MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Blok B, Unit Unggas. Pemotongan puyuh dan penelitian persentase karkas dilakukan di Laboratorium Unggas serta uji mutu hedonik dilakukan di Laboratorium Organoleptik, Bagian Teknologi Hasil Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan selama empat bulan, yaitu dari bulan Desember 2011 sampai Maret 2012. Ternak Materi Penelitian ini menggunakan puyuh (Coturnix-coturnix japonica) betina periode bertelur umur sembilan minggu sebanyak 90 ekor dan puyuh jantan berumur sepuluh minggu sebanyak 45 ekor yang diperoleh dari peternakan puyuh Kayumanis Quail Farm di Daerah Salabenda, Bogor, vitamin unggas, dan pakan puyuh komersial dengan komposisi zat makanan ransum penelitian disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Zat Makanan Ransum Penelitian Zat Makanan Jumlah (%) Kadar Air (maksimal) 12 Protein Kasar 20-22 Lemak Kasar (maksimal) 7 Serat Kasar 7 Abu (maksimal) 14 Ca 2,5-3,5 P 0,6-1 Sumber: PT. Universal Agri Bisindo (2011) Alat Peralatan yang digunakan saat pemeliharaan meliputi kandang baterai koloni sebanyak sembilan petak dengan ukuran masing-masing unit adalah 62x50x26 cm atau 3100 cm 2 /petak. Setiap blok kandang diisi oleh 12-18 ekor puyuh, dimana rasio jantan dan betina yang digunakan adalah 1:2. Sangkar menggunakan kawat berbentuk kubus yang memiliki lubang-lubang berbentuk persegi berukuran 1 x 1 14
inci. Setiap sangkar dilengkapi satu tempat pakan, satu tempat minum dan satu tempat feses. Kandang diberi penerangan satu buah lampu berdaya 40 watt. Kotoran puyuh yang berada di tempat feses ditampung dengan menggunakan karung. Pengacakan pada kandang penelitian disajikan pada Gambar 1. P3U1 Kontrol P1U3 P3U3 P1U2 P2U3 P2U1 P3U2 P2U2 P1U1 Gambar 1. Kandang Penelitian Keterangan : P1U1 = 4 ekor puyuh dan 8 ekor puyuh, P1U2 = 4 ekor puyuh dan 8 ekor puyuh, P1U3 = 4 ekor puyuh dan 8 ekor puyuh, P2U1 = 5 ekor puyuh dan 10 ekor puyuh, P2U2 = 5 ekor puyuh dan 10 ekor puyuh, P2U3 = 5 ekor puyuh dan 10 ekor puyuh, P3U1 = 6 ekor puyuh dan 12 ekor puyuh, P3U2 = 6 ekor puyuh dan 12 ekor puyuh, P3U3 = 6 ekor puyuh dan 12 ekor puyuh. Peralatan yang digunakan saat pemotongan dan penimbangan karkas meliputi timbangan digital, pisau, dan kantung plastik ukuran 1 kg. Peralatan yang digunakan saat uji mutu hedonik meliputi piring kecil, formulir uji sensori, alat tulis, panci, freezer, termometer bimetal dan talenan. Persiapan Kandang Prosedur Kandang dicuci dengan air dan deterjen, disiram dengan karbol, dan lantai kemudian disiram lagi dengan air kapur. Kandang yang digunakan dilengkapi dengan tempat minum dan tempat pakan yang diletakkan di pinggir luar sangkar, serta tempat feses yang diletakkan di bawah setiap sangkar. 15
Pre-eliminary Puyuh jantan dan betina dimasukkan ke dalam kandang yang berbeda. Puyuh diberi makan sebanyak 20g/ekor/hari dan air minum tersedia ad libitum. Puyuh betina dan puyuh jantan diberikan campuran antara air dan vitamin pada hari pertama. Puyuh betina diberikan perangsang telur setiap interval empat hari. Puyuh jantan pada hari kedua dan seterusnya diberikan air minum. Pemeliharaan Bobot puyuh ditimbang pada awal pemeliharaan sebelum dimasukkan ke dalam kandang. Pemeliharaan dilakukan selama enam minggu. Pemeliharaan dibedakan berdasarkan tingkat kepadatan kandang yang berbeda dengan perbandingan jantan dan betina 1:2. Pemberian pakan sebanyak 20g/ekor/hari dan dilakukan pada pagi hari pukul 07.00 WIB. Air minum diberikan ad libitum. Sisa pakan ditimbang pada pagi hari setiap hari sebelum diberikan pakanyang baru. Penyembelihan, Parting, dan Deboning Puyuh yang telah dipelihara selama enam minggu ditimbang satu per satu untuk mendapatkan bobot hidup. Sampel puyuh yang disembelih sebanyak 30% dari setiap perlakuan. Bobot potong puyuh diperoleh setelah pemuasaan selama 3,5-4 jam (Genchev and Mihaylova, 2008). Proses penyembelihan dilakukan pada bagian ikatan diantara tulang servikalis pertama dengan cara memotong oesophagus, trachea, pembuluh darah vena jugularis dan arteri carotid. Kemudian dilakukan pengeluaran darah. Proses selanjutnya pemotongan bagian kepala, leher, metatarsal dan metacar-pus kemudian bulu dan kulit puyuh dibuang. Proses pengeluaran jeroan dengan cara melubangi ujung sternum pada bagian dada sebesar 0,5 cm dengan menggunakan gunting. Lubang diperbesar dengan jari kemudian jeroan ditarik keluar. Proses parting dilakukan dengan cara memotong karkas menjadi bagianbagian sayap, paha, dada, dan punggung. Proses deboning hanya dilakukan pada bagian dada dan paha. Persentase karkas dihitung berdasarkan bobot potong. Persentase sayap, paha, dada, punggung dan tulang dihitung berdasarkan bobot karkas. 16
