Penyebab kematian ibu melahirkan Musdah Mulia

dokumen-dokumen yang mirip
Ibu Melahirkan Tidak Harus Mati (Mencegah Kematian Ibu Melahirkan) Musdah Mulia

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Dalam Deklarasi Kairo tahun 1994 tercantum isu kesehatan dan hak

INDONESIA. UU No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi saat hamil, bersalin atau dalam 42 hari setelah persalinan dengan

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mortalitas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah besar di

Penyebab dan Akar Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan

PEMERINTAH KABUPATEN BOJONEGORO

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB 12 PENINGKATAN KUALITAS KEHIDUPAN

PERCEPATAN PENCAPAIAN MDGs GOAL 5 DI PROVINSI BENGKULU

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

BAB II LANDASAN TEORI

Berbincang Kesehatan Reproduksi PKBI DIY

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

Angka Kematian Ibu Melahirkan (AKI)

Muchamad Ali Safa at INSTRUMEN NASIONAL HAK ASASI MANUSIA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

BAB IV KEBIJAKAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL UNTUK MENGURANGI JUMLAH PERNIKAHAN ANAK

DAFTAR TABEL. Tabel IV.1 Data Jumlah Penduduk Kota Medan berdasarkan Kecamatan Tabel IV.2 Komposisi pegawai berdasarkan jabatan/eselon...

POINTERS KEYNOTE SPEAKER PADA FESTIVAL KARTINI KE-IV TAHUN 2016 Jepara, 16 April 2016

Kegiatan Subdit Kesehatan Usia Reproduksi T.A 2017

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKALAN

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik sendiri dalam pelaksanaan pembangunan yang menuntut semua

Konsep Dasar Gender PERTEMUAN 4 Ira Marti Ayu Kesmas/ Fikes

BAB 1 PENDAHULUAN. antara delapan tujuan yang dituangkan dalam Millennium Development Goals

DEKLARASI UNIVERSAL HAK ASASI MANUSIA 1 MUKADIMAH

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Angka Kematian Ibu (AKI) sangat tinggi di dunia, tercatat 800 perempuan meninggal setiap hari akibat

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa ditangani, maka si ibu bisa meninggal selama proses persalinan

KESEHATAN REPRODUKSI. Fatmalina Febry, SKM.,M.Si Gizi Masyarakat FKM Universitas Sriwijaya

BUPATI POLEWALI MANDAR

POLICY BRIEF. Analisis Ketimpangan Kebijakan dalam Pendidikan karena Barier Kesehatan Reproduksi; Perlukah Siswa Hamil dikeluarkan dari Sekolah?

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

Menjadi manajer di rumah sendiri, jauh lebih terhormat

DEKLARASI UNIVERSAL HAK-HAK ASASI MANUSIA. Diterima dan diumumkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III)

Bab V. Kepedulian Kesehatan Remaja Putri. Perubahan yang terjadi pada tubuh (pubertas) Perubahan yang membawa kehidupan lebih baik

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

BAB VI P E N U T U P. 6.1 Kesimpulan

Bagan 1.1 : Skema Kerangka Pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

I. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa merupakan isu yang mengemuka di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

Deputi Bidang Pengarusutamaan Gender Bidang Politik, Sosial dan Hukum Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Analisa Media Edisi Agustus 2013

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut

RESUME PARAMETER KESETARAAN GENDER DALAM PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

KOVENAN INTERNASIONAL TENTANG HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA 1

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2009 TENTANG PERKEMBANGAN KEPENDUDUKAN DAN PEMBANGUNAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

JAWA TIMUR MEMUTUSKAN : PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahwasanya secara normatif wanita mempunyai hak dan kewajiban serta

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

Hak-hak Anak dalam Islam

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan Pembangunan Kesehatan menuju Indonesia. Sehat mencantumkan empat sasaran pembangunan

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2014 TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI

9 Kebutuhan dan Rekomendasi Utama Orang Muda (Young People) Indonesia terkait ICPD PoA

JENDER DAN KESEHATAN REPRODUKSI. Pile Patiung, SE

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

Pendekatan Kebijakan di Hulu. Maria Agnes Etty Dedy Disajikan dalam Forum Nasional IV Kebijakan Kesehatan Indonesia Kupang, 4 September 2013

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 28/PUU-XIII/2015 Materi Kesehatan Reproduksi Dalam Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pandangan tersebut didasarkan pada Pasal 28 UUD 1945, beserta

Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

Transkripsi:

