BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak.

dokumen-dokumen yang mirip
: KAJIAN YURIDIS PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAAD HAKIM DALAM PERKARA NO.

BAB 1 PENDAHULUAN. Tengker, cet. I, (Bandung: CV. Mandar Maju, 2001), hal (Jakarta: Djambatan, 2002), hal. 37.

KAPAN PUTUSAN NIET ONTVANKELIJKE VERKLAARD DAPAT DIAJUKAN ULANG?

[DEVI SELVIYANA, SH] BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang harus dihargai dan dihormati oleh orang lain.

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang cenderung untuk selalu hidup

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Didalam sistem hukum Negara Republik Indonesia ini, terdapat

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi atau melakukan hubungan-hubungan antara satu sama

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya menurut Sudikno Mertokusumo yang dimaksud dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

BAB IV. memutuskan dan mengadili perkara Nomor: 207/Pdt. G/2011/PA. Kdr. tentang

2016, No objek materiil yang jumlahnya besar dan kecil, sehingga penyelesaian perkaranya memerlukan waktu yang lama; e. bahwa Mahkamah Agung d

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. berbuat atau tidak berbuat di dalam masyarakat. 1 Dari sini dapat dipahami,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

EVITAWATI KUSUMANINGTYAS C

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam kehidupan masyarakat yang serba kompleks setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. dimenangkan dan pihak yang dikalahkan. Terdapat dua pilihan bagi pihak yang. putusan serta-merta(uitvoerbaar Bij Voorraad).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guna mendapatkan suatu putusan akhir dalam persidangan diperlukan adanya bahan-bahan mengenai

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN HUKUM PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MEMUTUS PERKARA SENGKETA TANAH AKIBAT PERBUATAN MELAWAN HUKUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diantara mereka. Hal itu dikarenakan setiap manusia memiliki. kepentingannya, haknya, maupun kewajibannya.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. proses beracara yang sesuai dengan hukum acara perdata. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. menerima atau mendengarkan sumpah tersebut, apakah mempercayainya

BAB I PENDAHULUAN. warga negara merupakan badan yang berdiri sendiri (independen) dan. ini dikarenakan seorang hakim mempunyai peran yang besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengatur agar kepentingan-kepentingan yang berbeda antara pribadi, masyarakat dan negara

BAB II HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA TENTANG PEMBUKTIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan hukum perdata itu dibagi menjadi dua macam yaitu hukum perdata

BAB I PENDAHULUAN. menemukan hukum yang akan diterapkan (rechtoepasing) maupun ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasal 1917 BW dijelaskan bahwa pada dasarnya suatu putusan itu

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. putusan ini, hubungan antara kedua belah pihak yang berperkara ditetapkan untuk selamalamanya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam konstitusi Indonesia, yaitu Pasal 28 D Ayat (1)

HUKUM ACARA PERDATA BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini kebutuhan masyarakat untuk kehidupan sehari-hari semakin

RINGKASAN SKRIPSI. Sumber Hukum Acara di lingkungan Peradilan Agama juga menjelaskan tentang

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum, bank adalah lembaga yang melaksanakan tiga fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. zoon politicon, yakni sebagai makhluk yang pada dasarnya. selalu mempunyai keinginan untuk berkumpul dengan manusia-manusia lainnya

BAB I PENDAHULUAN. kepada Hakim menjatuhkan putusan tanpa hadirnya Tergugat. Putusan verstek

BAB I PENDAHULUAN. esensial, yaitu keadilan (gerechtigheit), kemanfaatan (zwachmatigheit) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia memiliki

FORMULASI KUMULASI GUGATAN YANG DIBENARKAN TATA TERTIB ACARA INDONESIA (STUDI PUTUSAN MA NOMOR K/PDT/2012 DAN PUTUSAN MA NOMOR.

TINJAUAN YURIDIS TENTANG IKUT SERTANYA PIHAK KETIGA ATAS INISIATIF SENDIRI DENGAN MEMBELA TERGUGAT (VOEGING) DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang diwarnai dengan semakin. pihak yang terlibat dalam lapangan usaha tersebut, sangat berpotensi

BAB I PENDAHULUAN. berlakunya Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selaku anggota masyarakat, selama masih hidup dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan yang besar dalam dinamika. didalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

BAB I PENDAHULUAN. dipersidangan, dan hakim sebagai aparatur penegak hukum hanya akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia Tahun 2004 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4432, Penjelasan umum.

