BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2010 Japan Credit Rating Agency Ltd. merevisi naik peringkat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. (seperti : perusahaan awalnya mempunyai satu macam produk dengan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. 2.1 Teori Keagenan (Agency Theory) antara Pemegang Saham Pengendali

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dimungkiri pondasi ekonomi di negara-negara tersebut memang

PENGARUH SET KESEMPATAN INVESTASI TERHADAP MANAJEMEN LABA YANG DIMODERASI OLEH PEMEGANG SAHAM PENGENDALI

BAB I PENDAHULUAN. 2014). Laporan keuangan penting bagi seorang investor karena dapat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. antara pihak agent dengan pihak principal. Jensen dan Meckling (1976)

BAB I PENDAHULUAN. modal menjadi pilar perekonomian negara-negara maju dan menjadi cermin. menentukan maju atau melemahnya ekonomi suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal yang berkembang saat ini dapat memberikan peluang

P, 2016 PENGARUH BONUS PLAN, DEBT COVENANT DAN FIRM SIZE TERHADAP MANAJEMEN LABA

PENGARUH KEPEMILIKAN ULTIMAT TERHADAP KEINFORMATIFAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI

BAB I PENDAHULUAN. pemilik (principal) dengan manajemen perusahaan (agent). Hal ini terjadi karena

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN. Simpulan penelitian ini berdasarkan temuan empiris hasil pengujian

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya dunia ekonomi ditandai dengan banyaknya alternatif perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari perusahaan dewasa ini. Perusahaan terus berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (subprime mortgage default) di Amerika serikat. Krisis ekonomi AS

BAB I PENDAHULUAN. cara menaikkan hutang (Yeniatie dan Nicken, 2010). memaksimumkan kemakmuran pemegang saham tetapi memaksimumkan

PENGARUH ASIMETRI INFORMASI dan UKURAN PERUSAHAAN TERHADAP PRAKTIK MANAJEMEN LABA

BAB I PENDAHULUAN. kehati-hatian (prudential banking) agar semua aktivitas yang dilakukan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang RI Nomor 8 tentang Pasar Modal Tahun 1995, pasar

BAB I PENDAHULUAN. yang akan diteliti. Bab ini juga menguraikan tentang motivasi penelitian, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. dirancang untuk menaksir bagaimana aktivitas kinerja dan hasil akhir yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus menerbitkan nilai sekuritas sebagai salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. lapangan usaha perbankan dan lembaga jasa keuangan lainnya. Menurut Mankiw

BAB I PENDAHULUAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perkembangan perusahaan real estate

BAB I PENDAHULUAN. Laba merupakan instrumen pengukur kinerja operasional perusahaan. Informasi laba

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal Indonesia merupakan salah satu wadah berinvestasi yang baru

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan menggambarkan kinerja

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengurangi konflik keganenan dapat melalui kebijakan dividen.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) Nomor 8 sebagai

Bab 1 Pendahuluan. Peristiwa yang terjadi pada dunia global membawa perubahan-perubahan baik

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. (pemilik modal) dan agen (pihak yang mengelola perusahaan) dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh perusahaan untuk memberikan informasi keuangan kepada pihak internal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pentingnya informasi laba membuat setiap perusahaan berlombalomba

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Instrumen pasar modal yang utama yaitu saham dan obligasi.

BAB I PENDAHULUAN. pihak-pihak yang berkepentingan. Menurut PSAK no.1 Revisi 2013 paragraf 7,

BAB I PENDAHULUAN. dapat hanya mengandalkan pendanaan internal saja, namun memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. keuangan kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan keuangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. melimpahkan kepada pihak lain yaitu manajer sehingga menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan. pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama

BAB I PENDAHULUAN. seperti sole proprietorship biasanya peran ini dilakukan oleh pemilik. Tetapi pada

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk memberikan informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur kepemilikan dapat menyebabkan masalah keagenan yaitu tidak

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengertian pasar modal yang lebih spesifik, yaitu Kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keputusan-keputusan yang akan membantu mencapai tujuan tersebut. Secara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. modal sebagai salah satu alternatif investasi untuk memperoleh keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup perusahaan, tanpa pendanaan perusahaan tidak akan berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan penting pendirian suatu perusahaan adalah untuk. meningkatkan kesejahteraan pemiliknya atau pemegang saham, atau

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan perusahaan adalah untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan oleh manajemen bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. maupun eksternal perusahaan seperti investor dan kreditur. Pertumbuhan ini

BAB I PENDAHULUAN. modalnya. Namun adanya praktik manajemen laba pada laporan keuangan. emiten dapat menurunkan kembali kepercayaan investor.

