000) 48.339.960 48.339.000 2.416.950 201.412 68.580.000 6.216.000 8.700.000 22.860.000 106.356.000 Biaya Jabatan 106.356.000 = 5.317.800 Iuran Pensiun = 1.596.240 = ( 6.914.040) Penghasilan Netto = 99.441.960 Penghasilan Tidak Kena Pajak = ( 21.120.000) (PKP) = 78.321.960 PKP dibulat 78.321.000 PPh Pasal 21 terutang setahun: 50.000.000 = 2.500.000 1 28.321.000 = 4.248.150 = 16

6.748.150 PPh Pasal 21 terutang atas gaji dan THR sebulan: 6.748.150 12 Bulan = 562.345 PPh Pasal 21 atas THR dan Bonus: PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus = PPh Pasal 21 atas Gaji = PPh Pasal 21 THR, Bonus = 6.748.150 2.416.950 4.331.200 3. Ibu Hj. Agusmiati adalah pegawai tetap di PT. PLN (Persero) Cabang Medan dengan jabatan Supervisor keuangan. Ibu Hj. Agusmiati sudah menikah dengan status menikah dengan status K/2. Ibu Hj. Agusmiati memperoleh Gaji sebesar 5.630.000 setahun, selain itu juga menerima Tunjangan posisi 796.000, Uang THR sebesar 8.572.500, dan ibu Hj. Agusmiati menerima bonus sebesar 22.520.000 serta membayar iuran pensiun sebesar 129.120. Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR: Gaji setahun = Penghasilan Bruto = 5.630.000 796.000 6.426.000 Biaya Jabatan 6.426.000 = 321.300 Iuran Pensiun = 129.120 = ( 450.420) Penghasilan Netto = 5.975.580 Penghasilan Netto setahun = 71.706.960 Penghasilan Tidak Kena Pajak = ( 19.800.000) (PKP) = 51.906.960 PKP dibulat = 51.906.000 PPh Pasal 21 terutang setahun: 500.000.000 = 1 1.096.000 = PPh Pasal 21 atas Gaji THR sebulan: 2.664.400 12 bulan = = 25.000.000 164.400 25.164.400 222.033 Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus: Gaji Setahun = THR = Bonus = Penghasilan Bruto: = Biaya Jabatan 108.204.000 = Iuran Pensiun = 5.410.200 1.549.440 = penghasilan Netto = Penghasilan Tidak Kena Pajak = (PKP) = PKP dibulat PPh Pasal 21 terutang setahun: 50.000.000 = 1 31.444.000 = = 2.500.000 4.716.600 7.216.600 PPh Pasal 21 terutang atas Gaji dan THR, Bonus sebulan: 7.216.600 12 bulan 601.383 PPh Pasal 21 atas Gaji, Bonus: PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus = PPh Pasal 21 atas Gaji = PPh Pasal 21 atas THR, Bonus = 67.560.000 9.552.000 8.572.000 22.520.000 108.204.000 ( 6.959.640) 101.244.360 ( 19.800.000) 81.444.360 81.444.000 7.216.000 2.664.400 4.551.600 17

