SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI PEROKOK SMKN 2 BATUSANGKAR. Penelitian Keperawatan Komunitas

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat di temui hampir

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok telah menjadi budaya di berbagai bangsa di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

BAB 1 PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stres muncul sejalan dengan peristiwa dan perjalanan kehidupan yang dilalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara sadar untuk melukai dirinya sendiri, karena dengan merokok, berarti

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. walaupun sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANG TUA, TEMAN SEBAYA DAN IKLAN ROKOK DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DENGAN PERILAKU TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN BAHAYA MEROKOK BAGI KESEHATAN REMAJA DI SMA MUHAMMADIYAH 1 PONTIANAK ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh gelar sarjana (Sugiyono, 2013). Skripsi adalah muara dari semua

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRA DI DUSU PAPAHAN, TASIKMADU, KARANGANYAR. Ana Wigunantiningsih*

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBIASAAN MEROKOK PADA SISWA SMK NEGERI 2 BUNGORO KAB. PANGKEP

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menghisap dan menghembuskannya yang menimbulkan asap dan dapat terhisap oleh

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN. rokok. Masalah rokok tidak hanya merugikan si perokok (perokok aktif)

Analisis Proporsi Perokok Tingkat SMK di Kota Semarang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB II LANDASAN TEORI. yang diamati secara umum atau objektif. Hal tersebut senada dengan pendapat Sarwono (2001)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. 1

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PUSPITA NINGRUM TOBUTO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SISWA MEROKOK DI SMK YAPENDA 2 WIRADESA KECAMATAN WIRADESA KABUPATEN PEKALONGAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan

HASIL PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TEKANAN DARAH PADA NELAYAN DI KELURAHAN BITUNG KARANGRIA KECAMATAN TUMINTING KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

cepat dari masa anak-anak ke masa dewasa. Remaja (adolescence) dalam bahasa inggris,

Skripsi RIKA RAUDHATUL JANNAH NIM : S RINA AGUSTINA NIM: S

PROBLEM PSIKOSOSIAL PADA REMAJA YANG ORANG TUA NYA MERANTAU NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perilaku merokok dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, sangat

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

I. PENDAHULUAN. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA LAKI-LAKI PEROKOK SMKN 2 BATUSANGKAR Penelitian Keperawatan Komunitas NOVI INDRA SARI BP.07121027 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS 2011