Penyebab kematian ibu melahirkan Musdah Mulia 1) Rendahnya tingkat kualitas hidup perempuan Sejumlah penelitian mengungkapkan, ada banyak faktor penyebab kematian ibu melahirkan, namun penyebab utama adalah rendahnya tingkat kualitas hidup perempuan. Adalah fakta bahwa tingkat kualitas hidup perempuan Indonesia ternyata masih menempati posisi paling buruk di ASEAN, salah satu indikasi nyata adalah tingginya angka kematian ibu melahirkan (AKI), yakni sekitar 390 per seratus ribu kelahiran hidup. Penyebab utama kematian ibu melahirkan di Indonesia umumnya adalah perdarahan (terutama pasca salin), eklampsia, dan pre-eklampsia (tekanan darah tinggi selama kehamilan), Infeksi, serta persalinan macet. Secara fisik, hal ini terjadi karena masih banyak ibu yang terlalu muda melahirkan, terlalu singkat jarak antara persalinan, terlalu sering melahirkan, serta masih melahirkan pada usia yang sudah tua. Selain itu, lingkungan sosial turut berkontribusi membentuk lingkaran yang membuat kemunculan sebab-sebab fisik itu menjadi sesuatu yang ada secara terus-menerus. Kemudian diperparah pula oleh budaya patriarki dan sistem hukum yang sarat dengan bias gender membawa implikasi diskriminasi pada perempuan, pada gilirannya akan menjadi faktor tak langsung yang membuat angka kematian ibu tetap tinggi. 1 Penyebab lain, kesehatan dan status gizi perempuan sangat rendah, serta anemia yang membawa konsekuensi proses kehamilan dengan kualitas lebih buruk. Upaya imunisasi untuk melindungi ibu masih belum memenuhi harapan, demikian pula pertolongan kelahiran, 54% masih dilakukan oleh tenaga dukun tidak terlatih. Sebab lain yang tidak kurang pentingnya adalah sebagian besar masyarakat belum memahami pentingnya pemenuhan hak dan kesehatan reproduksi. 2 2) Pengaruh budaya patriarki 1 Primariantari dkk., Perempuan dan Politik Tubuh Fantastis, Kanisius bekerjasama dengan Lembaga Studi Realino, Yogyakarta, 2004, h. 97. 2 Statistik dan Indikator Gender, Data Kantor Meneg PP, Tahun 2000.

Budaya patriarki adalah budaya yang mengandung unsur penindasan, pemaksaan, dan pengekangan. Budaya patriarki membuat perempuan tidak menjadi manusia bebas dan merdeka serta tidak punya banyak pilihan dalam hidup. Akibatnya, para perempuan terbelenggu oleh nilai-nilai budaya patriarki yang berwujud adat-istiadat, interpretasi agama, norma hukum dan sebagainya sehingga menempatkan mereka dalam posisi subordinat dan inferior. Bahkan, perempuan tidak berani dan tidak berdaya untuk mengatakan tidak Pengaruh budaya patriarki di antaranya terlihat dari kondisi berikut: Pertama, masyarakat umumnya masih menganut pendapat yang membedakan preferensi berdasarkan seks (jenis kelamin). Laki-laki dalam segala hal lebih diutamakan dan didahulukan atas perempuan, anak laki-laki lebih diutamakan daripada anak perempuan. Beribu tahun kita dihegemoni oleh pandangan bahwa laki-laki lebih baik dari perempuan. Budaya ini sudah mengental di masyarakat dan terbawa ke berbagai aspek kehidupan, seperti pendidikan, ekonomi, dan politik, bahkan juga mempengaruhi pemahaman dan tafsir keagamaan. Kedua, masyarakat umumnya masih menganut pendapat bahwa perempuan itu lemah sehingga jika mereka mengalami kesulitan, penderitaan atau bahkan kematian akibat melahirkan dianggap sebagai hal yang lumrah atau wajar. Ketiga, masyarakat umumnya masih menganut pandangan bahwa hamil dan melahirkan merupakan kodrat perempuan. Karena itu, penderitaan dan kesakitan, bahkan kematian yang dialami perempuan sebagai akibat dari fungsi-fungsi reproduksinya itu juga merupakan "kodrat" yang sudah seharusnya ditanggung perempuan. Akibatnya, penanganan kesakitan dan penderitaan selama hamil dan penurunan angka kematian ibu bersalin sangat lambat dan kurang mendapat perhatian serius dari masyarakat, termasuk dari kaum perempuan itu sendiri. Keempat, masyarakat umumnya masih memandang bahwa hanya perempuan bertanggungjawab melakukan program keluarga berencana (KB), tidak heran jika mayoritas akseptor KB adalah perempuan dan hanya sedikit laki-laki yang menggunakan alat kontrasepsi. Seharusnya, laki-laki dan perempuan bekerjasama dalam program keluarga berencana, bukan semata-mata kewajiban atau kebutuhan perempuan.

