Pertanian, Universitas Lampung Alamat: Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM

III. METODE PENELITIAN. Proses produksi kopi luwak adalah suatu proses perubahan berbagai faktor

Analisis Finansial dan Sensitivitas Usaha Kecil Menengah Dodol Coklat. Financial Analysis and Sensitivity of Chocolate Dodol Home Industry

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

ANALISIS SENSITIVITAS USAHA PENGOLAHAN KERUPUK IKAN PIPIH DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN

METODE PENELITIAN. menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian atau mencakup. yang berhubungan dengan tujuan penelitian.

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

Riska Dewi 1), Yusmini 2), Susy Edwina 2) Agribusiness Department Faculty of Agriculture UR ABSTRACT

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

BAB IV METODE PENELITIAN. dan data yang diperoleh. Penelitian ini disusun sebagai penelitian induktif yaitu

III. METODOLOGI. Tahap Pengumpulan Data dan Informasi

IV. METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

VIII. ANALISIS FINANSIAL

III. METODE PENELITIAN

STUDI HARGA AIR BAKU PADA BENDUNGAN BENDO KABUPATEN PONOROGO PROVINSI JAWA TIMUR

STUDI ANALISIS HARGA AIR TERHADAP KUALITAS AIR PELAYANAN DAN TERHADAP BIAYA PRODUKSI DI PDAM TIRTA MAYANG KOTA JAMBI. Ahaddian Ovilia Damayanti

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS

ABSTRAK. Kata kunci: desa wisata, studi kelayakan usaha, analisis sensitivitas

ANALISIS FINANSIAL PERKEBUNAN GAMBIR RAKYAT DI KABUPATEN PAKPAK BHARAT. Vera Anastasia

MATERI 7 ASPEK EKONOMI FINANSIAL

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

VIII. ANALISIS FINANSIAL

ANALISIS FINANSIAL USAHA BUDIDAYA IKAN KOI DI KECAMATAN NGLEGOK KABUPATEN BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Austin (1981), ruang lingkup agroindustri adalah industri yang

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

VII. RENCANA KEUANGAN

(Financial Feasibility Study on Natural Rubber Manufacturer Factory Development at Labanan Jaya Village Teluk Bayur Sub district Berau Regency)

BAB I PENDAHULUAN. Industri (HTI) sebagai solusi untuk memenuhi suplai bahan baku kayu. Menurut

A. Kerangka Pemikiran

ABSTRACT. Keywords: Capital budgeting, investment machine, and the feasibility of the investment. Universitas Kristen Maranatha

ANALISIS KELAYAKAN PEMBANGUNAN UNIT BISNIS SANGRAI KOPI PADA BREWISELY COFFEEMATE DITINJAU DARI ASPEK PASAR, ASPEK TEKNIS, ASPEK FINANSIAL

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

III. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Data dan Instrumentasi 4.3. Metode Pengumpulan Data

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. (barang/jasa) dibutuhkan peranan supplyer untuk memasok produk yang

III. METODOLOGI PENELITIAN

Analisis Finansial dan Nilai Tambah Pengolahan Kopi Arabika di Koperasi Tani Manik Sedana Kabupaten Bangli

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA KOPI BIJI OVEN PADA AGROINDUSTRI KOPI UD. SDH JAYA DI KABUPATEN JEMBER

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. telah dibuka maka investasi harus terus dilanjutkan sampai kebun selesai

BAB III METODE PENELITIAN

Agriekonomika, ISSN KELAYAKAN FINANSIAL USAHATANI KOPI ARABIKA DAN PROSPEK PENGEMBANGANNYA DI KETINGGIAN SEDANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI PROYEK PEMBANGUNAN PERUMAHAN BERLIAN KUOK SEJAHTERA

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil análisis dan pembahasan terhadap kelayakan investasi PT. ABC

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

ANALISIS PROFITABILITAS DAN KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK ITIK PETELUR DI KABUPATEN SRAGEN TESIS

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) (Studi Kasus: Desa Marjanji Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai)

