PENGARUH ANOMALI SUHU MUKA LAUT (SML) SAMUDERA PASIFIK TERHADAP CURAH HUJAN PROPINSI BENGKULU. Irkhos 1) dan M. Sutarno 2)

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI CUACA BULAN JUNI 2016 DI STASIUN METEOROLOGI PERAK 1 SURABAYA

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PADA ZONA MUSIM (ZOM) (DKI JAKARTA)

PENGARUH FENOMENA GLOBAL DIPOLE MODE POSITIF DAN EL NINO TERHADAP KEKERINGAN DI PROVINSI BALI

KATA PENGANTAR PANGKALPINANG, APRIL 2016 KEPALA STASIUN METEOROLOGI KLAS I PANGKALPINANG MOHAMMAD NURHUDA, S.T. NIP

Prakiraan Musim Kemarau 2018 Zona Musim di NTT KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR TANGERANG SELATAN, MARET 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG. Ir. BUDI ROESPANDI NIP

PENGARUH DIPOLE MODE TERHADAP CURAH HUJAN DI INDONESIA

KATA PENGANTAR KUPANG, MARET 2016 PH. KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI LASIANA KUPANG CAROLINA D. ROMMER, S.IP NIP

Propinsi Banten dan DKI Jakarta

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG ANALISIS MUSIM KEMARAU 2013 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2013/2014

I. INFORMASI METEOROLOGI

EVALUASI MUSIM HUJAN 2007/2008 DAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2008 PROVINSI BANTEN DAN DKI JAKARTA

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2015 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2015/2016

I. PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI KLAS II PONDOK BETUNG

Analisis Variasi Cuaca di Daerah Jawa Barat dan Banten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Negara, September 2015 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI NEGARA BALI. NUGA PUTRANTIJO, SP, M.Si. NIP

El-NINO DAN PENGARUHNYA TERHADAP CURAH HUJAN DI MANADO SULAWESI UTARA EL-NINO AND ITS EFFECT ON RAINFALL IN MANADO NORTH SULAWESI

I. INFORMASI METEOROLOGI

I. INFORMASI METEOROLOGI

KATA PENGANTAR REDAKSI. Pengarah : Wandayantolis, S. SI, M. Si. Penanggung Jawab : Subandriyo, SP. Pemimpin Redaksi : Ismaharto Adi, S.

KATA PENGANTAR. Pontianak, 1 April 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI SIANTAN PONTIANAK. WANDAYANTOLIS, S.Si, M.Si NIP

Analisis Karakteristik Intensitas Curah Hujan di Kota Bengkulu

ANALISIS HUJAN BULAN PEBRUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN APRIL, MEI DAN JUNI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

KATA PENGANTAR. Semarang, 22 maret 2018 KEPALA STASIUN. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

KARAKTER CURAH HUJAN DI INDONESIA. Tukidi Jurusan Geografi FIS UNNES. Abstrak PENDAHULUAN

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

Fase Panas El berlangsung antara bulan dengan periode antara 2-7 tahun yang diselingi fase dingin yang disebut dengan La Nina

KAJIAN TEMPORAL KEKERINGAN MENGGUNAKAN PERHITUNGAN KEETCH BYRAM DRYNESS INDEX (KBDI) DI WILAYAH BANJARBARU, BANJARMASIN DAN KOTABARU PERIODE

ANALISIS HUJAN BULAN MEI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN JULI, AGUSTUS DAN SEPTEMBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS HUJAN BULAN JANUARI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN MARET, APRIL, DAN MEI 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan dan pengelolaan sumber daya air (Haile et al., 2009).

Prakiraan Musim Hujan 2015/2016 Zona Musim di Nusa Tenggara Timur

I. INFORMASI METEOROLOGI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

KATA PENGANTAR. merupakan hasil pemutakhiran rata-rata sebelumnya (periode ).

Oleh Tim Agroklimatologi PPKS

ANALISIS KARAKTERISTIK INTENSITAS CURAH HUJAN DI KOTA BENGKULU

Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian

ANALISIS HUJAN BULAN JUNI 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN AGUSTUS, SEPTEMBER DAN OKTOBER 2011 PROVINSI DKI JAKARTA

ANALISIS PENGARUH MADDEN JULIAN OSCILLATION (MJO) TERHADAP CURAH HUJAN DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2018

PERUBAHAN KLIMATOLOGIS CURAH HUJAN DI YOGJAKARTA, SEMARANG, SURABAYA, PROBOLINGGO DAN MALANG

Musim Hujan. Musim Kemarau

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA ANOMALI SUHU PERMUKAAN LAUT DENGAN CURAH HUJAN DI JAWA

ANALISIS HUJAN BULAN OKTOBER 2011 DAN PRAKIRAAN HUJAN BULAN DESEMBER 2011, JANUARI DAN FEBRUARI 2012 PROVINSI DKI JAKARTA 1.

