Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

Sri Maryani 1, Dwi Sarbini 2, Ririn Yuliati 3 RSU PKU Muhammadiyah Surakarta

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. diatas atau sama dengan 126 mg/dl (Misnadiarly, 2006). Gangguan. jaringan tubuh. Komplikasi DM lainnya adalah kerentanan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang lebih tinggi dari normal tetapi tidak cukup tinggi untuk didiagnosis

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena sekresi

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN UKDW. sekian banyak penyakit degeneratif kronis (Sitompul, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN PASIEN DM DENGAN KEPATUHAN DALAM MENJALANI DIET KHUSUS DI RS STELLA MARIS MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

4. Tiazolidindion Insulin VI. Komplikasi Diabetes B. Landasan Teori C. Hipotesis BAB III Metodologi Penelitian...

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KETAATAN POLA MAKAN PENDERITA DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEI BESAR BANJARBARU

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

AKSEPTABILITAS PELAYANAN RESIDENSIAL KEFARMASIAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II TANPA KOMPLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

*Dosen Program Studi Keperawatan STIKES Muhamamdiyah Klaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan berbagai faktor seperti perubahan pola penyakit dan pola pengobatan,

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN KLIEN DIABETES MELITUS DALAM MENGONTROL GULA DARAH DI POLIKLINIK INTERNA RSUD LABUANG BAJI MAKASSAR

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk penelitian observasional.dan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

Transkripsi:

Naskah Publikasi, November 008 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia Hubungan Antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga Terhadap Kadar Gula Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Bulan Januari-Juli 008 Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih Abstrak Latar Belakang Masalah: Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit menahun yang dewasa ini prevalensinya makin meningkat. Diabetes melitus tipe merupakan jenis diabetes melitus yang paling sering ditemukan di praktek, diperkirakan sekitar 90% dan semua penderita diabetes melitus di Indonesia. DM adalah penyakit selama hidup, maka pengawasan dan pemantauan dalam penatalaksanaan DM pada setiap saat menjadi penting. Oleh karena itu maka penatalaksanaan penderita DM tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada pundak dokter dan klinis saja. Tujuan: Berdasar latar belakang tersebut maka penulis ingin memberikan gambaran dari sikap, perilaku dan partisipasi keluarga penderita Diabetes Melitus tipe terhadap penatalaksanaan kadar gula darah penderita Diabetes Melitus tipe. Metodologi: Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif-analitik dan menggunakan rancangan dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian adalah pasien DM Tipe RS PKU Muhammadiyah dari bulan januari juli sebanyak 70 orang. Jumlah