ANALISIS POSISI EKSPOR KOPI INDONESIA DI PASAR DUNIA EXPORT POSITION ANALYSIS OF COFFEE INDONESIA IN THE WORLD MARKET

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

ANALISIS SENSITIFITAS FINANSIAL SERAIWANGI

STUDI KELAYAKAN PENDIRIAN INDUSTRI PENGOLAHAN SALAK SKALA KECIL DI KABUPATEN BANJARNEGARA

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PERIKANAN LAUT KABUPATEN KENDAL. Feasibility Study to Fisheries Bussiness in District of Kendal

Aspek Keuangan. Studi Kelayakan (Feasibility Study) Sumber Dana. Alam Santosa

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI UNGGULAN BERBASIS SINGKONG DI KABUPATEN JEMBER FINANCIAL ANALYSIS MAIN CASSAVA-BASED AGROINDUSTRY IN JEMBER REGENCY

ANALISIS PROFITABILITAS DAN EFISIENSI BUDIDAYA KOPI DI PTP NUSANTARA IX (PERSERO) KEBUN GETAS SALATIGA

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

BAB III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kabupaten Lampung Barat pada bulan Januari

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

ANALISIS FINANSIAL AGROINDUSTRI PENYULINGAN AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

ANALISIS KELAYAKAN TEKNIS DAN FINANSIALUSAHA RUMAH PEMOTONGAN BABI DI KOTA BANDUNG. Sitanggang, Yanshen Manatap

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI PAKAN IKAN DI KECAMATAN KUOK KABUPATEN KAMPAR (Studi Kasus Usaha Pakan Ikan Bapak Marin)

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

Husna Purnama: Pengembangan Kemitraan dan Pembiayaan Usaha Kecil Menengah pada Sentra Kripik di Bandar Lampung

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Transkripsi:

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI PADA USAHA KOPI LUWAK DI KABUPATEN LAMPUNG BARAT The Analysis Of Basic Price Production In Enterprises Civet Coffee In Lampung Western District Rohimat Zaidi 1) Azhari Rangga 2) Harun Alrasyid 2) 1 Mahasiswa Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung 2 Anggota DRD Provinsi Lampung dan Dosen Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Email : Rohimatzaidi7@gmail.com Alamat: Jl. Prof. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145 ABSTRACT This research aimsed to analyze the cost of goods production of Civet coffee in every production sector and analysed the level of feasibility and business development of Civet coffee in West Lampung regency. This research was conducted with survey methods and the sample was chosen to represent the entire population with his unit treated as individual. The type of data used, namely primary data and secondary data. The place of the sampling Civet coffee production in West Lampung Regency (Ratu Luwak) than analyzed the cost of goods production of Civet coffee and civet coffee powder from the pandanus Civet coffee and the Bulan Civet coffee powder. Results of research on the analysis of the cost of production was found that the cost of production Civet Bulan less than the Civet Pandan.. The cost of the production of Civet coffee and coffee powder of the Civet Bulan at Ratu Luwak were successive IDR 88.744,51 and IDR 127.438,03. It reasonable to did financial analysis. The eligibility criteria Investments that greenbean civet coffee and powder civet cofee NPV value > 0, IRR > 1, NET B / C > 1 and PP < life of the project. Thus civet coffee is feasible to continue. The results of the sensitivity analysis shows that if there is an increase in raw material prices of 25% and a decrease in sales price by 50% the value obtained Net B / C> 1, the value of IRR> interest rate ie 19.25% and PP <5 year life of the project, then make Luwak business in West Lampung still feasible to proceed with the simulation while lowering the sale price 56% resulting in a loss of civet coffee business. Keywords: Civet Coffee, Analysis of Production, Financial Feasibility, Sensitivity ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis harga pokok produksi kopi luwak di setiap sektor produksi dan menganalisis tingkat kelayakan dan pengembangan usaha kopi luwak di Lampung Barat. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dan dilakukan terhadap sampel yang terpilih untuk mewakili seluruh populasi dengan unit analisanya adalah individu. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi terdapat di usaha produksi kopi luwak di Kabupaten Lampung Barat 237 INOVASI dan PEMBANGUNAN JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 03

