Peran Bioteknologi Dalam Mendukung Energi Berkelanjutan

dokumen-dokumen yang mirip
KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI TEPUNG UMBI KETELA POHON (Manihot utilissma, Pohl) VARIETAS MUKIBAT DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

BAB I PENDAHULUAN. disegala bidang industri jasa maupun industri pengolahan bahan baku menjadi

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat seiring dengan terus meningkatnya pertumbuhan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) dalam negeri semakin berkurang, bahkan di

I. PENDAHULUAN. Bioetanol merupakan suatu bentuk energi alternatif, karena dapat. mengurangi ketergantungan terhadap Bahan Bakar Minyak dan sekaligus

ANALISIS KADAR BIOETANOL DAN GLUKOSA PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN PENAMBAHAN H 2 SO 4

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan energi dunia saat ini telah bergeser dari sisi penawaran ke sisi

BAB I PENDAHULUAN. minyak bumi pun menurun. Krisis energi pun terjadi pada saat ini, untuk

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisa Penggunaan Bahan Bakar Bioethanol Dari Batang Padi Sebagai Campuran Pada Bensin

Sumber-Sumber Energi yang Ramah Lingkungan dan Terbarukan

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Perkiraan Konsumsi Energi Final

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi. BPPT. Jakarta. Indonesia. Jakarta. Prosising Workshop Nasional Biodesel dab Bioethanol Di Indonesia.

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

PENDAHULUAN. Latar Belakang

NURUL FATIMAH A

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. beracun dan berbahaya terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. kendaraan bermotor dan konsumsi BBM (Bahan Bakar Minyak).

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. alternatif penanganan limbah secara efektif karena dapat mengurangi pencemaran

I. PENDAHULUAN. menurun. Penurunan produksi BBM ini akibat bahan bakunya yaitu minyak

CATATAN DISKUSI TENTANG: Kebutuhan Energi, pengembangan energi alternatif dan potensi energi dari minyak jarak (Resume presentasi & makalah pembicara)

BAB I PENDAHULUAN. samping itu, tingkat pencemaran udara dari gas buangan hasil pembakaran bahan

BIOENERGI. Bioenergi : energi yang diperoleh dari biomasa (mahluk hidup) Biofuel : bahan bakar yang berbahan baku dari tanaman

Gambar 1.1 Konsumsi BBM Berdasarkan Sektor 2011 (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2011)

Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 2013

GAPLEK KETELA POHON (Manihot utillisima pohl) DENGAN PENAMBAHAN Aspergillus niger

BIOETHANOL. Kelompok 12. Isma Jayanti Lilis Julianti Chika Meirina Kusuma W Fajar Maydian Seto

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA. Oleh :

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting, terutama di jaman modern dengan mobilitas manusia yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. maka kebutuhan energi juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL HASIL FERMENTASI GAPLEK SINGKONG KARET (Monihot glaziovii Muell) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU BERBEDA SKRIPSI

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI GAPLEK GANYONG (Canna edulis Kerr.) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu masalah terbesar yang dihadapi oleh negara-negara di dunia

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

BAB I PENDAHULUAN. krusial di dunia. Peningkatan pemakaian energy disebabkan oleh pertumbuhan

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBUATAN BIOETANOL DARI BIJI DURIAN MELALUI HIDROLISIS. Skripsi Sarjana Kimia. Oleh : Fifi Rahmi Zulkifli

BAB I PENDAHULUAN. Energi (M BOE) Gambar 1.1 Pertumbuhan Konsumsi Energi [25]

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

SAGU BIOENERGI POTENSI SEBAGAI SUMBER

PENGUJIAN MODEL BURNER KOMPOR BIOETANOL DENGAN VARIASI VOLUME BURNER CHAMBER 50 cm 3, 54 cm 3, 60 cm 3, 70 cm 3

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. Energi minyak bumi telah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi manusia saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VARIETAS UNGGUL DAN KLON-KLON HARAPAN UBIKAYU UNTUK BAHAN BAKU BIOETANOL

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS. energi (PLTBm) dengan pengolahan proses pemisahan. Selanjutnya subsistem

Rancangan Umum Pengembangan Bioenergi Berbasis Kehutanan : Sebuah Inisiasi

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisa kelayakan..., Muhamad Gadhavai Fatony, FE UI, 2010.

