BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kontribusi yang sangat besar pada masyarakat (Reni Akbar

dokumen-dokumen yang mirip
persaingan yang terjadi dalam dunia industri, teknologi transportasi dan telekomunikasi bahkan dalam dunia pendidikan. Khususnya Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan yang cukup luas untuk menghadapi era tersebut. Semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya teknologi

HUBUNGAN KECERDASAN ADVERSITY DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 TEMPEL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. diperolehnya. Pencapaian prestasi belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai macam

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan kemajuan ekonomi suatu Negara tidak lepas dari

BAB I PENDAHULUAN. lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting untuk menjamin

ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Adapun masalah yang di hadapi guru dianataranya berhitung dan

BAB I PENDAHULUAN. dan guru. Proses kegiatan belajar mengajar perlu dibina hubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN. kualitas seseorang. Semakin baik hasil belajar matematika yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN, seperti AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya, masyarakat yang sejahtera memberi peluang besar bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting dalam menghasilkan generasi muda yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menurut Kunandar (2009) merupakan investasi Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tinggi. Secara umum pendidikan perguruan tinggi bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan di dalam negeri maupun di luar negeri. Tentunya perubahan

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dengan segala kemajuan teknologi yang mengikutinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri untuk

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi yang semakin maju ini. Pendidikan dalam. perkembangannya memperhatikan aspek afektif, kognitif, dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. keberanian, siswa akan senantiasa untuk mau mencoba hal-hal yang baru,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang diataur dalam undang-undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan siswa dalam belajar adalah memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan manusia dapat digolongkan ke dalam tiga kelompok utama, sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai posisi yang sangat penting dalam rangka

HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN KECERDASAN RUHANIAH DENGAN KECENDERUNGAN POST POWER SYNDROME PADA ANGGOTA TNI AU DI LANUD ISWAHJUDI MADIUN.

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan dan fungsi sentral. Seluruh kegiatan pendidikan berupa bimbingan

BAB I PENDAHULUAN. untuk bekerja sama secara efektif. Sumber daya manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. diri siswa sudah terdapat motivasi maka proses belajar mengajar di kelas akan. berjalan dengan lancar serta tercapai tujuannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan penghabisan dari setiap orang sukses adalah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. membuat manusia dituntut untuk mengikuti segala perubahan yang terjadi dengan

I. PENDAHULUAN. Setiap diri cenderung memiliki emosi yang berubah-ubah. Rasa cemas merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian No.Daftar : 056/S/PPB/2012 Desi nur hidayati,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Dalam pendidikan terdapat dua subjek pokok yang saling berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi sesuai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Sisten Kredit Semester UKSW, 2009). Menurut Hurlock (1999) mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika sebagai salah satu bidang ilmu dalam dunia pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mahasiswa merupakan suatu tahapan pendidikan formal yang menuntut

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. bagian penting dalam proses pembangunan suatu Negara. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki demi kemajuan suatu bangsa. Salah

BAB I PENDAHULUAN. masih rendahnya mutu pendidikan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. mengatasi hambatan maupun tantangan yang dihadapi dan tentunya pantang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang sedang berkembang, yang

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI

terus berjuang, meskipun kadang-kadang banyak rintangan dan masalah dalam kehidupan. Kesuksesan dapat dirumuskan sebagai tingkat di mana seseorang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyelesaikan berbagai permasalahan tersebut adalah adversity

BAB I PENDAHULUAN. teknologi dan ilmu pengetahuan ini, dituntut orang-orang yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. menyelidiki sebuah proyek dari sudut pandang yang tidak biasa.