dengan menganalisis harga pokok produksi kopi luwak dan kopi luwak bubuk dari Musang Pandan dan kopi luwak serta kopi luwak bubuk dari Musang Bulan. Hasil penelitian pada analisis harga pokok produksi didapat bahwa harga pokok produksi Musang Bulan lebih murah dari pada Musang Pandan. Harga pokok produksi kopi luwak dan kopi luwak bubuk dari musang bulan pada Ratu luwak lebih rendah yaitu berturut-turut Rp. 88.744,51 dan Rp. 127.438,03; menjadikan usaha ini layak dilakukan analisis finansial. Hasil penelitian pada kriteria kelayakan invstasi di dapat bahwa produk kopi luwak dan kopi luwak bubuk dari Musang Bulan menghasilkan nilai-nilai NPV >0, IRR >1, Net B/C >1 dan PP< umur proyek. Dengan demikian UKM kopi luwak tersebut layak untuk diteruskan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa jika terjadi kenaikan harga bahan baku sebesar 25% dan penurunan harga jual sebesar 50% didapat nilai Net B/C > 1, nilai IRR > tingkat bunga yakni 19,25% dan PP < 5 tahun umur proyek, maka menjadikan usaha Luwak di Lampung Barat tetap layak untuk dilanjutkan sedangkan simulasi dengan menurunkan harga jual 56% mengakibatkan usaha kopi luwak merugi. Kata Kunci : Luwak, Analisis Harga Pokok Produksi, Kelayakan Finansial, Sensitivitas PENDAHULUAN Daerah penghasil kopi terbesar di Provinsi Lampung adalah Kabupaten Lampung Indonesia merupakan negara pengekspor Barat. Lampung Barat memiliki areal kebun kopi terbesar ke tiga dunia setelah Brazil kopi seluas 60.278 ha dan total produksi dan Vietnam (IC0, 2013). Pada tahun 2011 pada tahun 2012 mencapai 59.109 ton (BPS Indonesia mampu memproduksi kopi lampung, 2013). Hal ini menunjukkan hingga 709.000 ton dengan luas areal 1,3 bahwa Provinsi Lampung mempunyai juta ha. Dari total produksi pada tahun potensi untuk mengembangkan agroindustri 2011 sekitar 68% dieksport keluar negeri. kopi. Negara tujuan eksport kopi Indonesia terutama adalah negara-negara Eropa, luwak adalah kopi yang dihasilkan Amerika Serikat dan Jepang (AEIKI, 2011). dari biji kopi yang dimakan oleh binatang Produksi kopi di Indonesia sebanyak bernama luwak. luwak memiliki harga 77,69% berupa kopi Robusta dan 22,31% berupa kopi Arabika. yang relatif tinggi di pasaran baik tingkat lokal, regional maupun internasional. Hal ini karena kopi luwak di produksi tidak Salah satu produsen kopi terbesar di lazim oleh hewan luwak dan jumlah Indonesia adalah Provinsi Lampung. produksinya terbatas (Republika, 2013). Produksi kopi biji di Lampung pada tahun Pada saat ini harga kopi luwak di dalam 2012 mencapai 139.595 ton yang di bentuk green bean pada tingkat produsen dominasi oleh kopi jenis Robusta dengan mencapai Rp. 350.000,- per kilogram luas lahan yang dimanfaatkan untuk sedangkan kopi luwak yang sudah perkebunan kopi mencapai 161.722 ha. 238 INOVASI dan PEMBANGUNAN JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 03

dipasarkan di Jakarta atau didaerah lain mencapai Rp. 700.000,- per kilogram. Harga yang tinggi membuat pemasaran kopi luwak menjadi terbatas, sehingga tidak semua kalangan mampu membeli jenis kopi ini. Berdasarkan permasalahan ini maka perlu dilakukan penelitian mengenai harga pokok produksi kopi luwak, sehingga dapat membantu pelaku usaha dalam penentuan standard harga jual kopi luwak yang ideal baik dalam bentuk biji ataupun bubuk dan memberikan perkiraan biaya untuk melakukan usaha produksi kopi luwak di Lampung Barat. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis harga pokok produksi kopi luwak di setiap sektor produksi. Menganalisis tingkat kelayakan dan pengembangan usaha kopi luwak di Lampung Barat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada produsen kopi luwak di Lampung Barat dalam menentuan harga jual yang tepat untuk menjadi usaha yang berkelanjutan serta layak untuk di kembangkan. METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi terdapat di Usaha kopi luwak di Kabupaten Lampung Barat dengan menganalisis harga pokok produksi kopi luwak dan kopi luwak bubuk dari Musang Pandan dan kopi luwak serta kopi luwak bubuk dari Musang Bulan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu penelitian dilakukan terhadap sampel yang terpilih untuk mewakili seluruh populasi dengan unit analisanya adalah individu. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang informasinya didapatkan langsung dari responden yaitu produsen kopi luwak biji dan produsen kopi luwak bubuk, hasil wawancara dan pengisian kuesioner, sedangkan data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran pustaka atau laporan dari instansi pemerintahan terkait. Data primer akan dianalisis menggunakan analisis harga pokok produksi dan analisis finansial yang meliputi Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Period (PP) yang dianalisis menggunakan program microsoft excell. HASIL DAN PEMBAHASAN Kapasitas Produksi Usaha dan Penerimaan Usaha Luwak Tahun 2014 239 INOVASI dan PEMBANGUNAN JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 03

