IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN A.

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

ANALISIS DESKRIPTIF PENETAPAN HARGA PADA KOMODITAS BERAS DI INDONESIA

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN. berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan,

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. (Riyadi, 2002). Dalam komponen pengeluaran konsumsi masyarakat Indonesia

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH DAN HET PUPUK MENDUKUNG PENINGKATAN KETAHANAN PANGAN DAN PENDAPATAN PETANI

Perkembangan Harga Beras, Terigu Dan Gula Di Indonesia Tahun 2008 Selasa, 31 Maret 2009

Penetapan Harga ( Ceiling Price dan Floor Price )

1. Tinjauan Umum

METODOLOGI PENELITIAN. Data sekuder adalah data yang diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansiinstansi

INFLASI DAN KENAIKAN HARGA BERAS Selasa, 01 Pebruari 2011

I. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di negara ini. Sektor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

Andalan Ketahanan Pangan

I. PENDAHULUAN. negara agraris di dunia, peranan tanaman pangan juga telah terbukti secara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

KEBIJAKAN PERBERASAN DAN STABILISASI HARGA

KAJIAN KEBIJAKAN HPP GABAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

BAB III KEBIJAKAN STABILISASI HARGA

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2017

OPERASIONALISASI KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH DAN HARGA ATAP BERAS

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

II. PENGEMBANGAN CADANGAN PANGAN PEMERINTAH KABUPATEN PELALAWAN

PERKEMBANGAN HARGA DAN PASOKAN PANGAN DI PROVINSI SUMATERA BARAT PERIODE BULAN MARET TAHUN 2015

1) Menjaga harga terendah, terutama di daerah-daerah produksi selama musim panen;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang

KAJIAN PENURUNAN KUALITAS GABAH-BERAS DILUAR KUALITAS PENDAHULUAN

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

PERKEMBANGAN INFLASI ACEH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komoditas bahan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris di dunia, dimana sektor

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi komoditas pangan yang dapat mempengaruhi kebijakan politik

Inflasi: perubahan secara umum atas harga-harga barang dan jasa pada rentang waktu tertentu. Inflasi berdampak dan menjadi dasar dalam pengambilan

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

ekonomi Kelas X INTERVENSI PEMERINTAH DALAM KESEIMBANGAN PASAR K-13 Semester 1 Kelas X IPS SMA/MA Kurikulum 2013 A.

Analisis Pola Pembentukan Harga Barang Kebutuhan Pokok Penyumbang Inflasi Pasar Tradisional di Kota Dumai ANY WIDAYATSARI HJ.

Kebijakan Pangan, BULOG dan Ketahanan Pangan

Badan Urusan Logistik (BULOG) adalah suatu Lembaga Pemerintah Non. Departemen (LPND) yang ditugasi untuk mengendalikan dan menjaga kestabilan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

KAJIAN KEMUNGKINAN KEMBALI KE KEBIJAKAN HARGA DASAR GABAH, KENAIKAN HARGA GABAH DAN TARIF TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar

SISTEM INFORMASI PASAR DAN MONITORING HARGA BERAS DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN HARGA GABAH TERHADAP HARGA GABAH KERING GILING DI TINGKAT PENGGILINGAN PADI. M. Ikhwan Rahmanto

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

ANALISA TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-undang (UU) No. 3 tahun 2004 Pasal 7, tugas Bank

I. PENDAHULUAN. umumnya, khususnya sebagai sumber penyediaan energi dan protein. Neraca

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia adalah sebagai makanan pokok karena hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEBERADAAN BULOG DI MASA KRISIS

MODEL SIMULASI PENYEDIAAN KEBUTUHAN BERAS NASIONAL

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

ANALISIS TERHADAP KEBIJAKAN PEMERINTAH DI BIDANG PANGAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN.