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Pendidikan merupakan usaha. sadar dan terencana untuk mewujudkan susasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. formal maupun pendidikan nonformal. Salah satu upaya untuk mengatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana

I. PENDAHULUAN. penelitian, kegunaan penelitian dan ruang lingkup penelitian. Pembahasan hal-hal. tersebut secara rinci dikemukakan berikut ini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB I PENDAHULUAN. segala lingkungan dan sepanjang hidup (Faturrahman, 2012: 2). Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN BERMAIN JAWABAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat telah membawa konsekuensi bagi dunia pendidikan agar segera

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi merupakan sesuatu yang didambakan oleh semua orang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan individu kompleks yang memiliki dinamika

BAB I PENDAHULUAN. dalam raport, indeks prestasi studi, angka dan predikat keberhasilan.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi tantangan di era globalisasi, keberadaan anak berbakat menjadi penting dan bernilai. Kecerdasan yang dimiliki anak, memudahkan anak memahami sebab akibat, mempunyai daya abstraksi, sintesis, dan tingkat konseptualisasi yang tinggi. Hal tersebut menjadikan anak berbakat mempunyai kontribusi yang sangat besar pada masyarakat (Reni Akbar Hawadi, 2002: 21). Sebagai aset yang berharga bagi kemajuan bangsa menjadi kewajiban pemerintah bersama dengan pemerhati pendidikan memberi pemerhati yang optimal agar segala potensi yang dimiliki dapat teraktulisasikan dengan baik. Apabila terjadi kegagalan bagi anak berbakat untuk merealisasikan potensi dan kreatifnya, merupakan suatu kerugian yang besar bagi masyarakat dan dunia pada umumnya. Seperti halnya yang dijelaskan oleh Habibie (Kompas, 9 Mei,2006)...meski memiliki sumber daya alam yang melimpah tetapi bila tidak ditunjang dengan sumber daya manusia yang melimpah yang handal maka tidak membuat sebuah bangsa menjadi sejahtera, kunci dari kemajuan suatu bangsa justru pada sumber daya manusia. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan sumber daya manusia yang handal, salah satunya adalah anak berbakat, sehingga seorang siswa dituntut untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi dalam pendidikan. 1

Prestasi belajar siswa sendiri dipengaruhi oleh beberapa faktor. Secara umum Slameto (2003: 21) faktor tersebut mencakup faktor yang berada dalam diri siswa (faktor individu) dan dari luar diri individu (faktor situasi). Faktor individu meliputi kecerdasan intelegensi, sikap motivasi, kesiapan, dan kematangan. Selama ini kecerdasan intelegensi dinilai sebagai faktor utama keberhasilan seseorang, termasuk berhasilnya siswa dalam menempuh pendidikan. Akan tetapi dengan mempertimbangkan karakteristik anak yang berbeda, serta iklim kelas yang berbeda pula, maka dalam usaha pencapaian prestasi belajar siswa belum cukup dengan intelegensi yang tinggi pula, tetapi juga bergantung pada kondisi individu atau siswa tersebut. Hasil wawancara dengan Guru Mata Pelajaran Matematika di SMP N 1 Tempel yang mengampu mata pelajaran Matematika kelas IX A, beliau menyatakan bahwa terdapat salah satu siswa yang selalu merasa takut dan tegang saat mengikuti pelajaran Matematika yang diampunya. Beberapa siswa juga merasa bahwa dirinya tidak mempunyai kelebihan dalam pelajaran matematika, serta siswa merasa cemas jika menghadapi ujian dan sering khawatir jika mendapat giliran maju ke depan kelas. Dalam menghadapi kesulitan diperlukan adanya daya tahan sehingga mampu menjadikan kesulitan sebagai tantangan dan peluang. Leman (2007: 125) berpendapat bahwa kemampuaan memecahkan masalah daya tahan menghadapi masalah, dan keberanian mengambil resiko merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kesuksesan. Seseorang yang mempunyai daya tahan yang kuat menilai tekanan, baik fisik maupun mental, persaingan, 2

