PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG KAPITALISASI ASET TETAP KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LUWU

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI POLEWALI MANDAR

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP PADA ENTITAS PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 44 TAHUN 2013 TENTANG

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 16 AKUNTANSI BELANJA

BUPATI GRESIK PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURW OREJO NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN KAPITALISASI BARANG MILIK/ KEKAYAAN DAERAH BUPATI PURWOREJO,

KEBIJAKAN AKUNTANSI NO. 03 NERACA

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

AKUNTANSI BELANJA. Definisi

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KAPITALISASI BARANG MILIK DAERAH

LANDASAN TEORI Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 21 tahun 2011 tentang

PEMERINTAH KOTA LUBUKLINGGAU NERACA Per 31 Desember 2008 dan 2007

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 11

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 9 TAHUN 2014

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 22.1 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KOTA BANDUNG NERACA

BUPATI TOLITOLI PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 5.A TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI BERBASIS AKRUAL PEMERINTAH KABUPATEN TOLITOLI

PEMERINTAH KOTA BANDUNG NERACA

MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KABUPATEN LUWU TIMUR. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PERATURAN WALIKOTA JAYAPURA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN KAPITALISASI BARANG MILIK PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PAKPAK BHARAT. NOMOR l0 TAHUN 20{ f

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 24 TAHUN 2015 TENTANG PENYUSUTAN BARANG MILIK DAERAH BERUPA ASET TETAP DI KABUPATEN BLORA

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG. LAPORAN REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN Desember 2015 dan 2014

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMAKAIAN MOBIL JENAZAH, MESS PEMERINTAH DAERAH, DAN GEDUNG MULTI GUNA KABUPATEN

WALIKOTA PROBOLINGGO

LAPORAN KEUANGAN POKOK. PEMERINTAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR NERACA AUDITED Per 31 Desember 2008 dan 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dibuat menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

Ditetapkan di Malili pada tanggal 29 April 2015 BUPATI LUWU TIMUR, ANDI HATTA M.

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG DINAS PERUMAHAN, PENATAAN RUANG DAN KEBERSIHAN N E R A C A

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PENYERTAAN MODAL DAERAH PADA BADAN USAHA MILIK

BAB IX KEBIJAKAN AKUNTANSI ASET TETAP

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI MALUKU TENGGARA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/KM.12/2001 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P. 56 /MENHUT-II/2011 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PUSAT PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN HUTAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 35

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/KM.12/2001 TENTANG

Arsip Seksi PKN, KPKNL Semarang

LAPORAN KEUANGAN DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN TAHUN 2014

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA Catatan atas Laporan Keuangan Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2014 dan 2013

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA LAPORAN REALISASI ANGGARAN UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2014 DAN 2013 URAIAN REF ANGGARAN 2014

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH KOTA BANDUNG NERACA

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG JANGKA WAKTU PENYETORAN HASIL PENERIMAAN

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 61 TAHUN 2012

Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 43 Tahun : 2015

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 219/PMK.05/2013 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Rudianto (2009:4), menjelaskan bahwa Akuntansi dapat

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 13 TAHUN 2012 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KESATUAN PENGELOLAAN

-5- BAB VI MASA MANFAAT Pasal 12 (1) Penentuan Masa Manfaat Aset Tetap dilakukan dengan memperhatikan faktorfaktor

BUPATI PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 63 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA INSPEKTORAT KABUPATEN N E R A C A PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Dalam Rupiah)

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 39 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 88 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN PENYUSUTAN ASET TETAP DAN ASET TAK BERWUJUD PEMERINTAH DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT RINGKASAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2013

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 9 TAHUN 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Anggaran Belanja Pemeliharaan

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

BUPATI SUKAMARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN SUKAMARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 08 TAHUN 2007 T E N T A N G

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN KAPITALISASI BARANG MILIK DAERAH

BUPATI TANAH LAUT PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BAB V PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN SKPD

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 11-A TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

BUPATI ACEH BDSAR. Mengingat : 1. NoMoR 2 ranun zolz. Otonom Kabupaten-Kabupaten dalam Lingkungan Wilayah Provinsi

