menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang

dokumen-dokumen yang mirip
TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/21/PBI/2014 UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK DAN SURAT EDARAN NO.16/24/DKEM

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 20 /PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

2 Mengingat d. bahwa penerapan prinsip kehati-hatian tersebut sejalan dengan upaya untuk mendorong pendalaman pasar keuangan domestik; e. bahwa penera

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

2 Keseluruhan kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya risiko penurunan capacity to repay (default) dari ULN Korporasi Nonbank. Selain itu, sebagian

No.16/24/DKEM Jakarta, 30 Desember 2014 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA KORPORASI NONBANK DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/21/PBI/2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK

No. 17/ 3 /DSta Jakarta, 6 Maret 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA KORPORASI NONBANK DI INDONESIA

Penyempurnaan atas PBI No.16/20/PBI/2014

SURVEILLANCE GRUP KORPORASI Seminar Sehari dan Executive Round Table Konglomerasi Jasa Keuangan di Indonesia. JAKARTA, 13 Januari 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PBI NO.17/8/PBI/2015 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MONETER

No.17/18/DKEM Jakarta, 30 Juni 2015 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA KORPORASI NONBANK DI INDONESIA

Oleh: Desmiza Dosen tetap Universitas Nasional Pasim Bandung Dosen Luar Biasa PAAP Universitas Padjadjaran ABSTRAK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 10/7/PBI/2008 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI PERUSAHAAN BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 12/ 1 /PBI/ 2010 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI PERUSAHAAN BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 statistik, terutama statistik Neraca Pembayaran, Posisi Investasi Internasional, statistik Utang Luar Negeri Indonesia, dan Indikator Keuangan Perus

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 66, Tambahan Lembaran N

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/18/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/8/PBI/2015 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MONETER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No.18/6/DKEM Jakarta, 22 April 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA KORPORASI NONBANK DI INDONESIA

2 bagi pelaku ekonomi untuk melakukan transaksi lindung nilai; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huru

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi dalam perkembangannya ditandai dengan adanya perdagangan

PELAPORAN KEGIATAN LALU LINTAS DEVISA DAN KEGIATAN PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN ULN KORPORASI NONBANK

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan atas Peraturan Bank Indonesia

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/201 /PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 7 /PBI/2003 TENTANG GUBERNUR BANK INDONESIA,

- 1 - PENJELASAN PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/ 34 /PBI/2008 TENTANG TRANSAKSI PEMBELIAN WESEL EKSPOR BERJANGKA OLEH BANK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

2 Pengaturan moneter oleh Bank Indonesia dimaksudkan untuk mencapai dan memelihara kestabilan moneter, memastikan efektivitas kebijakan moneter, serta

S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PERUSAHAAN BUKAN BANK DI INDONESIA. Perihal : Pinjaman Luar Negeri Perusahaan Bukan Bank

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang, termasuk di dalam perdagangan internasional. Pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. memfasilitasi investor untuk berinvestasi, untuk mendapatkan pengembalian yang

No. 15/17 /DInt Jakarta, 29 April 2013 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA PERUSAHAAN BUKAN BANK DI INDONESIA

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/16/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. signifikan, hal ini ditandai dengan diterbitkannya paket-paket deregulasi

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Non Bank. Pinjaman Luar Negeri Perusahaan Bukan Bank

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/17/ PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI KEPADA BANK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7/1/PBI/2005 TENTANG PINJAMAN LUAR NEGERI BANK GUBERNUR BANK INDONESIA,

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

-2- M E M U T U S K A N Menetapkan : PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN VALUTA ASING KORPORASI DOMESTIK MELALUI BANK

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 64, Tambahan

Pokok-Pokok Materi Pengaturan PBI NO.15/8/PBI/2013 tentang TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK BANK INDONESIA OKTOBER 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko Posisi DESEMBER 2017

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 12/ 24 /PBI/2010 TENTANG KEWAJIBAN PELAPORAN UTANG LUAR NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/16/PBI/2014 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK DOMESTIK

No. 15/16/DInt Jakarta, 29 April 2013 SURAT EDARAN. Perihal : Pelaporan Kegiatan Lalu Lintas Devisa Berupa Realisasi dan Posisi Utang Luar Negeri

PENGUNGKAPAN TAGIHAN BERSIH BERDASARKAN WILAYAH PT BANK SYARIAH MANDIRI TGL 30 JUNI 2017 DAN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