KATA PENGANTAR. Banjarbaru, Oktober 2012 Kepala Stasiun Klimatologi Banjarbaru. Ir. PURWANTO NIP Buletin Edisi Oktober 2012

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERANG

ANALISIS MUSIM KEMARAU 2011 DAN PRAKIRAAN MUSIM HUJAN 2011/2012 PROVINSI DKI JAKARTA

Tinjauan Pustaka. II.1 Variabilitas ARLINDO di Selat Makassar

Pengaruh Dipole Mode dan El Nino Southern Oscillation Terhadap Awal Tanam dan Masa Tanam di Kabupaten Mempawah

KEKERINGAN TAHUN 2014: NORMAL ATAUKAH EKSTRIM?

PROSPEK KEJADIAN SIKLON TROPIS DI WILAYAH SAMUDERA HINDIA SELATAN INDONESIA PADA MUSIM SIKLON 2016/2017

PENGANTAR. Bogor, Maret 2017 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI BOGOR

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2017 REDAKSI

Anomali Curah Hujan 2010 di Benua Maritim Indonesia Berdasarkan Satelit TRMM Terkait ITCZ

PRAKIRAAN MUSIM 2017/2018

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

MONITORING DINAMIKA ATMOSFER DAN PRAKIRAAN CURAH HUJAN SEPTEMBER 2016 FEBRUARI 2017

Pasang Surut Surabaya Selama Terjadi El-Nino

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR. Bogor, Maret 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. interaksi proses-proses fisik dan kimia yang terjadi di udara (atmosfer) dengan permukaan

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis wilayah Indonesia terletak di daerah tropis yang terbentang

POLA ARUS PERMUKAAN PADA SAAT KEJADIAN INDIAN OCEAN DIPOLE DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA TROPIS

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura,dan 12,77 juta rumah tangga dalam perkebunan. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI KLAS III MALI

Model Evaluasi Iklim Maritim Tropis Berbasis Sistem Inferensi Fuzzy Jaringan Saraf Adaptif

STUDI DAMPAK EL NINO DAN INDIAN OCEAN DIPOLE (IOD) TERHADAP CURAH HUJAN DI PANGKALPINANG

KATA PENGANTAR. Prakiraan Musim Kemarau 2016

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN I APRIL 2017

ANALISIS ANGIN ZONAL DI INDONESIA SELAMA PERIODE ENSO

PRESS RELEASE PERKEMBANGAN MUSIM KEMARAU 2011

Variasi Iklim Musiman dan Non Musiman di Indonesia *)

PENGANTAR. Bogor, September 2016 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI DARMAGA BOGOR. DEDI SUCAHYONO S, S.Si, M.Si NIP

PRISMA FISIKA, Vol. II, No. 1 (2014), Hal ISSN :

BIDANG ANALISIS VARIABILITAS IKLIM

ANALISIS RAGAM OSILASI CURAH HUJAN DI PROBOLINGGO DAN MALANG

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS UNSUR CUACA BULAN JANUARI 2018 DI STASIUN METEOROLOGI KLAS I SULTAN AJI MUHAMMAD SULAIMAN SEPINGGAN BALIKPAPAN

EKSPLANASI ILMIAH DAMPAK EL NINO LA. Rosmiati STKIP Bima

KATA PENGANTAR TANGERANG, MARET 2009 KEPALA STASIUN KLIMATOLOGI PONDOK BETUNG TANGERA NG. URIP HA RYOKO MSi NIP

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT, ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN II FEBRUARI 2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tengah dan Timur sepanjang ekuator dan secara kasat mata El Nino tidak. dapat dilihat. Fenomena ini memiliki periode 2-7 tahun.