responden dalam penelitian sebanyak 35 orang. Pengumpulan data dengan kuesioner dan rekam medik. Analisis data menggunakan uji statistik Chi-Square dengan taraf signifikan p<0.05. Hasil Penelitian: Uji Chi-Square test yang digunakan untuk menguji adakah hubungan antara sikap, perilaku dan partisipasi keluarga terhadap kadar gula darah penderita DM tipe memberikan hasil P > 0,05 sehingga menyatakan tidak ada hubungan antara sikap, perilaku dan partisipasi keluarga terhadap kadar gula darah penderita DM tipe. Kesimpulan: Masih cukup besar persentase tingkat kadar gula darah penderita DM tipe yang dikatakan buruk (54,3 %) dibandingkan dengan tingkat kadar gula darah penderita DM tipe yang baik (45,7 %). Pendahuluan Diabetes mellitus (DM) merupakan kumpulan gejala yang timbul pada seseorang akibat tubuh mengalami gangguan dalam mengontrol kadar gula darah. Gangguan 1 tersebut dapat disebabkan oleh sekresi hormon insulin tidak adekuat atau fungsi insulin terganggu (resistensi insulin) atau justru gabungan dari keduanya. Diabetes melitus tipe merupakan jenis diabetes melitus yang paling sering ditemukan di praktek, diperkirakan sekitar 90% dan semua penderita diabetes melitus di Indonesia (Soegondo, 005). Menurut survei yang dilakukan oleh WHO, Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita diabetes terbesar setelah India, Cina, dan Amerika Serikat. Untuk Indonesia, WHO memprediksi kenaikan jumlah penderita dari 8,4 juta pada tahun 000 menjadi sekitar 1,3 juta pada tahun 030. Badan Pusat Statistik Indonesia (003) memperkirakan, jumlah penduduk Indonesia yang berusia di atas 0 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan prevalensi penderita diabetes pada daerah urban sebesar 14,7% dan daerah rural sebesar 7,%, diperkirakan pada tahun 003 terdapat penderita diabetes sebesar 8, juta di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya berdasarkan pola pertambahan penduduk, diperkirakan pada tahun 030, jumlah penduduk yang berusia di atas 0 tahun sekitar 194 juta. Dengan asumsi prevalensi diabetes pada urban (14,7%) dan rural (7,%) diperkirakan terdapat 1 juta penderita diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural (Anonim, 006 a ). Sedangkan dari data Depkes, jumlah pasien diabetes rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dari seluruh penyakit endokrin (Depkes RI, 005). Jumlahnya meningkat seiring dengan bentuk gaya hidup, pola konsumsi makanan yang tidak sehat termasuk diantaranya kurangnya aktivitas fisik dan konsumsi junk food, dan lain-lain (Wardani et al,007). Soewondo (005), menyatakan bahwa stres stres yang dialami penderita baik fisik maupun mental berhubungan dengan sakitnya dan secara tidak disadari atau tidak langsung dirasakan oleh orang tua dan keluarga penderita, maka akan timbul suatu kesalahan kesalahan sikap keluarga dan penderita. Lingkungan yang mempengaruhi perilaku tidak hanya terbatas pada lingkungan fisik saja, tetapi juga lingkungan psikologis, sosial, ekonomi dan budaya. Hal ini selanjutnya akan mempengaruhi cara hidup sehat manusia. Sehingga peran keluarga seperti sikap, perilaku dan partisipasi keluarga dipandang sebagai naluri untuk