2 e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu menetapkan Peraturan Bank Indonesia tenta

No.18/ 5 /DSta Jakarta, 6 April 2016 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA DEBITUR UTANG LUAR NEGERI DI INDONESIA

Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko Posisi Juni 2017

1. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah (dalam jutaan rupiah)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 15/ 8 / PBI/ 2013 TENTANG TRANSAKSI LINDUNG NILAI KEPADA BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Alamat Redaksi: Grup Neraca Pembayaran dan Pengembangan Statistik Departemen Statistik Bank Indonesia Menara Sjafruddin Prawiranegara, Lantai 15 Jl.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 15/15/PBI/2013 TENTANG GIRO WAJIB MINIMUM BANK UMUM DALAM RUPIAH DAN VALUTA ASING BAGI BANK UMUM KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN. arus perdagangan barang maupun uang serta modal antar negara. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 37 /PBI/2008 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Informasi Kuantitatif Eksposur Risiko Posisi SEPTEMBER 2017

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/11/PBI/2014 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN MAKROPRUDENSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

No.9/1/DInt Jakarta, 15 Februari 2007 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal : Pinjaman Luar Negeri Bank

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia juga mengalami peningkatan. Bertambahnya aset dan modal yang

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu melakukan perubahan ketiga atas Pera

BAB I PENDAHULUAN. perumahan (subprime mortgage default) di Amerika serikat. Krisis ekonomi AS

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 8/12/PBI/2006 TENTANG LAPORAN BERKALA BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 10/ 26 /PBI/2008 TENTANG FASILITAS PENDANAAN JANGKA PENDEK BAGI BANK UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 7 / 36 / PBI / 2005 TENTANG TRANSAKSI SWAP LINDUNG NILAI GUBERNUR BANK INDONESIA,

2016, No /17/PBI/2013 tentang Transaksi Swap Lindung Nilai Kepada Bank Indonesia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Ban

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode

BAB I PENDAHULUAN. Konsep keuangan berbasis syariah Islam (Islamic finance) dewasa ini telah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

No. 14/ 21 /DPNP Jakarta, 18 Juli 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM YANG MELAKSANAKAN KEGIATAN USAHA SECARA KONVENSIONAL DI INDONESIA

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/19/PBI/2016 TENTANG TRANSAKSI VALUTA ASING TERHADAP RUPIAH ANTARA BANK DENGAN PIHAK ASING

BAB I PENDAHULUAN. peran yang sangat penting karena perbankan mempunyai fungsi sebagai

I. UMUM II. PASAL...

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

Nanang Hendarsah. Direktur Task Force Program Pendalaman Pasar Keuangan

Transkripsi:

TANYA JAWAB PERATURAN BANK INDONESIA NO.16/20/PBI/2014 TANGGAL 28 OKTOBER 2014 TENTANG PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PENGELOLAAN UTANG LUAR NEGERI KORPORASI NONBANK 1. Q: Apa latar belakang diterbitkannya PBI ini? A: Jumlah ULN swasta cenderung terus meningkat, bahkan saat telah melebihi jumlah ULN Pemerintah. Dalam kurun waktu kurang dari sepuluh tahun, jumlah ULN sektor swasta meningkat tiga kali lipat, yaitu dari USD50,6 miliar pada akhir 2005 menjadi USD156,2 miliar pada akhir Agustus 2014 atau mencapai 53,8% dari total ULN Indonesia. Hasil kajian Bank Indonesia menunjukkan bahwa ULN swasta tersebut rentan terhadap sejumlah risiko, terutama risiko nilai tukar (currency risk), risiko likuditas (liquidity risk), dan risiko beban utang yang berlebihan (overleverage risk). Risiko nilai tukar cukup tinggi karena sebagian besar ULN swasta digunakan untuk membiayai kegiatan usaha berorientasi domestik yang menghasilkan pendapatan dalam rupiah sedangkan pembayaran ULN dilakukan dalam valuta asing (valas). Kerentanan terhadap risiko nilai tukar semakin tinggi karena minimnya penggunaan instrumen lindung nilai (hedging) di kalangan korporasi nonbank yang memiliki ULN. Risiko likuiditas juga cukup tinggi karena jumlah dan pangsa ULN swasta berjangka pendek terus meningkat. Sementara itu, indikasi peningkatan risiko overleverage terlihat dari semakin meningkatnya rasio utang terhadap pendapatan. Risiko ULN swasta semakin tinggi karena prospek perekonomian masih diliputi oleh berbagai ketidakpastian. Likuiditas global diperkirakan akan mengetat dengan tingkat suku bunga yang meningkat seiring berakhirnya kebijakan moneter akomodatif di negara-negara maju, khususnya di Amerika Serikat. Pada saat yang bersamaan, ekonomi negara-negara emerging market yang menjadi mitra dagang utama Indonesia diperkirakan masih akan mengalami perlambatan disertai dengan harga komoditas ekspor di pasar internasional yang masih rendah. Kondisi ini menyebabkan beban pembayaran ULN berpotensi meningkat, sebaliknya kapasitas membayar ULN berpotensi menurun. 2. Q: Apa tujuan dari diterbitkannya PBI ini? A: PBI ini bertujuan untuk memitigasi berbagai risiko yang ditimbulkan oleh ULN swasta, khususnya korporasi nonbank, yang dalam beberapa tahun terakhir jumlahnya meningkat sangat pesat. Risiko-risiko tersebut berupa risiko nilai tukar (currency risk), risiko likuditas (liquidity risk), dan risiko beban utang yang berlebihan (overleverage risk). 3. Q: Mengapa BI perlu mengatur prinsip kehati-hatian atas ULN korporasi non-bank padahal saat ini jumlah korporasi non-bank peminjam ULN yang mengalami default sangat sedikit? A: Memang saat ini jumlah perusahaan yang default masih sangat sedikit. Namun demikian, shock negatif baik yang bersumber dari internal maupun eksternal, dapat