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

BAB I PENDAHULUAN. negara (Krugman dan Obstfeld, 2009). Hampir seluruh negara di dunia melakukan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Kandungan Nutrisi Serealia per 100 Gram

I. PENDAHULUAN Badan Urusan Logistik (BULOG) adalah satu-satunya Lembaga

PERGERAKAN HARGA CPO DAN MINYAK GORENG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Boks 2. Pembentukan Harga dan Rantai Distribusi Beras di Kota Palangka Raya

ANALISIS INFLASI MARET 2016

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN PERBERASAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAJIAN KEBIJAKAN PERBERASAN

RINGKASAN HASIL PENELITIAN KOMODITAS-KOMODITAS PENYUMBANG INFLASI PALEMBANG DAN PROSES PEMBENTUKAN HARGANYA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Kelangkaan pangan telah menjadi ancaman setiap negara, semenjak

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki wilayah sangat luas. Selain itu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

I. PENDAHULUAN. dengan menyerap 42 persen angkatan kerja (BPS, 2011). Sektor pertanian

ANALISIS KEBIJAKAN PENENTUAN HARGA PEMBELIAN GABAH 1)

Transkripsi:

47 IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN A. Kontribusi Pangan Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia Inflasi volatile food merupakan inflasi yang berasal dari sekelompok komoditas bahan pangan. Inflasi volatile food memberikan kontribusi yang cukup besar dalam laju inflasi di Indonesia. Secara empiris harga komoditas pangan (volatile foods) mempunyai peranan penting dalam pengendalian inflasi. Porsi sumbangannya yang cukup signifikan terhadap inflasi dan responnya yang cepat terhadap berbagai shocks membuatnya layak untuk dijadikan sebagai leading indicators inflasi. Permintaan konsumsi komoditas pangan yang telah menjadi kebutuhan pokok cenderung stabil sehingga gejolak harganya lebih dipengaruhi oleh shock di sisi penawaran seperti siklus panen, bencana, dan distribusi (Prastowo, dkk, 2008). Komoditas bahan pangan yang memberikan kontribusi yang besar dalam laju inflasi volatile food adalah beras. Hal ini dikarenakan beras merupakan bahan pangan pokok masyarakat Indonesia. Kontribusi beras terhadap asupan kalori penduduk Indonesia yang besar menyebabkan konsumsi akan beras menjadi tinggi. Tingkat konsumsi beras Indonesia tahun 2011 sebesar 139,15 kg/kapita. Salah satu yang menyebabkan tingginya jumlah konsumsi beras adalah tingginya jumlah penduduk Indonesia yaitu mencapai 240 juta jiwa. Permintaan terhadap beras yang tinggi tersebut tidak diimbangi dengan peningkatan produksi beras

48 yang memadai di dalam negeri. Hal ini dapat mengakibatkan harga beras meningkat dan terjadi inflasi. Perkembangan kontribusi beras terhadap laju inflasi nasional dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan kontribusi beras terhadap laju inflasi nasional tahun 2006-2011 Tahun Kontribusi beras (%) Inflasi (%) 2006 1,63 17,11 2007 0,18 6,60 2008 0,05 6,59 2009 0,14 11,06 2010 0,23 2,78 2011 0,13 6,96 Sumber : BPS, Diolah Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa kontribusi beras terhadap laju inflasi nasional mengalami fluktuasi. Kontribusi beras terhadap laju inflasi nasional tertinggi terjadi pada tahun 2006, hal ini disebabkan karena adanya kenaikan harga beras. Harga beras pada tahun 2006 naik karena adanya pembatasan impor beras, kenaikan HPP beras, produksi beras yang relatif stagnan dan musim kemarau berkepanjangan juga memicu kenaikan harga beras. Tahun 2007 kontribusi beras terhadap laju inflasi nasional mengalami penurunan, hal ini dikarenakan terjaganya pasokan dan distribusi beras. Selain itu, peningkatan produksi beras dan impor beras yang dilakukan oleh Bulog juga membantu terjaganya kebutuhan beras dalam negeri, sehingga harga beras masih bisa dikendalikan. Produksi beras yang membaik pada tahun 2008 dan 2009, plus tekad dan keputusan kebijakan untuk tidak melakukan impor beras ketika harga pangan