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

CATATAN ATAS LAPORAN BARANG MILIK NEGARA

BUPATI LUWU TIMUR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG

LAPORAN KEUANGAN POKOK

Oleh: Syaiful, SE, Ak., MM*

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP PADA DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KOTA SEMARANG

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Menimbang : a. PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2013 TENTANG KAPITALISASI ASET TETAP KABUPATEN LUWU TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI LUWU TIMUR, bahwa Peraturan Bupati Luwu Timur Nomor 37 Tahun 2011 tentang Kapitalisasi Aset Tetap Kabupaten Luwu Timur sudah tidak sesuai dengan perkembangan sehingga perlu untuk dicabut; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Kapitalisasi Aset Tetap Kabupaten Luwu Timur; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4270) 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355; 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 1

6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4609) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4855); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4616); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165); 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan dengan Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Barang Milik Daerah; 14. Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 11 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Barang Milik Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Timur Tahun 2008 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 11); 15. Peraturan Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 5 Tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Luwu Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Timur Tahun 2009 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Luwu Timur Nomor 5); 16. Peraturan Bupati Luwu Timur Nomor 11 Tahun 2008 tentang Kebijakan Akuntansi Pemerintahan Kabupaten Luwu Timur (Berita Daerah Kabupaten Luwu Timur Tahun 2008 Nomor 11); 2

17. Peraturan Bupati Luwu Timur Nomor 27 Tahun 2010 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Daerah Kabupaten Luwu Timur Tahun 2010 Nomor 27); MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG KAPITALISASI ASET TETAP KABUPATEN LUWU TIMUR. BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Kesatu Pengertian Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Luwu Timur. 2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Bupati adalah Bupati Luwu Timur. 4. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada Pemerintah Daerah selaku pengguna anggaran/barang. 5. Akuntansi adalah proses pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian keuangan, penginterprestasian atas hasilnya, serta penyajian laporan. 6. Kebijakan Akuntansi adalah prinsip-prinsip, dasar-dasar, konvensikonvensi, aturan-aturan dan praktek-praktek spesifik yang dipilih Pemerintah Daerah dalam Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. 7. Standar Akuntansi Pemerintahan selanjutnya disebut SAP, adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. 8. Belanja Modal adalah belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang dilakukan dalam rangka pengadaan aset tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintahan. 9. Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan atau dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Timur sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dimana manfaat ekonomi dan/atau social dimasa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh Pemerintah Kabupaten Luwu Timur maupun masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang. 10. Aset Tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih baik dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat umum. 11. Kapitalisasi adalah merupakan pengakuan terhadap jumlah kas/setara kas dan nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai penambah nilai aset tetap. 3

12. Harga Perolehan adalah pengakuan terhadap kas/setara kas yang dibayarkan terdiri dari belanja modal, belanja administrasi pembelian/pembangunan, belanja pengiriman, pajak, dan nilai wajar imbalan lainnya yang dibayarkan sebagai komponen harga perolehan aset tetap. 13. Harga beli adalah nilai yang tercantum dalam faktur pengadaan. Bagian Kedua Ruang Lingkup Pasl 2 Kebijakan Akuntansi ini diterapkan untuk seluruh SKPD Pemerintah Daerah yang menyajikan Laporan Keuangan untuk tujuan umum mengatur tentang perlakuan akuntansinya, termasuk pengakuan, penilaian, penyajian, dan pengungkapan yang diperlukan kecuali bila kebijakan Akuntansi lainnya mensyaratkan perlakuan akuntansi yang berbeda. Bagian Ketiga Tujuan Pasal 3 Tujuan Kebijakan Akuntansi ini adalah : a. mengatur perlakuan akuntansi untuk aset tetap, masalah utama akuntansi untuk aset tetap adalah saat pengakuan aset, penentuan nilai tercatat, serta penentuan dan perlakuan akuntansi atas penilaian kembali dan penurunan, nilai tercatat (carrying value) aset tetap; b. kebijakan akuntansi ini mensyaratkan bahwa aset tetap dapat diakui sebagai aset jika memenuhi defenisi dan criteria pengakuan suatu aset dalam Kerangka konseptual Akuntansi Pemerintah Daerah; BAB II ASET TETAP Pasal 4 (1) aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas; (2) klasifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah: a. tanah; b. peralatan dan mesin; c. gedung dan bangunan; d. jalan, irigasi, dan jaringan; e. aset tetap lainnya; dan f. konstruksi dalam pengerjaan. Pasal 5 Untuk dapat diakui sebagai aset tetap, suatu aset harus berwujud dan memenuhi kriteria : a. mempunyai masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan; b. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal; c. tidak dimaksudkan untuk dijual dalam operasi normal entitas; d. diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan; dan 4