ABSTRAK Kebiasaan merokok sudah berkembang di masayarakat Indonesia termasuk remaja. Padahal merokok merupakan perilaku yang merugikan kesehatan, seperti dapat menyebabkan penyakit paru, jantung, kanker kerongkongan, dan merusak otak. Bahkan tahun 2030 diperkirakan 80% kematian akibat rokok akan terjadi si negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Provinsi Sumatera Barat menempati urutan ketujuh dari sepuluh provinsi perokok terbesar di Indonesia. (Riskesdas, 2010) dan kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten dengan persentase jumlah perokok tertinggi di provinsi ini. SMKN 2 Batusangkar adalah salah satu sekolah dengan jumlah perokok tinggi, yaitu delapan dari lima belas orang adalah perokok. Kebiasaan merokok ini disebabkan oleh berbagai faktor salah satu diantaranya kondisi pisikologis, yaitu stres. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana hubungan tingkat stres dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki. Jenis penelitian adalah korelasional dengan rancangan cross sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah total sampling. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 22 sampai dengan 25 Agustus 2011 di SMKN 2 Batusangkar dengan jumlah responden 91 orang. Data dianalisa univariat dengan distribusi frekuensi dan bivariat dengan uji Spearman. Hasil penelitian diperoleh bahwa perilaku merokok berat banyak dijumpai pada responden yang mengalami stres tingkat sedang (27,3%) dibandingkan dengan responden yang mengalami stres tingkat ringan (5,6%). Terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat stres dengan tingkat perilaku merokok dengan r = 0,656 dan p = 0.000 (p < 0.05) yang berarti semakin berat stres siswa maka semakin kuat dorongan untuk merokok. Berdasarkan hal tersebut disarankan kepada pihak sekolah agar lebih mengoptimalkan program bimbingan konseling di sekolah. Kepada pihak terkait disarankan agar memberikan informasi-informasi yang lengkap dan bermanfaat tentang manajemen stres dan dampak merokok kepada siswa di sekolah seperti melalui program penyuluhan. Kata kunci: Stres, Perilaku Merokok, Siswa Laki-Laki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat ditemui hampir di setiap kalangan masyarakat adalah perilaku merokok. Rokok tidaklah suatu hal yang baru dan asing lagi di masyarakat, baik itu laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda. Orang merokok mudah ditemui, seperti di rumah, kantor, cafe, tempat-tempat umum, di dalam kendaraan, bahkan hingga di sekolah-sekolah (Redaksi Plus, 2010). Perilaku merokok merupakan perilaku yang merugikan, tidak hanya bagi individu yang merokok tetapi juga bagi orang-orang disekitar perokok yang ikut terhirup asap rokok. Kerugian yang ditimbulkan bisa dari sisi kesehatan dan ekonomi. Dari sisi kesehatan, pengaruh bahan-bahan kimia yang dikandung rokok seperti nikotin, karbomonoksida, dan tar akan memacu kerja dari susunan sistem saraf pusat dan sususan saraf simpatis sehingga mengakibatkan tekanan darah meningkat dan detak jantung bertambah cepat (Kendal & Hammen, 1998 dari Komalasari & Helmi, 2000), menstimulasi kanker dan berbagai penyakit yang lain seperti penyempitan pembuluh darah, tekanan darah tinggi, jantung, paru-paru, dan bronchitis kronis (Kaplan dkk, 1993 dari Komalasari & Helmi, 2000). Hasil riset Darson (Theodorus, 1994) menemukan bahwa sensitivitas ketajaman penciuman dan pengecapan perokok berkurang dibandingkan dengan non-perokok. Sementara itu dari sisi ekonomi merokok pada dasarnya adalah membakar uang, apalagi jika itu dilakukan oleh remaja yang belum mempunyai penghasilan. Rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Adapun penyebab kematian utama para perokok tersebut adalah kanker, penyakit jantung, paru-paru, dan stroke (Fawzani & Triratnawati, 2005). Betapapun diungkapkan oleh berbagai kalangan

peneliti tentang berbagai bahaya rokok bagi kesehatan, para perokok seakan-akan tidak peduli terhadap hasil berbagai penelitian itu. Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2008 menyatakan bahwa lebih dari lima juta orang meninggal karena penyakit yang disebabkan rokok. Hal ini berarti setiap satu menit tidak kurang sembilan orang meninggal akibat racun pada rokok atau dalam setiap enam detik di dunia ini akan terjadi satu kasus kematian akibat rokok. Pada tahun 2030 diperkirakan lebih dari 80% kematian akibat rokok terjadi di negara-negara berkembang. Meningkatnya prevalensi merokok menyebabkan masalah rokok menjadi semakin serius. Jumlah perokok dunia mencapai 1,35 miliar orang (WHO, 2008). Di negara-negara berkembang, seperti di Indonesia jumlah perokok dari waktu ke waktu semakin meningkat. Pada tahun 1995 prevalensi perokok penduduk > 15 tahun adalah 26,9. Pada tahun 2001 meningkat menjadi 31,5 (Lensa Indonesia, 2011). Pada tahun 2007 mencapai 34,2 (Riskesdas, 2007), kemudian pada tahun 2010 meningkat lagi menjadi 34,7 (Riskesdas, 2010). Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah perokok terbesar di dunia. Dari data World Health Organization (WHO) pada tahun 2008, dapat disimpulkan bahwa Indonesia menempati urutan ketiga setelah China dan India pada sepuluh negara perokok terbesar dunia. Jumlah perokok Indonesia mencapai 65 juta penduduk. Sementara itu China mencapai 390 juta perokok dan India 144 juta perokok (Endrawanch, 2009). Perokok di masyarakat Indonesia ternyata tidak hanya di kalangan dewasa saja, namun sudah merambat ke kalangan remaja. Data WHO tahun 2008 menyebutkan bahwa 63% pria adalah perokok dan 4,5% wanita adalah perokok. Sedangkan statistik perokok dari kalangan remaja Indonesia yaitu 24,1% remaja pria adalah perokok dan 4,0% remaja wanita adalah perokok.