permasalahan, hal-hal yang tidak terduga. Bahkan ancaman-ancaman sebagai hal yang bersifat sementara, sehingga tetap bertahan dan mempunyai harapan. Sikap ini mengantarkan seseorang untuk mencurahkan segala kemampuan, potensi agar permasalahan tersebut segera teratasi. Sebaliknya, individu yang mempunyai daya tahan yang rendah akan merespon kesulitan sebagai hal yang bersifat menetap, tidak dapat dirubah sehingga melahirkan sikap ketidakberdayaan (helplesness). Kemampuan individu dalam menghadapi kesulitan atau keadaan yang tidak diinginkan ini disebut dengan adversity quotient, Stolz (2000: 9) menyebutkan adversity quotient sebagai penentu kesuksesan seseorang. Adversity quotient merupakan kerangka kerja konseptual baru untuk memahami dan meningkatkan semua segi kesuksesan, merupakan suatu ukuran untuk mengetahui respon seseorang terhadap kesulitan, dan serangkaian peralatan yang memiliki dasar ilmiah untuk memperbaiki respon terhadap kesulitan yang dapat memperbaiki efektivitas diri dan profesionalisme. Adversity quotient dapat membantu individu memperkuat kemampuan dan ketekunan dalam menghadapi tantangan hidup sehari-hari dengan tetap berpegang pada prinsip-prinsip dan impian. Semakin tinggi tingkat adversity quotient semakin besar kemungkinan seseorang untuk bersikap optimis, dan inovatif dalam memecahkan masalah. Sebaliknya, semakin rendah tingkat adversity quotient seseorang semakin mudah seseorang untuk menyerah, menghindari tantangan dan mengalami stres. 3

Dalam proses belajar mengajar, siswa dituntut untuk mampu mengatasi segala permasalahan, kesulitan dan hambatan yang sewaktu-waktu muncul maka adversity quotient dinilai penting untuk dimiliki. Adversity quotient sebagai kecerdasan seseorang dalam menghadapi kesulitan atau kecerdasan seseorang dalam menghadapi kesulitan atau permasalahan membantu siswa meningkatkan potensi diri dan menjalani kehidupan yang lebih baik. Lebih dari itu adversity quotient dapat pula sebagai pembinaan mental bagi siswa untuk menghindari masalah psikologis. Dengan memiliki adversity quotient, siswa dinilai lebih mampu melihat dari sisi positif, lebih berani mengambil resiko, sehingga tuntutan dan harapan dijadikan sebagai dukungan dan keberadaan di kelas merupakan peluang untuk memberikan hasil prestasi belajar yang terbaik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siddiqiyah (2007: 98) yang menunjukkan bahwa adanya hubungan positif antara adversity quotient dengan motivasi berprestasi, sehingga dapat dikatakan siswa yang mempunyai adversity quotient tinggi akan berusaha untuk menyelesaikan tugas dengan baik, sehingga diperoleh prestasi belajar yang baik pula. Berdasarkan paparan di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara adversity quotient dengan prestasi belajar pada siswa khususnya pada tingkat SMP. Latar belakang Peneliti mengambil judul Hubungan antara adversity quotient dengan prestasi belajar matematika pada siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Tempel yang pertama didasarkan pada hasil wawancara. 4

Wawancara tersebut dilakukan pada tanggal 6 Oktober 2011 dengan guru bimbingan dan konseling bahwa terdapat salah satu siswa di kelas IX A yang mengalami penurunan nilai raport secara drastis terutama pada nilai mata pelajaran Matematika. Hal tersebut terbukti dengan melihat dan membandingkan hasil tes matematika pada mid semester dengan hasil tes kendali mutu semester gasal mata pelajaran matematika siswa yang bersangkutan. Pada tes mid semester siswa tersebut mendapatkan nilai 7,3 sedangkan pada hasil tes kendali mutu semester gasal, nilai siswa tersebut menurun menjadi 6,4. Banyaknya kegiatan ekstrakulikuler yang wajib diikuti siswa juga dikhawatirkan menjadi salah satu faktor yang membuat siswa menjadi jenuh, bosan, dan ingin terlepas dari berbagai tuntutan. Namun, setelah peneliti melakukan wawancara terhadap siswa yang bersangkutan, hasilnya adalah memang siswa tersebut mengakui bahwa ia sering mempunyai masalah dengan keluarga, juga masalah dengan pacar dan teman. Siswa tersebut mengakui juga bahwa dirinya susah untuk berkonsentrasi saat belajar di sekolah, ia juga merasa malas dan tidak bersemangat mengikuti kegiatan di sekolah saat ia mempunyai masalah dengan keluarga, pacar, dan sahabat. Kedua, dengan mempertimbangkan karakter siswa dalam menghadapi permasalahan yang berbeda antara siswa satu dengan siswa yang lainnya untuk tetap memperoleh prestasi belajar yang baik. Artinya, masih banyak siswa yang belum dapat mengelola atau menggunakan kecerdasannya untuk menghadapi masalah yang sedang dihadapinya. 5

