BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang terlibat dalam proses pembangunan tersebut.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat menjadi generasi-generasi yang tangguh, memiliki komitmen terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kata, mahasiswa adalah seorang agen pembawa perubahan, menjadi seorang

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat dan

B A B PENDAHULUAN. Setiap manusia yang lahir ke dunia menginginkan sebuah kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di masyarakat. Mahasiswa minimal harus menempuh tujuh semester untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. dilakukan terus menerus sepanjang hidup manusia baik secara formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kekayaan sumber daya alam di masa depan. Karakter positif seperti mandiri,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. usia 18 hingga 25 tahun (Santrock, 2010). Pada tahap perkembangan ini, individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang lebih baik.tidak dipungkiri lagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hari esok untuk menyelesaikannya. Menunda seakan sudah menjadi kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. program tertentu. Aktivitas mereka adalah belajar. Belajar ilmu pengetahuan,

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PENYELESAIAN STUDI MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN FPTK UPI

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan

PENINGKATAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN URETSUSU PADA SISWA KELAS VIII SMP AL-ISLAM KALIJAMBE PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK

dewasa ini merupakan perkembangan yang terjadi sebelumnya. yang dimiliki dan merupakan peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. maupun bangsa. Pendidikan memperoleh perhatian khusus baik dari. dari berbagai media elektronik, cetak, dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi. dan negara. Kemajuan suatu kebudayaan bergantung kepada cara kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan anak kost tidak dapat terlepas dengan anak kos t yang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan potensi manusia atau memanusiakan manusia.

I. PENDAHULUAN. sanggup menghadapi tantangan zaman yang akan datang. Udiono,Tri;2007

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dimana awal kehidupan sebagai mahasiswa di perguruan tinggi, individu (remaja)

BAB I PENDAHULUAN. Pengangguran masih menjadi masalah serius di Indonesia karena sampai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

LAMPIRAN I KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan sumber daya manusia yang benar-benar berkulitas guna

BAB I PENDAHULUAN. diandalkan. Remaja merupakan generasi penerus yang diharapkan dapat. memiliki kemandirian yang tinggi di dalam hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara di segala bidang. Agar mendapatkan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan tahap memasuki masa dewasa dini. Hurlock (2002)

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia adalah minimnya nilainilai

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. oleh tuhan dikarenakan telah dibekali akal dan pikiran. Melalui akal dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Fase usia remaja merupakan saat individu mengalami perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi. sumber daya manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan salah satu bagian atau unsur dari universitas atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari memiliki

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. akademis dengan belajar, yang berguna bagi nusa dan bangsa di masa depan

KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KREATIVITAS PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sebagai katalisator utama pengembangan SDM, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Fakultas Psikologi merupakan salah satu fakultas unggulan di Universitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas tentunya tidak lepas

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PROBLEM SOLVING

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. Bandung saat ini telah menjadi salah satu kota pendidikan khususnya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan formal dapat berlangsung

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah suatu masa bagi individu untuk mempersiapkan diri

BAB I PENDAHULUAN. mampu menciptakan peserta didik yang tidak hanya berprestasi dan

BAB I PENDAHULUAN. depan, seperti pendidikan formal di universitas mahasiswa diharapkan aktif, kunci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perguruan tinggi di Bandung sudah sangat banyak, sehingga

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL KUMON UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA PADA PELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh: DIDIK PAMIRSA AJI A

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan dan pekerjaan. Setelah lulus SMA mereka diberi peluang

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN LAMANYA BERORGANISASI DENGAN PERSEPSI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK DI KAMPUS

STANDARD OPERATING PROCEDURE PEMBIMBINGAN AKADEMIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari persyaratan akhir pendidikan akademisnya pada program strata satu (Kamus

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

DUKUNGAN MINAT BELAJAR, FASILITAS BELAJAR DAN KEGIATAN ORGANISASI HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN (HMJ) TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puncak dari seluruh kegiatan akademik di bangku kuliah adalah menyelesaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sehari- hari. Lesunya pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor riil, telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menuju masa dewasa. Pada masa remaja banyak sekali permasalahan yang

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA PENYANDANG TUNA DAKSA SKRIPSI

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain merupakan usaha manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