VI. SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Noor Azizah, 2014

Kebijakan Sektor Pertanian Mendukung Pengembangan BBN

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

KADAR GLUKOSA DAN BIOETANOL PADA FERMENTASI TEPUNG KETELA POHON (Manihot utilissima Pohl) DENGAN DOSIS RAGI DAN WAKTU FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang UKDW. minyak semakin meningkat, sedangkan cadangan energi minyak bumi (fosil)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

Teknologi Pengolahan Bioetanol dari Nira Aren

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

Tatang H. Soerawidaja

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan energi dunia yang dinamis dan semakin terbatasnya cadangan energi

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. tanaman dari keluarga Poaceae dan marga Sorghum. Sorgum sendiri. adalah spesies Sorghum bicoler (japonicum). Tanaman yang lazim

PEMBUATAN BIOETANOL DARI FERMENTASI TEPUNG KETELA KARET (Manihot glaziovii Muell) DENGAN MENGGUNAKAN RAGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM PENYEDIAAN DAN KONSUMSI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KADAR BIOETANOL LIMBAH TAPIOKA PADAT KERING DENGAN PENAMBAHAN RAGI DAN LAMA FERMENTASI YANG BERBEDA

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

Transkripsi:

Peran Bioteknologi Dalam Mendukung Energi Berkelanjutan Siswa Setyahadi Pusat Teknologi Bioindustri Deputi Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT 2 lantai 15, Jl. MH. Thamrin 8, Jakarta-10340 Email: siswa59@yahoo.com Abstrak Dengan telah dirumuskannya kebijakan strategis pengelolaan energi nasional tahun 2005-2025 yang berprinsip pada kebijakan harga, diversifikasi, dan konservasi energi, maka Indonesia telah berada di jalur yang benar. Diversifikasi energi adalah pemanfaatan energi alternatif, salah satunya adalah bahan bakar nabati, yang merupakan energi alternatif yang mudah diperoleh. Beberapa kendala yang dihadapi adalah adanya kompetisi dengan penyediaan bahan pangan; struktur biaya produksi yang tergantung dengan skala produksi, struktur pasar yang belum terkonsolidasi dan ketersediaan bahan penunjang produksi bahan baku. Menggunakan bioteknologi dalam sumber-sumber energi alternatif mungkin menjadi gelombang masa depan yang sangat baik dan mempunyai potensi untuk menggerakkan mobil dan penerangan rumah masa depan. Kata kunci: energi, energi alternatif, bahan bakar nabati Pendahuluan Gejolak harga minyak mentah dunia yang terus naik hingga menyentuh harga US$ 140 per barel yang akhirnya dapat menurun hingga dibawah US$ 40. Dengan adanya kenaikan harga minyak tersebut kemudian memaksa pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak. Indonesia tidak dapat memanfaatkan secara maksimal kenaikan harga minyak bumi tersebut karena cadangan minyak bumi yang cenderung mengalami penurunan sehingga Indonesia menjadi negara net importer minyak bumi sejak tahun 2004. Cadangan dan produksi bahan bakar yang berbasis fosil mengalami penurunan pada periode tahun 2004 2008, kecuali batubara. Produksi minyak bumi menurun dari 1.095 barel ekivalen per hari menjadi 978 barel ekivalen per hari. Demikian pula dengan produksi gas bumi yang menurun dari 1.478 barel ekivalen per hari menjadi 1.343 barel ekivalen per hari. Sedangkan produksi batubara meningkat dari 1.315 barel ekivalen per hari menjadi 2.551 barel ekivalen per hari.. Berdasarkan data cadangan dan produksi tahun 2007 dengan asumsi tidak ada eksplorasi baru, maka diperkirakan cadangan minyak akan habis dalam waktu 24 tahun, cadangan gas akan habis dalam waktu 66 tahun, dan cadangan batubara akan habis dalam waktu 86 tahun. (Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia 2008, Departemen ESDM) Pada tahun 2007 persentase minyak bumi, batubara dan biomassa dalam bauran energi nasional mencapai 82 persen. Kontribusi gas bumi, tenaga air, dan panas bumi dalam bauran energi nasional tercatat hanya 18 persen. Dalam periode tahun 2000 2007 peranan batubara dalam bauran energi nasional meningkat 175 persen. Sementara peranan minyak bumi, gas bumi, panas bumi, dan tenaga air meningkat kurang dari 20 persen. Konversi minyak bumi menjadi batubara terutama terjadi pada sektor industri dan MU02-1