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap orang yang hidup di dunia dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

PERANAN HAKIM TERHADAP LAHIRNYA PUTUSAN PENGADILAN YANG MENYATAKAN GUGATAN TIDAK DAPAT DITERIMA (Studi Kasus Putusan No. 191/Pdt.G/2010/PN.

BAB 1 PENDAHULUAN. setiap individu, sehingga setiap orang memiliki hak persamaan dihadapan hukum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

ELIZA FITRIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

BAB I PENDAHULUAN. mediasi dalam berbagai literatur ilmiah melalui riset dan studi akademik.

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

PROSES PELAKSANAAN GUGATAN INTERVENSI DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA TATA USAHA NEGARA PADA PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pengadilan Agama sebagai salah satu badan peradilan di Indonesia

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PROSES PEMERIKSAAN DI MUKA SIDANG DALAM PERKARA WARIS

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

BAB I PENDAHULUAN. sehingga telah memicu terbentuknya skema-skema persaingan yang ketat dalam segala

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. di dunia berkembang pesat melalui tahap-tahap pengalaman yang beragam disetiap

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

BAB III PUTUSAN MAHKAMAH AGUNG NO. 718 K/AG/2012 TENTANG BIAYA KEHIDUPAN (NAFKAH) BAGI BEKAS ISTRI YANG DIBERIKAN OLEH SUAMI PASCA PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan dengan asas-asas dan norma-normanya dan juga oleh

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PERDAMAIAN DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tujuan sebagai badan yang dibentuk untuk melakukan upaya

SKRIPSI PENGINGKARAN PUTUSAN PERDAMAIAN OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. penyelesaian perkara pidana, keterangan yang diberikan oleh seorang saksi. pidana atau tidak yang dilakukan terdakwa.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KUMULASI GUGATAN. Secara istilah, kumulasi adalah penyatuan; timbunan; dan akumulasi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam praktik sehari-hari, hubungan antara manusia yang satu dengan manusia yang lain maupun hubungan antara manusia dengan badan hukum atau badan hukum dengan badan hukum, antara manusia dan atau badan hukum dengan penguasa seringkali dapat menimbulkan hubungan hukum, yang mana dalam hubungan hukum tersebut antara yang satu dengan yang lainnya akan menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para pihak. Dalam masyarakat Indonesia yang serba majemuk ini seringkali dalam berhubungan antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya tidaklah sama karena ada yang beretika baik dan ada pula yang beretika tidak baik. Dalam hubungan hukum antara pihak yang satu dengan pihak lainnya apabila sama-sama beretika baik dalam menjalin hubungan hukum umumnya kemungkinannya kecil sekali timbul masalah karena dalam hubungan hukum yang didasari dengan etika yang baik, kalau terjadi permasalahan hukum dapat diselesaikan dengan kekeluargaan atau perdamaian di luar sidang. Akan tetapi jika dalam hubungan hukum ada salah satu pihak yang beretika tidak baik sudah barang tentu akan menimbulkan permasalahan-permasalahan hukum yang dapat merugikan salah satu pihak dalam hubungan hukum tersebut. 1 1 Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori Dan Praktik, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 1. 1

Untuk mencegah adanya eigenrichting atau main hakim sendiri dalam hubungan hukum yang ada di dalam suatu masyarakat diperlukan adanya peraturan perundang-undangan yang mengatur hubungan hukum antara pihak yang satu dengan pihak lainnya agar di dalam hubungan hukum yang ada dalam masyarakat dapat berjalan dengan tertib. Apabila ada salah satu pihak merasa haknya dilanggar atau dirugikan, maka pihak tersebut dapat melakukan gugatan atau tuntutan hak secara hukum melalui lembaga peradilan. Tuntutan hak tersebut adalah tindakan yang bertujuan memperoleh perlindungan hak yang diberikan oleh pengadilan. 2 Memang tujuan akhir dari proses pemeriksaan perkara di pengadilan negeri yaitu diambilnya suatu putusan oleh hakim yang berisi penyelesaian perkara yang disengketakan. 3 Berdasarkan putusan itu, ditentukan dengan pasti hak maupun hubungan hukum para pihak dengan objek yang disengketakan. Suatu gugatan yang diajukan oleh penggugat agar dapat diterima oleh pengadilan haruslah memenuhi syarat-syarat dan atau ketentuan-ketentuan yang ada di dalam HIR maupun RBg. Syarat-syarat atau ketentuan-ketentuan itu merupakan bagian dari hukum perdata formil yang akan berakhir pada munculnya putusan hakim yang didasarkan pada pertimbangan hukum. Dalam memberikan putusanya, Hakim dapat memberikan putusan yang mengabulkan gugatan, menolak gugatan maupun putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard). Salah satu hal yang menyebabkan gugatan mengandung cacat formil adalah gugatan mengandung error in persona, yang 2 Sudikno, Hukum Acara Perdata Indonesia Edisi Revisi, (Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2013), hlm. 54. 3 Subekti, Hukum Acara Perdata, (Bandung: Bina Cipta, 1977), hlm. 122. 2