Dari data WHO terhadap perokok di Indonesia memperlihatkan bahwa prevalensi perokok laki-laki jauh lebih tinggi dari pada perokok wanita. Demikian juga halnya di provinsi Sumatera Barat. Persentase perokok laki-laki yang merokok setiap hari adalah 52,4% dari jumlah penduduk laki-laki sedangkan perokok wanita yaitu 2,1% dari jumlah penduduk wanita (Riskesdas, 2010). Jika diuraikan menurut umur, prevalensi perokok lakilaki paling tinggi menurut hasil Riskesdas tahun 2010 adalah pada umur 15-19 tahun atau seusia remaja di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Provinsi Sumatera Barat menempati urutan ketujuh dari sepuluh provinsi dengan jumlah perokok terbesar di Indonesia (Riskesdas, 2010). Persentase penduduk yang merokok mencapai 38,4%. Persentase ini dihitung berdasarkan jumlah penduduk usia di atas 15 tahun. Sedangkan untuk persentase perokok remaja di Sumatera Barat dapat dilihat dari jumlah perokok yang berusia 15-24 tahun, yaitu mencapai 19,0 %. Perilaku merokok di masyarakat tidak terjadi tanpa adanya hal-hal yang mendorong perokok untuk melakukan tindakan tersebut. Banyak faktor yang mendorong individu untuk merokok. Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok adalah faktor lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga dan lingkungan sebaya, serta kepuasan psikologis (Komalasari & Helmi, 2000). Kepuasan psikologis memberi sumbangan yang lebih tinggi, yaitu mencapai 40,9% dari pada sumbangan sikap permisif orang tua dan lingkungan teman sebaya yang hanya mencapai 38,4%. Hal ini memberikan gambaran bahwa perilaku merokok bagi subjek dianggap memberikan kenikmatan dan menyenangkan. Merokok bagi remaja mempunyai kaitan yang erat dengan aspek psikologis terutama aspek positif yaitu sejumlah 92,6% sedangkan efek negatif hanya sebesar 7,5% (pusing, ngantuk, dan pahit). Perilaku merokok ini berkaitan erat dengan kondisi emosi. Kondisi yang paling banyak prilaku merokok yaitu ketika subjek dalam tekanan atau stres yaitu 40,9% (Komalasari & Helmi, 2000). Individu yang merokok banyak beranggapan bahwa rokok

dapat membantunya merasa lega dan santai saat stres, padahal yang dirasakan itu merupakan bentuk ketergantungan terhadap nikotin. Kaum remaja mulai merokok karena berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya (Erickson dari Komalasari & Helmi, 2000). Hal ini disebabkan karena masa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, sehingga terjadinya perubahanperubahan yang cepat, termasuk perubahan fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian (Fagan, 2006). Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan permasalahan. Selain itu masa remaja juga merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) (Hall dalam Asrori, 2009). Banyak faktor yang menyebabkan remaja stres. Faktor yang menyebabkan remaja atau siswa stres diantaranya adalah faktor internal (fisik, kognitif, dan kepribadian) dan faktor eksternal (lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat). Menurut penelitian Sudiana (2007) yang dilakukan pada siswa SMK, faktor yang paling dominan menyebabkan siswa stres adalah faktor sekolah. Sebagian remaja mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Jika remaja tidak mampu mengatasi perubahan-perubahan tersebut dengan baik dan ketidaksesuaian antara perkembangan psikis dan sosial menyebabkan remaja berada dalam kondisi di bawah tekanan atau stres dan terjadi permasalahan lainnya sehingga berakibat pada perilaku-perilaku negatif. Beberapa permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan karakteristik yang ada pada diri remaja. Perilaku berisiko yang paling sering dilakukan oleh remaja adalah penggunaan rokok, alkohol dan narkoba (Rey, 2002). Stres merupakan bagian yang tidak terhindar dari kehidupan. Stres dapat mempengaruhi setiap orang, termasuk remaja. Sumber stres pada remaja laki-laki dan perempuan pada