kelistrikan. Dari segi lingkungan peningkatan penggunaan batubara ini dikhawatirkan akan meningkatkan hujan asam di Indonesia. Kebutuhan Energi Berbasis Sumber Daya Alam Pada tahun 2007 penggunaan bahan bakar fosil untuk energi diperkirakan mencapai 192 juta SBM (setara barel minyak) dimana penggunaan batubara mencapai 47 persen. Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, penggunaan batubara untuk sektor kelistrikan cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2007 konsumsi batubara untuk pembangkit tenaga listrik mencapai 21 juta ton atau meningkat sebesar 8 juta ton dibandingkan dengan konsumsi pada tahun 2000. Sumber energi primer untuk pembangkit tenaga listrik berupa batubara sebesar 48,8%, gas (17,0%), BBM (11,4%), Panas Bumi (6,1%), Hidro (9,1%), dan lainnya seperti biofuel, batubara hybrid sebesar 7%. Kapasitas terpasang pembangkit listrik saat ini adalah sebesar 29.705 MW. Kapasitas tersebut berasal dari pembangkit PLN sebesar 24.925 MW atau 83,29% dari total kapasitas terpasang, pembangkit swasta sebesar 3.984 MW atau 13,41%, dan pembangkit terintegrasi sebesar 796 MW atau 3,30%. Sedangkan berdasarkan jenis pembangkitnya maka pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) mempunyai kontribusi terbesar dalam pengadaan listrik nasional. Berdasarkan data dari Departemen ESDM, sektor industri merupakan konsumen terbesar energi komersial sepanjang tahun 1990-2007, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 4,23%, diikuti oleh sektor transportasi sebesar 3,38%, rumah tangga dan komersial menduduki urutan ketiga sebesar 3,19%, serta lainnya 1,81%. Selain itu, selama 1990-2007, konsumsi energi total meningkat 3,66% dan nonenergy consumption meningkat 3,18%. Sumber energi primer yang digunakan berupa batubara, BBM, gas Bumi (LPG), panas bumi, serta tenaga air (hydro power). Indonesia telah menerapkan program diversifikasi energi, namun masih terbatas pada energi fosil. BBM dan gas alam masih merupakan energi yang masih menjadi primadona penggerak perekonomian Indonesia. Industri yang menjadi tumpuan perekonomian memerlukan energi untuk menggerakan mesin produksi, semakin industri berkembang akan diikuti pula dengan kebutuhan energi yang meningkat. Namun kenaikan harga minyak bumi berdampak pada kenaikan harga energi secara paralel sehingga pemerintah mengambil langkah memaksimalkan penggunaan batubara sejak tahun 2004 sebagai energi alternatif yang dipakai untuk pembangkit listrik. Besarnya pemakaian BBM juga disebabkan oleh pemakaian di sektor transportasi. Pada tahun 2007, pemakaian BBM untuk transportasi adalah sebesar 179,136 juta SBM. Dari jumlah tersebut, jenis bahan bakar yang paling banyak digunakan di sektor transportasi adalah premium kemudian solar. Pemakaian premium pada tahun 2007 sebesar 98,847 ribu SBM serta solar 55,224 ribu SBM (Departemen ESDM, 2008). Peningkatan konsumsi BBM sejalan dengan peningkatan jumlah kendaraan. Pada 2000-2006, jumlah mobil penumpang meningkat sebesar 410,52%, mobil bis 298,53%, truk 258,12%, dan sepeda motor 750,03% Pemakaian BBM untuk pembangkit listrik mengalami kondisi yang stagnation pada suatu level tertentu. Hal ini dipengaruhi oleh semakin banyaknya permintaan akan listrik sementara selama periode 1997-2007 belum ada pembangkit baru yang dikembangkan. Kondisi ini berdampak pada penurunan kemampuan MU02-2