Penilaian Sensori Penilaian sensori yang dilakukan menggunakan uji mutu hedonik dengan metode skoring. Sampel daging puyuh diambil sebanyak empat ekor dari masingmasing perlakuan dan jenis kelamin. Daging yang digunakan adalah bagian dada. Proses pembersihan daging dilakukan dengan air mengalir. Proses pemasakan dengan cara mengukus daging puyuh sampai suhu 80 85 o C atau berwarna coklat abu-abu (Soeparno, 2005). Panelis yang digunakan adalah panelis semi terlatih sebanyak 15 orang. Panelis mendapatkan pengarahan untuk menyamakan persepsi terhadap atribut sensori yaitu warna dan aroma daging puyuh yang akan menjadi objek uji. Sebagai sampel pembanding menggunakan daging dada bebek dan ayam broiler. Setelah mendapatkan pengarahan, panelis satu persatu memasuki bilik untuk menilai sampel yang diujikan. Rancangan dan Analisis Data Rancangan Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari tiga perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan yang diberikan adalah kepadatan kandang pada rasio jantan:betina yaitu 1:2 yang terdiri dari tiga taraf perlakuan, yaitu: P1 P2 P3 : 12 ekor/kandang (258,33 cm 2 /ekor) : 15 ekor/kandang (206,67 cm 2 /ekor) : 18 ekor/kandang (172,22 cm 2 /ekor) Model matematika yang digunakan dalam penelitian ini menurut Mattjik dan Sumertajaya (2002) adalah sebagai berikut: Y ijk Y ijk = μ + P i + ε ij : Nilai pengamatan pada luasan kandang kandang ke-i, jenis kelamin ke-j dan ulangan ke-k µ : Rataan umum Pi : Pengaruh perlakuan kepadatan kandang ke-i (i = 12, 15, 18 ekor) εij : Pengaruh galat percobaan kepadatan kandang ke-i pada ulangan ke-j 17
Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis ragam (Steel dan Torrie, 1991). Apabila terjadi perbedaan antar perlakuan dilakukan uji Tukey. Data persentase ditransformasi arcsin sebelum dianalisis ragam. Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah bobot hidup, bobot potong, persentase karkas, persentase dari bobot setiap bagian karkas, persentase bobot daging, persentase bobot tulang serta tingkat warna dan aroma daging puyuh. Peubah 1. Konsumsi Pakan Konsumsi pakan merupakan selisih berat pakan yang diberikan dikurangi berat pakan yang tersisa. 2. Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan merupakan selisih pengukuran bobot puyuh diakhir dan diawal penelitian berlangsung. 3. Bobot Hidup Bobot hidup dihitung berdasarkan penimbangan puyuh pada akhir pemeliharaan. 4. Bobot Potong Bobot potong dihitung berdasarkan penimbangan puyuh sebelum dipotong dan setelah dipuasakan dari pakan selama 3,5-4 jam. 5. Persentase karkas Persentase karkas dihitung dengan cara membagi bobot karkas (gram) dengan bobot potong setelah itu dikalikan seratus persen. 6. Bobot dan Persentase Dada (%) Bobot dada diperoleh dengan cara menimbang dada dengan menggunakan timbangan digital. Persentase dada dihitung dengan cara membagi bobot dada (gram) dengan bobot karkas (gram) setelah itu dikalikan seratus persen. 7. Bobot dan Persentase Sayap (%) Bobot sayap diperoleh dengan cara menimbang sayap dengan menggunakan timbangan digital. Persentase sayap dihitung dengan cara membagi bobot sayap (gram) dengan bobot karkas (gram) setelah itu dikalikan seratus persen. 18
8. Bobot, Persentase Paha Bobot paha diperoleh dengan cara menimbang pada dengan menggunakan timbangan digital. Persentase paha diperoleh dengan cara membagi bobot paha (gram) dengan bobot karkas (gram) setelah itu dikalikan seratus persen. 9. Rasio Daging dan Tulang Karkas Rasio daging dan tulang karkas diperoleh dengan cara membandingkan bobot daging dan tulang. Daging ditimbang setelah proses deboning. 10. Karakteristik Sensori Penilaian terhadap karakteristik sensori daging puyuh jantan dan betina dilakukan melalui uji mutu hedonik dengan menggunakan metode skoring. Pengujian dilakukan terhadap beberapa parameter, yaitu warna dan aroma. Sampel sebanyak tiga unit disajikan bersamaan dan panelis diminta menilai dan memberikan skor sesuai dengan keterangan skor, yaitu: 1 = putih kekuningan/sangat tidak bau khas puyuh; 2 = kuning/tidak bau khas puyuh; 3 = kuning kekreman/agak bau khas puyuh; 4 = krem/bau khas puyuh; 5 = krem kecoklatan/sangat bau khas puyuh. 19