melindungi anggota keluarga yang sakit. Ada semacam hubungan yang kuat antara keluarga dan status kesehatan anggotanya bahwa peran serta keluarga sangat penting bagi setiap aspek perawatan kesehatan anggota keluarga mulai dari segi strategi pencegahan sampai fase rehabilitasi (Sundari dan Setyawati, 006). Mengingat DM adalah penyakit selama hidup, maka pengawasan dan pemantauan dalam penatalaksanaan DM pada setiap saat menjadi penting. Oleh karena itu maka penatalaksanaan penderita DM tidak dapat sepenuhnya diletakkan pada pundak dokter dan klinis saja. Dalam hal ini partisipasi penderita DM dan keluarganya sangat diperlukan khususnya dalam orientasinya pada upaya mengembalikan penderita DM ke dalam situasi sehat atau paling tidak mendekati normal (Waspadji, 005). Tujuan pelaksanaan DM meliputi enam hal, yaitu : Memperpanjang hidup penderita dan menghilangkan gejala penyakit. Mengusahakan penderita DM hidup bermasyarakat senormal mungkin. Mengusahakan dan Mempertahankan status metabolisme yang baik. Mencegah komplikasi DM. Menghilangkan faktor resiko lain. Skrining adanya komorbid (Asdie, 000). Upaya untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan kombinasi antara pengaturan diet, olah raga, obat anti diabetik, penilaian kontrol, dan pendidikan. Keberhasilan penatalaksanaan DM juga ditentukan oleh peranan aktif dari penderita DM sendiri, keluarganya dan masyarakatnya dalam pengontrolan DM, pencegahan komplikasi akut maupun kronik serta pembiayaanya. Berdasarkan pertimbangan di atas maka penulis tertarik untuk menyusun Karya Tulis Ilmiah tentang hubungan antara sikap, perilaku dan partisipasi keluarga penderita Diabetes melitus tipe terhadap kadar gula darah. Metode Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik dan menggunakan rancangan dengan pendekatan crosssectional. Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta bulan Januari Juli 008. Subyek yang diteliti adalah semua penderita DM Tipe yang memeriksakan diri pada poliklinik Penyakit Dalam RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta dari Januari 008 Juli 008 dan sampel yang diperoleh berjumlah 35 responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Variabel penelitian yaitu : 1. Variabel bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap, perilaku dan partisipasi keluarga menurut pasien. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kadar gula darah sewaktu menggunakan sampel darah kapiler penderita DM tipe. Cara pengumpulan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatan dengan metode kuesioner dan wawancara yang dilakukan terhadap penderita DM tipe. Kuesioner ini berisi sejumlah pertanyaan untuk mendapatkan data mengenai sikap, perilaku, dan partisipasi keluarga pasien terhadap penderita DM tipe. Data sekunder dilakukan dengan cara mengutip dari status penderita pada catatan medik penderita di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta untuk mendapatkan variabel kadar gula darah sewaktu penderita DM tipe. Kadar gula darah sewaktu penderita DM tipe selama tiga bulan terakhir kontrol diambil kemidian dihitung reratanya. Untuk menganalisa hubungan antara sikap, perilaku dan partisipasi keluarga terhadap kadar gula darah penderita DM tipe digunakan uji Chi-Square dengan α = 0,05 dan tingkat kepercayaan 95%. Hasil Penelitian Karakteristik Responden Jenis Kelamin. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebaran penderita DM Tipe berdasarkan jenis kelamin adalah 48,6% atau 17 orang adalah laki laki dan 51,4% atau 18 orang adalah perempuan. Tabel 1. Distribusi pasien DM berdasarkan jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-laki 48,6 Perempuan 51,4 Umur. Tabel menunjukkan bahwa penderita DM Tipe yang berusia 50 tahun sebanyak 13 orang (37,%), berusia antara 51-60 tahun sebanyak 11 orang (31,4%) dan yang berusia 61 tahun sebanyak 11 orang (31,4%). Tabel. Distribusi pasien DM berdasarkan umur Usia (tahun) 50 37, 51 60 31,4 61 31,4 Tingkat Pendidikan. Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi tingkat pendidikan penderita DM tipe terbanyak adalah SMA yaitu sebanyak 14 orang (40%), kemudian diikuti dengan penderita dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 8 orang (,9%), Penderita DM tipe yang tidak sekolah sebanyak 7 orang (0%), penderita DM tipe dengan tingkat pendidikan perguruan tinggi sebanyak 5 orang (14,%), dan