PLN untuk menyalurkan listrik di beberapa daerah, termasuk di daerah yang kaya akan sumber energi. Peluang Memenuhi Permintaan Energi Secara global menunjukkan bahwa kondisi energi mengalami krisis. Ketahanan energi secara global terancam oleh pemusatan penawaran energi di Negara penghasil minyak. Sementara itu, dengan berbagai ketidak konsistenan kebijakan energi menjadikan dunia usaha sulit untuk mengambil keputusan. Padahal, di sisi lain dengan tuntutan persaingan pasar bebas, keputusan harus lebih cepat diambil dalam kaitannya dengan peningkatan daya saing produk energi. Seperti dalam hal penggunaan energi alternatif batubara yang disarankan pemerintah, banyak industri yang kemudian menjadi ragu karena banyaknya hambatan dalam penggunaannya, baik akibat adanya anggapan sebagai bahan berbahaya maupun pasokannya yang sering tersendat. Pemanfatan bahan bakar nabati yang diharapkan dapat mengurangi pemusatan penawaran energi tersebut dan berpengaruh positif terhadap harga, ketersediaan dan mengurangi ketidak-seimbangan akses terhadap energi juga memiliki kendala seperti jaminan suplai. Berdasarkan status teknologi yang ada sekarang, 10% untuk substitusi etanol masih memungkinkan. Pada masa yang akan datang apabila teknologi sudah tersedia, kenaikan substitusi dapat dipenuhi. Perubahan paradigma sangat diperlukan terutama kebijakan di negara berkembang agar memasukan bahan bakar nabati di dalam campuran energi. Investasi di bidang energi terbarukan yang rendah juga dapat mempengaruhi keberlanjutan pasokan energi nasional. Beberapa hambatan yang menyebabkan rendahnya investasi di bidang energi terbarukan antara lain biaya investasi awal yang sangat tinggi sehingga mengakibatkan harga energi terbarukan tinggi dan tidak kompetitif, minat swasta di bidang energi terbarukan yang masih rendah dan kemampuan teknologi industri dalam negeri yang masih rendah. Pengembangan bahan bakar nabati (BBN) yang berbasiskan tanaman pangan seperti CPO, tebu, dan gandum juga dapat mendorong kompetisi dengan upaya pemenuhan pangan. Pengembangan BBN untuk mendorong produksi ethanol dan biofuel menyebabkan permintaan produk pertanian (pangan) meningkatkan. Dalam kondisi permintaan yang meningkat sementara pasokan terbatas, sangat berpotensi meningkatkan harga pangan dan BBN. Bahan Bakar Nabati (BBN) adalah bahan bakar dari sumber hayati. BBN berjenis biofuel, biodiesel dan bioetanol saat ini telah menjadi pilihan untuk dipergunakan sebagai sumber energi pengganti minyak bumi. BBN berperan penting dalam menganekaragamkan penggunaan energi dan memberikan sumbangan terhadap peningkatan ketahanan energi. Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA) diprediksi bahwa pada tahun 2050 BBN dapat menurunkan kebutuhan bahan bakar minyak bumi sebanyak 20-40% (Azahari, 2008). Indonesia adalah negara tropis, sehingga hampir keseluruhan jenis tanaman penghasil minyak nabati dapat tumbuh dengan cepat sehingga sangat berpeluang untuk menjadi pemasok BBN dunia. Simulasi yang dilakukan Organization for Economic Co-Operation & Development (OECD, 2006) juga mengungkapkan bila negara-negara maju konsisten menggantikan 10% konsumsi bahan bakar fosil dengan BBN maka perlu dilakukan konversi lahan pertanian yang besar. Negaranegara Uni Eropa harus mengonversi 70% lahan pertaniannya untuk tanaman bahan baku BBN, sedangkan Amerika Serikat perlu mengonversi 30% lahan pertaniannya (Sipayung, 2008). Konversi lahan pertanian tersebut mustahil dilakukan karena akan mengganggu produksi pangan. Alternatif yang MU02-3

