PROFIL PENDERITA DIARE ANAK DI PUSKESMAS RAWAT INAP PEKANBARU

dokumen-dokumen yang mirip
Profil Penderita Diare Anak Di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia (Depkes RI, 2007). dan balita. Di negara berkembang termasuk Indonesia anak-anak menderita

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB 1 PENDAHULUAN. sehari (Navaneethan et al., 2011). Secara global, terdapat 1,7 miliar kasus diare

BAB I PENDAHULUAN. prasarana kesehatan saja, namun juga dipengaruhi faktor ekonomi,

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN juta kematian/tahun. Besarnya masalah tersebut terlihat dari tingginya angka

Esy Maryanti, Suri Dwi Lesmana, Sri Wahyuni Dwintasari, Hendro Mandela Fakultas Kedokteran Universitas Riau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. masa pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari bayi (0-1 tahun),

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh, hal ini

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir(suraatmaja, 2007). Penyakit diare menjadi penyebab kematian

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak merupakan titipan illahi dan merupakan suatu investasi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab morbiditas dan. Secara nasional, target Sustainable Development Goals (SDGs) untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

Evaluasi Program Pengendalian Penyakit Diare di Puskesmas Batu Jaya Periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. atau lendir. Diare dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan

HUBUNGAN KONDISI FASILITAS SANITASI DASAR DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DIARE DI KECAMATAN SEMARANG UTARA KOTA SEMARANG.

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Pada tahun 2001 sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare Departemen Kesehatan

Grafik 1.1 Frekuensi Incidence Rate (IR) berdasarkan survei morbiditas per1000 penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

Hubungan antara perilaku ibu tentang kebersihan dan frekuensi kejadian Gastroentritis pada balita usia 1 3 tahun di RS Adi Husada Kapasari Surabaya

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

HUBUNGAN SANITASI LINGKUNGAN DENGAN KEJADIAN DIARE DIDUGA AKIBAT INFEKSI DI DESA GONDOSULI KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. kesadaran (Rampengan, 2007). Demam tifoid disebabkan oleh bakteri Salmonella

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga

Penyajian Susu Formula Terhadap Kejadian Diare Pada Bayi 0 24 Bulan di RS. Surabaya Medical Service

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara berkembang bagi bayi (18%), yang artinya lebih dari

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB I PENDAHULUAN. dehidrasi. Di Indonesia sendiri diare masih merupakan urutan ke-6 dari 10 besar pola

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. aman dalam arti tidak mengandung mikroorganisme dan bahan-bahan lain yang

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

DETEKSI PROTOZOA USUS PATOGEN PADA PENDERITA DIARE ANAK DI PUSKESMAS RAWAT INAP KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare hingga kini masih merupakan penyebab kedua morbiditas dan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. variabel tertentu, atau perwujudan dari Nutriture dalam bentuk variabel

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitas dari penyakit diare masih tergolong tinggi. Secara global, tahunnya, dan diare setiap tahunnya diare membunuh sekitar

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu diselenggarakan pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggi. Diare adalah penyebab kematian yang kedua pada anak balita setelah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2015 yaitu di Filipina 14,6 %, Timor Leste 15,2%, Kamboja 14,6%, Peru 16 %, dan Kolombia 14,6 % (Pinzón-Rondón, 2015).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) dalam Buletin. penyebab utama kematian pada balita adalah diare (post neonatal) 14%,

BAB 1 PENDAHULUAN. utama di daerah perkotaan ( Media Aeculapius, 2007 ). Menurut American Hospital Association (AHA) dalam Herkutanto (2007),

BAB I PENDAHULUAN. (mordibity) dan angka kematian (mortality). ( Darmadi, 2008). Di negara

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi


BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal adalah tingkat kondisi

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI WILAYAH KERJA POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. lebih dalam sehari. Dengan kata lain, diare adalah buang air besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. pasien dewasa yang disebabkan diare atau gastroenteritis (Hasibuan, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batasan anak balita adalah setiap anak yang berada pada kisaran umur

Transkripsi:

PROFIL PENDERITA DIARE ANAK DI PUSKESMAS RAWAT INAP PEKANBARU Esy Maryanti, Sri Wahyuni Dwintasari,Suri Dwi Lesmana Hendro Mandela, Setri Herlina Abstrak Diare merupakan salah satu penyakit yang paling sering mengenai bayi dan anak di dunia. Di negara-negara berkembang diare masih merupakan salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada anak. Angka kematian diare pada balita di Provinsi Riau tahun 2009 sebanyak 55.000 kematian (2,5/1.000 balita), sedangkan angka kejadian diare pada anak di Pekanbaru tercatat sebanyak lebih dari 5-6 orang perhari. Pekanbaru merupakan kota yang berpenduduk padat sehingga sangat mudah terjadinya penularan diare pada anak. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak, salah satunya adalah lingkungan, higienitas dan status gizi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil penderita diare anak di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru. Sebanyak 96 pasien diare anak di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru didapatkan sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (54,2%), dengan usia sebagian besar adalah balitaterutama berusia 1-3 tahim. Status gizi pada pasien diare anak umumnya adalah baik. Karakteristik tinja pada pasien diare anak ini sebagian besar lembek, tidak berlendir dan tidak berdarah. Kata kunci: diare, anak, puskesmas Pendahuluan Diare pada anak merupakan salah satu permasalahan kesehatan yang penting di negara berkembang termasuk di Indonesia. Diare di Indonesia masih merupakan masalah kesehatan utama karena masih sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kadang disertai kematian.' Dalam survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2009 diare menempati urutan kedua terbanyak dari penyebab kematian bayi di Indonesia.^ Diare adalah pengeluaran tinja yang lunak atau cair dengan frekuensi tiga kali atau lebih perhari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja. Diare terdiri atas diare akut dan diare kronis. Diare akut adalah kejadian diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.^ Kejadian diare akut di Indonesia diperkirakan sekitar 60 juta kasus setiap tahuimya, dan 1-5 % di antaranya berkembang menjadi diare kronis.'* Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2009, kajian dan analisis dari beberapa survei yang dilakukan, angka kesakitan diare pada semua golongan umur adalah 423/1000 penduduk. Episode diare pada golongan balita adalah 1,5 kali per tahim. Angka kematian diare pada semua golongan umur 54/100.000 penduduk dan pada balita terjadi 55.000 kematian (2,5/1.000 balita)^ Kejadian diare di Pekanbaru berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, angka kejadian diare pada anak tercatat sebanyak lebih dari 5-6 orang perhari. Data tersebut diperoleh dari 17 Puskesmas yang ada di Pekanbaru pada tahun 2007.^ Sebanyak 85% diare disebabkan oleh virus dan sisanya disebabkan oleh bakteri, parasit, jamur, alergi makanan, keracunan makanan, malabsorbsi makanan dan Iain-lain.^ Pekanbaru 14

merupakan kota yang berpenduduk padat sehingga sangat mudah terjadinya penularan diare pada anak. Banyak faktor yang mempengaruhi kejadian diare pada anak. Faktor higiene dan sanitasi merupakan faktor yang dominan karena kebanyakan agen penyebab diare baik bakteri, virus maupun protozoa ditularkan melalui perantaraan vektor mekanik seperti lalat yang banyak terdapat pada seseorang dengan higiene dan sanitasi yang jelek. Higienitas anak balita sangat tergantung pada orang tuanya, sedangkan pada usia yang lebih besar apalagi usia sekolah, higienitas selain orang tua juga tergantung lingkungan sekitamya termasuk lingkungan sekolah karena pada fase tersebut anak telah mendapatkan informasi yang lebih bainyak dari sekolah termasuk informasi tentang kebersihan perorangan.^ Karakteristik diare pada anak bermacam-macam. Biasanya pada anamnesis, karakteristik diare yang khas telah dapat memperkirakan agen penyebab infeksi. Pada diare yang disebabkan oleh virus, pasien mengeluhkan buang air besar cair dan berbau asam, sedangkan pada diare yang disebabkan oleh amuba karakteristik tinja biasanya tinja berlendir, berdarah dan berbau amis, sedangkan pada diare yang disebabkan oleh bakteri tinja berlendir dengan frekuensi defekasi lebih sering daripada yang disebabkan oleh amuba serta berbau busuk. Lain halnya dengan diare yang disebabkan oleh intoleransi laktosa. Biasanya tinja berbau asam, dan tinja keluar menyemprot. Akan tetapi untuk memastikan agen penyebab tetap perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium.' Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang profil penderita diare anak di Puskesmas rawat inap Pekanbaru. Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif yang menggambarkan kejadian diare anak berdasarkiin umur, jenis kelamin, status gizi, dan karakteristik diare. Penelitian dilakukan pada bulan September - Desember 2012. Pengambilan sampel dilakukan di 4 Puskesmas rawat inap Pekanbaru yaitu Puskesmas Rawat Inap Simpang Tiga, Puskesmas Rawat Inap Karya Wanita Rumbai, Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo, Puskesmas Rawat Inap Tenayan Raya. Sampel penelitian ini adalah seluruh pasien diare anak di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru yang berobat dari September - Desember 2012. Penelitian dilakukan dengan mengisi kuesioner tentang identitas pasien anak, meliputi jenis kelamin, umur dan berat badan anak. Selain itu juga melihat karakteristik tinja. membagikan lembar pertanyaan kepada orang tua penderita diare. Status gizi dinilai berdasarkan berat badan menurut imiur yang kemudian dimasukkan kedalam standar WHO NCHS. Status gizi digolongkan kedalam status gizi lebih, baik dan status gizi kurang berdasarkan NCHS. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian didapatkan sebanyak 96 pasien diare anak yang berasal dari empat Puskesmas rawat inap Pekanbaru. Karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin dan umur dapat dilihat pada tabel 1. 15

