JURNAL TUGAS AKHIR KAJIAN E KAJIAN EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN DAN ELASTISITAS CAMPURAN KAPUR DAN TANAH LEMPUNG MUH. JIBRIL D

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN EKSPERIMENTAL KUAT TARIK CAMPURAN KAPUR DAN TANAH LEMPUNG

HUBUNGAN TEGANGAN REGANGAN CAMPURAN TANAH LATERITE DAN BATU KAPUR (CaCO 3 )

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR TERHADAP NILAI PLASTISITAS TANAH LEMPUNG DI KABUPATEN FAKFAK PROVINSI PAPUA BARAT

TINJAUAN SIFAT PLASTISITAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR ABSTRAKSI

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN DENGAN KOMPOSISI 75% FLY ASH DAN 25% SLAG BAJA PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH PENAMBAHAN AIR DIATAS KADAR AIR OPTIMUM TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG YANG DICAMPUR ABU TERBANG

PENGUJIAN PARAMETER KUAT GESER TANAH MELALUI PROSES STABILISASI TANAH PASIR MENGGUNAKAN CLEAN SET CEMENT (CS-10)

Yanuar Eko Widagdo, Yulvi Zaika, Eko Andi Suryo ABSTRAK Kata-kata kunci: Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN KAPUR SEBAGAI BAHAN STABILISASI TERHADAP PENURUNAN KONSOLIDASI TANAH LEMPUNG TANON DENGAN VARIASI UKURAN BUTIRAN TANAH

Vol.16 No.1. Februari 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

PEMANFAATAN KAPUR DAN FLY ASH UNTUK PENINGKATAN NILAI PARAMETER GESER TANAH LEMPUNG DENGAN VARIASAI LAMA PERAWATAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH WAKTU PENGERASAN PADA KEKUATAN PAVING BLOCK YANG MENGGUNAKAN CLAY, SEMEN, DAN PASIR. Andius Dasa Putra 1) Setyanto 1) Noor Syarifah Hasan 2)

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

PENGARUH RESAPAN AIR (WATER ADSORPTION) TERHADAP DAYA DUKUNG LAPIS PONDASI TANAH SEMEN (SOIL CEMENT BASE)

PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR

PENGGUNAAN TANAH PUTIH TONGGO (FLORES) DENGAN ABU SEKAM PADI UNTUK STABILISASI TANAH DASAR BERLEMPUNG PADA RUAS JALAN NANGARORO AEGELA

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP MODULUS ELASTISITAS DAN ANGKA POISSON BETON ASPAL LAPIS AUS DENGAN BAHAN PENGISI KAPUR

Anas Puri, dan Yolly Adriati Jurusan Teknik Sipil Universitas Islam Riau Jl. Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru-28284

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

STABILISASI TANAH LEMPUNG LUNAK MENGGUNAKAN KOLOM KAPUR DENGAN VARIASI JARAK PENGAMBILAN SAMPEL

Pengaruh Penambahan Bahan Stabilisasi Merk X Terhadap Nilai California Bearing Ratio (CBR)

PENGARUH PENAMBAHAN METAKAOLIN TERHADAP KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON MUTU TINGGI

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

EFEKTIFITAS SEMEN PADA STABILISASI LEMPUNG DENGAN KAPUR AKIBAT PERCEPATAN WAKTU ANTARA PENCAMPURAN DAN PEMADATAN

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

Pengaruh Penambahan Semen, Abu Sekam Padi dan Abu Ampas Tebu pada Tanah Lempung Ekspansif di Bojonegoro terhadap Nilai CBR, Swelling, dan Durabilitas

PENGARUH SIKLUS BASAH KERING PADA SAMPEL TANAH TERHADAP NILAI ATTERBERG LIMIT

PENGARUH CAMPURAN KAPUR DAN ABU JERAMI GUNA MENINGKATKAN KUAT GESER TANAH LEMPUNG

STABILISASI TANAH EKSPANSIF DENGAN PENAMBAHAN KAPUR (LIME): APLIKASI PADA PEKERJAAN TIMBUNAN

PENGARUH PENGGUNAAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT GUNA MENINGKATKAN STABILITAS TANAH LEMPUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN. dilakukan di laboratorium akan dibahas pada bab ini. Pengujian yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN. bangunan. Tanah yang terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau

TINJAUAN KUAT TEKAN BEBAS DAN PERMEABILITAS TANAH LEMPUNG TANON YANG DISTABILISASI DENGAN KAPUR DAN FLY ASH. Tugas Akhir

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian sampel tanah asli di laboratorium didapatkan hasil :

PENGARUH WAKTU PEMERAMAN TERHADAP NILAI CBR TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU SERBUK KAYU

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK GYPSUM DENGAN LAMANYA WAKTU PENGERAMAN (CURING) TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

TINJAUAN VARIASI DIAMETER BUTIRAN TERHADAP KUAT GESER TANAH LEMPUNG KAPUR (STUDI KASUS TANAH TANON, SRAGEN)

STABILISASI TANAH LEMPUNG EKSPANSIF MENGGUNAKAN LAWELE GRANULAR ASPHALT (LGA)

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGARUH PEMBASAHAN DAN PENGERINGAN TERHADAP KUAT TEKAN BEBAS TANAH LEMPUNG YANG DISTABILISASI DENGAN ABU CANGKANG KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

STABILISASI TANAH EKSPANSIF DENGAN BAHAN TAMBAH GIPSUM (STUDI KASUS DI KAWASAN INDUSTRI CANDI BLOK

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. terhadap pengujian tanah tanpa bahan tambah. limbah cair pabrik susu 35%