antara lain terjadi karena pihak yang ditarik sebagai tergugat keliru (gemis aanhoedanigheid) atau yang bertindak sebagai penggugat atau yang ditarik sebagai tergugat tidak lengkap. Dalam hal ini hakim harus menjatuhkan putusan yang bersifat negatif yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima (N.O). Salah satu bentuk putusan Hakim yang mengandung cacat formil yang dinyatakan N.O dan telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena tidak diajukan banding adalah putusan N.O Pengadilan Negeri Jakarta Barat dalam perkara Nomor 779/PDT.G/2011/PN.JKT.BAR antara IR. KRISHNA MULIA SIREGAR sebagai PENGGUGAT, berhadapan/berlawanan dengan IR. RINALDI KURNIAWAN sebagai TERGUGAT dan ANNA INSANI IMAN SANTOSO sebagai TERGUGAT I. Sengketa ini menyangkut pelanggaran perjanjian yang dilakukan oleh TERGUGAT dan TERGUGAT I kepada PENGGUGAT yaitu tidak menyerahkan barang jaminan berupa sebidang tanah dan bangunan rumah tinggal diatasnya seluas 300 m 2 Sertifikat Hak Milik No. 1401 yang terletak di Kedoya Selatan Kec. Kebon Jeruk Jakarta Barat a/n TERGUGAT sesuai dengan Surat Kuasa Penyerahan Barang Agunan dan Kuasa Untuk Menjual dari TERGUGAT kepada PENGGUGAT tertanggal 5 Juli 2009 dan ditambah Surat Keterangan dari TERGUGAT tertanggal 11 Februari 2011. Ini dikarenakan dalam melaksanakan tugasnya TERGUGAT sebagai kontraktor mengalami kegagalan dan kerugian sehingga Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Tengah mengeluarkan Surat Pemutusan Kontrak Kerja kepada TERGUGAT yang pada akhirnya tidak mampu 3

membayar Claim Recovery kepada PENGGUGAT sesuai dengan perjanjian tersebut. Di dalam perkara perdata Nomor 779/PDT.G/2011/PN.JKT.BAR, Majelis Hakim menjatuhkan putusan N.O (Niet Ontvankelijke Verklaard) dan menyatakan bahwa gugatan para Penggugat tidak dapat diterima dengan dasar pertimbangan menerima eksepsi error in persona dari Tergugat dan menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara tersebut. Berdasarkan dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji permasalahan dengan judul AKIBAT HUKUM DAN UPAYA HUKUM PUTUSAN NIET ONTVANKELIJK VERKLAARD (N.O) DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Putusan Nomor: 779/PDT.G/2011/PN.JKT.BAR Tanggal 14 Maret 2012). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan permasalahan pada skripsi ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan Putusan dalam perkara perdata Nomor 779/PDT.G/2011/PN.JKT.BAR tanggal 14 Maret 2012 dinyatakan tidak dapat diterima (N.O)? 2. Apakah akibat hukum dan upaya hukum dalam Putusan yang dinyatakan tidak dapat diterima (N.O) dalam perkara perdata Nomor 779/PDT.G/2011/PN.JKT.BAR tanggal 14 Maret 2012? 4

