MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA

dokumen-dokumen yang mirip
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Definisi Bencana (2) (ISDR, 2004)

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

MITIGASI BENCANA BENCANA :

KONDISI TEKTONIK INDONESIA

KERENTANAN (VULNERABILITY)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BATU

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 32 SERI E

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 23 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN RINCIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB II KOORDINASI DALAM PENANGGULANGAN BENCANA. bencana terdapat beberapa unit-unit organisasi atau stakeholders yang saling

Bencana dan Pergeseran Paradigma Penanggulangan Bencana

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

PEMERINTAH KABUPATEN NUNUKAN

BUPATI KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANJARBARU

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI dan BUPATI BANYUWANGI MEMUTUSKAN:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

Powered by TCPDF (

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 9 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT

Penger&an dan Ruang Lingkup Penanggulangan Bencana

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANGKAJENE DAN KEPULAUAN NOMOR 2 TAHUN 2011

Empowerment in disaster risk reduction

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

PERAN KEDEPUTIAN PENCEGAHAN DAN KESIAPSIAGAAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL BIDANG PENANGGULANGAN BENCANA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANJAR dan BUPATI BANJAR

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KONTINJENSI BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 4 TAHUN

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN KENDAL

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN SITUBONDO

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BANDA ACEH

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG

- 2 - MEMUTUSKAN : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERBAIKAN DARURAT PADA SAAT TRANSISI DARURAT BENCANA DI ACEH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

- 1 - WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANGKAT NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN LANGKAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2009

11. Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun 2008 tentang Badan Nasional Penanggulangan Bencana;

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KLUNGKUNG PROVINSI BALI

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATIPANDEGLANG,

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. berada di kawasan yang disebut cincin api, kondisi tersebut akan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 6 Tahun : 2013

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 1 TAHUN2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANGGULANGAN BENCANA DI KABUPATEN BANYUMAS

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PACITAN,

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : D

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA KABUPATEN BADUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 5 SERI E

KEPALA PELAKSANA BADAN PENANGGULANGAN BECANA DAERAH KABUPATEN LAMONGAN. SUPRAPTO, SH Pembina Tingkat I NIP

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Badan Penanggulangan Bencana Daerah;

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH PROVINSI JAMBI

KATA PENGANTAR. Jakarta, Desember 2009 Kepala Pusat Penanggulangan Krisis, Dr. Rustam S. Pakaya, MPH NIP

GULANG BENCANA BENCAN DAERAH KABUPATEN KABUPATE MUSI RAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUSI RAWAS,

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

PROVINSI PAPUA BUPATI JAYAPURA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

WALIKOTA PADANG PANJANG PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2010

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA METRO,

PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR: 10 TAHUN 2010

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2014

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Bulungan.

Transkripsi:

MANAJEMEN PENANGGULANGAN BENCANA Oleh INDRA FARNI Ketua Pusat Studi Bencana Universitas Bung Hatta Definisi Bencana (1) Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis (UU 24/2007) 2 Definisi Bencana (2) Jenis Bencana (UU 24/2007) Suatu gangguan serius terhadap keberfungsian suatu masyarakat, sehingga menyebabkan kerugian yang meluas pada kehidupan manusia dari segi materi, ekonomi atau lingkungan dan yang melampaui kemampuan masyarakat yang bersangkutan untuk mengatasi dengan menggunakan sumberdaya mereka sendiri. (ISDR, 2004) BENCANA Alam Non Alam Sosial 3 4 1

Bencana Alam : Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempabumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor Bencana non-alam : Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. Bencana Sosial : Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan teror. 5 6 Jenis Bencana BAHAYA Geologi Gempabumi, tsunami, longsor, gerakan tanah Hidro-meteorologi Banjir, topan, banjir bandang,kekeringan Biologi Epidemi, penyakit tanaman, hewan Teknologi Kecelakaan transportasi, industri Lingkungan Kebakaran,kebakaran hutan, penggundulan hutan. Sosial Konflik, terrorisme Bahaya adalah keadaan atau fenomena alam yang dapat berpotensi menyebabkan korban jiwa atau kerusakan benda / lingkungan Jenis-jenis Bahaya : 1. Geologi 2. Hidrometeorolgi 3. Teknologi 4. Lingkungan 5. Sosial 6. Biologi 2