Kapasitas produksi pada sebuah usaha merupakan parameter seberapa besar jumlah produk yang dihasilkan dalam satu periode produksi. Jumlah kapasitas produksi usaha berbanding lurus dengan besar pendapatan suatu usaha tersebut. Jumlah produksi kopi luwak berdasarkan kapasitas produksi masing-masing usaha tahun 2014 dapat dilihat pada tabel 1: Tabel 1. Kapasitas Produksi dan Penerimaan UKM kopi luwak di Lampung Barat Nama Usaha Dewa Luwak Duta Luwak Ratu Luwak Keterangan Kapasitas Produksi (Kg) Musang Pandan Bubuk Musang Bulan Bubuk 518,40 356,40 1002,24 756,00 Harga Jual (Rp) 350.000 450.000 350.000 450.000 Penerimaan (Rp) 181.440.000 160.380.000 350.784.000 340.200.000 Kapasitas Produksi (Kg) 2378,16 1658,88 5246,64 3840,48 Harga Jual (Rp) 350.000 450.000 350.000 450.000 Penerimaan (Rp) 832.356.000 746.496.000 1.836.324.000 1.728.216.000 Kapasitas Produksi (Kg) 1620 1008,72 5851,44 4611,60 Harga Jual (Rp) 350.000 450.000 350.000 450.000 Penerimaan (Rp) 567.000.000 453.924.000 2.048.004.000 2.075.220.000 Tabel 1 menunjukkan kapasitas produksi dan pendapatan hasil penjualan dari usaha kopi luwak di Lampung Barat. Dewa Luwak memiliki 3 ekor musang pandan dan 10 ekor musang bulan masing-masing mampu menghasilkan kopi luwak sebanyak 518,40 Kg dan 1002,24 Kg dengan hasil penjualan sebesar Rp. 181.440.000 dan Rp. 350.784.000. Sedangkan kopi luwak bubuk yang dihasilkan sebanyak 356,40 Kg dan 756 Kg dengan hasil penjualan sebesar Rp 160.380.000 dan Rp. 340.200.000. Dari perhitungan yang telah dilakukan dari 15 ekor musang pandan dan 70 ekor musang bulan pada Duta Luwak mampu memproduksi kopi luwak sebanyak 2378,16 Kg dan 5246,64 Kg dengan hasil penjualan sebesar Rp. 832.356.000 dan Rp. 1.836.324.000. Sedangkan kopi luwak bubuk yang dihasilkan sebanyak 5246,64 Kg dan 3840,48 Kg dengan hasil penjualan sebesar Rp. 746.496.000 dan Rp. 1.728.216.000. 240 INOVASI dan PEMBANGUNAN JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 03