4. Ibu Prilawati Sribulan adalah pegawai tetap di PT. PLN (Persero) Cabang Medan dengan jabatan Junior Analisis Keuangan. Ibu Prilawati Sribulan sudah menikah dengan status K/0. Ibu Prilawati Sribulan memperoleh Gaji sebesar 3.416.000 setahun, selain itu juga menerima Tunjangan Posisi. 363.000, Uang THR sebesar 5.200.500, dan ibu Prilawati Sribulan juga menerima Bonus sebesar 13.664.000 serta membayar iuran pensiun sebesar RP 59.220. Bonus = Penghasilan Bruto: = Biaya Jabatan 64.212.500 = Iuran Pensiun = 3.210.625 710.640 = penghasilan Netto = Penghasilan Tidak Kena Pajak = (PKP) = PKP dibulat 13.664.000 64.212.500 ( 3.921.265) 60.291.235 ( 17.160.000) 43.131.235 43.131.000 Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR: Gaji setahun = Penghasilan Bruto = 3.416.000 363.000 3.779.000 PPh Pasal 21 terutang setahun: 43.131.000 = PPh Pasal 21 terutang atas Gaji sebulan: 2.156.550 12 bulan 2.156.550 179.712 Biaya Jabatan 3.779.000 = 188.950 Iuran Pensiun = 59.220 = ( 248.170) Penghasilan Netto = 3.530.830 Penghasilan Netto setahun = 42.369.960 Penghasilan Tidak Kena Pajak = ( 17.160.000) (PKP) = 25.209.960 PKP dibulat = 25.209.000 PPh Pasal 21 terutang setahun: 25.209.000 = 1.260.450 PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR sebulan: 1.260.450 12 bulan = 105.037 Perhitungan PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus: Gaji Setahun = THR = 40.992.000 4.356.000 5.200.500 PPh Pasal 21 atas THR, Bonus: PPh Pasal 21 atas Gaji dan THR, Bonus = PPh Pasal 21 atas Gaji = PPh Pasal 21 atas THR, Bonus = 2.156.550 1.260.450 896.100 Berdasarkan perhitungan tersebut, da[at disimpulkan baha perhitungan dan pemotoangan pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah sesuai dengan Undang Undang Pajak No. 36 Tahun 2008. Kesesuaian Perhitungan dan Pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada PT PLN (Persero) Cabang Medan dengan Undang Undang Pajak No. 36 Tahun 2008.Perhitungan (PPh) Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan dilakukan dengan mengurangkan penghasilan bruto dengan biaya jabatan dan iuran pensiun, penghasilan bruto didapatkan dengan menjumlahkan seluruh penambah penghasilan yakni gaji tunjangan posisi, tunjangan lainnya, uang 18

cuti, bonus dan THR. Biaya jabatan sebesar dari penghasilan bruto dengan jumlah maksimum sebesar 6.000.000 setahun atau 500.000 sebulan. Penghasilan netto diperoleh dengan cara menurangi penghasilan bruto dengan biaya jabatan, iuran pensiun kemudian dikalikan 12. Penghasilan netto selanjutnya dikurangkan dengan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) yang sesuai dengan Undang Undang No. 36 tahun 2008 Pasal 7 ayat 1. Penghasilan kena pajak (PKP) yang didapat dari pengurangan penghasilan netto dengan penghasilan tidak kena pajak (PTKP) tahun 2008 Pasal 17 Ayat 1. Untuk mendapatkan Pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 terutang sebulan, hasil perkalian dari penghasilan kena pajak (PKP) dengan tarif pajak dibagi dengan jumlah bulan dalam satutahun. Dari analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah menerapkan perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 sesuai dengan Undang Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 Ayat 1. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan diatas, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Elemen elemen yang mempengaruhi perhitungan dan pemotongan PPh Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah sesuai dengan Undang Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 4 Ayat 1 Tentang objek Pajak Penghasilan dan Undang Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 21 Ayat 1 tentang pemotongan pajak. 2. Prosedur perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 pada PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah sesuai dengan Undang Undang Pajak No. 36 Tahun 2008. 3. PT. PLN (Persero) Cabang Medan telah menerapkan perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 sesuai dengan Undang Undang No. 36 Tahun 2008 Pasal 17 Ayat 1. Saran PT. PLN (Persero) Cabang Medan diharapkan agar tetap mempertahankan tata cara perhitungan dan pemotongan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 atas Penghasilan pegawai tetapnya yang telah sesuai dengan peraturan. DAFTAR PUSTAKA Casavera, 2009. Perpajakan. Yogyakarta: Graha Ilmu Judissseno, Rimsky k. 2005. Pajak dan Strategi Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Mardiasmo. 2009. Perpajakan Edisi Revisi. Yogyakarta: Andi Muljono. 2006. Akuntansi Pajak. Yogyakarta: Andi Mulyono, Djoko. 2010. Panduan Brevet Pajak Pajak Penghasilan. Yogyakarta: Andi Muljono, Djoko. 2009. Pengantar PPh dan PPh 21 Lengkap dengan Undang Undang. Yogyakarta: Penerbit Best Publisher Resmi, Siti. 2009. Perpajakan Teori dan Kasus. Yogyakarta: Salemba Empat Saidi, Djafar. 2010. Pembaruan Hukum Pajak: Edisi Revisi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Waluyo, 2010. Perpajakan Indonesia. Jakarta: Salemba Empat...Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 25/PMK.03/2008...... Undang Undang No. 36 Tahun 2008... 19

10