Tabel 1. Karakteristik Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin dan Umur Karakteristik N % Jenis Kelamin Laki-laki 52 54,2% Perempuan 44 45,8% Umur 1-3 tahun 42 43,8% >3-5 tahun 35 36,4% >5-10 tahun 19 19,8% Berdasarkan tabel 1. terlihat karakteristik pasien terbanyak yaitu berjenis kelamin laki-laki dengan rentang umur terbanyak yaitu 1-3 tahun. Hal ini sesuai dengan data dari WHO yang menyatakan 80% penderita diare adalah anak balita terutama di bawah 2 tahun.^ Hal ini disebabkan karena kekebalan alami pada anak usia dibawah 2 tahun belum terbentuk sehingga kemungkinan terjadinya infeksi lebih besar. Hal ini dapat terjadi karena penyapihan atau pemberian makanan tambahan (susu botol dan makanan campuran) yang dimulai ketika umur anak kurang dari 2 tahun sehingga anak-anak sudah terpapar pada pengganti air susu ibu dan makanan tambahan yang kemungkinan pengolahan dan penyajiannya kurang higienis. Higiene lingkungan (air bersih yang dimasak, dot dan botol atau alat lain yang steril) merupakan hal yang penting diperhatikan untuk menghindari kontaminasi makanan oleh kuman, sehingga dapat dicegah berulangnya infeksi dan diare.^ Pada usia tersebut juga anak memiliki kebiasaan memasukkan segala seusatu ke dalam mulut atau yang disebut sebagai fase oral. Bendabenda yang dimasukkan ke dalam mulut dapat menjadi media infeksi mikroorganisme penyebab diare seperti virus, bakteri, jamur dan parasit. Pada anak usia 3-5 tahun merupakan konsumen aktif yang bisa terpapar dai makanan di luar rumah. Pada umur tersebut anak-anak lebih suka makan jajanan mengikuti jejak teman-temaimya, padahal pengolahan dan penyajian makanan tersebut kemungkinan kurang higienis yang berakibat pada kontaminasi makanan oleh kuman yang dapat menyebabkan seorang anak menderita diare. Salah satu faktor yang mempunyai penganih kuat terhadap terjadinya diare pada anak adalah kebiasaan mencuci tangan. Oleh sebab itu anak sebaiknya dibiasakan untuk mencuci tangan sebelum makan. Pada penelitian ini ditemukan kejadian diare lebih banyak ditemukan pada anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang didapatkan oleh Palupi A dkk tahun 2009 di RS Sardjito Yogyakarta, bahwa risiko kesakitan diare pada balita perempuan sedikit lebih rendah dibandingkan balita laki-laki, namun demikian hingga saat ini belum diketahui penyebab pasti pasien laki-laki lebih sering terkena diare dibanding dengan pasien perempuan.^ 16

Tabel.2 Distribusi frekuensi status gizi pada pasien diare anak. Status gizi N Persentase(%) Lebih 3 3,1 Baik 89 92,7 Kurang 4 4,2 Total 96 100.0 Berdasarkan tabel.2 dapat dilihat bahwa status gizi pasien diare anak di empat Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru sebagian besar 92,7% adalah baik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang didapatkan oleh Primayani D tahun 2009 tentang status gizi pada pasien diare akut di ruang rawat inap anak RSUD SoE Timor Tengah Selatan NTT bahwa sebagian besar anak yang menderita diare akut adalah yang mempimyai status gizi baik." Hal ini berbeda dengan penelitian Adisasmito W 2007, yang mendapatkan hasill yang bermakna antara status gizi dengan kejadian diare yaitu diare banyak terjadi pada anak dengan status gizi kurang.'^ Status gizi sangat mempengaruhi terjadinya diare. Malnutrisi telah lama diketahui mempimyai hubungan timbal balik dengan diare. Diare dapat menimbulkan malnutrisi, sebaliknya malnutrisi juga dapat menimbulkan diare. Menurut Departemen Kesehatan RI faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya diare pada penderita malnutrisi antara lain: atrofi vilus usus halus, atrofi pankreas, penurunan daya tahan tubuh serta gangguan absorbsi zat makanan. Sebaliknya diare yang dapat menjadi faktor risiko malnutrisi disebabkanantara lain: asupan makanan penderita diare menurun sebagai akibat dari kebiasaan ibu yang menghentikan makanan tertentu selama diare, adanya anoreksia, kebiasaan mengencerkan susu selama diare, berkurangnya absorbsi makanjin, kehilangan langsung zat makanan melalui usus dalam bentuk tinja, bertambahnya kebutuhan zat makanan oleh tubuh karena terjadi peningkatan katabolisme serta kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah banyak dan dalam waktu relatif singkat.'^ Pada penelitian ini didapat sebagian besar penderita diare anak mempunyai status gizi baik hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah penyebab diare nya sendiri. Berdasarkan karakteristik tinja pasien diare anak seperti yang terlihat pada tabel 3, didapatkan konsisitensi sebagian besar tinja anak adalah lembek. Konsistensi tinja kadang dapat menentukan penyebab diare. 17

