MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN KELUARGA. M.Munandar Sulaeman 1

dokumen-dokumen yang mirip
PERAN KELOMPOK DASA WISMA DALAM PEMBERDAYAAN KELUARGA (Studi di Desa Manawa Kecamatan Patilanggio Kabupaten Pohuwato)

KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI & KEWENANGAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK UU NO. 39 TAHUN 2008 TENTANG KEMENTERIAN NEGARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU PERATURAN WALIKOTA PEKANBARU NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

PENGARUSUTAMAAN GENDER DI INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 10 TAHUN 2005 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

14. URUSAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA

WALIKOTA MADIUN WALIKOTA MADIUN,

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER

2 Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PEMERINTAH KABUPATEN MALANG TAHUN 2014

MEMUTUSKAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA DENGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI BANTEN

Bidang Perlindungan Anak tertuang dalam Bab 2 Pembangunan Sosial Budaya dan Kehidupan Beragama.

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BUPATI PATI PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA PP&PA. Strategi Nasional. Sosial Budaya.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN ANAK USIA DINI HOLISTIK-INTEGRATIF DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STRATEGI PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin banyak, hal ini disebabkan karena faktor urbanisasi yang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Perempuan dan Sustainable Development Goals (SDGs) Ita Fatia Nadia UN Women

BAB II RENCANA STRATEGIS DAN RENCANA KINERJA

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

KESEPAHAMAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA

ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB.

RENCANA AKSI TAHUN 2018 DP2KBP3A KABUPATEN KEDIRI

HASIL CAPAIAN PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER BIDANG PENDIDIKAN

PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1604, 2014 BNPB. Penanggulangan. Bencana. Gender. Pengarusutamaan.

DEPUTI PERLINDUNGAN PEREMPUAN KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK RI

Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak Pengendalian Penduduk PEMERINTAH KOTA TANGERANG

Gender, Social Inclusion & Livelihood

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN KEMENTERIAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG

PERATURAN BUPATI TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENGARUSUTAMAAN GENDER (PUG) DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DI KABUPATEN MALANG. BAB I KETENTUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. yang berlainan jenis seks dengan persetujuan masyarakat. Seperti dikatakan Horton

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENINGKATAN KUALITAS HIDUP PEREMPUAN

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

INDIKATOR KINERJA UTAMA DINAS PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR : 19-W TAHUN 2009 TENTANG

3. Meningkatnya Partisipasi Masyarakat terhadap Program keluarga Berencana yang responsive gender

BAB I PENDAHULUAN. cita-cita bangsa bernegara. Dalam rangka itu diperlukan pengembangan dan

PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA SABANG NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN RESPONSIF GENDER DALAM PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

Praktik dan Evaluasi Pengarusutamaan Gender di Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekhasannya sendiri yang berbeda dengan lembaga pendidikan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 1 SERI E

WALIKOTA PAREPARE PERATURAN WALIKOTA PAREPARE NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA PARIAMAN PERATURAN DAERAH KOTA PARIAMAN NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PEREMPUAN DAN ANAK DARI TINDAK KEKERASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 2 T AHUN 2007 TENTANG

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

RENCANA KERJA ANGGARAN PERUBAHAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH. PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL Tahun Anggaran 2015

BAB VI PENUTUP. Kebutuhan KB yang tidak terpenuhi atau bisa disebut dengan unmet need KB di salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

: KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 53 TAHUN 2000 TENTANG GERAKAN PEMBERDAYAAN DAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN WALIKOTA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN

TABEL VI RUMUSAN RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SKPD TAHUN 2016 DAN PERKIRAAN MAJU TAHUN 2017 KABUPATEN DHARMASRYA RENCANA TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG PENGARUSUTAMAAN HIV DAN AIDS MELALUI PENDIDIKAN

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENGASUHAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KERANGKA ACUAN KEGIATAN RAPAT KOORDINASI PUG TINGKAT OPD PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SOPPENG PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOPPENG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 118 TAHUN 2015

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 132 TAHUN 2003 TENTANG

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA. a. INPRES No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender (PUG) dalam

BAB I PENDAHULUAN. rumah tangga. Melalui perkawinan dua insan yang berbeda disatukan, dengan

Transkripsi:

1 MODEL PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK MELALUI PENDEKATAN KELUARGA M.Munandar Sulaeman 1 Pengantar Asumsi bahwa keluarga punya peran strategis dalam sosialisasi nilai, tampaknya tidak dapat dibantah lagi, meskipun tantangan intervensi nilai asing yang masuk melalui media tv dan lainnya, cukup merebak. Fungsi lain keluarga secara sosiologis mencakup fungsi afeksi, pengaturan seksualitas, reproduksi, ekonomi, penentuan status. Demikian pula pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak yang dilakukan baik oleh lembaga formal, atau atau lembaga swadaya masyarakat masih banyak menghadapi tantangan, yang berkaitan dengan tantangan kultural, struktural dan pola relasional. Untuk melihat pemodelan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak perlu membedah terlebih dahulu fungsi ideal keluarga dalam mensosialisasikan nilai. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan sosiologis, diantaranya melalui mekanisme konstruksi realitas sosial dan strukturasi Pemahaman dan Kondisi Nyata Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Fenomena fungsi keluarga banyak tantangan selain daya tahan tingkat kehidupan ekonomi yang rendah (angka IPM nasional 70,3 dari target 79-80 tahun 2010). Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) diindonesia pada bulan Maret 2006 sebesar 39,05 juta (17,75 persen). Dibandingkandengan penduduk miskin pada Februari 2005 yang berjumlah 35,10 juta (15,97 persen), berarti jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 3,95 juta (BPS,2006). Gambaran ini refleksi dari kondisi keluarga yang akan berakibat pada permasalahan dalam kemampuan perempuan dalam menjalankan fungsi keluarga dan perlindungan anak. Peluang Pendekatan Keluarga Pendekatan kelurga dalam pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak artinya mengaktualisasikan dan merevitalisasi fungsi kelurga agar memiliki kemampuan, kekutan dan mandiri dalam menjalankan fungsi keluarganya, sehingga menjadi keluarga yang berdaya dalam hal kesetaraan dan kemerataan gender (KKG) dan dalam melaksanakan fungsinya juga dapat memberikan perlindungan 1 Makalah Rakor PPKB 2009 Kota Bandung 31 Maret 2009. Dr. Munandar Sulaeman Staf Pengajar Unpad, peneliti P3W Unpad Bandung dan Ketua 1 Ikatan Sosiologi Indonesia (ISI) Cabang Jabar.

2 kepada anak sehingga tumbuh kembang sehat secara lahiriah dan batiniah. Untuk mencapai tujuan tersebut dapat dijadikan rujukan tentang aspek normatif pengarusutamaan gender (PUG) dan perlindungan anak. Dalam Inpres No.9 Tahun 2000, PUG didefinisikan sebagai suatu strategi untuk mencapai keadilan dan kesetaraan gender melalui kebijakan-kebijakn dan program-program dan kebutuhan peremapuan dan laki-laki kedalam perencanaan, pemantauan, evaluasi dan penganggaran dari semua kebijakan, program dan kegiatan disemua bidang kehidupan. dan juga melalui peraturan-peraturan perundang-undangan yang mengitegrasikan perbedaan permasalahan-permasalahan, pengalamanpengalaman. Untuk memperkuat Inpres No. 9 tahun 2000 diterbitkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 132 tahun 2003 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengarusutamaan Gender dalam pembangunan di daerah. Dalam Kep.Mendagri ini, ditegaskan bahwa pengarusutamaan gender dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan harus dilakukan oleh seluruh instansi dan lembaga pemerintahan di Propinsi, Kabupaten dan Kota yang pengaturan lebih lanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah di semua tingkatan hingga Kelurahan/Desa. Demikian pula dalam rangka menjalankan fungsi kelurga yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak sesuai dengan hak dan martabatnya diterbitkan undang undang perlindungan anak. Perlindungan anak adalah menjamin dan melindungi anak dan haknya agar hidup,tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 1 ayat 2, UU No 23/2002) Apa dan bagaimana keluarga? Keluarga diartikan unit (satuan sosial) terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas ( kakek nenek) atau ke bawah sampai dengan derajat ke tiga (anak cucu) (pasal 1 ayat 3, UU No 23/2002); Secara sosiologis saling interaksi dan berkomunikasi yang menjalankan peran sosialnya yang diperkuat dengan perasaan kasih sayang berdasarkan nilai tradisi dan agama. Apabila peran sosiologis berjalan normal dan wajar, maka kelurga dapat menjalankan fungsinya yang meliputi : 1. Pengaturan seksual 2. Reproduksi