mungkin ditempuh negara-negara maju adalah mengimpor bahan baku BBN. Bioteknologi Untuk Menunjang Pemenuhan Kebutuhan Energi Permintaan energi untuk keperluan industri, transportasi dan kebutuhan rumah tangga akan terus meningkat sedangkan bahan bakar yang berasal dari fosil kapasitasnya semakin menurun, sehingga perlu dicari alternatifnya. Penelitian terus berupaya mendapatkan energi yang dapat bersaing dan banyak yang melakukan melalui pendekatan secara bioteknologi dalam mencari sumber-sumber energi alternatif sebagai pilihan untuk mensuplai bahan bakar. Biomassa adalah hasil dari bioteknologi dalam sumbersumber energi alternatif. Biomassa adalah bahan organik yang terbuat dari tumbuhan atau hewan dan berasal dari residu pertanian dan kehutanan, kota dan limbah industri dan perairan darat dan tumbuh tanaman khusus untuk keperluan energi. Biomassa yang merupakan sumber energi terbarukan dapat diubah menjadi energi dan digunakan sebagai alternatif minyak bumi. Penggunaan biomasa di bidang bioteknologi energi alternatif menggunakan teknologi ramah lingkungan. Etanol dan biodiesel berasal dari tanaman pertanian seperti kelapa sawit, jagung dan kedelai dan sedang meningkat digunakan dengan cara biokonversi. Dari semua bahan bakar nabati, yang paling banyak digunakan adalah bio-etanol dan merupakan alternatif yang sangat baik untuk bensin. Hal ini juga digunakan untuk meningkatkan tingkat oktan dan mengurangi polusi. Bio-etanol adalah bahan bakar berbasis alkohol yang terbuat dari gula dan pati ditemukan dalam jagung, sorgum biji-bijian dan gandum oleh fermentasi dan proses penyulingan. Biopremium adalah campuran premium dengan etanol atau bahan bakar cair yang merupakan hasil percampuran 98% premium dan 2% ethanol. Bioetanol yang dipakai sebagi campuran premium ini di ambil dari ubi kayu. Namun kadar etanol disini hanya 2% artinya pengunaan minyak bumi sebagai energi yang tidak dapat diperbaharui masih sangatlah besar. Pemanfaatan bio-etanol apabila kita bandingkan dengan Amerika Serikat dan Brasil yang sudah menggunakan bahan bakar tersebut dikenal sebagai gasohol di Amerika Serikat dan di Brasil sebagai bensin tipe C. Dua campuran umum di AS adalah E10 dan E85 yang mengandung 10% dan 85% etanol. Sedangkan campuran yang umum di Brasil adalah bensin tipe C dan jenis oktan tinggi, yang mengandung 20-25% ethanol Etanol ini diperoleh dari proses sintesa kimia yang disebut hidrasi, sedangkan bioetanol direkayasa dari biomassa (tanaman) melalui proses biologi (enzimatik dan fermentasi). Bahan baku bioetanol sebagai berikut : Bahan berpati, singkong, atau ubi kayu, ubi jalar, tepung sagu, biji jagung, biji sorgum,gandum kentang, ganyong, garut, umbi dahlia, dan lain-lain. Bahan bergula, berbentuk molasess (tetes tebu), nira tebu, nila kelapa, nila batang sorgum manis, nira aren (enau), nira nipah, gewang, nira lontar dan lain-lain. Bahan berselulosa, berupa limbah logging,limbah pertanian seperti jerami padi, ampas tebu, jenggel (tongkol) jagung, onggok (limbah tapioka), batang pisang, serbuk gergaji (grajen) dan lain-lain. Menurut data BPS tahun 2006, luas sawah di Indonesia adalah 11.9 juta ha. Artinya, potensi jerami padinya kurang lebih adalah 119 juta ton. Apabila seluruh jerami ini diolah menjadi ethanol maka akan diperoleh sekitar 9,1 milyar liter ethanol (FGE) dengan nilai ekonomi Rp. 50,1 trilyun. Jika dihitung-hitung MU02-4