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan debt to equity ratio. Rasio ini merupakan rasio hutang yang digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan yang tinggi. Semakin tinggi nilai dari sebuah perusahaan, semakin

BAB I PENDAHULUAN. modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities,

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti Usaha Kecil dan Menengah (UKM), hampir semua bentuk-bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Laporan keuangan menyajikan informasi mengenai kinerja perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kasus aktivitas rekayasa manajerial ini terbukti telah mengakibatkan hancurnya

BAB I PENDAHULUAN. Djemat, dan Soembodo (2003) juga menemukan bahwa rata-rata sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan atas suatu

BAB I PENDAHULUAN. prospek yang menguntungkan, karena investasi yang ditanamkan diharapkan akan

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. manajer dalam memilih kebijakan akuntansi yang mempengaruhi laba untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. umumnya didominasi oleh perusahaan keluarga. Faktanya kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. kreditur, serta pihak manajemen perusahaan itu sendiri. Selain itu pendanaan

BAB I PENDAHULUAN. pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus, fungsi ekonomi dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Dividen merupakan bentuk pengembalian (return) diluar capital gain yang

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan investor yang berorientasi pertumbuhan. nilai nominal (nilan pari/par value) dan jangka waktu jatuh tempo tertentu.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bagi perusahaan keuangan khususnya perbankan, permodalan merupakan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. melalui Foreign Direct Investment (FDI). Investor menganggap bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mampu untuk mengelola sumber daya seperti man, machine, money dan material

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman yang semakin pesat telah banyak

BABl PENDAHULUAN. Kebijakan dividen merupakan keputusan perusahaan tentang pembagian

BAB 1 PENDAHULUAN. harus berupaya secara efisien dan efektif untuk mengelola perusahaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pada perkembangan kondisi perekonomian dunia usaha, baik perusahaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perbankan. Dalam meningkatkan kinerja perusahaan, pihak manajemen

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat membantu pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Pasar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas di Asia (ASEAN Free Trade Area) untuk negara-negara

ANALISIS PILIHAN PERUSAHAAN TERHADAP AKUNTANSI KONSERVATIF

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance semakin meningkat karena banyak terjadi pelanggaran tata

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh pihak manajemen dengan penentuan membagikan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya perusahaan didirikan tidak hanya untuk menghasilkan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada tahun 2010 Japan Credit Rating Agency Ltd. merevisi naik peringkat kredit dan investasi Indonesia dari BB+ menjadi BBB-. Selanjutnya pada tahun 2011 Fitch Ratings juga merevisi naik peringkat kredit dan investasi Indonesia dari BB+ menjadi BBB-. Lalu pada tahun 2012 Moody s dan Rating and Investment Information Inc (R&I) merevisi naik peringkat kredit dan investasi Indonesia masing-masing dari Ba1 menjadi Baa3 dan BB+ menjadi BBB-. Pemberian peringkat kredit dan investasi ini menjadikan Indonesia masuk ke tingkat perekonomian baru yang disebut investment grade status menurut laporan stabilitas keuangan global dari International Monetary Fund (IMF). Pemberian investment grade status tersebut berdasarkan sovereign rating (pemeringkatan kredit dan investasi) Indonesia selama 10 tahun terakhir mulai tahun 2000 mengalami trend yang membaik (Taufik, 2010). Indikator lain yang menguatkan masuknya Indonesia pada tingkat investment grade status adalah peningkatan pendapatan per kapita. Menurut data World Bank pendapatan per kapita Indonesia meningkat dari 789,81 USD pada tahun 2000 menjadi 3.556,79 USD pada tahun 2012. Peningkatan pendapatan per kapita ini menurut Japan Credit Rating Agency Ltd. mengindikasikan solidnya permintaan domestik terhadap barang-barang yang diproduksi perusahaan manufaktur di Indonesia. 1

2 Peringkat investment grade status juga merupakan sentimen yang positif bagi investor global untuk berinvestasi di Indonesia baik melalui aliran dana portofolio di bursa efek maupun foreign direct investment (pemberian pinjaman atau pembelian kepemilikan perusahaan). Keadaan tersebut membuat perusahaan manufaktur Indonesia mempunyai kesempatan berekspansi untuk memenuhi permintaan domestik dan memudahkan memperoleh akses pendanaan karena kepercayaan investor global. Menurut Watts dan Zimmerman (1986) dalam Scott (2003) kombinasi keadaan tersebut menentukan set kesempatan investasi perusahaan. Set kesempatan investasi perusahaan juga bisa digunakan untuk menilai apakah suatu perusahaan bertumbuh atau tidak (Saputro dan Lilis, 2004). Menurut AlNajjar dan Belkaoui (2001) perusahaan bertumbuh mempunyai kecenderungan untuk melakukan manajemen laba. Perusahaan yang bertumbuh akan meningkatkan biaya politik perusahaan seperti regulasi oleh pemerintah. Maka, dalam rangka mengurangi biaya politik, manajer melakukan manajemen laba agar laba menjadi minimal. Hal ini sesuai dengan teori the political cost hypothesis (size hypothesis). Menurut Fanani (2006) perusahaan bertumbuh cenderung menggunakan pendanaan eksternal berupa utang karena ketidakcukupan pendanaan internal (laba ditahan) untuk berekspansi. Hal ini dibuktikan oleh penelitian Chen (2005) yang menemukan bahwa perusahaan dengan set kesempatan investasi tinggi mempunyai utang yang tinggi. Tingkat utang yang tinggi membuat manajer melakukan manajemen laba dengan memilih kebijakan akuntansi yang