C. Tujuan Penelitian Pada dasarnya tujuan penelitian adalah untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dan tepat tentang permasalahan-permasalahan yang telah dirumuskan. Secara khusus tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis mengenai faktor-faktor yang menyebabkan Putusan dinyatakan tidak dapat diterima (N.O) dalam putusan perkara perdata Nomor 779/PDT.G/2011/PN.JKT.BAR tanggal 14 Maret 2012. 2. Untuk mengetahui, memahami dan menganalisis mengenai akibat hukum dan upaya hukum dalam Putusan yang dinyatakan tidak dapat diterima (N.O) dalam putusan perkara perdata Nomor 779/PDT.G/2011/PN.JKT.BAR tanggal 14 Maret 2012. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum pada umumnya dan khususnya hukum acara perdata. b. Menambah dan memperkaya bahan referensi di bidang karya ilmiah serta dapat menjadi bahan masukan dan acuan bagi penelitian-penelitian sejenis di masa yang akan datang. 2. Kegunaan Praktis a. Memberikan jawaban atas pokok permasalahan dalam penelitian ini. b. Merupakan sarana bagi penulis untuk dapat menuangkan gagasan, hasil pemikiran, hasil penalaran serta penelitian hukum, membentuk pola pikir 5

yang sistematis, dan untuk menggali kemampuan penulis berdasarkan ilmu yang sudah didapat selama kuliah di Fakultas Hukum Universitas Esa Unggul. c. Diharapkan dapat memberi manfaat dan sumbangan pemikiran bagi masyarakat pada umumnya, dan mahasiswa fakultas hukum serta praktisi hukum pada khususnya. E. Kerangka Teoritis Dan Kerangka Konsepsional 1. Kerangka Teoritis Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang satu dengan pihak lainnya apabila terjadi sengketa yang tidak dapat diselesaikan oleh para pihak yang sedang berperkara umumnya diselesaikan melalui pengadilan untuk mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya. Perkara perdata yang diajukan ke pengadilan pada dasarnya tidak hanya terhadap perkara-perkara yang mengandung sengketa yang dihadapi oleh para pihak, tetapi dalam hal-hal tertentu yang sifatnya hanya merupakan suatu permohonan penetapan ke pengadilan untuk ditetapkan adanya hak-hak keperdataan yang dipunyai oleh pihak-pihak yang berkepentingan agar hak-hak keperdataanya mendapatkan keabsahan. Umumnya dalam permohonan penetapan tentang hak-hak keperdataan yang diajukan oleh pihak yang berkepentingan tidak mengandung sengketa karena permohonannya di maksudkan untuk mendapatkan pengesahan dari pihak yang berwajib. 6

Pengertian perkara perdata dalam arti luas termasuk perkara-perkara perdata baik yang mengandung sengketa maupun yang tidak mengandung sengketa, sedangkan pengertian perkara perdata dalam arti sempit adalah perkara-perkara perdata yang di dalamnya sudah dapat dipastikan mengandung sengketa. 4 Prof. Dr. Sudikno Mertokusumo, SH,. dalam bukunya Hukum Acara Perdata Indonesia menyatakan bahwa perkara perdata adalah meliputi baik perkara yang mengandung sengketa (contentieus) maupun yang tidak mengandung sengketa (voluntair). Gugatan dalam hukum acara perdata umumnya terdapat 2 (dua) pihak atau lebih, yaitu antara pihak penggugat dan tergugat, yang mana terjadinya gugatan umumnya pihak tergugat telah melakukan pelanggaran terhadap hak dan kewajiban yang merugikan pihak penggugat. Terjadinya gugatan umumnya setelah pihak tergugat melakukan pelanggaran hak dan kewajiban yang merugikan pihak penggugat tidak mau secara sukarela memenuhi hak dan kewajiban yang diminta oleh pihak penggugat, sehingga akan timbul sengketa antara penggugat dan tergugat. Sengketa yang dihadapi oleh para pihak apabila tidak bisa diselesaikan secara damai di luar persidangan umumnya perkaranya diselesaikan oleh para pihak melalui persidangan pengadilan untuk mendapatkan keadilan. 5 Memang tidak ada aturan yang baku mengenai bentuk dan format gugatan. Namun demikian gugatan hendaknya memenuhi substansi gugatan 4 Sarwono, Op, Cit, hlm. 5. 5 Ibid, hlm. 31. 7