penderita DM tipe dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 1 orang (,9%). Tabel 3. Distribusi penderita DM tipe berdasarkan Tingkat Pendidikan Jenjang Pendidikan Tidak Sekolah 0 SD,9 SMP,9 SMA 40 Perguruan Tinggi 14, Gambaran Sikap, Perilaku dan Partisipasi Keluarga terhadap Kadar Gula Darah Penderita DM tipe Sikap. Tabel 4 menunjukkan bahwa keluarga penderita DM tipe dengan sikap baik ada 3 keluarga (65,7%) dan dengan sikap kurang ada 1 keluarga (34,3%). Data mengenai sikap dikategorikan berdasarkan nilai median antara nilai minimum dan nilai maksimum pada data yang diperoleh. Dari data diperoleh nilai minimum 3 dan nilai maksimum 61, jadi nilai mediannya adalah 46,5, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut : Baik : > nilai median (47-61) dan Kurang : < nilai median (3-46) Hasil sikap keluarga terhadap penderita DM tipe dari data diatas diperoleh gambaran bahwa sebagian besar cukup baik karena 65,7% responden keluarga yang mempunyai sikap baik namun demikian sikap keluarga masih perlu ditingkatkan lagi. Tabel 4. Distribusi Derajat sikap keluarga penderita DM tipe Derajat SikapKeluarga Baik 65,7 Kurang 34,3 Perilaku. Tabel 5 menunjukkan bahwa keluarga penderita DM tipe dengan perilaku baik ada 18 keluarga (51,4%) dan dengan perilaku kurang ada 17 keluarga (48,6%). Data mengenai perilaku dikategorikan berdasarkan nilai median antara nilai minimum dan nilai maksimum pada data yang diperoleh. Dari data diperoleh nilai minimum 19 dan nilai maksimum 3, jadi nilai mediannya adalah 5,5, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut : Baik : > nilai median (6-3) Kurang : < nilai median (19-5) Maka hasil perilaku keluarga terhadap penderita DM tipe dari data diatas diperoleh gambaran bahwa sebagian besar cukup baik karena 51,8% responden keluarga yang mempunyai perilaku baik namun demikian perilaku keluarga masih perlu ditingkatkan lagi. 3 Tabel 5. Distribusi Derajat perilaku keluarga penderita DM tipe Derajat Perilaku Keluarga Baik 51,4 Kurang 48,6 Partisipasi. Tabel 5 menunjukkan bahwa keluarga penderita DM tipe dengan partisipasi baik ada 19 keluarga (54,3%) dan dengan partisipasi kurang ada 16 keluarga (45,7%). Data mengenai partisipasi dikategorikan berdasarkan nilai median antara nilai minimum dan nilai maksimum pada data yang diperoleh. Dari data diperoleh nilai minimum 30 dan nilai maksimum 4, jadi nilai mediannya adalah 36, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut : Baik : > nilai median (37-4) Kurang : < nilai median (30-36) Maka hasil partisipasi keluarga terhadap penderita DM tipe dari data diatas diperoleh gambaran bahwa sebagian besar cukup baik karena 54,3% responden keluarga yang mempunyai partisipasi baik namun demikian partisipasi keluarga masih perlu ditingkatkan. Tabel 6. Distribusi Derajat partisipasi keluarga penderita DM tipe Derajat Partisipasi Keluarga Baik 54,3 Kurang 45,7 Kadar Gula Darah. Kadar gula darah penderita DM tipe tiga bulan kontrol terakhir di RS PKU Muhammadiyah diambil kemudian dirata rata sehingga dari 7 dapat dilihat bahwa penderita DM tipe dengan kadar gula darah baik ada 16 orang (45,7%) dan penderita DM tipe dengan kadar gula darah buruk 19 orang (54,3%). Adapun pengkategorian ini berdasarkan kriteria pengendalian DM dari PERKENI 00 dimana kadar gula darah sewaktu 70 mg/dl - 140mg/dl dikatakan baik dan bila > 140 mg/dl dikatakan buruk. Tabel 7. Distribusi Derajat kadar gula darah penderita DM tipe Kadar Gula Darah Penderita Baik 45,7 Buruk 54,3 Hubungan antara sikap keluarga dengan kadar gula darah (3,157) < (3,481) dan (0,076) > 0,05. Oleh antara sikap keluarga dengan kadar gula darah pasien. Hasil dari.8 hubungan antara sikap keluarga dengan