MANAJEMEN BENCANA Siklus Manajemen Bencana BENCANA Penanggulangan Bencana (Disaster Management) Kesiapan Tanggap Darurat Serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahan bencana, tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi (UU 24/2007). Pencegahan dan Mitigasi Pemulihan 9 Kegiatan-kegiatan Manajemen Bencana A. Pencegahan (prevention) B. Mitigasi (mitigation) C. Kesiapsiagaan (preparedness) D. Peringatan Dini (early warning) E. Tanggap Darurat (response) F. Bantuan Darurat (relief) G. Pemulihan (recovery) H. Rehablitasi (rehabilitation) I. Rekonstruksi (reconstruction) Pencegahan (prevention) Upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya bencana (jika mungkin dengan meniadakan bahaya). Misalnya : - Melarang pembakaran hutan dalam perladangan - Melarang penambangan batu di daerah yang curam. 3

Mitigasi Serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (UU 24/2007) Bentuk mitigasi : Mitigasi struktural (membuat chekdam, bendungan, tanggul sungai, rumah tahan gempa, dll.) Mitigasi non-struktural (peraturan perundangundangan, pelatihan, dll.) Mitigasi Upaya yang dilakukan untuk meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana Ada 2 bentuk mitigasi : Mitigasi struktural (membuat check dam, bendungan, tanggul sungai, dll.) Mitigasi non struktural (peraturan, tata ruang, pelatihan) 13 Kesiapsiagaan Serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang tepat guna dan berdaya guna (UU 24/2007) Misalnya: Penyiapan sarana komunikasi, pos komando, penyiapan lokasi evakuasi, Rencana Kontinjensi, dan sosialisasi peraturan / pedoman penanggulangan bencana. Peringatan Dini Serangkaian kegiatan pemberian peringatan sesegera mungkin kepada masyarakat tentang kemungkinan terjadinya bencana pada suatu tempat oleh lembaga yang berwenang (UU 24/2007) Pemberian peringatan dini harus : Menjangkau masyarakat (accesible) Segera (immediate) Tegas tidak membingungkan (coherent) Bersifat resmi (official) 15 16 4

Peringatan Dini Upaya untuk memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi. Pemberian peringatan dini harus : - Menjangkau masyarakat (accesible) - Segera (immediate) - Tegas tidak membingungkan (coherent) - Bersifat resmi (official) Tanggap Darurat (response) Upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian. Bantuan Darurat (relief) Merupakan upaya untuk memberikan bantuan berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa : - pangan, - sandang - tempat tinggal sementara - kesehatan, sanitasi dan air bersih Pemulihan (recovery) Proses pemulihan darurat kondisi masyarakat yang terkena bencana, dengan memfungsikan kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Upaya yang dilakukan adalah memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar puskesmas, dll). 5

Rehabilitasi (rehabilitation) Rekonstruksi (reconstruction) Upaya langkah yang diambil setelah kejadian bencana untuk membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian. Program jangka menengah dan jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya. Regulasi pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan Penanggulangan Bencana: PENANGGULANGAN BENCANA BERBASIS MASYARAKAT Oleh Indra Farni Ketua Pusat Studi Bencana Universitas Bung Hatta Azas Kebersamaan UU No. 24 Tahun 2007 Pasal 27 Point (b) UU No. 24 Tahun 2007 bahwa setiap orang berkewajiban melakukan penanggulangan benacana Pasal 22 Ayat (2) Poin (b) bahwa dalam keanggotaan unsur pengarah melibatkan anggota masyarakat profesional dan ahli Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 131 Tahun 2003 tentang Pedoman Penanggulangan Bencana dan Pengungsi di daerah Keputusan Kepala BNPB No. 1 Tahun 2012 tentang pedoman desa/ kelurahan tangguh 6