PROSEDUR SISTEM PENJAMINAN MUTU SOP PELAYANAN PEMBIMBING AKADEMIK

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menjalani peran sebagai penuntut ilmu, mahasiswa pada umumnya selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

Penelitian Untuk Skripsi S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh: SRI BANDIYAH A

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional pada hakekatnya bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Manusia merupakan inti pembangunan, mengingat keberadaannya sebagai tujuan maupun pelaku dalam proses pembangunan. Keberhasilan dalam suatu proses pembangunan tidak hanya ditentukan oleh kekayaan alam yang melimpah ruah, melainkan juga ditentukan oleh kualitas manusia yang terlibat dalam proses pembangunan tersebut. Berbicara tentang kualitas manusia, perguruan tinggi merupakan salah satu faktor yang dapat menciptakan manusia yang berkualitas melalui proses pendidikan yang ada di perguruan tinggi. Mahasiswa adalah sebagian kecil dari generasi muda Indonesia yang mendapat kesempatan untuk mengasah kemampuannya di perguruan tinggi. Mahasiswa sangat diharapkan mendapat manfaat yang sebesar-besarnya dalam pendidikan yang sedang dijalani agar kelak mampu menyumbangkan kemampuannya untuk memperbaiki kualitas hidup bangsa. Namun pada kenyataannya, dalam proses pendidikan tersebut tidak semua mahasiswa yang sedang menempuh studi dapat menyelesaikan masa studinya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan oleh masing-masing perguruan tinggi. Hal tersebut tentunya akan mendatangkan konsekuensi biaya yang cukup besar bagi mahasiswa yang bersangkutan, bahkan sebagian ada yang harus menerima nasib meninggalkan bangku perguruan tinggi dengan predikat

2 drop out atau menyandang gelar mahasiswa abadi. Data tentang profil kelulusan periode keempat tahun 2004, periode pertama sampai periode ke empat tahun 2005, serta periode pertama tahun 2006 yang dikeluarkan oleh biro administrasi akademik (BAA) Universitas Muhammadiyah Surakarta, menyebutkan bahwa rata-rata waktu yang dibutuhkan oleh mahasiswa untuk menyelesaikan pendidikannya di setiap fakultas bervariasi mulai dari lima sampai dengan enam tahun (Biro administrasi akademik UMS, 2006). Dari data hasil registrasi mahasiswa tahun akademik 2005/2006 yang juga dikeluarkan oleh biro administrasi akademik Universitas Muhamadiyah Surakarta menyebutkan bahwa hingga saat ini masih terdapat mahasiswa yang telah menempuh masa studi lebih dari lima tahun yang masih melakukan registrasi. Kriteria mahasiswa yang melakukan registrasi berdasarkan tahun angkatan adalah angkatan tahun 1984 sampai dengan angkatan tahun 2000 (Biro administarsi akademik UMS, 2006). Data tersebut seperti yang terdapat pada Tabel 1. Tabel 1 Jumlah Mahasiswa yang Telah Menempuh Studi Lebih Dari Lima Tahun dan Masih Melakukan Registrasi Fakultas 1. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan 2. Fakultas Ekomoni 3. Fakultas Hukum 4. Fakultas Geografi 5. Fakultas Psikologi 6. Fakultas Farmasi 7. Fakultas Agama Islam Jumlah 167 176 167 80 91 13 30 Berdasarkan perbandingan dari kedua data yang dikeluarkan oleh biro administrasi akademik (BAA) Universitas Muhammadiyah Surakarta tersebut,