menyebabkan meningkatnya risiko gagal bayar (default risk). Hal ini berpotensi mengganggu kestabilan sistem keuangan dan ekonomi makro seperti yang terjadi pada krisis 1997/1998 mengingat sebagian besar korporasi yang memiliki ULN belum melakukan upaya mitigasi resiko yang baik. 4. Q: Mengapa BI perlu mengatur kegiatan lindung nilai padahal beberapa korporasi nonbank saat ini sudah secara aktif melakukan kegiatan lindung nilai? A: Jumlah korporasi non-bank yang melakukan lindung nilai dan volume transaksi lindung nilai yang dilakukan masih terbatas. Berdasarkan data, sebagian besar korporasi non-bank tidak melakukan lindung nilai meskipun memiliki exposure risiko nilai tukar. Selain itu, PBI ini juga merupakan upaya standarisasi dari praktik lindung nilai yang harus dilaksanakan oleh seluruh korporasi non-bank yang memiliki ULN. 5. Q: Apa yang dimaksud dengan ULN dalam PBI ini? A: Yang dimaksud ULN dalam PBI ini adalah adalah utang Penduduk kepada bukan Penduduk dalam Valuta Asing (valas) dan/atau Rupiah, termasuk di dalamnya pembiayaan berdasarkan prinsip syariah. 6. Q: Siapa saja yang diatur dalam PBI ini? A: Seluruh korporasi non-bank yang memiliki ULN dalam valas. Namun, penghitungan kewajiban valas korporasi yang diatur dalam PBI juga mencakup kewajiban valas kepada residen. 7. Q: Apakah PBI ini merupakan pembatasan ULN? A: PBI ini tidak dimaksudkan untuk membatasi ULN tetapi lebih ke arah memperkuat manajemen risiko korporasi nonbank menghadapi berbagai ketidakpastian dalam perekonomian global dan domestik ke depan. 8. Q: Prinsip kehati-hatian dalam peraturan ini mencakup apa saja? A: Prinsip kehati-hatian dalam peraturan ini mencakup pemenuhan Rasio Lindung Nilai minimum, Rasio Likuiditas minimum, dan Peringkat Utang (Credit Rating) minimum. 9. Q: Apa yang dimaksud dengan Rasio Lindung Nilai? A: Rasio Lindung Nilai adalah suatu rasio antara jumlah nilai yang dilindungnilaikan dengan selisih negatif antara: - Aset Valas terhadap Kewajiban Valas yang jatuh waktu sampai dengan 3 (tiga) bulan sejak akhir triwulan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Rasio Lindung Nilai = [Aset Valas - Kewajiban Valas s.d 3 Bln] X (25%) - Aset Valas terhadap Kewajiban Valas yang jatuh waktu lebih dari 3 (tiga) bulan sampai dengan 6 (enam) bulan ke depan sejak akhir triwulan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: Rasio Lindung Nilai = [Aset Valas - Kewajiban Valas 3 Bln s.d 6 Bln] X (25%) 10. Q: Apa saja cakupan Aset Valas? A: Aset Valas mencakup aset lancar dalam valas yang terdiri dari kas, giro, tabungan, deposito, surat-surat berharga yang dapat diperdagangkan (marketable securities), dan tagihan yang berasal dari transaksi forward, swap dan/atau option. 11. Q: Apa yang dimaksud dengan marketable securities? A: Marketable securities adalah SSB yang dapat dengan mudah dijual/diubah menjadi kas sewaktu-waktu, memiliki harga pasar (market price) yang dapat diamati secara