kadar gula darah penderita DM tipe didapatkan hasil sebagai berikut : sebanyak 13 keluarga DM tipe (37,1%) mempunyai sikap baik dan kadar gula darahnya baik, 10 keluarga (8,6%) mempunyai sikap yang baik namun kadar gula darahnya buruk, 3 keluarga (8,6%) mempunyai sikap kurang namun kadar gula darahnya baik, dan 9 keluarga (5,7%) mempunyai sikap yang kurang dan kadar gula darahnya buruk. Tabel 8. Hubungan antara sikap keluarga dengan kadar gula darah penderita DM tipe Sikap % Kadar Gula Darah % Total Baik 37,1 8,6 65,7 Kurang 8,6 5,7 34,3 Hubungan antara perilaku keluarga dengan kadar gula darah (1,446) < (3,481) dan (0,9) > 0,05. Oleh antara perilaku keluarga dengan kadar gula darah pasien. Hasil dari.9 hubungan antara perilaku keluarga dengan kadar gula darah penderita DM tipe didapatkan hasil sebagai berikut : sebanyak 10 keluarga DM tipe (8,6%) mempunyai perilaku baik dan kadar gula darahnya baik, 8 keluarga (,9%) mempunyai perilaku yang baik namun kadar gula darahnya buruk, 6 keluarga (17,1%) mempunyai perilaku kurang namun kadar gula darahnya baik, dan 11 keluarga (31,4%) mempunyai perilaku yang kurang dan kadar gula darahnya buruk. Tabel 9. Hubungan antara perilaku keluarga dengan kadar gula darah penderita DM tipe Perilaku % Kadar Gula Darah % Total Baik 8,6,9 51,5 Kurang 17,1 31,4 48,5 Hubungan antara partisipasi keluarga dengan kadar gula darah (,485) < (3,481) dan (0,115) > 0,05. Oleh antara partisipasi keluarga dengan kadar gula darah pasien. Hasil dari Tabel 10 hubungan antara partisipasi keluarga dengan kadar gula darah penderita DM tipe didapatkan hasil sebagai berikut : sebanyak 11 keluarga DM tipe (31,4%) mempunyai partisipasi baik dan kadar gula darahnya baik, 8 keluarga (,9%) mempunyai partisipasi yang baik namun kadar gula darahnya buruk, 5 keluarga (14,3%) mempunyai partisipasi kurang namun kadar gula darahnya baik, dan 11 keluarga (31,4%) 4 mempunyai partisipasi yang kurang dan kadar gula darahnya buruk. Tabel 10. Hubungan antara partisipasi keluarga dengan kadar gula darah penderita DM tipe Partisipasi Kadar Gula Darah Total Baik 31,4,9 54,3 Kurang 14,3 31,4 45,7 Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji statistik chi square yang menghubungkan antara Sikap, Perilaku dan Partisipasi keluarga penderita DM tipe terhadap kadar gula darah, ternyata masing masing memberikan hasil yang tidak bermakna. Pada 8 diperoleh X² = 3,157 dan p > 0,05, pada 9 diperoleh X² = 1,446 dan p > 0,05 dan pada 10 diperoleh X² =,485 dan p > 0,05. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pengendalian kadar gula darah penderita DM tipe tidak dapat diprediksi berdasarkan sikap, perilaku, maupun partisipasi keluarga penderita DM tipe atau dengan kata lain keluarga penderita DM tipe tidak memberikan kontribusi yang nyata dalam menentukan kondisi kadar gula darah penderita DM, sebagai salah satu upaya preventif untuk mencegah terjadinya komplikasi pada penderita DM. Menurut Tjokroprawiro (001) kepribadian atau motivasi penderita untuk mentaati diet, terapi dan latihan gerak badan dari dokter yang merawatnya dan sadar semua itu untuk kepentingan dirinya sendiri merupakan faktor kunci untuk menilai keterawatan penderita DM. Apabila penderita mempunyai motivasi yang baik, maka dapat diyakini kalau hasil pengukuran glukosa darah menggambarkan keadaan sebenarnya. Keluarga sebagai salah satu lingkungan sosial terdekat dengan penderita DM merupakan satu faktor yang potensial untuk mempengaruhi dan membentuk motivasi yang sehat bagi penderita DM dalam menjalankan penatalaksanaan DM untuk pengendalian kadar gula darah penderita, sehingga faktor sikap, perilaku dan partisipasi keluarga penderita DM merupakan faktor penting untuk menentukan keberhasilan penatalaksanaan DM. American Diabetes Association (ADA, 006) mengatakan bahwa perencanaan pengelolaan diabetes harus dibicarakan sebagai terapetik individual antara pasien dan keluarganya dan pasien harus menerima perawatan medis secara terkoordinasi dan integrasi dari tim kesehatan, sehingga keluarga menyadari pentingnya keikutsertaan dalam perawatan penderita diabetes mellitus agar kadar gula darah penderita dapat terkontrol dengan baik. Untuk mempertahankan kadar gula darah penderita dalam batas normal pada prinsipnya diletakkan pada tatalaksana pengaturan diet, olah raga, obat anti diabetik,