Kelima, masyarakat umumnya memahami bahwa ibu meninggal ketika melahirkan adalah mati syahid dan dijamin masuk surga. Implikasinya, kematian ibu melahirkan tidak dianggap sebagai problem sosial, malah diterima dengan gembira karena dinilai positif. Demikianlah lima contoh pandangan budaya patriarki di masyarakat. Semua pandangan patriarki harus diubah karena sangat tidak sejalan dengan prinsip Islam yang mengedepankan penghormatan dan pemuliaan terhadap perempuan, khususnya kaum ibu. Kondisi perempuan dalam konstruksi sosial yang bias gender sangat memprihatinkan. Perempuan dibebani dengan sederet pekerjaan domestik sehingga tidak banyak waktu untuk istirahat. Perempuan memikul beban kerja yang lebih banyak dan lebih berat. Selain itu, perhatian yang kurang terhadap kesehatan anak-anak perempuan, khususnya terkait organ-organ reproduksi, menyebabkan anak perempuan tidak sehat dan mengalami gangguan pada organ-organ pentingnya. Anak-anak perempuan yang tumbuhnya kurang optimal akan menjadi ibu yang fisiknya pendek dan mereka sangat beresiko mengalami kesulitan pada persalinan. Anak-anak perempuan yang kurang energi kronis akan melahirkan bayi dengan berat lahir rendah yang risiko kematiannya jauh lebih tinggi dari bayi dengan berat lahir normal. Selain itu, umumnya anak perempuan kurang mendapatkan pendidikan seksual yang komprehensif yaitu mencakup pendidikan tentang anatomi tubuh, hak-hak asasi perempuan, kesehatan reproduksi, pendidikan agama dan moral. Dengan demikian, rendahnya tingkat pendidikan perempuan menjadi faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kesehatan mereka sebagai subjek yang menjalankan fungsi reproduksi manusia. Menyedihkan, karena umumnya anak perempuan hanya dididik untuk lebih menghayati kewajiban: menjadi ibu atau kakak yang mengayomi, menjadi adik yang penurut, menjadi istri atau anak yang patuh dan berbakti. Anak perempuan umumnya tidak diajarkan tentang tanggung-jawab yang luas sebagai manusia dan juga hak-hak asasinya sebagai manusia utuh. Mereka tidak diajarkan bahwa sebagai manusia utuh, merdeka dan bertanggungjawab, perempuan berhak menjadi dirinya sendiri, memilih kapan akan menikah atau tidak menikah sama sekali, memilih siapa pasangan hidupnya, serta menentukan kapan siap menjadi ibu. Artinya, anak perempuan umumnya tidak

diajarkan untuk menjadi manusia dewasa, yang merdeka memilih tetapi penuh tanggungjawab. Manusia yang mampu menentukan pilihan hidup secara cerdas, cermat dan tetap menjaga nilai-nilai moral agama. Rekomendasi Sejumlah rekomendasi untuk mencegah kematian ibu melahirkan: Pertama, mengubah pandangan budaya patriarkal yang selalu menempatkan perempuan dalam posisi subordinat dan pinggiran. Pandangan budaya tersebut menyebabkan perempuan tidak mandiri, tidak mampu mengambil keputusan dalam keluarga, khususnya menyangkut kesehatan dan keselamatan dirinya sebagai ibu, terutama di saat akan melahirkan. Kita perlu membangun budaya demokratis yang egalitarian. Kedua, mengubah interpretasi agama yang keliru dan bias gender terkait status perempuan dalam keluarga. Kita perlu menghapus semua pemahaman keagamaan yang diskriminatif dan tidak ramah terhadap perempuan serta tidak akomodatif terhadap nilainilai kemanusiaan universal. Selanjutnya, aktif menyebarkan interpretasi agama yang humanis dan mendorong kita peduli pada sesama. Ketiga, merevisi sistem pendidikan agama yang terlalu menekankan pada aspek kognitif semata. Perlu merumuskan suatu sistem pendidikan agama yang fokus untuk mengubah perilaku keagamaan peserta didik menjadi manusia berakhlak karimah dan peduli pada persoalan masyarakat, seperti persoalan kematian ibu melahirkan. Keempat, melatih para pemuka agama dan para penghulu di KUA, para penyuluh agama, guru agama, muballigh dan muballighat agar menjadikan isu kematian ibu sebagai bagian penting dalam materi dakwah mereka di masjid, majelis taklim, sekolah, PAUD, media cetak dan elektronik. Kelima, merevisi sejumlah peraturan atau regulasi, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah yang tidak sesuai dengan substansi konstitusi atau undang-undang Dasar 1945 serta tidak memihak upaya pemenuhan hak dan kesehatan reproduksi perempuan.

Keenam, mendorong pemerintah menyiapkan kebijakan publik dan kebutuhan sarana dan pra sarana yang memudahkan ibu melahirkan dengan aman, nyaman dan terjangkau. Perempuan, terutama dari kalangan tidak mampu atau berada di daerah terpencil harus mudah mengakses fasilitas kesehatan terkait pemenuhan hak dan kesehatan reproduksinya. Demikianlah semoga semua upaya untuk mencegah kematian ibu melahirkan diridhai Allah swt sehingga kita dapat menyelamatkan kaum ibu dari kematian ketika melahirkan. Tujuannya, meningkatkan kualitas hidup masyarakat, membangun keluarga yang penuh dengan rahmah, mawaddah dan sakinah (penuh rahmat, cinta dan kedamaian). Keluarga pun akan tetap utuh karena kehadiran dan kehangatan kasihsayang ibu, terutama untuk mendampingi anak-anak menjadi orang dewasa yang berguna bagi agama dan masyarakat. Ibu melahirkan tidak harus mati! Wallahu a lam bi ash-shawab.