Kapasitas produksi dan pendapatan hasil penjualan dari Ratu Luwak pada tahun produksi 2014 dari perhitungan yang dilakukan, 10 ekor musang pandan dan 70 ekor musang bulan masing-masing mampu menghasilkan kopi luwak sebanyak 1620 Kg dan 5851,44 Kg dengan hasil penjualan sebesar Rp. 567.000.000 dan Rp. 2.048.004.000. Sedangkan kopi luwak bubuk yang dihasilkan sebanyak 1008,72 Kg dan 4611,60 Kg dengan hasil penjualan sebesar Rp 453.924.000 dan Rp. 2.075.220.000. Pada Tabel 6 terlihat bahwa besarnya pendapatan hasil penjualan berbanding lurus dengan kapasitas produksi. Keseluruhan usaha agroindustri Luwak beroprasi selama 216 hari dalam satu tahun. Analisis Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi atau products cost merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan (performance) dari perusahaan dagang maupun manufaktur. Harga pokok produksi UKM Luwak di Lampung Barat dalam 1 tahun dapat di lihat pada tabel 2, 3,dan 4. Tabel 2. Harga pokok produksi Dewa Luwak Elemen Biaya Biaya bahan baku langsung (Rp) Biaya tenaga kerja langsung (Rp) Biaya overhead pabrik variable(rp) Musang Pandan Bubuk Musang Bulan Bubuk 30.330.000 68.490.400 71.760.000 109.920.400 22.500.000 22.500.000 22.500.000 22.500.000 1.020.000 16.555.000 1.740.000 16.555.000 Biaya tetap (Rp) 15.660.400 742.500 15.660.400 742.500 Jumlah Produksi (Rp) Biaya 68.490.400 108.287.900 109.920.400 149.717.900 Harga Produksi/Kg 132.119 303.838,10 109.674,73 198.039,55 Sebanyak 3 ekor Musang Pandan adalah Rp. 132.119. membutuhkan biaya Rp. 68.490.400 untuk mengolah buah kopi segar menjadi 518,40 Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk mengolah Luwak Bubuk dari Musang Kg Luwak, sehingga dapat Pandan adalah Rp. 108.287.900 dan dihitung bahwa modal yang dikeluarkan menghasilkan Luwak Bubuk untuk mengolah 1 Kg Luwak sebanyak 356,40 Kg, sehingga dapat 241 INOVASI dan PEMBANGUNAN JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 03

dihitung bahwa modal yang di keluarkan untuk 1 Kg Luwak Bubuk dari Musang Pandan adalah Rp. 303.838,10. Sebanyak 10 ekor Musang Bulan membutuhkan biaya Rp.109.920.400 untuk mengolah buah kopi segar menjadi 1002,24 Kg Luwak, sehingga dapat dihitung bahwa modal yang dikeluarkan untuk mengolah 1 Kg Luwak adalah Rp. 109.674,73. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk mengolah Luwak Bubuk dari Musang Bulan adalah Rp. 149.717.900 dan menghasilkan Luwak Bubuk sebanyak 756,00 Kg, sehingga dapat dihitung bahwa modal yang di keluarkan untuk 1 Kg Luwak Bubuk dari Musang Pandan adalah Rp. 198.039,55. Tabel 3. Harga pokok produksi Duta Luwak Elemen Biaya Musang Pandan Bubuk Musang Bulan Bubuk Biaya bahan baku langsung (Rp) 159.750.000 250.304.900 457.500.000 544.154.900 Biaya tenaga kerja langsung (Rp) 45.000.000 28.800.000 45.000.000 28.800.000 Biaya overhead pabrik variable(rp) 3.900.000 13.600.000 10.020.000 13.600.000 Biaya tetap (Rp) 41.654.900 9.810.000 41.654.900 9.810.000 Jumlah Biaya Produksi (Rp) Harga Produksi/Kg 250.304.900 302.514.900 544.154.900 596.364.900 105.251 182.360,93 103.714,93 155.283,95 Sebanyak 15 ekor Musang Pandan membutuhkan biaya Rp. 250.304.900 untuk mengolah buah kopi segar menjadi 2378,16 Kg Luwak, sehingga dapat dihitung bahwa modal yang dikeluarkan untuk mengolah 1 Kg Luwak adalah Rp. 105.251. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk mengolah Luwak Bubuk dari Musang Pandan adalah Rp. 302.514.900 dan menghasilkan Luwak Bubuk sebanyak 1658,88 Kg, sehingga dapat dihitung bahwa modal yang di keluarkan untuk 1 Kg Luwak Bubuk dari Musang Pandan adalah Rp. 182.360,93. Sebanyak 70 ekor Musang Bulan membutuhkan biaya Rp. 544.154.900 untuk mengolah buah kopi segar menjadi 5246,64 Kg Luwak, sehingga dapat dihitung bahwa modal yang 242 INOVASI dan PEMBANGUNAN JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 03