penilaian kontrol dan edukasi. Di lihat dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa sebagian besar penderita DM tipe kadar gula darahnya masih dikatakan buruk dengan persentase 54,3 % yang dapat memberikan arti bahwa tatalaksana penderita DM yang bertumpu pada peran serta keluarga belum berjalan dengan semestinya. Faktor faktor yang mempengaruhi masih tingginya kadar gula darah pada pasien DM yang menjalani terapi DM adalah usia, kurangnya ketaatan terhadap aktifitas fisik atau olah raga, pengertian pasien DM terhadap penyakit yang dideritanya dan masih kurangnya peran serta anggota keluarga pasien dalam memandu pengobatan, diet, latihan jasmani dan pengisian waktu luang yang positif bagi kesehatan keluarga sehingga mempengaruhi dari penatalaksanaan DM sehingga kadar gula darah penderita kurang terkontrol dengan baik. Namun demikian potensi keluarga sebagai dasar perawatan penderita DM masih dapat dikembangkan, dengan asumsi dari hasil penelitian diperoleh sikap keluarga dengan perilaku keluarga p < 0,01, perilaku keluarga dengan partisipasi p < 0,01, sehingga memperlihatkan hubungan yang positif antara sikap keluarga dengan perilaku keluarga maupun perilaku keluarga dengan partisipasinya. Namun demikian perlu dipertimbangkan pendapat Notoatmodjo, 003 bahwa sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi sikap merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sehingga meski sikap positif terhadap nilai nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan yang nyata,sikap dan perilaku merupakan dua demensi dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah dan berbeda seperti beberapa hasil penelitian tentang sikap dan perilaku sebagian dinyatakan bukti lemahnya hubungan antara sikap dengan perilaku. Untuk partisipasi keluarga dalam pemenuhan kesehatan ditentukan salah satunya oleh predisposisi keluarga untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang meliputi umur, jenis kelamin, besarnya keluarga serta hubungan keluarga dalam pelayanan kesehatan. Menurut Ismail (000) keadaan diatas dapat terjadi karena banyak adanya confinding factors yang berpengaruh dalam hubungan itu, menurutnya sikap seseorang terhadap suatu obyek distimulir oleh pola pikir individu, isu isu sosial dan situasi kelompok sosial yang ada. Menurut Rifki (005) mengatakan bahwa untuk penatalaksanaan suatu penyakit diperlukan adanya kerja sama atau pendekatan yang baik antara petugas kesehatan dengan individu atau kelompok masyarakat. Petugas kesehatan diharapkan dapat membantu mereka mengikuti tahap-tahap pengenalan dan pemecahan masalah yang dihadapi secara rasional. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa masih cukup besar persentase tingkat kadar gula darah penderita DM tipe 5 yang dikatakan buruk (54,3 %) dibandingkan dengan tingkat kadar gula darah penderita DM tipe yang baik (45,7 %). Selain itu, penatalaksanaan DM tipe yang didasarkan pada tingkat kadar gula darah penderita DM tipe tidak dapat diprediksi berdasarkan sikap, perilaku, dan partisipasi keluarga penderita DM tipe. Daftar Pustaka American Diabetes Association, 006. Standards of Medical Care in Diabetes, Diabetes Care, 006: 9, S4-4. Anonim, 006 a. Bersiap Hadapi Ledakan 030, Ethical Digest, No. 6, Maret 008. Asdie, A.H., 000. Patogenesis dan Terapi Diabetes Mellitus Tipe, Edisi pertama, Penerbit Medika Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Biro Pusat Statistik, 003. Diabetes Mellitus, http://www.republika.co.id (diakses 7 Maret 008). Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 005. Jumlah Penderita Diabetes Indonesia Ranking ke-4 di Dunia, http://www.depkes.go.id/index.php (diakses 6 Maret 008). Ismail, R. 000. Perilaku Manusia dan Kejadian Sakit (Problem antara teori dan riset), Buletin Epidemiologi Indonesia (-11) : 3-9, Jaringan Epidemiologi Nasional Jakarta. Notoatmodjo, S. 003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta. PERKENI, 00. Konsensus Pengolahan Diabetes Mellitus Tipe di Indonesia, PB. PERKENI, Jakarta, 1-50. Rifki, N. 005. Penatalaksanaan Diabetes dengan Pendekatan Keluarga, dalam Penatalaksanaan Diabetes Terpadu, Edisi kelima, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. Soegondo, S. 005. Penatalaksaan Diabetes Mellitus Terpadu, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. Soewondo, P. 005. Pemantauan Pengendalian Diabetes Melitus, dalam Penatalaksanaan Diabetes Terpadu, Edisi kelima, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. Sundari, S.,Setyawati, I., 006. Peran Keluarga dalam Perawatan Penderita Diabetes Mellitus secara Mandiri di Rumah, Journal Mutiara Medika, 6:, 113-11.. Tjokroprawiro, A. 001. Diabetes Melitus Klasifikasi, Diagnosis, dan Terapi, Edisi ketiga, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Waspadji, S. 005. Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya yang Rasional, dalam Penatalaksanaan Diabetes Terpadu, Edisi kelima, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. WHO, 000. Diabetes: the cost of diabetes, http://www.who.int (diakses 6 Maret 008). Wardani, N, K,.Hadi,H.,Huriyati,E.,007. Pola Makan dan Obesitas Sebagai Faktor Resiko DM Tipe di Rumah Sakit Sanglah Denpasar, Journal Gizi Klinik Indonesia, 4:1,1-10.