Dilihat dari data hasil tes kendali mutu semester gasal, siswa kelas IX A juga banyak yang mempunyai nilai rendah, khususnya pada mata pelajaran Matematika. Berbeda dengan hasil mid semester yang sebelumnya banyak siswa yang mendapat nilai lebih baik daripada nilai ujian semester. Data tersebut semakin menguatkan bahwa permasalahan prestasi belajar siswa SMP pada umumnya bukan terletak pada ketidakmampuan mengikuti dan memahami materi pelajaran, melainkan pada kemampuannya dalam menilai serta mengelola kesulitan dan tekanan yang dihadapi. Berdasaran paparan di atas, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai tingkat adversity quotient dan prestasi belajar matematika pada siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Tempel. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada di atas, dapat diidentifikasikan masalah yang muncul yaitu : 1. Beberapa siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Tempel mengalami penurunan hasil belajar, terutama dalam mata pelajaran matematika pada semester gasal. 2. Ketidaksiapan siswa dalam menghadapi ujian semester gasal dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh masing-masing individu. 3. Beberapa siswa mengaku susah konsentrasi saat sedang mengalami masalah pribadi. 6

4. Belum diketahuinya tingkat adversity quotient pada siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Tempel. 5. Beberapa siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Tempel yang kurang menguasai materi pelajaran matematika. 6. Kurangnya keaktifan siswa pada saat mengikuti pelajaran sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. C. Batasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan pada identifikasi masalah yang ada dan keterbatasan peneliti maka penelitian ini perlu diberi batasan masalah sehingga permasalahan penelitian akan menjadi jelas. Untuk mempermudah dan menghindari kemungkinan terjadinya kesalahan dalam penafsiran judul, maka masalah ini dibatasi pada : 1. Belum diketahuinya tingkat adversity quotient pada siswa. 2. Beberapa siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Tempel mengalami penurunan hasil belajar, terutama dalam mata pelajaran matematika pada semester gasal. 7

D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan kembali sebagai berikut: 1. Bagaimana tingkat adversity quotient pada siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Tempel? 2. Bagaimana tingkat prestasi belajar matematika siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Tempel? 3. Adakah hubungan positif antara adversity quotient dengan tingkat prestasi belajar matematika pada siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Tempel? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengetahui tingkat adversity quotient siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Tempel. 2. Mengetahui tingkat prestasi belajar matematika pada siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Tempel. 3. Mengetahui hubungan antara adversity quotient dengan tingkat prestasi belajar matematika pada siswa kelas IX A SMP Negeri 1 Tempel. 8

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Bagi Guru Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi mengenai prestasi belajar siswa, sebagai rujukan dalam mengambil kebijakan, serta dapat memberikan intervensi bagi siswa yang mempunyai adversity quotient rendah. b. Bagi Siswa Penelitian ini dapat membantu siswa mengetahui tingkat kendalinya dalam menghadapi kesulitan sebagai salah satu faktor keberhasilan, sehingga siswa tidak hanya meningkatkan kecerdasan intelektual, melainkan juga kecerdasan dalam menghadapi kesulitan. c. Bagi Orang Tua Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi mengenai putra-putrinya tentang kemampuan mereka menghadapi dan mengelola kesulitan, sehingga diharapkan orang tua dapat mengajarkan ketrampilan atau cara merespon kesulitan dengan tepat. 2. Manfaat Teoritis Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian berikutnya, serta dapat menambah khazanah keilmuan baik dalam psikologi maupun pendidikan. 9

G. Batasan Istilah Batasan istilah pada penelitian ini adalah : 1. Adversity Quotient Adversity quotient merupakan suatu kemampuan individu untuk dapat bertahan dalam menghadapi segala macam kesulitan sampai menemukan jalan keluar, memecahkan berbagai macam permasalahan, mereduksi hambatan dan rintangan dengan mengubah cara berfikir dan sikap terhadap kesulitan tersebut. 2. Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar matematika merupakan keberhasilan siswa dalam memahami materi pelajaran Matematika yang ditunjukkan dengan tingginya nilai yang dicapai dalam raport dalam kurun waktu yang telah ditetapkan. 10