umumnya sama, namun dampak beban ini berbeda pada remaja perempuan dan laki-laki (Baldwin, 2002). Remaja perempuan lebih peka terhadap lingkungannya. Menurut penelitian prestasi mereka lebih baik dibanding remaja laki-laki. Nilai mereka di sekolah lebih baik, mareka juga lebih menonjol. Tuntutan dan motivasi mereka lebih tinggi. Akibatnya, remaja perempuan menderita beban psikis seperti cemas, tidak senang, sakit punggung dan sakit kepala. Sedangkan remaja laki-laki yang mengalami stres akan lebih sering merokok dan minum alkohol (Nasution, 2007), sehingga dapat dikatakan bahwa stres merupakan salah satu keadaan yang menyebabkan remaja merokok. Provinsi Sumatera Barat termasuk dalam sepuluh provinsi perokok terbesar di Indonesia berdasarkan jumlah perokok yang berusia lebih dari 15 tahun (Riskesdas, 2010). Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu kabupaten dengan persentase perokok tertinggi di Provinsi Sumatera Barat, yaitu 29,4 % dari jumlah penduduk. Pengamatan dan pendataan dilakukan di salah satu kecamatan yaitu kecamatan Lima Kaum. Di kecamatan ini terdapat kasus-kasus penyakit yang bisa disebabkan oleh kebiasaan merokok, salah satunya penyakit tuberculosis atau yang biasa dikenal dengan TBC yang jumlah penderitanya termasuk tinggi di kabupaten Tanah Datar. Menurut data dari Puskesmas yang ada di Lima Kaum didapatkan data bahwa jumlah penderita TBC pada tahun 2010 mencapai 15 orang, sedangkan pada tahun 2011 saat ini sudah mencapai 17 orang. Dari kasus tersebut dapat dilihat bahwa kebiasaan merokok di masyarakat di kecamatan ini berperan dalam timbulnya kasus tersebut. Pengamatan dan pendataan awal dilakukan di empat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yang ada di kecamatan Lima Kaum. Dari pengamatan di empat SLTA yang ada di kecamatan Lima Kaum, tidak ditemukan siswa yang merokok di lingkungan sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa siswa yang ada di masing-masing sekolah tersebut didapatkan informasi bahwa sudah ada pengamanan dari satuan polisi pamong praja bagi siswa yang merokok di lingkungan sekolah, sehingga tidak ditemukan adanya siswa

yang merokok di lingkungan masing-masing sekolah tersebut. Namun dari wawancara dengan lima belas orang siswa laki-laki pada masing-masing sekolah yang dipilih secara acak pada tanggal 23 April 2011 didapatkan informasi bahwa siswa lebih banyak merokok di SMKN 2 Batusangkar yang merupakan salah satu sekolah kejuruan setingkat SLTA yang berlamat di Jalan Raya Bukit Gombak, Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar. Dari lima belas orang siswa laki-laki yang diwawancarai di SMKN 2 Batusangkar, delapan orang diantaranya adalah perokok. Dari delapan orang yang merokok tersebut, enam orang diantaranya merokok dengan alasan untuk mengurangi stres. Sementara itu hasil screening awal dengan menggunakan kuesioner pada tanggal 11 Juni 2011 menunjukkan bahwa dari 194 siswa lakilaki di SMKN 2 Batusangkar yang merokok adalah 117 orang. Kemudian pada 117 orang siswa yang merokok tersebut disebarkan lagi kuesioner yang berisikan alasan siswa tersebut merokok. Dari hasil screening tersebut didapatkan data bahwa jumlah siswa yang merokok dengan alasan untuk mengurangi stres di SMKN 2 Batusangkar adalah 98 orang dan stres yang dialami yaitu berupa masalah dengan teman di lingkungan sosial dan sekolah. Dari keterangan-keterangan diatas, maka dapat dilihat bahwa salah satu kondisi yang menyebabkan timbulnya perilaku merokok adalah stres. Stres tidak hanya mempengaruhi individu untuk memulai mengkonsumsi rokok, namun juga bagi individu yang sudah menjadi perokok. Dengan demikian peneliti akan melakukan penelitian dengan judul Hubungan antara Tingkat Stres dengan Perilaku Merokok pada Siswa Laki-Laki Perokok di SMKN 2 Batusangkar. B. Penetapan Masalah Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah apakah hubungan antara tingkat stres dengan prilaku merokok pada siswa laki-laki perokok SMKN 2 Batusangkar?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki perokok SMKN 2 Batusangkar. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat stres pada siswa laki-laki perokok SMKN 2 Batusangkar b. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat perilaku merokok pada siswa laki-laki perokok SMKN 2 Batusangkar c. Mengetahui karakteristik kebiasaan merokok pada siswa laki-laki perokok SMKN 2 Batusangkar d. Mengetahui hubungan antara tingkat stres dengan tingkat perilaku merokok pada siswa laki-laki perokok SMKN 2 Batusangkar D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi remaja/ siswa Memberikan pengetahuan terhadap remaja mengenai hubungan stres dan perilaku merokok. 2. Bidang Keperawatan a. Memberikan pengetahuan atau referensi terkait hubungan antara tingkat stres dengan prilaku merokok pada remaja dan peneliti yang nantinya akan meneliti lebih lanjut mengenai hal ini. b. Sebagai masukan dan evaluasi yang berguna dalam melakukan tindakan khususnya menyangkut masalah stres dan perilaku merokok bagi remaja/ siswa.