e. memenuhi nilai satuan minimum kapitalisasi. Pasal 6 (1) Nilai satuan minimum kapitalisasi aset tetap dibagi sebagaimana tercantum dalam lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini. (2) Satuan minimum kapitalisasi (capitalization thresholds) aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), khusus untuk Belanja Modal Tanah, yang menambah bidang dan luas tanah, tetap dinyatakan belanja modal walaupun biayanya di bawah batasan minimal kapitalisasi (capitalization thresholds). Pasal 7 Untuk keperluan penyusunan neraca awal suatu entitas, biaya perolehan aset tetap yang digunakan adalah nilai wajar pada saat neraca awal tersebut disusun. Untuk periode selanjutnya setelah tanggal neraca awal, atas perolehan aset tetap baru, suatu entitas menggunakan biaya perolehan atau harga wajar bila biaya perolehan tidak ada. Pasal 8 Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang umur manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomi di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, dikapitalisasi dalam nilai aset yang bersangkutan. a. Menambah umur manfaat aset yang bersangkutan lebih dari satu periode akuntansi; b. Untuk golongan Peralatan dan Mesin, nilai penambahan/perbaikan Rp. 1.000.000,- (satu juta rupiah) atau lebih. Untuk golongan Gedung dan Bangunan, Jalan, Irigasi dan Jaringan nilai penambahan/perbaikan Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah); Pasal 9 (1) Pengeluaran belanja untuk rehabilitasi dicatat sebagai belanja modal jika nilai satuannya memenuhi batasan nilai satuan kapitalisasi dan memberikan masa manfaat lebih dari satu tahun. Belanja modal ini selanjutnya dikapitalisasi dan menambah nilai aset di neraca. (2) Pengeluaran belanja untuk pemeliharaan untuk mengembalikan barang ke kondisi semula dicatat sebagai belanja pemeliharaan dalam belanja barang dan jasa. Pemeliharaan aset tetap ini tidak dikapitalisasi, walaupun biayanya melebihi batas kapitalisasi. Pasal 10 Belanja pemeliharaan dalam perencanaan melebihi batas kapitalisasi dan akan menambah nilai aset tetap harus dianggarkan dalam belanja modal. Sedangkan belanja pemeliharaan dalan perencanaan kurang dari batas kapitalisasi dan atau melebihi tetapi tidak memenuhi kriteria menambah manfaat ekonomis, bertambah volume, bertambah kapasitas produksi maka harus dianggarkan dalam belanja barang dan jasa sebagaimana contoh dalam lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini Peraturan Bupati ini. 5

Pasal 11 Penyelesaian pengerjaan suatu aset tetap yang melebihi dan atau yang melewati satu periode tahun anggaran, digolongkan dan dilaporkan sebagai konstruksi dalam pengerjaan sampai dengan aset tersebut selesai dan siap pakai. Pasal 12 Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, Peraturan Bupati Luwu Timur Nomor 37 Tahun 2011 tentang Kapitalisasi Aset Tetap (Berita Daerah Kabupaten Luwu Timur Tahun 2011 Nomor 37) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 13 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Luwu Timur. Ditetapkan di Malili pada tanggal 2 Des 2013 BUPATI LUWU TIMUR, Diundangkan di Malili pada tanggal 2 Desember 2013 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR, ANDI HATTA M. BAHRI SULI BERITA DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR TAHUN 2013 NOMOR 29 6