3 terdapat kenyataan bahwa masih banyak mahasiswa yang dalam menyelesaikan masa studinya membutuhkan lebih dari waktu rata-rata yang dibutuhkan dalam menyelesaikan studi di masing-masing fakultas. Masalah kesulitan ekonomi, prestasi akademik yang rendah, dan berbagai permasalahan yang lain yang dialami selama menempuh proses pendidikan di perguruan tinggi, merupakan salah satu sebab dari tertundanya seorang mahasiswa dalam menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi. Selain beberapa permasalahan seperti yang dikemukakan di atas, dari hasil wawancara yang penulis lakukan dengan 5 mahasiswa yang mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan studinya di perguruan tinggi, ditemukan fakta adanya beberapa perilaku yang menurut mereka adalah sebagai kompensasi dari kebuntuan dalam penyelesaian masalah yang mereka hadapi yang berkaitan dengan proses penyelesaian pendidikanya di perguruan tinggi. Beberapa perilaku tersebut diantaranya adalah cenderung bersikap emosional dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, bahkan ada yang sampai melukai diri sendiri apabila sedang memikirkan tanggung jawab pendidikan yang harus diselesaikannya. Selain itu ada juga yang sering mengalami gangguan sesak nafas, yang ternyata setelah dilakukan pemeriksaan medis kondisi fisiknya dinyatakan sehat. Fakta lain yang penulis temukan dalam wawancara dengan 5 mahasiswa yang mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi adalah hampir sebagian besar dari mereka tidak mengkomunikasikan permasalahan yang berkaitan dengan keterlambatan dalam menyelesaikan proses pendidikannya tersebut kepada orangtua atau dapat

4 dikatakan mereka berusaha sedapat mungkin untuk menyembunyikan permasalahan tersebut dari orangtua. Dengan alasan apabila permasalahan tersebut diketahui oleh orangtua, mereka tidak siap menerima konsekuensi sebagai akibat dari perbuatan tersebut. Dalam kesehariannya yang mereka lakukan pada umumnya menghabiskan sebagian besar waktu yang dimiliki tanpa aktivitas yang jelas dan beberapa diantara mereka menerapkan kebiasaan menghabiskan waktu di siang hari untuk tidur dan malam hari nongkrong di tempat-tempat wedangan. Informasi-informasi yang terungkap melalui wawancara dan obeservasi yang penulis lakukan terhadap mahasiswa yang mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi, mengarah pada indikasi : a. Kurangnya rasa tanggung jawab terhadap tujuan awal dari kedatangan ke Surakarta yaitu untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Kelalaian terhadap tanggungjawab ini ditunjukan dengan kurangnya kepedulian terhadap proses pendidikan yang dijalani. b. Kurang optimis dalam menjalani kehidupanya sehari-hari. Sebagaimana yang sering diungkapkan oleh para mahasiswa yaitu bahwa mahasiswa sudah terlanjur menelantarkan kuliahnya dan belum tahu harus berbuat bagaimana. Mahasiswa pada umumnya tidak memiliki solusi yang jelas untuk menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi. c. Kurangnya sikap obyektif dalam menilai persoalan yang dihadapi. Berkaitan dengan keterlambatan dalam menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi, beberapa di antara mahasiswa menyatakan bahwa hal

5 tersebut bukan hanya semata-mata disebabkan oleh dirinya sendiri, tetapi ada pihak lain yang juga turut bertanggungjawab. Misalnya ada yang menyatakan bahwa orangtuanya selama ini kurang memberikan perhatian yang maksimal terhadap kebutuhannya selama menjalani kuliah. Ada juga yang menyatakan bahwa keterlambatannya menyelesaikan pendidikan disebabkan oleh pengaruh teman-teman dalam pergaulan selama ini. d. Tidak adanya sikap rasional dan realistik dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dari hasil wawancara yang dilakukan didapatkan informasi bahwa ada beberapa diantara mahasiswa tersebut yang tidak tahu sampai kapan mereka terbelenggu dengan permasalahan yang sedang dihadapi saat ini. Pada umumnya mereka mengalami kebingungan serta membiarkan saja kehidupannya seperti saat ini tanpa memiliki target yang jelas sampai kapan untuk harus menyelesaikan proses pendidikannya di perguruan tinggi. e. Kurangnya keyakinan akan kemampuan yang dimiliki. Dari hasil wawancara yang penulis lakukan terhadap beberapa mahasiswa yang mengalami keterlambatan menyelesaikan pendidikanya di perguruan tinggi, beberapa diantaranya menyatakan kebingungannya harus bagaimana untuk mengatasi permasalahan yang sedang dihadapi terutama yang menyangkut dengan masalah perkuliahan. Ada juga diantaranya yang menyatakan bahwa tidak dapat lagi mengikuti proses pendidikan di fakultas karena sudah terlalu lama meninggalkan bangku kuliah.