3 meningkatkan laba untuk mendapatkan kepercayaan kreditur. Hal ini sesuai dengan the debt to equity hypothesis (debt covenant hypothesis). Berdasarkan argumentasi di atas, manajer perusahaan bertumbuh dengan set kesempatan investasi tinggi cenderung terlibat dalam praktik manajemen laba. Sehingga dapat dikatakan bahwa set kesempatan investasi berpengaruh positif terhadap manajemen laba atau semakin tinggi set kesempatan investasi maka manajemen laba juga semakin tinggi. Namun, pengaruh set kesempatan investasi terhadap manajemen laba dapat dimoderasi oleh adanya pemegang saham pengendali (Chen et al., 2010). Pemegang saham pengendali adalah individu, keluarga, atau institusi yang memiliki kontrol terhadap sebuah perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung pada tingkat pisah batas hak kontrol tertentu (Claessens et al., 2000b). Pemegang saham pengendali muncul karena adanya konsentrasi kepemilikan yang diidentifikasi menggunakan konsep kepemilikan ultimat (La Porta et al., 1999; Claessens et al., 2000a; Faccio dan Lang, 2002). La Porta et al. (1999) merupakan peneliti pertama yang mengkaji struktur kepemilikan dengan konsep kepemilikan ultimat. Penelitian tersebut mengkaji struktur kepemilikan di 27 negara yang ekonominya pesat di benua Asia, Eropa, Amerika, dan Australia. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa 76% perusahaan publik memiliki struktur kepemilikan yang terkonsentrasi. Lebih lanjut Claessens et al. (2000a) menelusuri kepemilikan perusahaan publik di 9 negara Asia, termasuk 178 perusahaan publik Indonesia. Mereka menunjukkan konsentrasi kepemilikan perusahaan publik Asia jauh lebih tinggi, yaitu 93%. Serta Faccio dan Lang (2002) mengkaji struktur

4 kepemilikan 13 negara Eropa. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa 63% perusahaan publik memiliki struktur kepemilikan yang terkonsentrasi. Ketiga penelitian tentang struktur kepemilikan tersebut berhasil membuktikan bahwa fenomena konsentrasi kepemilikan benar-benar terjadi di hampir seluruh dunia, kecuali Amerika Serikat, Inggris, Irlandia, dan Jepang (Siregar, 2006). Konsentrasi kepemilikan dapat meningkatkan risiko ekspropriasi yaitu risiko terjadinya penggunaan dominasi kontrol oleh pemegang saham pengendali untuk memperoleh manfaat privat dalam rangka memaksimumkan kesejahteraan sendiri melalui distribusi kekayaan dari pihak lain (Claessens et al., 2000b). Determinan risiko ekspropriasi di Indonesia diteliti oleh Siregar (2006) yang menemukan bahwa struktur kepemilikan piramida, lapisan dan jalur kepemilikan, keterlibatan pemegang saham pengendali dalam manajemen, dan pemegang saham pengendali tunggal dapat meningkatkan risiko ekspropriasi. Fenomena ekspropriasi telah terjadi di Indonesia yaitu kasus Bumi Resources Tbk. Aburizal Bakrie sebagai pemegang saham pengendali Bumi Resources Tbk menempatkan dana investasi pada Chateau, Recapital, dan Bukit Mutiara senilai USD 867 juta. Ketiga perusahaan tersebut juga dimiliki oleh Aburizal Bakrie. Keadaan ini memunculkan konflik antara Aburizal Bakrie dengan pemegang saham pengendali lain yaitu Rothschild. Konflik ini berakibat jatuhnya harga saham Bumi Resources Tbk di BEI. Hal ini mengakibatkan kerugian ditanggung oleh pemegang saham nonpengendali yang membeli saham di bursa dan tidak terlibat dalam manajemen perusahaan (Wardani et al., 2012).