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATE DASARIAN I MARET 2017

ANALISIS DINAMIKA ATMOSFER LAUT. ANALISIS & PREDIKSI CURAH HUJAN UPDATED DASARIAN II JUNI 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memanasnya suhu permukaan air laut Pasifik bagian timur. El Nino terjadi pada

Hubungan Suhu Muka Laut Perairan Sebelah Barat Sumatera Terhadap Variabilitas Musim Di Wilayah Zona Musim Sumatera Barat

PENGARUH EL NINO SOUTHERN OSCILLATION (ENSO) TERHADAP CURAH HUJAN MUSIMAN DAN TAHUNAN DI INDONESIA. Zulfahmi Sitompul

STASIUN METEOROLOGI KLAS III NABIRE

Transkripsi:

PENGARUH ANOMALI SUHU MUKA LAUT (SML) SAMUDERA PASIFIK TERHADAP CURAH HUJAN PROPINSI BENGKULU Irkhos 1) dan M. Sutarno 2) 1) Jurusan Fisika FMIPA Universitas Bengkulu, Jl Raya Kandang Limun Bengkulu, Telp (0736) 21184 2) Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Bengkulu, Jl Raya Kandang Limun Bengkulu, Telp (0736) 21186, e-mail : nsw_noy@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh korelasi antara kejadian perubahan anomali suhu muka laut (SML) wilayah nino-3 terhadap Curah Hujan di Provinsi Bengkulu sehingga dapat digunakan dalam penentuan awal musim bercocok tanam untuk mengoptimalkan hasil pertanian. Metode yang digunakan adalah sistem Adaptif Neoro Fussy Inference system (ANFIS). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ASML Samudera Pasifik tidak berkolerasi kuat terhadap curah hujan propinsi Bengkulu dengan koefisien korelasi sebesar 0,6. Hasil ini dapat diinterpretasikan bahwa perubahan anomali suhu muka laut samudera Pasifik berkolerasi kuat terhadap curah hujan di propinsi Bengkulu. Faktor lokal lebih dominan mempengaruhi curah hujan di propinsi Bengkulu. Kata Kunci : anomali suhu muka laut, curah hujan Abstarct This research as a purpose determine the beginning engage an farming in province of Bengkulu with to know Temperature of sea anomaly Pacific ocean Nino-3 zone rainfall correlations. This research used Adaptife Neuro Fuzzy Infernce System (ANFIS) method. According this research is temperature of sea anomaly in Pacific ocean Nino-3 zone, not strong indication effect to rainfall in province of Bengkulu with correlation index is 0,6.. However, according prediction on thisresearch extreme temperature of sea anomaly in Pacific ocean will give effect on Province of Bengkulu rainfall, the rain of province Bengkulu on second month after extreme conditions. Keyword : temperature of sea anomaly, rainfall PENDAHULUAN Propinsi Bengkulu terletak pada pantai barat pulau Sumatera dengan posisi 101 0 1-104 0 46 Bujur Timur dan 2 0 16 5 0 13 Lintang Selatan, yang membujur sejajar dengan bukit barisan dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Sedangkan dalam skala nasioanal posisi geografis Indonesia terletak di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik dan di antara Benua Asia dan Benua Australia serta berada pada ekuator. Kondisi ini menyebabkan cuaca, musim dan iklimnya dipengaruhi oleh sirkulasi atmosfer global, regional dan lokal, seperti sirkulasi utara-selatan (Hadley), sirkulasi barat-timur (Walker) dan sistem angin lokal. Gangguan terhadap salah satu sistem sirkulasi ini akan mempengaruhi cuaca dan iklim di Indonesia (Dupe, 2000). Penelitian tentang prakiraan musim/iklim berkembang secara pesat. Tersedianya komputer yang canggih memungkinkan hitungan yang komplek dilakukan secara cepat dan tepat. Prakiraan musim, baik secara Pengaruh Anomali (Irkhos dan Sutarno) 136