c. Sebagai bahan pertimbangan bagi perawat untuk ikut berperan serta dalam menanggulangi masalah merokok dan stres pada remaja dengan berperan sebagai edukator, motivator, maupun konselor. 3. Sekolah Untuk memberikan masukan bagi pihak sekolah agar lebih mengontrol siswa agar tidak merokok dan mempertegas aturan merokok bagi siswa serta mengantisipasi stres yang mungkin terjadi pada siswa dengan lebih mengaktifkan kegiatan bimbingan dan konseling.

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang hubungan antara tingkat stres dengan perilaku merokok pada siswa laki-laki perokok SMKN 2 Batusangkar pada tahun 2011, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Lebih dari separuh responden mengalami stres tingkat sedang. 2. Lebih dari separuh responden adalah perokok sedang. 3. Dari karakteristik kebiasaan merokok pada responden dapat disimpulkan bahwa persentase responden yang sudah menjadi perokok selama dua tahun yang lalu lebih banyak dari pada responden yang sudah menjadi perokok selama satu tahun yang lalu, tiga tahun yang lalu dan empat tahun yang lalu serta lebih dari separuh responden mendapatkan rokok dengan membeli sendiri. 4. Semakin stres siswa maka keinginan untuk merokok semakin kuat. B. Saran Ada beberapa hal yang dapat disarankan dalam penelitian ini: 1. Untuk para remaja agar dapat meningkatkan pengetahuan dan mengaplikasikan tentang mekanisme koping stres yang efektif, misalnya dengan berolah raga, bermain musik, aktif di kegiatan OSIS agar tidak mengalihkan stres dengan perilaku yang justru merugikan, seperti merokok. 2. Bagi sekolah diupayakan agar dapat menjalankan program bimbingan konseling secara lebih optimal.

3. Bagi institusi terkait agar dapat memberikan informasi-informasi yang lengkap dan bermanfaat tentang manajemen stres dan dampak merokok kepada siswa di sekolah seperti melalui program penyuluhan. 4. Bagi peneliti selanjutnya agar dapat melakukan penelitian ulang dengan metode yang berbeda seperti pengembangan instrumen yang lebih baik lagi dan melihat faktorfaktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat stres siswa, seperti penyesuaian diri.

DAFTAR PUSTAKA Alamsyah, Rika Mayasari. (2009). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Merokok dan Hubungannya Dengan Status Penyakit Periodontal Remaja di Kota Medan Tahun 2007. Diakses pada tanggal 15 Maret 2011 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/6703/1/09e02236.pdf Anna, Lusia Kus. (2010). Benarkah Rokok Mengusir Stres. Diakses pada tanggal 25 April 2011 dari http://health.kompas.com/read/2010/08/16/10021842/ Benarkah.Rokok.Mengusir.Stres Azwar, Syaifuddin. (2005). Penyususnan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2007). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional Tahun 2007. Diakses tanggal 18 April 2011 dari http://www.kesehatan.kebumenkab..go.id/data/ lapriskesdas.pdf Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2010). Riset Kesehatan Dasar 2010. Diakses pada tanggal 20 April 2011 dari http://www.diskes.jabarprov.go.id/download.php?title=riskesdas%202010&sourc e=data/download/201121152334.pdf Baldwin, Debora R, Shanette M. Harris, & Lana N. Chambliss. (2002). Stress and Illness in Adolescence: Issues of Race and Gender. Diakses pada tanggal 17 April 2011 dari http://www.questia.com/googlescholar..qst? docid=5000591171 Conger, J.J. (1991). Adolescence and youth (4th ed). New York: Harper Collins Divisi SIM RSUD Sultan Imanuddin. (2010). PP No.19 Tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok bagi Kesehatan. Diakses tanggal 9 Mei 2011 dari http://rsud.kotawaringinbaratkab.go.id/pp-no-19-tahun-2003-tentang-pengama nanrokok-bagi-kesehatan/