LAMPIRAN I PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 29/ XII /TAHUN 2013 TENTANG KAPITALISASI ASET TETAP KABUPATEN LUWU TIMUR NO PEMBAGIAN NILAI SATUAN MINIMUM KAPITALISASI ASET TETAP JENIS BELANJA MODAL BATASAN MINIMAL KAPITALISASI UNTUK PER SATUAN ASET TETAP ATAU ASET LAINNYA 1 Belanja Modal Tanah Rp. 10.000.000,00 2 Belanja Modal Alat-alat Berat Rp. 20.000.000,00 3 Belanja Modal Alat-alat Angkutan Darat Bermotor 4 Belanja Modal Alat-alat Angkutan Darat Tidak Bermotor 5 Belanja Modal Alat-alat Angkutan di Air Bermotor 6 Belanja Modal Alat-alat Angkutan di Air Tidak Bermotor Rp. 5.000.000,00 Rp. 1.000.000,00 Rp. 5.000.000,00 Rp. 1.000.000,00 7 Belanja Modal Alat-alat Angkutan Udara Rp. 10.000.000,00 8 Belanja Modal Alat-alat Bengkel Rp. 300.000,00 9 Belanja Modal Alat-alat Pengolahan Pertanian dan Peternakan Rp. 5.000.000,00 10 Belanja Modal Peralatan Kantor Rp. 300.000,00 11 Belanja Modal Perlengkapan Kantor Rp. 300.000,00 12 Belanja Modal Komputer Rp. 300.000,00 13 Belanja Modal Mebeulair Rp. 300.000,00 14 Belanja Modal Peralatan Dapur Rp. 300.000,00 15 Belanja Modal Penghias Ruangan Rumah Tangga Rp. 300.000,00 16 Belanja Modal Alat-alat Studio Rp. 300.000,00 17 Belanja Modal Alat-alat Komunikasi Rp. 300.000,00 18 Belanja Modal Alat-alat Ukur Rp. 300.000,00 19 Belanja Modal Alat-alat Kedokteran Rp. 300.000,00 20 Belanja Modal Alat-alat Laboratorium Rp. 300.000,00 21 Belanja Modal Konstruksi Jalan Rp. 50.000.000,00 22 Belanja Modal Konstruksi Jembatan Rp. 50.000.000,00 23 Belanja Modal Konstruksi Jaringan Air Rp. 10.000.000,00 24 Belanja Modal Penerangan Taman dan Hutan Kota Rp. 300.000,00 25 Belanja Modal Instalasi Listrik dan Telepon Rp. 1.000.000,00 7

26 Belanja Modal Konstruksi/Pembelian Bangunan Rp. 10.000.000,00 27 Belanja Modal Buku/Kepustakaan Rp. 100.000,00 28 Belanja Modal Barang Bercorak Kesenian, Kebudayaan Rp. 300.000,00 29 Belanja Modal Hewan/ Ternak dan Tanaman Rp. 1.000.000,00 30 Belanja Modal Alat-alat Persenjataan/Keamanan Rp. 500.000,00 BUPATI LUWU TIMUR, ANDI HATTA M. 8