mudah (observable) dan termasuk dalam kategori yang diukur pada nilai wajar melalui laba-rugi, tersedia untuk dijual, dan dimiliki hingga jatuh tempo dengan sisa jatuh tempo < 6 bulan. Marketable securities mencakup debt instrument dan equity instrument. 12. Q: Apa cakupan aset off balance sheet yang dihitung sebagai aset yang digunakan sebagai komponen dalam menghitung selisih negatif antara Aset Valas dan Kewajiban Valas? A: Aset dalam off balance sheet yang diperhitungkan hanya mencakup transaksi forward, swap dan/atau option yang transaksinya dilakukan sebelum periode triwulan laporan. Dengan kata lain, transaksi forward, swap dan/atau option yang transaksinya dilakukan pada periode triwulan laporan tidak diperhitungkan sebagai komponen Aset Valas karena transaksi tersebut dilakukan untuk memenuhi Rasio Lindung Nilai minimum. 13. Q: Apakah Cross Currency Swap (CCS) dapat diakui sebagai kegiatan lindung nilai dalam peraturan ini? A: Ya, dalam peraturan ini CCS diakui sebagai kegiatan lindung nilai karena dianggap sebagai transaksi swap. 14. Q: Mengapa piutang dagang tidak termasuk dalam Aset Valas? A: Aset valas yang diperhitungkan dalam ketentuan ini adalah aset yang likuid, sementara untuk piutang masih terdapat unsur ketidakpastian dalam realisasinya. 15. Q: Apa saja cakupan Kewajiban Valas? A: Kewajiban Valas mencakup kewajiban lancar dalam valuta asing yang harus diselesaikan atau dibayarkan dan kewajiban yang berasal dari transaksi forward, swap dan/atau option. Dengan kata lain, kewajiban dalam valuta asing kepada residen juga termasuk sebagai komponen Kewajiban Valas. 16. Q: Bagaimana jika tidak terdapat selisih negatif antara Aset Valas dengan Kewajiban Valas? A: Jika tidak terdapat selisih negatif, korporasi non-bank tidak memiliki kewajiban melakukan Lindung Nilai. 17. Q: Mengapa ULN utang dagang (trade credit) dikecualikan? A: Utang dagang (trade credit) adalah utang yang timbul dalam rangka kredit yang diberikan oleh supplier luar negeri atas transaksi barang dan/atau jasa. Dengan demikian, ULN utang dagang (trade credit) perlu dikecualikan untuk mendukung transaksi perdagangan internasional dan kelancaran kegiatan usaha korporasi. 18. Q: Apa yang dimaksud dengan Rasio Likuiditas? A: Rasio Likuiditas adalah rasio antara total Aset Valas yang memadai terhadap Kewajiban Valas yang akan jatuh tempo sampai dengan 3 (tiga) bulan sejak akhir triwulan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: x 100% 19. Q: Apa yang dimaksud dengan peringkat utang (credit rating)? A: Peringkat Utang (Credit Rating) adalah penilaian yang dilakukan oleh lembaga