5 Penelitian mengenai risiko ekspropriasi oleh pemegang saham pengendali selanjutnya dilakukan oleh Chen et al. (2010) yang meneliti perusahaan publik di Bursa Efek Taiwan. Penelitian tersebut menyatakan bahwa pemegang saham pengendali dapat memoderasi pengaruh set kesempatan investasi terhadap manajemen laba karena efek entrenchment. Entrenchment adalah tindakan pemegang saham pengendali yang dilindungi oleh hak kontrolnya untuk melakukan ekspropriasi (Fan dan Wong, 2002). Oleh karena itu, pemegang saham pengendali akan menginvestasikan sumber daya perusahaan pada proyek proyek dengan nilai bersih sekarang negatif (NPV negative) untuk meningkatkan manfaat privat yang diperoleh. Selanjutnya untuk menyembunyikan tindakan ekspropriasi ini pemegang saham pengendali akan mempengaruhi manajemen untuk mengatur angka laba sehingga meningkatkan praktik manajemen laba (Sanjaya, 2010). Penelitian serupa yang menyelidiki pengaruh set kesempatan investasi terhadap manajemen laba di Indonesia belum mempertimbangkan efek moderasi pemegang saham pengendali seperti penelitian Saputro dan Lilis (2003) dan Fanani (2006). Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah memperoleh bukti empiris bahwa pemegang saham pengendali memoderasi pengaruh set kesempatan investasi terhadap manajemen laba di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

6 1.2 Rumusan Masalah Penelitian AlNajjar dan Belkaoui (2001), Saputro dan Lilis (2004), dan Fanani (2006) menyatakan bahwa set kesempatan investasi berpengaruh terhadap manajemen laba. Set kesempatan investasi tinggi mengindikasikan perusahaan sedang dalam pertumbuhan tinggi. Menurut the political cost hypothesis dan the debt to equity hypothesis manajer perusahaan dengan pertumbuhan tinggi akan menghadapi biaya politik yang tinggi dan pendanaan dengan utang yang juga tinggi. Oleh karena itu, manajer melakukan manajemen laba untuk meminimalkan biaya politik dan menjaga kepercayaan kreditur. Namun, keberadaan pemegang saham pengendali dalam perusahaan dapat memoderasi pengaruh set kesempatan investasi terhadap manajemen laba. Efek moderasi pemegang saham pengendali disebut entrenchment (Chen et al., 2010). Maka, berdasarkan uraian tersebut rumusan masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: apakah pemegang saham pengendali memoderasi pengaruh set kesempatan investasi terhadap manajemen laba di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris bahwa pemegang saham pengendali memoderasi pengaruh set kesempatan investasi terhadap manajemen laba di perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

7 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi 1. akademisi kontribusi bagi akademisi adalah pengembangan teori dalam bidang akuntansi keuangan berupa teori keagenan kedua antara pemegang saham pengendali dan nonpengendali. 2. investor kontribusi bagi investor adalah kontribusi untuk memahami praktik pemegang saham pengendali yang mampu mempengaruhi manajer dalam melakukan manajamen laba di perusahaan yang sedang bertumbuh. Pemahaman ini penting untuk menyeleksi perusahaan yang layak sebagai investasi jangka panjang. 3. regulator kontribusi bagi regulator adalah kontribusi untuk membuat kebijakan yang bermanfaat untuk kepentingan publik. Misalnya pengungkapan kepemilikan perusahaan pada pisah batas hak kontrol tertentu sehingga pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah menelusuri pemilik ultimat perusahaan untuk mengantisipasi risiko ekspropriasi. 1.5 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

8 Bab II Landasan Teori dan Pengembangan Hipotesis Bab ini membahas mengenai teori keagenan antara pemegang saham pengendali dan nonpengendali, klasifikasi pemegang saham, hak pemegang saham, struktur kepemilikan, serta mekanisme pemisahan hak kontrol dan hak aliran kas. Selain itu, bab ini juga membahas teori mengenai set kesempatan investasi seperti definisi dan proksi pengukuran serta teori mengenai manajemen laba seperti definisi, teori akuntansi positif, motivasi, dan bentuk. Pada bagian akhir bab ini diuraikan pengembangan hipotesis dengan menggunakan teori dan penelitian terdahulu. Bab III Metode Penelitian Bab ini berisi populasi dan sampel, metode proses pengambilan sampel, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, definisi operasional dan pengukuran variabel, dan metode analisis. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan Bab ini menjelaskan cara menganalisis data untuk menguji hipotesis penelitian serta pembahasan lebih lanjut. Bab V Penutup Bab ini berisi simpulan dari penelitian yang telah dilakukan, keterbatasan penelitian, dan saran untuk penelitian selanjutnya.