LAMPIRAN II PERATURAN BUPATI LUWU TIMUR NOMOR 29/ XII /TAHUN 2013 TENTANG KAPITALISASI ASET TETAP KABUPATEN LUWU TIMUR CONTOH PENERAPAN BAHWA SUATU PENGELUARAN, APAKAH TERMASUK BELANJA MODAL ATAU BELANJA BARANG JASA : 1. Dinas Pendidikan melakukan kegiatan/proyek pemeliharaan atas gedung kantor (ruang kerja) dengan melakukan penggantian kunci pintu/jendela dan pengecatan ruang kerja dengan total biaya sebesar Rp. 20.000.000,-. Adapun harga perolehan gedung kantor dimaksud sebesar Rp.100.000.000,-. Kegiatan/proyek pemeliharaan tersebut apakah masuk kategori pemeliharaan rutin berkala atau belanja modal yang dapat dikapitalisasi menjadi aset tetap No. Kriteria Memenuhi Kriteria 1 Manfaat ekonomi atas barang yang dipelihara bertambah : bertambah ekonomis/efisien, bertambah umur Tidak ekonomis, bertambah volume, bertambah kapasitas produksi. 2 Nilai rupiah pengeluaran atas pemeliharaan barang/aset tetap tersebut material/melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan Ya (karena nilai pemeliharaan melampaui batasan minimal jumlah biaya yang harus dikapitalisasi sebesar Rp. 10.000.000,-) Kesimpulan : Pemeliharaan Gedung Kantor tersebut tidak memenuhi kriteria kapitalisasi artinya belanja pemeliharaan gedung kantor dimaksud tidak menambah nilai aset tetap. Belanja pemeliharaan yang tidak menambah nilai aset tetap harus dianggarkan dalam jenis belanja barang dan jasa. 2. Dinas pendidikan melakukan kegiatan/proyek pemeliharaan/rehabilitasi atas gedung kantor dengan melakukan penggantian atas sebagian lantai ruang kerja yang semula lantai ubin menjadi lantai marmer dengan total biaya sebesar Rp. 5.000.000,-. Adapun harga perolehan gedung kantor dimaksud sebesar Rp.200.000.000,-. Kegiatan/proyek pemeliharaan/rehabilitasi tersebut apakah masuk kategori pemeliharaan rutin berkala atau belanja modal yang dapat dikapitalisasi menjadi aset tetap. No. Kriteria Memenuhi Kriteria 1 Manfaat ekonomi atas barang yang Ya dipelihara bertambah : bertambah ekonomis/efisien, bertambah umur ekonomis, bertambah volume, bertambah kapasitas produksi, bertambah estetika/keindahan/kenyaman 2 Nilai rupiah pengeluaran atas Tidak 9

pemeliharaan barang/aset tetap tersebut material/melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan (karena nilai pemeliharaan tidak melampaui batasan minimal jumlah biaya yang harus dikapitalisasi sebesar Rp. 10.000.000,- Kesimpulan : Pemeliharaan gedung kantor tersebut tidak memenuhi kriteria kapitalisasi artinya belanja pemeliharaan dimaksud tidak menambah nilai aset tetap. Belanja pemeliharaan yang tidak menambah nilai aset tetap harus dianggarkan dalam jenis Belanja Barang dan Jasa. 3. Dinas pendidikan melakukan kegiatan / proyek pemeliharaan / rehabilitasi atas gedung kantor dengan melakukan penggantian atas seluruh lantai ruang kerja yang semula lantai ubin menjadi lantai marmer dengan total biaya sebesar Rp. 25.000.000,-. Adapun harga perolehan gedung kantor dimaksud sebesar Rp.200.000.000,-. Kegiatan/proyek pemeliharaan/rehabilitasi tersebut apakah masuk kategori pemeliharaan rutin berkala atau belanja modal yang dapat dikapitalisasi menjadi aset tetap. No. Kriteria Memenuhi Kriteria 1 Manfaat ekonomi atas barang yang Ya dipelihara bertambah : bertambah ekonomis/efisien, bertambah umur ekonomis, bertambah volume, bertambah kapasitas produksi, bertambah estetika/keindahan/kenyaman 2 Nilai rupiah pengeluaran atas pemeliharaan barang/aset tetap tersebut material/melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap yang telah ditetapkan Ya (karena nilai pemeliharaan melampaui batasan minimal jumlah biaya yang harus dikapitalisasi sebesar Rp. 10.000.000,-) Kesimpulan : Pemeliharaan gedung kantor tersebut memenuhi kriteria kapitalisasi artinya belanja pemeliharaan dimaksud akan menambah nilai aset tetap. Belanja pemeliharaan yang bersifat menambah nilai aset tetap harus dianggarkan dalam jenis belanja modal. BUPATI LUWU TIMUR, ANDI HATTA M. 10