Tabel 3. Karakteristik tinja pasien diare anak ( N=96) Karakteristik N Persentase(%) Kosisitensi Lembek Cair Lendir Positif 52 44 Negatif 86 Darah Positif Negatif 0 96 54,2 45,8 10,4 89,6 0 100 Pada diare yang disebabkan oleh virus biasanya tinja cair dan berbau asam, sedangkan pada diare yang disebabkan oleh amuba karakteristik tinja biasanya tinja berlendir, berdarah dan berbau amis, sedangkan pada diare yang disebabkan oleh bakteri tinja berlendir dengan frekuensi defekasi lebih sering daripada yang disebabkan oleh amuba serta berbau busuk. Pada diare yang disebabkan oleh protozoa usus oportunistik, kosistensi tinjanya cair.' Konsisitensi tinja yang lembek tidak khas untuk dapat menentukan etiologi diare, hams dilihat lagi apakah ada darah atau lendir. Kalau ada darah dan lendir kemungkinan penyebab diarenya adalah amuba atau bakteri seperti yang disebutkan sebeliminya. Konsistensi tinja lembek dan tidak ada darah dan lendir kemungkinan pasien tersebut baru terserang diare, sehingga ampas tinjanya masih banyak. Kesimpulan dan Saran Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan bahwa kejadian diare banyak teijadi pada anak dengan jenis kelamin laki-laki dan pada usia balita terutama dibawah tiga tahim.status gizi pada anak dengan diare sebagian besar adalah baik. Karakteristik tinja pada penderita diare anak di Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru sebagian besar lembek, tidak berlendir dan tidak berdarah. Selanjutnya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penyebab diare dan manifestasi klinis yang terjadi. Penutup Ucapan terimakasih kepada Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Riau dan Kepala Puskesmas Rawat Inap Pekanbaru, serta seluruh pihak yang telah membantu penelitian ini. 18

Daftar Pustaka 1. Kusbaryanto, Hidayati T. Gambaran kejadian wabah diare dan faktor-faktor terkait di Senden, kulon, Progo. Jumal Kedokteran dan Kesehatan Mutiara Medika. Januari 2008;8(l):artikel 2. 2. Dinas Kesehatan Provinsi Riau. Profil Kesehatan Provinsi Riau.2009. 3. Mansjoer et al. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. Jakarta: Infomedika Jakarta, 1998. 283-8 4. Putra DS. Diare Akut pada Anak. http://vmw.dr-rockv.com/lavout-artikel /42- diare-akut-pada-anak 5. Susanto L, Gandahusada S, Coccidia. Dalam Parasitologi Kedokteran. Ed:4. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2008: 158-79. 6. Akibat Perubahan Iklim, 1500 Orang Menderita Diare Setiap Minggu. 2007; http://www.riau.go.id 7. Mansjoer et al. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. Jakarta: Infomedika Jakarta: 1998. 283-288 8. Gandahusada S, Pribadi W, Ilahude D. Parasitologi Kedokteran. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta: 1998 9. Palupi A, Hadi H, SoenartoSS. Status gizi dan hubungannya dengan kejadian diare pada anak diare akut di ruang rawat inap RSUO Dr.Sardjito Yogyakarta.2009.Jumal Gizi Klinis Indonesia; 6(1): 1-7. 10. Pudjiadi S. Ilmu gizi klinis pada anak. Jakarta: Balai Penerbit FKUI:2000. 11. Primayani D. Status gizi pada pasien diare akut di ruang rawat inap anak RSUD SoE Kabupaten Timor Tengah Selatan NTT.2009; Sari Pediatri: 11 (2); 90-3. 12. Adisasmito W. Faktor risiko diare pada bayi dan balita di Indonesia: Systematic review penelitian akademik bidang kesehatan masyarakat. 2007. Makara kesehatan; 11 (1); 1-10. 13. Departemen Kesehatan RI. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan pengelolaan lingkungan pemukiman. Buku ajar diare. Jakarta: departemen Kesehatan RI; 1999. 19