6 Dari fakta-fakta yang penulis temukan tersebut, penulis menduga bahwa salah satu permasalahan yang cukup mendasar yang berkaitan dengan keterlambatan dalam menyelesaikan proses pendidikan di perguruan tinggi adalah kurangnya kepercayaan diri. Angelis (1997) menyatakan bahwa kepercayaan diri merupakan suatu keyakinan yang dimiliki seseorang bahwa dirinya mampu berperilaku seperti yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil seperti yang diharapkan. Kepercayaan diri berawal dari tekad pada diri sendiri untuk melakukan segala yang diinginkan dan dibutuhkan dalam hidup serta terbina dari keyakinan diri sendiri. Menurut Kumara (1998), orang yang memiliki kepercayaan diri merasa yakin akan kemampuan dirinya sehingga bisa menyelesaikan masalahnya, karena tahu apa yang dibutuhkan dalam kehidupannya serta mempunyai sikap yang positif yang didasari keyakinan akan kemampuannya. Orang tersebut bertanggang jawab atas keputusan yang diambilnya serta menatap fakta dan realita secara obyektif yang didasari dengan ketrampilan. Fakta lain yang juga ditunjukkan oleh sebagian mahasiswa yang terlambat dalam menyelesaikan studinya adalah jarang atau bahkan sama sekali tidak pernah lagi untuk datang ke kampus. Beberapa alasan yang dikemukakan adalah bahwa mereka tidak lagi memiliki teman atau sebagian besar mahasiswa yang ada di lingkungan fakultas mereka adalah adik-adik angkatan yang tidak mereka kenal. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Anggraeni, dan Marantika (2003) bahwa salah satu penyebab tidak suksesnya mahasiswa dalam menjalani pendidikannya di perguruan tinggi adalah kurangnya kepercayaan diri dalam

7 aktifitas belajar maupun dalam pergaulannya dengan sesama mahasiswa dalam komunitas kampus. Ginting (1997) menyatakan bahwa tidak jarang mahasiswa mempunyai sifat yang kurang menguntungkan, seperti perasaan malu dan takut. Sifat ini dapat mengurangi kesertaan aktif dalam kegiatan belajar seperti berdiskusi, bertanya dan mengeluarkan pendapat, dan lain-lain. Hal tersebut disebabkan karena lemahnya rasa percaya diri yang ada pada mahasiswa sehingga menghambatnya dalam melakukan studi. Lebih lanjut Beard dan Senior (dalam Sukadji, 2006) mengemukakan hasil penelitiannya bahwa mahasiswa di beberapa univesitas di Amerika dan Eropa yang berkonsultasi ke pusat pelayanan medis di universitas sebagian besar mengalami masalah non medis yang keluhannya antara lain adalah kehilangan kepercayaan diri dan merasa tidak berdaya. Winberg dan Gould (dalam Satiadarma, 2000) menyatakan kepercayaan diri erat kaitannya dengan falsafah pemenuhan diri dan keyakinan diri. Seseorang yang memiliki kepercayaan diri yang baik, percaya bahwa dirinya akan mampu menampilkan prestasi seperti yang diharapkan Hal ini sangat dipengaruhi oleh adanya harapan positif dan negatif akan suatu hal tertentu. Adapun positif dan negatifnya harapan seseorang, juga banyak dipengaruhi oleh keyakinan diri orang tersebut bahwa orang ini mampu menyelesaikan atau merampungkan tugasnya dengan baik Kepercayaan diri bisa ditumbuhkan bila seseorang memiliki penetapan sasaran (goal-setting) terhadap sesuatu yang akan dicapai dalam kehidupannya. Locke dan Latham (dalam Woolfolk, 1998) menyatakan bahwa goal-setting adalah penetapan apa yang hendak dicapai seseorang melalui