dan syarat formil suatu gugatan. Tidak memenuhi syarat formil, gugatan menjadi tidak sempurna maka gugatan dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard). Ketidaksempurnaan diatas dapat dihindarkan jika penggugat/kuasanya sebelum memasukkan gugatan meminta nasihat dulu ke ketua pengadilan. 6 Terkait ada atau tidaknya ketidaksempurnaan atau cacat formil akan muncul pada saat jawaban Tergugat dalam bentuk Eksepsi atas gugatan penggugat yang dianggap mengandung cacat formil tersebut dengan permintaan agar gugatan penggugat dinyatakan tidak dapat diterima. Suatu gugatan yang diajukan oleh penggugat ke pengadilan dapat dinyatakan tidak dapat diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard) oleh pengadilan dengan alasan bahwa: 1. Gugatan tidak beralasan. 2. Gugatannya melawan hak. 3. Gugatannya diajukan oleh orang yang tidak berhak. 7 Dengan dinyatakan gugatan tidak dapat diterima tentunya mengakibatkan pokok sengketa yang minta agar diputus untuk menyelesaikan sengketa antara para pihak menjadi dikesampingkan atau dalam perkataan lain dengan dinyatakan tidak dapat diterima, maka pokok sengketa tidak diperiksa. Pengertian putusan hakim adalah putusan akhir dari suatu pemeriksaan persidangan di pengadilan dalam suatu perkara. 8 Ada berbagai jenis Putusan Hakim dalam pengadilan sesuai dengan sudut pandang yang kita lihat. Dari 6 Bambang Sugeng, Pengantar Hukum Acara Perdata & Contoh Dokumen Litigasi, (Jakarta: Kencana, 2012), hlm. 17. 7 Ibid, hlm. 18. 8 Sarwono, Hukum Acara Perdata Teori Dan Praktik, (Jakarta: Sinar Grafika, 2012), hlm. 211. 8

segi fungsinya dalam mengakhiri perkara putusan hakim adalah putusan akhir dan putusan sela. Putusan hakim di pengadilan idealnya mengandung aspek keadilan dan kepastian hukum. Dalam implementasinya tidak mudah untuk menerapkan apek tersebut karena aspek keadilan dan kepastian hukum saling bertentangan. Seorang hakim dalam memeriksa dan memutus perkara tidak selamanya terpaku pada satu asas saja. 9 Penegakan hukum yang berjalan selama ini terkesan kuat masih berkutat dalam bentuk keadilan prosedural yang sangat menekankan pada aspek regularitas dan penerapan formalitas legal semata. Akibatnya, penegakan hukum menjadi kurang atau bahkan tidak mampu menyelesaikan inti persoalan sebenarnya. 10 2. Kerangka Konsepsional a. Hukum perdata materiil adalah suatu kumpulan dari pada peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang hak dan kewajiban keperdataan antara pihak yang satu dengan pihak lainnya. 11 b. Hukum perdata formil adalah peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pelaksanaan sanksi hukuman terhadap para pelanggar 9 Fence M. Wantu, Mewujudkan Kepastian Hukum, Keadilan, Kemanfaatan Dalam Putusan Hakim Di Peradilan Perdata, (On-Line), tersedia di, http://fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/fileku/dokumen/jdh2012/jdhseptember2012/8.pdf diakses pada hari Sabtu tanggal 9 November 2013, jam 10.10. 10 Bambang Sutiyoso, Mencari Format Ideal Keadilan Putusan Dalam Peradilan, (On- Line), tersedia di http://law.uii.ac.id/images/stories/jurnal%20hukum/6%20bambang%20sutiiyoso.pdf diakses pada hari Sabtu tanggal 9 November 2013, jam 10.10. 11 Sarwono, Op, Cit,, hlm. 3. 9

hak-hak keperdataan sesuai dengan hukum perdata materiil mengandung sanksi yang sifatnya memaksa. 12 c. Perkara perdata adalah suatu perkara perdata yang terjadi antara pihak yang satu dengan pihak lainnya dalam hubungan keperdataan. 13 d. Sengketa perdata adalah suatu perkara perdata yang terjadi antara para pihak yang bersengketa di dalamnya mengandung sengketa yang harus diselesaikan oleh kedua belah pihak. 14 e. Beracara adalah pelaksanaan tuntutan hak baik yang mengandung sengketa maupun yang tidak mengandung sengketa yang diajukan oleh pihak yang berkepentingan. 15 f. Gugatan adalah suatu tuntutan hak yang diajukan oleh penggugat kepada tergugat melalui pengadilan. 16 g. Eksepsi adalah tangkisan atau jawaban yang diajukan oleh tergugat. 17 h. Putusan hakim adalah putusan akhir dari suatu pemeriksaan persidangan di pengadilan dalam suatu perkara. 18 i. Putusan Niet Ontvankelijke Verklaard (N.O) adalah suatu gugatan yang diajukan oleh penggugat ke pengadilan yang dinyatakan tidak dapat diterima oleh pengadilan. 19 12 Ibid, hlm.3. 13 Ibid, hlm 4. 14 Ibid, hlm 7. 15 Ibid, hlm 7. 16 Ibid, hlm 31. 17 Ibid, hlm 166. 18 Ibid, hlm 211. 19 Ibid, hlm 223. 10