perwilayahan maupun global sedang berkembang, seperti di Australia oleh pusat-pusat Penelitian Biro Meteorologi. Departemen Industri Queensland, Divisi Penelitian Atmosfer dan Kelautan CSIRO, perguruan tinggi dan badan-badan pemerintah di Amerika Serikat. Sejumlah pusat kajian dan informasi iklim seperti Lembaga Kajian Internasional Prakiraan Iklim IRI, Badan Administrasi Atmosfer dan Kelautan NOAA, Pusat Cuaca Nasional NWC dan Pusat Kajian Nasional Atmosfer NCAR. Di Eropa seperti pusat prakiraan untuk jangka menengah ECMWF dan Pusat Hadley di Inggris untuk Penelitian dan Prakiraan Iklim (Lan J. Partridge, 2002). Penelitian iklim di Indonesia sejak beberapa tahun lalu menyimpulkan adanya tekanan atmosfer tinggi di Indonesia selama 6 bulan pertama yang kemudian diikuti dengan kondisi curah hujan di bawah harga rata-ratanya pada 6 bulan berikutnya. Ahli iklim lainnya mengembangkan model sederhana untuk prakiraan regional dan hujan musiman. Ber Lage 1927 untuk curah hujan tipe monsum di Pulau Jawa, De Boer 1947 untuk awal dan akhir musim kemarau di Pulau Jawa dan Madura serta Sulawesi dan Kalimantan Selatan, Reesincik 1952 untuk awal musim hujan di Pulau Jawa. BMG mulai memberikan informasi prakiraan curah hujan musiman untuk sekitar 100 daerah prakiraan musim (dpm) secara nasional. Pembagian dari daerah prakiraan musim tergantung pada distribusi dari catatan stasiun penakar hujan, sehingga 63 dpm berada di Pulau Jawa, 14 dpm di Pulau Sumatera, 11 dpm di Pulau Bali dan Nusa Tenggara dan 2-3 dpm di Pulau Kalimantan, Maluku, Sulawesi dan Irian Jaya (Lan J. Partridge, 2002). Nichols 1981 dari Pusat Penelitian Biro Meteorologi Australia BRMC memperlihatkan bahwa variabilitas awal musim hujan di kepulauan Indonesia dapat diprakirakan dari simpangan tekanan udara dan hal ini berhubungan dengan suhu muka laut (SML). Modelnya merupakan korelasi curah hujan di Jakarta selama September-November dengan tekanan udara di Darwin di bulan Agustus. Anomali Suhu Muka Laut (ASML) berkaitan dengan El- Nino dan La Nina. Prakiraan iklim secara terperinci sampai ke wilayah-wilayah masih sangat sedikit. Penelitian tentang iklim masih dalam cakupan wilayah yang luas padahal penelitian di tiaptiap wilayah sangat dibutuhkan untuk menunjang pembangunan di berbagai bidang, termasuk bidang pertanian (Sulistya, 2001). Metoda Adaptive Neuro-Fuzzy Inference Systems (ANFIS) dikembangkan oleh Jang (1997) merupakan metoda matematis yang didasarkan pada teori logika samar (Fuzzy Logic) yang dapat digunakan untuk memperkirakan parameter iklim. Berdasarkan hasil penelitian, metode ANFIS dapat digunakan untuk memperkirakan secara akurat fenomena iklim karena data iklim di masa lampau tidak teratur (chaotic) (Irkhos, 2005). METODE PENELITIAN Data Penelitian Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder anomali suhu muka laut rerata bulanan dari tahun 1955 hingga 2005 pada daerah Niño-3 (5 0 LU 5 0 LS) (150 0 BB 90 0 BB) yang di peroleh dari internet dan bersumber dari NOAA Prediction Center Exacta, Vol. VI, No 1, Juni 2008 : 136-141 137