dikeluarkan untuk mengolah 1 Kg Luwak adalah Rp. 103.714,93. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk mengolah Luwak Bubuk dari Musang Bulan adalah Rp. 596.364.900 dan menghasilkan Luwak Bubuk sebanyak 3840,48 Kg, sehingga dapat dihitung bahwa modal yang di keluarkan untuk 1 Kg Luwak Bubuk dari Musang Pandan adalah Rp. 155.283,95. Elemen Biaya Tabel 4. Harga pokok produksi Ratu Luwak Musang Pandan Musang Bulan Bubuk Bubuk Biaya bahan baku langsung (Rp) 106.500.000 205.875.200 457.500.000 553.875.200 Biaya tenaga kerja langsung (Rp) 54.000.000 45.000.000 54.000.000 45.000.000 Biaya overhead pabrik variable(rp) 3.900.000 13.600.000 10.020.000 13.600.000 Biaya tetap (Rp) 42.375.200 9.810.000 42.375.200 9.810.000 Jumlah Biaya Produksi (Rp) 205.875.200 274.285.200 553.875.200 622.285.200 Harga Produksi/Kg 127.083 271.914,11 94.656,22 134.939,11 Dari Tabel 4 dapat dilihat biaya yang dikeluarkan oleh Ratu Luwak untuk mengolah Luwak dan Luwak Bubuk dari Musang Pandan dan Musang Bulan dalam 1 tahun. Sebanyak 10 ekor Musang Pandan membutuhkan biaya Rp. 205.875.200 untuk mengolah buah kopi segar menjadi 1620 Kg Luwak, sehingga dapat dihitung bahwa modal yang dikeluarkan untuk mengolah 1 Kg Luwak adalah Rp. 127.083. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk mengolah Luwak Bubuk dari Musang Pandan adalah Rp. 274.285.200 dan menghasilkan Luwak Bubuk sebanyak 1008,72 Kg, sehingga dapat dihitung bahwa modal yang di keluarkan untuk 1 Kg Luwak Bubuk dari Musang Pandan adalah Rp. 271.914,11. Sebanyak 70 ekor Musang Bulan membutuhkan biaya Rp. 553.875.200 untuk mengolah buah kopi segar menjadi 5851,44 Kg Luwak, sehingga dapat dihitung bahwa modal yang 243 INOVASI dan PEMBANGUNAN JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 03

dikeluarkan untuk mengolah 1 Kg Luwak adalah Rp. 94.656,22. Sedangkan biaya yang dikeluarkan untuk mengolah Luwak Bubuk dari Musang Bulan adalah Rp.622.285.200 dan menghasilkan Luwak Bubuk sebanyak 4611,60 Kg, sehingga dapat dihitung bahwa modal yang di keluarkan untuk 1 Kg Luwak Bubuk dari Musang Pandan adalah Rp. 134.939,11. Aspek Finansial Analisis finansial digunakan untuk mengetahui manfaat dari suatu proyek yang dilakukan perusahaan maupun agroindustri, apakah proyek itu layak untuk diusahakan dan dapat memberikan keuntungan. Analisis finansial dilakukan pada produk kopi luwak dan kopi luwak bubuk musang bulan dari UKM Ratu Luwak. Tabel 5. Data Penerimaan Luwak Musang Bulan Keterangan Tahun Ke-1 (75%) Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 Kapasitas Produksi 4.389 5.851 5.851 5.851 5.851 Penerimaan 1.536.003.000 2.048.004.000 2.048.004.000 2.048.004.000 2.048.004.000 Tabel 6. Data Penerimaan Luwak Bubuk Musang Bulan Keterangan Tahun Ke-1 (75%) Tahun Ke-2 Tahun Ke-3 Tahun Ke-4 Tahun Ke-5 Kapasitas Produksi 3.459 4.612 4.612 4.612 4.612 Penerimaan 1.556.415.000 2.075.220.000 2.075.220.000 2.075.220.000 2.075.220.000 Tingkat penerimaan usaha kopi luwak pada tahun ke-1 hingga tahun ke-5 mengalami kenaikan. Jumlah penerimaan usaha kopi luwak semakin meningkat seiring dengan tingkat optimal jumlah persentase keuntungan dari usaha kopi luwak dari tiap tahunya, sehingga keuntungan yang didapatkan juga semakin besar. Analisis Titik Impas Usaha Analisis Titik Impas atau Break Event Point (BEP) merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui titik impas suatu usaha. Analisis ini terdiri dari nilai BEP unit dan BEP harga. Analisis titik impas mengambarkan suatu usaha pada jumlah berapa produksi pada titik impas dan pada nilai harga tertentu yang mengalami kerugian dan mendapatkan keuntungan. Berikut ini adalah tabel analisis titik impas dari beberap UKM Luwak. 244 INOVASI dan PEMBANGUNAN JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 03