PENGERTIAN Supriyanto (2004) memaknai pemberdayaan masyarakat sebagai upaya yang disengaja untuk memfasilitasi masyarakat lokal dalam Perencanaan, memutuskan dan mengelola sumberdaya lokal yang dimiliki melalui aksi kebersamaan dan jaringan, sehingga pada akhirnya mereka memiliki kemampuan dan kemandirian secara ekonomi, ekologi, dan sosial. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses untuk memfasilitasi dan mendorong masyarakat agar mampu menempatkan diri secara Proporsional dan menjadi pelaku utama dalam memanfaatkan lingkungan strategisnya untuk mencapai suatu keberlanjutan dalam jangka panjang. Aspek penting dalam suatu program pemberdayaan masyarakat adalah program yang disusun sendiri oleh masyarakat, mampu menjawab kebutuhan dasar masyarakat, mendukung keterlibatan kaum miskin dan kelompok yang terpinggirkan lainnya, dibangun dari sumberdaya lokal, sensitif terhadap nilai-nilai budaya lokal, memperhatikan dampak lingkungan, tidak menciptakan ketergantungan, berbagai pihak terkait terlibat (instansi pemerintah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, LSM, swasta dan pihak lainnya), serta dilaksanakan secara berkelajutan. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TUJUAN UMUM: Terwujudnya komitment masyarakat dalam menghadapi bencana. KHUSUS : Terwujudnya kesiapan dan kemampuan masyarakat dalam upaya PB. Terwujudnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan upaya PRB Terwujudnya masyarakat Sadar dan akrab bencana. ( LIVING HARMONY WITH DISASTER ) 7

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MERUPAKAN UPAYA FASILITASI PROSES DI MANA INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT DAPAT: MENGAMBIL TANGGUNG-JAWAB ATAS DIRI, KELUARGA DAN MASYARAKAT DALAM PENGURANGAN RISIKO MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN UNTUK BERPERAN DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA BAGI DIRI SENDIRI DAN MASYARAKAT, SEHINGGA TERMOTIVASI UNTUK MENGENAL MASALAH, MERENCANAKAN DAN MEMECAHKAN MASALAH SESUAI POTENSI YANG DIMILIKI SASARAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT INDIVIDUAL SEBAGAI KADER ( PELOPOR & TAULADAN ) KELOMPOK/LEMBAGA MASYARAKAT (MENUJU MASYARAKAT TANGGUH BENCANA) LEMBAGA USAHA (Community Social Responsibility) MASYARAKAT EDUKASI/AKADEMISI MENJADI PELAKU/PERINTIS DALAM UPAYA PRB DAN MENJADI PEMIMPIN PENGGERAKAN MASYARAKAT YANG DILANDASI SEMANGAT GOTONG ROYONG, KEBERSAMAAN, DAN KEMANDIRIAN PRINSIP PEMBERDAYAAN Sesuai dengan budaya, kebutuhan dan potensi masyarakat. Mendapat informasi dan kesempatan Meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan. Peran Pemerintah: pendorong, pendamping, fasilitator dan asistensi. Kemitraan. CIRI PEMBERDAYAAN PEMIMPIN BERASAL DARI MASYARAKAT ( COMMUNITY LEADERS ) MERUPAKAN ORGANISASI MASYARAKAT ( COMMUNITY ORGANIZATIONS ) PEMBIAYAAN DARI MASYARAKAT ( COMMUNITY FUND ) SARANA PRASARANA DARI MASYARAKAT ( COMMUNITY MATERIAL ) PEMAHAMAN PENGETAHUAN MASYARAKAT ( COMMUNITY KNOWLEDGE ) PEMANFAATAN TEHNOLOGI MASYARAKAT ( COMMUNITY TECHNOLOGY ) PENETAPAN KEPUTUSAN DARI MASYARAKAT ( COMMUNITY DECISION MAKING ) 8