(www.cdc.noaa.gov). dan data curah hujan Provinsi Bengkulu dari tahun 1955 hingga 2005 yang bersumber dari BMG Bengkulu. Pengolahan Data Metode yang digunakan adalah rekayasa perangkat lunak sistem kesimpulan samar jaringan syaraf adaptif (ANFIS). Tahapan yang dilakukan adalah analisis, implementasi pada ANFIS, korelasi, dan pengujian (validasi). Pada tahap analisis akan diidentifikasi data masukan dan data keluaran. Tahap selanjutnya yaitu implementasi pada ANFIS. Selanjutnya program tersebut diuji pada tahap pengujian serta dilakukan validasi hasil. Analisis Data Dalam analisis data, dilakukan tahapan sebagai berikut : (a) Identifikasi Data. Identifikasi data dititikberatkan pada analisis periodisitas data anomali suhu muka laut dan analisis periodisitas data curah hujan Provinsi Bengkulu. (b) Identifikasi data masukan. Data masukan adalah data rerata bulanan dari tahun 1955 hingga 2005 anomali suhu muka laut di wilayah Niño-3 selama kurun waktu tersebut, dan data curah hujan Propinsi Bengkulu selama waktu tersebut. (c) Identifikasi keluaran. Data keluaran adalah grafik yang memperlihatkan periodisitas waktu terjadinya perubahan anomali SML wilayah nino-3 serta curah hujan variasi bulanan propinsi bengkulu. Hasil ini dikorelasikan satu sama lain untuk memperoleh hubungan perubahan anomali SML samudera Pasifik wilayah nino-3 terhadap curah hujan di Bengkulu. Kemudian dilakukan prakiraan curah hujan ke depan dengan menggunakan data keluaran validasi sebagai pembangkit keluaran sistem samar. Metode Pengolahan Data Data diolah dengan proses sebagai berikut : Sebelum diproses dengan ANFIS data disusun menurut variasi rerata bulanan dan dinormalisasi dengan persamaan berikut : u umin un umaks umin dengan u n adalah data normalisasi, u adalah data, u min adalah data terendah, u maks adalah data tertinggi. Untuk memperoleh nilai anomali suhu muka laut maka digunakan persamaan : u u ( u u ) u n maks min min Selanjutnya data dibagi menjadi dua bagian yaitu 2/3 data untuk proses pembelajaran sedangkan 1/3 data terakhir untuk validasi hasil perhitungan. Hasil yang memiliki kesalahan kecil dianggap layak, berdasarkan proses validasi dengan data terukur. Untuk prakiraan kedepan, maka seluruh data digunakan sebagai data pembelajaran. Data keluaran validasi merupakan data yang secara umum mewakili periodisitas data. Kelayakan hasil prakiraan dinyatakan berdasarkan besarnya kesalahan ratarata hasil proses ANFIS. Metode Penafsiran dan Penyimpulan Hasil Penelitian Setelah diperoleh bulan-bulan terjadinya perubahan anomaly SML samudera Pasifik wilayah nino-3 menggunakan Sytem Fuzzy, kemudian dikorelasikan dengan intensitas curah hujan pada bulan tersebut menggunakan ANFIS. Data ini digunakan untuk prakiraan awal musim hujan sehingga dapat ditentukan awal musim bercocok tanam yang tepat. HASIL DAN PEMBAHASAN Iklim di Indonesia dapat dibagi menjadi tiga yaitu pola moonson, pola ekuatorial dan pola lokal. Pola Moonson dicirikan oleh bentuk pola Pengaruh Anomali (Irkhos dan Sutarno) 138

hujan yang bersifat unimodal (satu puncak musim hujan). Selama tiga bulan curah hujan relatif tinggi biasa disebut musim hujan, yakni Desember, Januari dan Februari (DJF) dan tiga bulan curah hujan rendah bisa disebut musim kemarau, periode Juni, Juli dan Agustus (JJA), sementara enam bulan sisanya merupakan periode peralihan (tiga bulan peralihan kemarau ke hujan, dan tiga bulan peralihan hujan ke kemarau). Pola ekuatorial dicirikan oleh pola hujan dengan bentuk bimodal (dua puncak hujan) yang biasanya terjadi sekitar bulan Maret dan Oktober yaitu pada saat matahari berada dekat ekuator. Pola lokal dicirikan oleh bentuk pola hujan unimodal (satu puncak hujan) tapi bentuknya berlawanan dengan pola hujan pada tipe moonson. Letak Propinsi Bengkulu pada pantai barat pulau Sumatera dengan posisi 101 0 1-104 0 46 Bujur Timur dan 2 0 16 5 0 13 Lintang Selatan, yang membujur sejajar dengan bukit barisan dan berhadapan langsung dengan Samudera Hindia. Faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap keragaman iklim Indonesia ialah gangguan siklon tropis. Faktor-faktor di atas akan mempengaruhi curah hujan di wilayah Indonesia. Gambar 1. Pembelajaran system samar Dari hasil pembelajaran sistem samar Gambar 1. dapat dilihat ASML secara periodik. Puncak-puncak ASML muncul pada selang waktu-waktu tertentu yang berulang. Pada waktu terjadi puncak-puncak ASML sebagian besar wilayah Indonesia terjadi musim kemarau, namun terdapat beberapa wilayah di Indonesia terjadi musim hujan. Berdasarkan visualisasi data curah hujan di propinsi Bengkulu dari tahun 1977 sampai dengan 2006, kenaikan ASML tidak diikuti dengan penurunan curah hujan secara signifikan. Hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya lebih dominannya pengaruh Samudera Hindia serta pengaruh faktor lokal seperti topografi bengkulu. Namun ketika perubahan ASML yang ekstrim (pada puncak-puncak dan berlangsung lebih dari 2 bulan) maka terlihat perubahan yang cukup signifikan terhadap ASML. Berdasarkan pengalaman kejadian kekeringan dari tahun 1960, ditemukan bahwa kejadian kekeringan tidak selalu bersamaan dengan El- Nino. Sebagai contoh tahun 1961, 1967 dan 1977 hampir sekitar 75% wilayah Indonesia mengalami curah hujan di bawah normal namun tahun-tahun tersebut tidak tercatat sebagai tahun El-Nino. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh lokal pada kondisi tertentu dapat mengalahkan pengaruh El-Nino. Namun demikian secara umum terjadinya El-Nino selalu diikuti oleh kejadian kekeringan di Indonesia. Pengamatan El-Nino periode 1896-1987 diperoleh bahwa untuk setiap peningkatan anomali suhu muka laut di daerah Nino-3, curah hujan regional di Indonesia turun sekitar 60 mm. Curah hujan regional berkurang dari kondisi normal apabila suhu muka laut di Nino-3 naik hingga mencapai 1.8 oc di atas normal. Exacta, Vol. VI, No 1, Juni 2008 : 136-141 139