3 3. Sosialisasi (nilai sos-bud) 4.Afeksi (Kasih sayang) 5.Penentu status dalam masyarakat 6.Perlindungan dan pengawasan 7.Ekonomis (mencukupi kebutuhan hidupnya) 8. Agamis (memahami dan mengamalkan ajaran agamanya) Kenyataan dalam proses menuju kematangan dan keberhasilan keluarga sering mengalami hambatan dan tantangan yang sifat internal atau eksternal. Internal berkaitan dengan kualitas SDM, usia pernikahan, kematangan atau dewasa fisik, pikiran dan emosi atau perasaan, sehingga tidak mampu menjalankan fungsi keluarga. Faktor luar berkaitan dengan aktor individu, keluarga luas dan masyarakat (lingkungan sosial), teknologi media informasi negatif. Agar keluarga dapat menjalankan fungsi keluarganya secara wajar produkstif, maka perlu diberdayakan Model Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pendekatan Keluarga Kondisi peran, status dan kedudukan perempuan dewasa ini belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut digambarkan oleh indeks pembangunan manusia dan indeks pembangunan gender yang masih rendah. Demikian pula belum maksimalnya kualitas tumbuh dan berkembang anak secara jasmaniah dan rohaniah serta terpenuhi hak haknya, yang tercermin dari angka kematian anak dan kesehatan mental anak yang belum memuaskan. Oleh karena itu perlu dilakukan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak melalui pendekatan keluarga. Pendekatan keluarga sebagai alternatif, karena keluarga merupakan tempat pendidikan utama dan pertama dalam mensosialisasikan nilai, sebagai kawah candradimuka, pembekalan nilai dasar untuk kehidupan yang mensejahterakan lahir dan bathin. Hal yang mendasar pada usia anak-anak ada masa perkembangan imajinasi, dimana pada saat tersebut apabila dirangsang dengan sentuhan pengalaman yang memuaskan daya imajinasinya, dapat merupakan virus prestasi (konsep need for achievement) yang akan menjadi potensi berhasil dalam kreativitas yang produktif (Hasil penelitian Mc Clelland; 1966 dalam Achieving Society). Menurut Oakley dan Marsden (1984) Proses pemberdayaan masyarakat mengandung dua kecenderungan, yaitu (1) proses pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan kepada masyarakat agar individu menjadi

4 lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi pula dengan upaya membangun asset material guna mendukung pembangunan kemandirian mereka melalui organisasi. (2) proses pemberdayaan yang menekankan pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasiagar individu memiliki kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya melalui proses dialog. Dari pandangan tersebut pemberdayaan dapat disarikan meliputi tiga komponen yaitu : 1. Memberikan kekuatan (empowering) 2. Memberikan kemampuan (enabling) 3. Memberikan kemandirian (help self) Ke tiga komponen tersebut perlu dilakukan untuk reaktualisasi dan revitalisasi fungsi keluarga dengan melakukan berbagai kebijakan, program, kegiatan dan gerakan. Untuk tujuan tersebut perlu dibuat,model pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak melalui pendekatan keluarga, yang mencakup: 1.Model Fungsional pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak pendekatan kelurga (Lampiran) Model fungsional artinya meningkatkan fungsi keluraga dengan rujukan normatif Inpres No.9 Tahun 2000, tentang PUG dan UU No 23/2002 tentang perlindungan anak, serta penguatan norma nilai ajaran agama, melalui pemberdayaan yang memberikan penguatan, kemampuan dan kemandirian, sehingga ada peningkatan dalam : Pendidikan; Kesehatan ; Daya beli; Interaksi Keluarga; Partisipasi dalam Organisasi, sehingga kelurga menjadi berdaya dalam KKG, berbagai bidang kehidupan serta mampu memberikan perlindungan pada anak. Mekanisme kerjanya dilakukan dengan Konstruksi Realitas Sosial, yang dimulai dengan eksternalisasi melalui aspek normatif undang-undang PUG dan Perlindungan Anak, kemudian menjadi bagian dari rujukan perilakunya, karena ada sangsinya. Dengan demikian lama kelamaan akan menjadi kebutuhan, sesuatu yang harus dilaksanakan atau terinternalisasi. 2.Model mekanisme KIE pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak pendekatan keluarga (Lampiran) Model mekanisme KIE yaitu proses pemberdayaan yang dimulai dari sumber informasi lembaga formal (PPKB) dan organisasi wanita melakukan pemberdayaan dengan berbagai kegiatan dan gerakan, melalui aktualisasai dan revitalisasi program PKK, Dasa wisma, Kader Pemberdayaan/KB sebagai medianya kepada sasaran keluarga (ayah, ibu dan anak); Guna mencapai keberdayaan perempuan yang menjadi mitra sejajar dalam kelurga dan tumbuh kembang anak secara jasmani dan rohani dengan