Maksud : Agar masyarakat dapat memahami, mengetahui dan bersedia mengerjakan apa yang seharusnya dapat dilaksanakan sendiri untuk kepentingan diri, keluarga dan masyarakat pada situasi darurat / bencana / pengungsian. Menurunkan resiko / dampak situasi darurat, bencana dan pengungsian melalui penyiapan dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan pada tahap kesiapsiagaan. Dengan terbentuknya kesiapsiagaan masyarakat, diharapkan : Kemudahan masyarakat untuk memperoleh informasi. Kepastian tentang peran dan tanggung jawab masyarakat. Kemudahan dan kepastian masyarakat untuk mendapatkan pelayanan Proses pemberdayaan : 1. Penyiapan sumber daya. Pada tahap awal, harus disiapkan SDM, logistik, alat, media penyuluhan dan informasi yang diperlukan 2. Pendekatan (advokasi) ke tokoh masyarakat: Untuk memperoleh dukungan dari berbagai pihak, terutama para tokoh / pemuka masyarakat setempat. Proses pemberdayaan : 3. Pembentukan kelompok kerja di masyarakat. Sebagai wadah untuk membahas berbagai keperluan dalam rangka pemberdayaan masyarakat, antara lain dengan langkah-langkah: Penetapan anggota masyarakat yang akan dilatih (sebagai kader). Pembentukan kelompok kerja Pendataan potensi masalah (survai mawas diri). Penyusunan rencana kerja Penggerakan pelaksanaan 4. Pembinaan untuk menjaga kelangsungan kegiatan. 9

MEMBANGUN BUDAYA SADAR BENCANA PENINGKATAN BUDAYA SADAR BENCANA ANCAMAN : Suatu kondisi, secara alamiah maupun karena ulah manusia, yang berpotensi menimbulkan kerusakan atau kerugian dan kehilangan jiwa manusia. SEJARAH TERJADINYA BENCANA : Catatan secara histori kejadian bencana yang terjadi di suatu wilayah beserta dampak dan korban KEARIFAN LOKAL : Tradisi atau kebiasaan masyarakat terkait dengan lingkungan KERENTANAN : Sekumpulan kondisi dan atau suatu akibat keadaan (faktor fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan) yang berpengaruh buruk terhadap upayaupaya pencegahan dan penanggulangan bencana. KAPASITAS :Gabungan semua sumberdaya, cara dan kekuatan yang tersedia di masyarakat, sehingga masyarakat memiliki daya tangkal dan daya tahan untuk mengurangi tingkat dampak atau akibat dari bencana KAPASITAS MASYARAKAT KERENTANAN ANCAMAN BUDAYA SADAR BENCANA SEJARAH TERJADINYA BENCANA KEARIFAN LOKAL Komunitas-komunitas memiliki pandangan bersama, bahwa pengelolaan risiko bencana harusnya menjadi perspektif dasar dan salah satu penekanan utama dalam proses pembangunan (yang normal). Pandangan ini didasari pada falsafah dasar, bahwa menciptakan keselarasan hidup manusia dengan lingkungan alam merupakan suatu tanggung jawab dan keharusan untuk menjamin keberlanjutan kehidupan. Selain itu mereka sudah sering mengalami sejarah panjang dimana selalu menerima dampak buruk dari eksploitasi lingkungan alam (SDA) yang ekstraktif - destruktif. PENINGKATAN BUDAYA SADAR BENCANA Pemberdayaan masyarakat dalam pengurangan risiko bencana bukan merupakan gerakan masyarakat yang bersifat aksi kasuistik, temporer, reaktif, dan fokus pada penanganan dampak saja, tetapi mendorong agar pengurangan risiko bencana dijadikan sebagai kebijakan dasar dan strategi pembangunan, artinya terintegrasi dalam setiap kebijakan dan perencanaan, termasuk anggaran pembangunan pada semua level. Organisasi-organisasi masyarakat sekarang ini sudah mulai membangun sinergi, khususnya dengan pemerintah (daerah dan pusat), termasuk aktor-aktor politik untuk mendorong adanya kebijakan yang melibatkan semua stakeholder dalam urusan pembangunan mulai dari tingkat lokal sampai pusat, agar keberlanjutan kehidupan menjadi perspektif dalam kebijakan, perencanaan dan program pembangunan. PENGEMBANGAN KAPASITAS Pendidikan dan Pelatihan Memasukkan pendidikan kebencanaan dalam kurikulum sekolah Membuka program studi disaster management di PT Menyusun standar modul pelatihan manajemen bencana Melakukan pelatihan manajer dan teknis PB Mencetak tenaga profesional dan ahli PB Penelitian dan pengembangan Iptek Kebencanaan Pemahaman karakteristik ancaman/hazard dan teknologi penanganannya Penerapan Teknologi PB, contoh: Risk Mapping, Tataruang (Bappenas, PU) Deteksi dini/ews (gunungapi, Tsunami, Banjir, Tanah Longsor,dll) (BMG, ESDM/Vulkanologi, PU) Rumah Tahan Gempa/building code (PU) Teknologi untuk penanganan darurat (Depkes, Basarnas) Teknologi Pangan untuk bantuan darurat (BPPT, Deptan, Perguruan Tinggi) 10