Berbeda dengan fenomena El Nino, pada saat La Nina terjadi periode musim hujan DJF seluruh wilayah Indonesia mengalami periode basah bahkan di beberapa wilayah jumlah hujan yang terjadi meningkat secara nyata, hal ini berlanjut hingga JJA, pada periode yang seharusnya musim kemarau, di Indonesia masih basah. Peningkatan curah hujan tahunan pada kondisi La Nina kuat berada di atas normal. Prediksi ASML yang divisualisasikan untuk 6 bulan, prediksi ASML yang dianalisis hanya prediksi untuk 1 bulan terakhir, hal ini didasarkan atas eror yang semakin besar untuk prediksi lebih dari 6 bulan. Dari gambar dapat dilihat adanya perubahan ASML di wilayah Nino 3 pada 5 bulan pertama, kondisi ini diikuti dengan meningkatnya curah hujan disebagian besar wilayah Indonesia, pada prediksi curah hujan bulan keenam yang merupakan prediksi yang digunakan terlihat antara ASML dan curah hujan tidak berkolerasi kuat. Dari data curah hujan di propinsi bengkulu (terlampir) terlihat bahwa peningkatan curah hujan tidak berkolerasi kuat dengan penurunan ASML samudera Pasifik zona Nino-3 dengan koefisien korelasi sebesar 0,6. Gambar 2. Prediksi curah hujan Bengkulu untuk satu bulan KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data dan interpretasi hasil dapat disimpulkan bahwa perubahan ASML Samudera Pasifik wilayah Nino 3 tidak signifikan mempengaruhi perubahan curah hujan di proponsi Bengkulu dengan koefisien korelasi sebesar 0,6. Untuk penelitian kedepan disarankan menggunakan metode dinamis dengan memasukkan faktor-faktor lokal sebagai variabel data, seperti kecepatan angin, tekanan udara, dan topografi DAFTAR PUSTAKA Adiningsih, E.S., 1998, Pemanfaatan Data Suhu Permukaan Laut dari Satelit untuk Analisis Klimatologi di Daerah Tropik. Jakarta; Prosiding Seminar Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Kelautan. Avia, L.Q. dan Hidayati, R., 2001, Dampak Peristiwa Enso Terhadap Anomali Curah Hujan di Wilayah Indonesia Selama Periode 1890-1989. Jurnal LAPAN, vol. 3, no. 2. Cane, M.A., S.E. Zebiak, and S.C. Dolan, 1986, Experimental Forecast of El-Nino. Nature, vol. 321, p. 827-832. Glantz, M.H., 1998, Forecasting El- Nino Sciences Gift to the 21 st Century. http://www.dir.ucar.edu/esiq/el nino/glantz1.html. Irkhos., 2005, Prediksi El-Nino dan La-Nina Menggunakan Logika Samar. Jambi: Prosiding Semirata Wilayah Barat. Jang, J.S.R., 1997, Neuro-Fuzzy and Soft Computing. USA; Prentice Hall International, Inc. Siswanto, B., 1999, Simulasi Fenomena ENSO Berbasis Model Sirkulasi Global. Jurnal LAPAN, vol. 1, no. 3. Pengaruh Anomali (Irkhos dan Sutarno) 140

Sulistya, W., 2001, Dampak El Nino dan La Nina Terhadap Musim di Jawa Tengah. Semarang; Prosiding Seminar El Nino dan La Nina. Exacta, Vol. VI, No 1, Juni 2008 : 136-141 141