5 haknya yang penuh. Mekanisme kerjanya dengan strukturasi, yaitu dimulai dengan simbolisasi/signifikansi proses komunikasi, karena sudah menjadi symbol maka akan mendominasi dan menjdi legitimasi, legal, atau alat legitimasi. Kesimpulan dan Rekomendasi Kesimpulan : Kelurga merupakan wahana atau lembaga strategis dalam melakukan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak agar perempuan menjadi mitra sejajar dalam kelurga dan anak dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Rekomendasi : Melakukan aktualisasikan dan revitalisasi terhadap lembaga PKK, lembaga lain yang terkait gerakan KB dan jaringan jaringannya sampai akar rumput (RT,RW, Kader, PLKB) guna pemberdayaan perempuan yang menjadi mitra sejajar dalam keluarga serta menjamin dan member hak tumbuh kembang anak Bahan Rujukan Goode William. 1993. Sosiologi Keluarga. Bina Aksara. Bandung Horton and Hunt.1987. Sosiologi.Terj Aminuddin. Erlangga Jakarta Ihromi Omas. 1990. Para Ibu Yang Berpern Tunggal dan Yang Berperan Ganda, Lembaga Penerbit Fak, Ekonomi UI. Jakarta Kementerian Pemberdayaan Perempuan R.I. Depsos.2008. Undang-Undang RI. No 23 Tahun 2002. Jakarta Supiandi. Yusuf 2008. Bunga Rampai PUG Gender. UNFA Jakarta

6 1. Model Fungsional Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Pendekatan Keluarga EKTERNALISASI:PengarusUtama an Gender (Impres No. 9/T.2000);.dan UU Perlindungan Anak No 23/T.2002 OBYEKTIVIKASI : FUNGSI KELUARGA 1. Pengaturan seksual 2. Reproduksi 3. Sosialisasi (nilai sos-bud) 4.Afeksi (Kasih saying) 5.Penentu status 6.Perlindungan 7.Ekonomis 8. Agamis Prod/Keg. Pemberda yaan : PKK DLL. Pemberdayaan Kesanggupan (Enabling); Penguatan (Empowering; Mandiri (Helf self) Peningkatan : 1.Pendidikan 2.Kesehatan 3.Daya beli 4. Interaksi Keluarga 5. Partisipasi dalam Organisasi INTERNALISASI : Kesetaraan dan Keadilan Gender Berdaya Dalam Berbagai Bidang Kehidupan Masyarakat INTERNALISASI : Menjamin dan melindungi anak dan haknya agar hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi (Pasal 1 ayat 2) UU No 23 EKTERNALISASI Penanaman Moral/Agama

7 2. Model mekanisme KIE pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak pendekatan keluarga SIGNIFIKASI/ SIMBOLISASI DOMINASI LEGITIMASI Instansi PPKB dan ORGANISASI WANITA Materi PUG dan PERLINDUN GAN ANAK Media Kegiatan MELALUI PKK, Dasa Wisma, Kader PP/KB Kegiatan dan Gerakan PUG + PA Sasaran KELUARGA: AYAH, IBU dan ANAK KELUARGA BERDAYA /MITRA SEJAJAR DAN TINDAKAN PERLINDUNGAN ANAK, TUMBUH KEMBANG JASMANI ROHANI

8