pemeringkat untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan atau kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya secara tepat waktu (credit worthiness). Dalam PBI ini, korporasi nonbank yang bermaksud melakukan ULN wajib memenuhi Peringkat Utang (Credit Rating) paling kurang setara BB yang dikeluarkan oleh Lembaga Pemeringkat yang diakui oleh otoritas yang berwenang. Kewajiban ini berlaku bagi ULN yang ditandatangani atau diterbitkan sejak tanggal 1 Januari 2016, tetapi tidak berlaku bagi ULN valas yang merupakan refinancing serta ULN valas yang diperoleh dari kreditor lembaga internasional (bilateral/multilateral) terkait pembiayaan proyek infrastruktur. 20. Q: Lembaga Pemeringkat apa saja yang diakui? A: Lembaga Pemeringkat yang diakui mengacu pada peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai lembaga pemeringkat dan peringkat yang diakui oleh otoritas yang berwenang. Saat ini otoritas yang berwenang adalah Otoritas Jasa Keuangan. Rincian Lembaga Pemeringkat yang diakui dapat diakses pada website OJK yakni : http://www.ojk.go.id/surat-edaran-bank-indonesia-nomor-11-30-dpnp Peringkat utang setara BB yang dikeluarkan oleh Standard & Poor s (S&P) adalah setara dengan Ba yang dikeluarkan oleh Moody s Investor Service atau setara dengan idbb yang dikeluarkan oleh Pefindo. Peringkat Utang BB mencakup BB-, BB, dan BB+ (S&P) atau setara Ba1, Ba2, dan Ba3 (Moody s) atau setara idbb-, idbb, dan idbb+ (Pefindo). 21. Q: Jenis peringkat utang apa yang digunakan, dan kapan peringkat tersebut dikeluarkan? A: Peringkat Utang (Credit Rating) berupa peringkat yang masih berlaku atas korporasi dan/atau surat utang sesuai dengan jenis dan jangka waktu ULN dalam valas. Masa berlaku Peringkat Utang (Credit Rating) atas korporasi (issuer rating) dan/atau surat utang (issue rating) paling lama 1 (satu) tahun setelah peringkat tersebut diterbitkan dan/atau ditetapkan. 22. Q: Mengapa ULN refinancing dikecualikan kewajiban Rating minimum dari PBI ini? A: ULN refinancing dikecualikan dengan pertimbangan bahwa ULN refinancing merupakan ULN yang digunakan untuk menggantikan utang sebelumnya dengan persyaratan (terms and conditions) yang lebih baik dengan jumlah yang sama (tidak menambah outstanding ULN). 23. Q: Mengapa ULN untuk proyek infrastruktur dikecualikan kewajiban Rating minimum dari PBI ini? A: Pengecualian terkait pembiayaan proyek infrastruktur tersebut sebagai upaya mendukung pengembangan infrastruktur nasional. 24. Q: Sebutkan contoh dari kreditor lembaga internasional (bilateral/multilateral)? A: Contoh lembaga internasional (bilateral/multilateral) antara lain International Finance Corporation (IFC), Japan Bank for International Cooperation (JBIC), Japan International Cooperation Agency (JICA), Asian Development Bank (ADB), Islamic Development Bank (IDB). 25. Q: Apa sanksi atas pelanggaran ketentuan ini? A: Korporasi Nonbank yang melakukan pelanggaran terhadap kewajiban pemenuhan

prinsip kehati-hatian dikenakan sanksi administratif berupa surat teguran. Selain itu, Bank Indonesia akan menyampaikan informasi mengenai pengenaan sanksi administratif tersebut kepada pihak-pihak terkait antara lain sebagai berikut: a. Kreditur yang bersangkutan di luar negeri; b. Kementerian Negara BUMN, bagi Korporasi BUMN; c. Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Pajak; d. Otoritas Jasa Keuangan (OJK); e. Bursa Efek Indonesia (BEI), bagi Korporasi publik yang tercatat di BEI. 26. Q: Kapan sanksi tersebut mulai diberlakukan? A: Sanksi diberlakukan sejak laporan triwulan III 2015. 27. Q: Kapan PBI ini mulai berlaku? A: Peraturan Bank Indonesia ini mulai berlaku sejak tanggal 1 Januari 2015 dengan pentahapan sebagai berikut: Pemberlakuan Kewajiban Pemenuhan: Tahap I Tahap II Sejak 1 Jan 2015 Sejak 1 Jan 2016 s.d 31 Des 2015 Rasio Lindung Nilai 3 Bln: 20% 3 Bln: 25% 3 s.d 6 Bln: 20% 3 s.d 6 Bln: 25% Sejak 1 Jan 2015 Sejak 1 Jan 2016 s.d 31 Des 2015 Rasio Likuiditas 3 Bln: 50% 3 Bln: 70% Peringkat Utang (Credit Rating) - Sejak 1 Jan 2016