ethanol dari jerami sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan bensin nasional. Saat ini bio-massa cukup tersedia untuk mengganti 30% dari seluruh konsumsi bensin saat ini. Penggunaan bioteknologi dalam sumber-sumber energi alternatif memang muncul banyak pilihan untuk masa depan kita untuk mengurangi ketergantungan pada minyak dari fosil dan menjadi lebih mandiri dan ramah lingkungan. Menggunakan bioteknologi dalam sumbersumber energi alternatif mungkin menjadi gelombang masa depan yang sangat baik dan mempunyai potensi untuk menggerakkan mobil dan penerangan rumah masa depan. Kesimpulan Pengembangan industri bahan bakar nabati memberikan peluang bagi Negara berkembang untuk memanfaatkan potensi biomassa sehingga dapat memberikan kontribusi positif dalam mengupayakan pencapaian target yang telah dicanangkan dalam MDG. Berdasarkan perhitungan produksi biopremium akan ekonomis jika harga minyak bumi diatas 40 dolar Amerika per barrel. Pemanfaatan bioteknologi menjadi pilihan terbaik dalam meningkatkan produktivitas untuk menghasilkan energi alternatif yang berkelanjutan yang menggunakan bahan baku biomassa. Industri bioteknologi adalah rantai nilai yang mengkonversikan produk pertanian dan limbah pertanian menjadi gula melalui proses kimia/fisika dengan atau tanpa enzim dan konversi dari gula memanfaatkan biokatalis atau fermentasi mikroba menjadi bioenergi, bahan dasar kimia, biomaterial dan bioplastik termasuk bahan kimia adi (fine chemicals); bahan perantara untuk industry farmasi; dan bahan baku industry makanan. Indonesia yang saat ini bukan merupakan Negara pengekspor minyak bumi dan telah menjadi Negara pengimpor maka perlu memikirkan memanfaatkan devisa impor minyak bumi untuk membangun industri bahan bakar nabati nasional. Paradigma merubah dan membangun ekonomi dengan pembangunan bahan bakar nabati sangat bermanfaat tidak saja dipandang dari upaya mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak bumi namun juga sangat bermanfaat untuk penggunaan bahan bakar yang tidak merusak lingkungan dan keamanan nasional dan internasional. Daftar Pustaka Anonim, Handbook of Energy & Economic Statistics of Indonesia, Departemen ESDM, Jakarta, 2008 Anonim, Organization for Economic Co-Operation & Development (OECD), 2006 Ariati, Ratna. National Policy on Bioenergy. Sebuah makalah yang dipresentasikan dalam Seminar The Asian Science and Technology, 8 Maret 2007. Jakarta. Azahari, Delima Hasri. Pengembangan Industri Biofuel (Tantangan Baru Sektor Pertanian). Sebuah makalah yang dipresentasikan pada Seminar Pusat, Bogor, 2008. Badan Pusat Statistik, Beberapa Indikator Penting Sosial-Ekonomi Indonesia, Jakarta, 2006 Prastowo, Bambang.. Bahan Bakar Nabati Asal Tanaman Perkebunan Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah Untuk Rumah Tangga. Perspektif, Vol. 6, No.1, hal. 10-18 (Juni). 2007 Prastowo, Bambang. Potensi Sektor Pertanian Sebagai Penghasil dan Pengguna Energi Terbarukan. Perspektif, Vol. 6, No. 2, hal. 84-92, 2007 Sipayung, Tungkot. Era Baru Agrobisnis. Suara Pembaruan, 17 Juni 2008. MU02-5