Ekawati, dkk. (2009). Peningkatan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku terhadap Rokok pada Siswa SMU di Kelurahan Penatih. Diakses pada tanggal 20 April 2011 dari http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ekawati080102009.pdf Endrawanch. (2009). 10 Negara dengan Jumlah Perokok Terbesar di Dunia. Diakses pada tanggal 7 Maret 2001, dari http://www.lintasberita.com/dunia/berita- Dunia/10_Negara_dengan_Jumlah_ Perokok_Terbesar_di_Dunia Eriyanti. 2010. Pahami Keinginan Remaja. Diakses tanggal 25 Sepetember 2011 dari http://bataviase.co.id/node/271035 Fagan, R. (2006). Counseling and Treating Adolescents with Alcohol and Other Substance Use Problems and their Family. The Family Journal: Counseling therapy For Couples and Families. Vol.14. No.4.326-333. Sage Publication diakses melalui pada tanggal 28 Juli 2011 dari http://tfj.sagepub.com/cgi/reprint/14/4/326 Fawzani & Triratnawati, (2005). Terapi Berhenti Merokok (Studi Kasus 3 Perokok Berat). Diakses pada tanggal 18 April 2011 dari http://www.wonosari.com/t7548-berhentimerokok-bisa-mengurangi-stres Gadzella, Bernadette M. (2006). Student-Life Stress Inventory (SSI). Diakses pada tanggal 10 April 2011 dari http://www.mcneese.edu/ajpr//vol2/ajpr%2006-05%20gadzella.pdf Gunarsa, Singgih D. (2008). Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia Hartono, LA. (2007). Stres & Rokok. Yogyakarta: Kanisius Hasnida. (2007). Hubungan Faktor Psikososial dengan Sikap Remaja tentang Rokok. Diakses tanggal 2 April 2011 dari http://repository.usu.ac. id/bitstream/123456789/6703/1/07e02236.pdf Hawari, Dadang. (2001). Stres & Koping. Yogyakarta: PT. Dana Bhakti Prima Yasa

Hidayat, A. & Alimul, A. (2007). Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta : Salemba Medika Hurlock, Elizabeth Bergner. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Penerbit Erlangga Indonesia GYTS. (2009). Rokok dan Prevalensi Merokok. Diakses tanggal 10 Mei 2011 dari http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=2&ved= 0CBwQFjAB&url=http%3A%2F%2Fwww.ino.searo.who.int%2FLinkFiles%2FToba cco_initiative_bab_1-rokok_dan_prevalensi_merokok.doc.doc&rct =j&q=konsumsi%20rokok%20dan%20prevalensi%20merokok Karyadi. (2008). Hubungan Pola Asuh Keluarga terhadap Perilaku Merokok pada Remaja Pria di Desa Kenteng Kecamatan Nogosari Kabupaten Boyolali tahun 2007. Diakses tanggal 2 April 2011 dari http://etd.eprints.ums.ac.id/902/1/j220060003.pdf Lensa Indonesia. (2011). Jumlah Perokok Indonesia Terbesar Ke-3 di Dunia. Diakses tanggal 19 Maret 2011 dari http://lensaindonesia.com/rubrik.php Komalasari, D & Avin Fadilla Helmi. (2000). Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok pada Remaja. Diakses tanggal 20 April 2011 dari http://avin.staff.ugm.ac.id Majalah Kesehatan. 2011. Remaja Berkelompok Lebih Berani Mengambil Resiko. Edisi 9 Februari 2011. Diakses pada tanggal 25 Sepetember 2011 dari http://majalahkesehatan.com/remaja-berkelompok-lebih-berani-mengambil-risiko/ Mu tadin, Zainun. (2002). Remaja dan Rokok. Diakses pada tanggal 17 April 2011 dari http://forum.upi.edu/v3/index.php?topic=1271.0. (2007). Kemandirian sebagai Kebutuhan Psikologis pada Remaja. Diakses tanggal 17 April 2011 dari http://www.e-psikologi.com/epsi/individual_detail.asp?id=383