Sosial Pentahapan SASARAN PENGEMBANGAN KAPASITAS Penyelenggaraan PB Membangun masyarakat/bangsa yang tangguh terhadap ancaman bencana yang dicirikan oleh kapasitas untuk : meredam tekanan atau kekuatan-kekuatan yang menghancurkan, melalui perlawanan atau adaptasi mengelola, atau mempertahankan fungsi-fungsi dan struktur-struktur dasar tertentu, pada saat bencana memulihkan diri atau melenting balik setelah bencana Penetapan Kebijakan Pembangunan Prabencana Saat Tanggap Darurat Pascabencana Politik Situasi Tidak Ada Bencana Situasi Terdapat Potensi Bencana Rehabilitasi Rekonstruksi Lingkungan Perencanaan Pencegahan Pengurangan Risiko Pendidikan Pelatihan Penelitian Penataan Tata Ruang Mitigasi Peringatan Dini Kesiapsiagaan Kajian Cepat Status Keadaan Darurat Penyelamatan & Evakuasi Pemenuhan Kebutuhan Dasar Perlindungan Pemulihan Prasarana dan Sarana Sosial Ekonomi Kesehatan Kamtib Lingkungan Ekonomi STRATEGI DALAM MENDORONG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT 1. Membangun Jajaran kerja a. Menyusun dan merumuskan program dan kegiatan b. Membangun Komukasi Person / Instansi c. Pembuatan MOU 2. Kerja sama dalam a. Pengkajian Bersama b. Kesepakatan atas standart bantuan dan pelayanan. c. Kegiatan bersama dalam mobilisasi sumber daya. d. Negoisasi akses kewilayahan/ kearifan lokal. e. Penguatan Kelembagaan. 3. Melaksanakan Kordinasi dengan tujuan a. Mencegah duplikasi program b. Menjawab Pertanyaan Siapa mengerjakan apa dengan bagaimana c. Jaminan skala prioritas d. Adanya pelayanan sesuai standart e. Tingkat Efisiensi yang tinggi. Strategi Untuk Mewujudkan Desa Tangguh Bencana 1. Pelibatan seluruh lapisan masyarakat. 2. Tekanan khusus pada pengguna dan pemanfaatan sumber daya mandiri setempat. 3.Dukungan dalam bentuk komitmen kebijakan, sumber daya dan bantuan teknis dari pemerintah sesuai kebutuhan bila dikehendaki masyarakat. 4.Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan potensi ancaman. 5. Pengurangan kerentanan masyarakat. 6. Peningkatan kapasitas masyarakat. 7. Penerapan keseluruhan rangkaian manajemen resiko. 8. Pemaduan upaya-upaya pengurangan resiko bencana. 9. Memasukkan pengurangan resiko bencana kedalam perencaan program dan kegiatan. 11

Marilah Berpikir yang besar, mulailah berbuat walau sekecil apapun. SEKIAN TERIMA KASIH 12