j. Upaya hukum adalah suatu upaya yang diberikan oleh undang-undang kepada semua pihak yang sedang berperkara di pengadilan untuk mengajukan perlawanan terhadap keputusan hakim. 20 F. Metode Penelitian 1. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan pendekatan penelitian normatif atau kepustakaan (library research), yaitu penelitian yang mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan putusan-putusan pengadilan yang ada dalam masyaratkat. 21 2. Sifat Penelitian Dalam penelitian ini, metode yang digunakan penulis adalah dengan menggunakan penelitian yang bersifat deskriptif analitis, yaitu penelitian yang mengungkapkan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teoriteori hukum yang menjadi objek penelitian. 22 20 Ibid, hlm 350. 21 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 2013), hlm. 105. 22 Ibid. 11

3. Sumber Bahan Hukum Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang akan digunakan meliputi studi dokumen atau kepustakaan untuk memperoleh data sekunder yang bersumber dari bahan hukum sebagai berikut: a. Bahan hukum primer, yakni bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian. Misalnya: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, HIR (Herzien Inlandsch Reglement), RBg. (Reglement tot Regeling van Het Rechtswezen in de Gewesten Buiten Java en Madura), Rv. (Reglement op de Rechtvordering). b. Bahan hukum sekunder, yakni buku-buku dan tulisan-tulisan ilmiah hukum, artikel, jurnal serta internet yang terkait dengan objek penelitian sebagaimana tercantum dalam Daftar Pustaka. c. Bahan hukum tersier, yakni bahan-bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan hukum sekunder seperti kamus, baik kamus, ensiklopedia, majalah, surat kabar maupun kamus hukum yang terkait dengan objek penelitian. 23 4. Analisis Bahan Hukum Dalam penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan penelitian kualitatif (naturalistic inquiry) meliputi isi dan struktur hukum positif, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna 23 Ibid, hlm. 106. 12

aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian. 24 5. Lokasi Penelitian Dalam penelitian ini, penulis melakukan observasi dan pencarian data yang dilakukan di lokasi: 1. Pengadilan Negeri Jakarta Barat. 2. Perpustakaan Umum Universitas Esa Unggul. 3. Media Internet. G. Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka teoritis dan kerangka konsepsional, metode penelitian, sistematika penulisan. BAB II PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI GUGATAN Pada bab ini menjelaskan tentang hukum perdata materiil dan hukum perdata formil, sengketa dalam perkara perdata, gugatan dalam perkara perdata, syarat formil dalam gugatan, jawaban dalam perkara perdata, eksepsi terhadap gugatan. 24 Ibid, hlm. 107. 13

BAB III PUTUSAN NIET ONTVANKELIJK VERKLAARD (N.O) Pada bab ini menjelaskan tentang pengertian putusan, jenis-jenis putusan dan kekuatan dari suatu putusan, pengertian putusan Niet Ontvankelijke Verklaard (N.O), dasar pertimbangan gugatan dinyatakan NO, faktor-faktor yang menyebabkan putusan N.O, upaya hukum. BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN Pada bab ini menjelaskan tentang kasus posisi dalam putusan perkara perdata Nomor 779/PDT.G/2011/PN.JKT.BAR tanggal 14 Maret 2012, pembahasan mengenai faktor-faktor yang menyebabkan putusan dinyatakan tidak dapat diterima (N.O) dalam putusan perkara perdata Nomor 779/PDT.G/2011/PN.JKT.BAR tanggal 14 Maret 2012, dan pembahasan mengenai akibat hukum dan upaya hukum dalam Putusan yang dinyatakan tidak dapat diterima (N.O) dalam putusan perkara perdata Nomor 779/PDT.G/2011/PN.JKT.BAR tanggal 14 Maret 2012. BAB V PENUTUP Pada bab ini menjelaskan tentang kesimpulan-kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian dan berisi saran-saran yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. 14