Tabel 12. Analisis Titik Impas Luwak No Jenis Produk Analisis Titik Impas (BEP) BEP Unit (kg) BEP Harga (Rp) 1 22 7.834.307 2 Bubuk 22 9.896.476 Dari hasil analisis titik impas tersebut didapatkan nilai BEP Unit dan BEP Harga yakni pada kopi memiliki nilai BEP Unit sebesar 22 kg dan nilai BEP Harga sebesar Rp. 7.834.307, sedangkan kopi luwak bubuk memiliki nilai BEP Unit sebesar 22 kg dan nilai BEP Harga sebesar Rp. 9.896.476. Proyeksi Rugi dan Laba Usaha Laporan rugi laba merupakan ringkasan penerimaan dan pembiayaan industri setiap periode akuntansi dan memberikan suatu gambaran kegiatan industri dari waktu ke waktu. Tabel 8. Proyeksi rugi laba pada perencanaan kajian 5 tahun periode akuntansi No 1 2 Jenis Proyeksi rugi laba pertahun (Rp) Produk Tahun 1 Tahun 2 Tahun 3 Tahun 4 Tahun 5 1.216.709.802 1.723.590.792 1.723.590.792 1.723.590.792 1.723.590.792 Bubuk 959.034.582 1.472.651.532 1.472.651.532 1.472.651.532 1.472.651.532 Keuntungan terbesar pada tahun ke-5 usaha agroindustri kopi luwak berada pada produk kopi luwak dengan nilai keuntungan sebesar Rp. 1.723.590.792, sedangkan kopi luwak bubuk mendapat keuntungan lebih rendah yakni sebesar Rp. 472.651.532. Analisis Kelayakan Investasi Berdasarkan hasil analisis data kelayakan ekonomi terhadap beberapa unit usaha industri pengolahan Luwak di Lampung Barat menunjukan adanya perbedaan dari beberapa parameter kelayakan investasi usaha (NPV, Net B/C, IRR, PP dan BEP). Secara lebih rinci analisis kelayakan finansial dari beberapa unit industri pengolahan Luwak ini dapat dilihat pada tabel 9. 245 INOVASI dan PEMBANGUNAN JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 03

No 1 2 Tabel 9. Analisis kelayakan usaha industri pengolahan Luwak Jenis Produk Bubuk Kriteria Investasi Sebelum Perubahan PP NPV (Rp) Net B/C IRR (tahun) 2.905.404.974,50 4,11 122% 0,93 3.238.439.434,23 4,47 133% 0,85 Secara keseluruhan industri pengolahan Luwak yang dianalisis dalam penelitian ini secara finansial layak untuk diusahakan (menguntungkan). Pengolahan kopi segar menjadi Luwak lebih menguntungkan dibandingkan pengolahan menjadi Luwak Bubuk. Dapat dilihat pada 9 bahwa nilai NPV, Net B/C, IRR dan PP pada Luwak dari Musang Pandan memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan nilai NPV Luwak Bubuk. Analisis Sensitifitas Analisis sensitifitas atau analisis kepekaan dilakukan untuk mengetahui perubahan nilai Net B/C, Gross B/C, NPV, IRR, dan Payback Period. Penghitungan laju kepekaan ini bertujuan untuk melihat apakah usaha agroindustri kopi luwak peka atau sensitif terhadap perubahan yang terjadi. Jika laju kepekaan yang diperoleh >1, maka usaha tersebut dikatakan peka/sensitif terhadap perubahan. Tabel 10. Kombinasi kenaikan harga bahan baku buah kopi segar 25 % dan Penurunan Harga Jual 50% No 1 Jenis Produk Kriteria investasi kenaikan harga bahan baku 25% dan penurunan harga jual 50% PP NPV (Rp) Net B/C IRR (tahun) 253.046.514,15 1,27 30% 3,05 2 Bubuk 242.116.578,23 1,26 30% 3,06 Berdasarkan hasil analisis sensitifitas agroindustri kopi luwak di Lampung Barat dapat dilihat adanya perbedaan nilai kenaikan biaya produksi antara produk kopi luwak dengan kopi luwak bubuk. Produk kopi luwak bubuk lebih sensitiv terhadap kenaikan bahan baku buah kopi segar sebesar 25% dan penurunan harga jual sebesar 50%. 246 INOVASI dan PEMBANGUNAN JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 03