8 perilaku tertentu sebagai usaha untuk mengurangi kesenjangan kondisi antara di mana seseorang berada saat ini serta ke mana seseorang ingin berada atau yang menjadi tujuannya. B. Permasalahan Kepercayaan diri yang ada pada seseorang akan sangat menentukan bagaimana seseorang akan merespon dirinya sendiri maupun lingkungannya, serta bagaimana seseorang menjalani hidup maupun menghadapi tantangan-tantangan dalam kehidupannya. Colangelo dan Assouline (dalam Sukadji, 2006), menemukan dalam penelitiannya bahwa kepercayaan diri memiliki hubungan dengan pencapaian prestasi akademis. Sering dijumpai individu yang tidak mampu berprestasi sesuai dengan kemampuanya dalam proses pendidikan yang sedang ia jalani. kehilangan tujuan dan gairah Lebih lanjut Colangelo dan Assouline (dalam Sukadji, 2006), menyatakan bahwa salah satu sebab hilangnya tujuan dan gairah dalam proses pendidikan yang sedang dijalani seseorang adalah disebabkan oleh rendahnya kepercayaan diri, khususnya kepercayaan diri ketika berada dalam lingkungan akademis. Oleh karena itu untuk untuk meningkatkan kepercayaan diri perlu diawali dengan penetapan sasaran (goal-setting) yang akan akan dicapai oleh seseorang. Locke dan Latham (dalam Woolfolk, 1998) mengemukakan 4 alasan bagi seseorang untuk melakukan penetapan sasaran (goal-setting), yaitu (1). goal-setting mengarahkan perhatian seseorang terhadap tugas, (2). goal-setting menggerakkan seseorang untuk selalu berusaha mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya, (3). goal-setting meningkatkan ketahanan seseorang, dengan kata lain seseorang cenderung tidak akan menyerah sebelum

9 berhasil mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya, (4) goal-setting meningkatkan perkembangan strategi baru bila strategi yang telah dilakukan sebelumnya tidak berhasil. Untuk sukses dalam pendidikan serta berhasil dalam menerapkan ilmu yang diperoleh, seorang mahasiswa harus menggunakan seluruh potensi yang dimilikinya. Kepercayaan diri yang baik diharapkan bisa membantu mahasiswa dalam menampilkan seluruh potensi yang dimiliki. Oleh karena itu, seorang mahasiswa perlu memahami konsep yang berkaitan dengan pengembangan kepercayaan diri serta bagaimana menerapkan konsep tersebut untuk meningkatkan kepercayaan diri agar dapat memaksimalkan potensi yang dimilikinya dalam menjalani proses pendidikan di perguruan tinggi. Menurut Sakti (dalam Ummi, 2005), bahwa kepercayaan diri dapat di kembangkan melalui sebuah bentuk pelatihan dengan melatih seseorang untuk mengenali berbagai kelebihan yang ada pada dirinya, mengenali bakat dan minat yang ada pada diri seseorang, serta melatih seseorang untuk belajar menerima kenyataan dan berani mengambil keputusan, sehinnga seseorang akan dapat menentukan tujuan dengan jelas (penetapan goal-setting) Belajar dari pengalaman adalah suatu proses, yang dalam kehidupan sehari-hari juga terjadi terus menerus. Namun, dalam proses itu membutuhkan waktu yang lama, bertahun-tahun, bahkan lebih. Yang diperlukan adalah satu peristiwa yang dapat memberikan pemahaman terhadap seseorang atas pengalaman yang dialami, sehingga bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Wenzler (1999) menyatakan pengalaman bisa didapatkan melalui training / latihan

10 dengan melalui teknik-teknik yang diterapkan dan dengan dibantu oleh seorang pembimbing, maka proses belajar dari pengalaman dapat dipercepat, diarahkan, dan difokuskan. Dengan demikian, timbul suatu kesadaran tentang tingkah laku sendiri, dan berdasarkan kesadaran itu seseorang dapat lebih memahami berbagai perilaku yang menghambat dalam preses kehidupanya sehari-hari. Berdasarkan uraian permasalahan seperti yang dikemukakan di atas, maka penulis mengajukan permasalahan penelitian apakah program pelatihan Goal- Setting dapat meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa yang mengalami keterlambatan dalam menyelessaikan pendidikannya di perguruan tinggi? C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perubahan tingkat kepercayaan diri pada mahasiswa yang mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi setelah mengikuti program pelatihan Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu psikologi, khususnya psikologi bidang klinis. Selain itu juga diharapkan dapat memberi sumbangan pengetahuan untuk penanganan mahasiswa yang mengalami keterlambatan dalam menyelesaikan proses pendidikannya di perguruan tinggi.