49 global melonjak liar, ternyata mampu mengurangi kontribusi kenaikan harga beras terhadap laju inflasi. Tahun 2010, kontribusi beras terhadap laju inflasi nasional mengalami peningkatan kembali sebesar 0,09% dari tahun 2009. Kenaikan kontribusi ini diakibatkan instabilitas harga pangan yang terjadi. Instabilitas harga pangan yang terjadi dikarenakan musim basah yang terlalu panjang dan mempengaruhi pola distribusi bahan pangan. Tahun 2011, kontribusi beras terhadap laju inflasi nasional mengalami penurunan, ini dikarenakan harga beras yang mulai sedikit mengalami kestabilan. Oleh karena itu, dalam mengendalikan laju inflasi di Indonesia, salah satu aspek yang patut mendapat perhatian yaitu pengendalian terhadap harga kelompok makanan terutama beras. Dengan mempertimbangan prospek perekonomian Indonesia yang relatif belum menunjukkan perubahan yang substansial, peran kelompok pangan terhadap laju inflasi diperkirakan akan masih dominan, paling tidak untuk 5 10 tahun mendatang. Perlu adanya kebijakan yang efektif dalam menjaga stabilitas harga pangan yang terjadi. B. Hubungan kebijakan HPP dan Harga Eceran Beras (HEB) Kebijakan harga merupakan salah satu kebijakan yang terpenting dibanyak negara dan biasanya digabung dengan kebijakan pendapatan sehingga disebut kebijakan harga dan pendapatan (price and income policy). Segi harga dari kebijakan itu bertujuan untuk mengadakan stabilisasi harga, sedangkan dari segi pendapatannya bertujuan agar pendapatan petani tidak terlalu berfluktuasi dari musim ke musim dari tahun ke tahun. Kebijakan harga dapat mengandung pemberiaan suatu

50 penyangga (support) atas harga hasil pertanian supaya tidak terlalu merugikan petani atau langsung mengandung sejumlah subsidi tertentu bagi petani. Selama dua dekade terakhir, kebijakan harga yang menjadi perhatian utama pemerintah adalah kebijakan harga pangan yang terfokus pada komoditas beras (Mubyarto, 1989). Salah suatu instrumen dari kebijakan harga beras adalah penetapan harga dasar (floor price) dan penetapan batasan harga eceran tertinggi (ceiling price). Kebijakan harga dasar lebih ditekankan pada produksi padi yang maksimal agar terpeliharanya stabilisasi harga beras di pasar. Kebijakan harga dasar atau sekarang disebut dengan HPP memiliki tujuan yaitu menjamin harga di tingkat petani. Menurut BPS setiap kebijakan baru pemerintah yang diterbitkan dalam bentuk penetapan kenaikan HPP untuk gabah atau beras, secara tidak langsung dapat mendorong kenaikan harga beras di pasar. Adanya kenaikan HPP membuat petani secara psikologis berharap menjual gabah atau beras dengan harga lebih tinggi. Hal ini menyebabkan pedagang membayar lebih mahal gabah atau beras tersebut sehingga harga jual beras dipasaran meningkat. Perkembangan HPP dan harga eceran beras dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa harga kebijakan HPP baik untuk gabah kering panen dan gabah kering giling serta harga eceran beras meningkat setiap tahunnya. Harga pembelian pemerintah (HPP) memiliki pengaruh terhadap harga eceran beras. Sepanjang tahun 2005 sampai 2011 kebijakan HPP untuk gabah kering panen mempengaruhi harga eceran beras sebesar 0,3%. Sementara itu, HPP

51 untuk gabah kering giling dari tahun 2005 sampai 2011 mempengaruhi harga eceran beras sebesar 0,5%. Hal ini menunjukkan bahwa persentase HPP baik untuk gabah kering panen maupun gabah kering giling dalam mempengaruhi harga eceran beras adalah hampir sama setiap tahunnya. Selain itu, dapat dilihat pula bahwa transmisi harga dari harga gabah ke beras konsumen lebih cepat terjadi, artinya perubahan harga gabah yang terjadi akan cepat mempengaruhi harga beras dipasaran. Akan tetapi perubahan harga beras konsumen (HEB) tidak direspon secara baik oleh harga gabah. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata HPP untuk gabah kering panen Rp 218,33 lebih kecil dari rata-rata harga eceran beras yaitu Rp 771,33. Oleh karena itu, pemerintah perlu menetapkan HPP yang lebih efektif agar petani dapat menikmati hasil dari tujuan kebijakan tersebut. Tabel 2. Perkembangan HPP (gabah kering panen dan gabah kering giling) dan harga eceran beras tahun 2005-2011 Tahun HPP Gabah Kering Panen (Rp) HPP Gabah Kering Giling (Rp) Harga Eceran Beras (Rp) 2005 1330 1740 3.475 2006 1730 2250 4.462 2007 1730 2575 5.157 2008 2200 2800 5.484 2009 2400 3000 6.011 2010 2640 3300 7.097 2011 2640 3300 8.103 Sumber : Bulog, Diolah