Tabel 11. Analisis sensitivitas akibat Penurunan Harga Jual 56% Jenis Produk NPV NET B/C IRR PP (tahun) A. -3.130.435 1,00 19% 3,91 B. Bubuk -18.637.059 0,98 18% 3,95 Analisis sensitivitas dilakukan juga dengan menghitung penurunan harga jual sampai dengan 56%. Pada tabel 16, dapat dilihat bahwa penurunan harga jual sampai 56% mengakibatkan usaha kopi luwak menjadi rugi. Nilai kriteria investasi kopi luwak yakni NPV menunjukkan nilai negatif Rp. -3.130.435 dan nilai IRR berada dibawah nilai suku bunga bank yaitu 19%, sedangkan nilai NET B/C masih masuk kedalam nilai kriteria investasi yaitu 1 dan PP menunjukkan 3,91 artinya pengembalian usaha masih dibawah 5 tahun. Perhitungan kriteria invistasi kopi luwak bubuk menunjukkan nilai NPV, NET B/C, IRR menunjukan angka dibawah kriteria invistasi sedangkan PP masih dibawah umur pengembalian investasi yakni 5 tahun. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang diperoleh pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil penelitian pada analisis harga pokok produksi di dapat bahwa harga pokok produksi Musang Bulan lebih murah dibandingkan Musang pandan. Harga pokok produksi kopi luwak dan kopi luwak bubuk oleh musang bulan dari Ratu luwak lebih rendah yaitu Rp. 88.744,51 dan Rp. 127.438,03 menjadikan pelaku usaha kopi luwak ini layak dilakukan analisis finansial. 2. Hasil penelitian pada kriteria kelayakan invstasi di dapat bahwa produk kopi luwak dan kopi luwak bubuk dari musang bulan menghasilkan nilainilai NPV >0, IRR >1, Net B/C >1 dan PP< umur proyek. Hal ini berarti usaha kopi luwak layak untuk dilaksanakan. 3. Berdasarkan perhitungan simulasi dengan menaikan harga bahan baku sebesar 25% dan penurunan harga jual sebesar 50% menunjukkan bahwa usaha agroindustri kopi luwak masih layak untuk dilaksanakan, sedangkan simulasi dengan menurunkan harga jual 56% mengakibatkan usaha kopi luwak merugi. Saran Saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah daerah perlu membantu produsen kopi luwak dalam bentuk mempermudah perijinan usaha dan 247 INOVASI dan PEMBANGUNAN JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 03

memberikan peluang kerjasama dengan eksportir. 2. Kendala yang dihadapi pelaku agroindustri kopi luwak adalah pelaku agroindustri kopi luwak merasa kesulitan untuk memasarkan produknya karena kecilnya minat masyarakat lokal untuk mengonsumsi kopi luwak, sehingga persediaan kopi luwak yang ada terkadang tidak habis terjual dalam satu tahun. Oleh karena itu diharapkan kepada instansi terkait agar dapat membantu mengenalkan kopi luwak kepada masyarakat. 3. Perlu adanya penelitian lanjutan tentang analisis pemasaran kopi luwak di Kabupaten Lampung Barat. DAFTAR PUSTAKA AEKI, AICE. 2011. Luas Areal dan Produksi di Indonesia. www.aeki-aice.org/page/arealdan-produksi/id diakses pada tanggal 20 september 2014 Badan Pusat Statistika Provinsi Lampung, 2013. Lampung dalam angka. ICO. 2013. All Exporting Countries Total Production Crop Years. England : International Coffee Organization (ICO). Republika. 2013. luwak mahal. www.republika.co.id/berita/nasional /umum/13/02/16/mi97lg-harga-kopiluwak-mahal-tap diakses pada tanggal 20 september 2014 248 INOVASI dan PEMBANGUNAN JURNAL KELITBANGAN VOL.03 NO. 03