Nasution, Indri Kemala. (2008). Perilaku Merokok pada Remaja. Diakses pada tanggal 14 Maret 2011, dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/ 123456789/3637/1/132316815%281%29.pdf. (2008). Stres pada Remaja. Diakses pada tanggal 27 Maret 2011 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3637/1/132316815%281%29.pdf Needlman, R. (2004). Adolescent Stress. Diakses tanggal 5 April 2011 dari http://www.drspock.com/article/0,1510,7961,00.html Notoadmodjo, Soekidjo. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Nursalam. (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Oktariani. (2006). Hubungan antara Dukungan Keluarga, Dukungan Teman dan Dukungan Iklan dengan Perilaku Merokok Remaja Terhadap Rokok. Diakses pada tanggal 4 April 2011 dari http://repository.usu.ac.id /bitstream/123456789/6703/1/09e02236.pdf Papalia, D E., Olds, S. W., & Feldman, Ruth D. (2001). Human development (8th ed.). Boston: McGraw-Hill Parrot, A. (2004). Does cigarette smoking causa stress? Journal of Clinican Psychology. Diakses dari http://www.fidarticles.com Potter, P. A & Perry A. G. (2005). Fundamental keperawatan volume 1. Jakarta: EGC Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Redaksi Plus. (2007). Stop Rokok, Mudah, Murah, Cepat. Depok: penebar swadaya Rey, J. (2002). More than Just The Blues: Understanding Serious Teenage Problems. Sydney: Simon & Schuster

Rohmah, Ulfatun. (2010). Dengan Gayaku Aku Sukses Belajar. Diakses tanggal 25 September 2011 dari http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/06/dengan-gayaku-akusukses-belajar/ Safarino, E.P. (1994). Helath Psychology Edisi Ke-2. New York: John Wiley and Sons Santrock, John. W. (2003). Adolescence, Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga. Shelly. 2007. Adiksi Nikotin. Diakses tanggal 22 Oktober 2011 dari http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=3&ved=0cccqfjac&url=http% 3A%2F%2Fpustaka.unpad.ac.id%2Fwp-content%2Fuploads%2F2011 %2F04%2Fadiksi_nikotin.doc&ei=Bl1_TqOXDeaTiQfu-d3fDg&usg=AFQj CNHba5G9u6OsuVRXZ8yKpnuiEKOchw&sig2=ozISgRWpSx8sBvHrTyvybA Simorang, Johan. 2010. Anda Stres? Obatnya Jangan Merokok. Diakses tanggal 25 September 2011 dari http://health.indexarticles.com/2010/06/kesehatan-stressobatnya-jangan-merokok.html Smet, B. (1994). Psikologi Kesehatan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia Soetjiningsih. (2004). Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: CV Sagung Seto Sriati, Aat. (2007). Tinjauan tentang Stres. Diakses pada tanggal 31 April 2011 dari http://www.jurnalilmu.com/pdf/skala-pengukuran-stres.html Sudiana. (2007). Kondisi Stres Siswa Sekolah Menengah Kejuruan dan Faktor-Faktor Penyebabnya. Diakses pada tanggal 20 September 2011 dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/s_a5051_992873_abstract.pdf Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC Theodorus. (1994). Ciri Perokok di Kalangan Mahasiswa/i Universitas Sriwijaya. Jurnal JEN. No. 3, 19-24 Wasis. (2008). Pedoman Riset Praktis untuk Profesi Perawat. Jakarta: EGC

Widyastuti, Palupi. (2003). Manajemen Stres. Jakarta: EGC World Health Organization. 2008. WHO Report on the Global Tobacco Epidemic, 2008, The Mpower Package. Diakses tanggal 6 Maret 2011 dari http://whqlibdoc.who.int/publications/2008/mpower_report_full_2008/_eng_full.pdf Zainul. (2010). Efek Nikotin Rokok. Diakses tanggal 26 September 2011 dari http://tugas.netne.net/index.php/component/content/frontpage/frontpage?start=5