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KAJIAN EFEKTIFITAS SEMEN DAN FLY ASH DALAM STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN UJI TRIAXIAL CU DAN APLIKASI PADA STABILISASI LERENG ABSTRAK

PENGARUH VARIASI PERAWATAN BETON TERHADAP SIFAT MEKANIK HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE UNTUK MEMPRODUKSI BETON KUAT TEKAN NORMAL

PENGARUH KADAR LEMPUNG DENGAN KADAR AIR DIATAS OMC TERHADAP NILAI CBR DENGAN DAN TANPA RENDAMAN PADA TANAH LEMPUNG ORGANIK

KUAT TEKAN BETON CAMPURAN 1:2:3 DENGAN AGREGAT LOKAL SEKITAR MADIUN

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN MENGGUNAKAN ABU VULKANIK DITINJAU DARI NILAI UNCONFINED COMPRESSION TEST. Ronny Hutauruk 1 dan Roesyanto 2

BAB III LANDASAN TEORI

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR DAN SEMEN PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG BUKIT RAWI. Anwar Muda

KARAKTERISTIK MEKANIS TANAH KEMBANG SUSUT YANG DISTABILISASI DENGAN LIMBAH MARMER

PENGARUH LAMA WAKTU CURING TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO DENGAN CAMPURAN 6% ABU SEKAM PADI DAN 4% KAPUR

STUDI SIFAT FISIK TANAH ORGANIK YANG DISTABILISASI MENGGUNAKAN CORNICE ADHESIVE. Iswan 1) Muhammad Jafri 1) Adi Lesmana Putra 2)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

STABILISASI TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN PASIR DAN SEMEN UNTUK LAPIS PONDASI JALAN RAYA. Anwar Muda

PENGARUH VARIASI DIAMETER SOIL CEMENT COLUMN SKALA LABORATORIUM UNTUK STABILISASI TANAH LEMPUNG PLASTISITAS TINGGI PADA INDEKS LIKUIDITAS 1 DAN 1.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu hasil

KORELASI ANTARA TEGANGAN GESER DAN NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DENGAN BAHAN CAMPURAN SEMEN

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI BENTUK PAVING BLOCK TERHADAP KUAT TEKAN

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

PENGARUH PENAMBAHAN KAPUR DENGAN LAMANYA WAKTU PERAWATAN (CURING) TERHADAP KEKUATAN DAN PENGEMBANGAN (SWELLING) TANAH LEMPUNG EKSPANSIF

ANALISA PENGARUH ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA STABILISASI TANAH LEMPUNG

PENGUJIAN KUAT TEKAN BEBAS (UNCONFINED COMPRESSION TEST) PADA STABILITAS TANAH LEMPUNG DENGAN CAMPURAN SEMEN DAN ABU CANGKANG SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. Kelebihan dari konstruksi perkerasan kaku adalah sifat kekakuannya yang. sementara kelemahan dalam menahan beban

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

Pengaruh Penambahan Kapur Padam Dan Abu Sekam Padi Pada Tanah Lempung Ekspansif Terhadap Nilai Pemadatan

PEMANFAATAN LIMBAH PABRIK GULA (ABU AMPAS TEBU) UNTUK MEMPERBAIKI KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG SEBAGAI SUBGRADE JALAN (059G)

STUDI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS COPPER SLAG

Pengaruh Penambahan Abu Ampas Tebu dan Semen Terhadap Karakteristik Tanah Lempung Ekspansif Di Bojonegoro

BAB IV HASIL PEMBAHASAN DAN PENELITIAN

STABILITAS TANAH LEMPUNG PERBAUNGAN DENGAN CORNICE ADHESIVE

Seminar Nasional : Peran Teknologi di Era Globalisasi ISBN No. :

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

PENGARUH PENAMBAHAN BAHAN CAMPURAN (DENGAN SLAG BAJA DAN FLY ASH) PADA TANAH LEMPUNG EKSPANSIF TERHADAP NILAI CBR DAN SWELLING

PERBANDINGAN KUAT TEKAN ANTARA BETON DENGAN PERAWATAN PADA ELEVATED TEMPERATURE & PERAWATAN DENGAN CARA PERENDAMAN SERTA TANPA PERAWATAN

PENGARUH PENAMBAHAN ABU AMPAS TEBU DAN SERBUK GYPSUM TERHADAP KARAKTERISTIK TANAH LEMPUNG EKSPANSIF DI BOJONEGORO

KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI AGREGAT YANG BERASAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI SULAWESI UTARA

INVESTIGASI SIFAT FISIS, KUAT GESER DAN NILAI CBR TANAH MIRI SEBAGAI PENGGANTI SUBGRADE JALAN ( Studi Kasus Tanah Miri, Sragen )

A.S.P Jurnal Volume 1 Nomor 1, Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

STABILISASI TANAH LEMPUNG MENGGUNAKAN KERIKIL UNTUK MENINGKATKAN DAYA DUKUNG (CBR) DI LABORATORIUM SEBAGAI BAHAN TIMBUNAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

JURNAL TUGAS AKHIR KAJIAN E KAJIAN EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN DAN ELASTISITAS CAMPURAN KAPUR DAN TANAH LEMPUNG MUH. JIBRIL D 111 10 252 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN 2015

KAJIAN EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN DAN ELASTISITAS CAMPURAN KAPUR DAN TANAH LIAT M.W. Tjaronge 1, Tri Harianto 1, Muh. Jibril 2 ABSTRACT: In the remote areas, most roads are still using the hardening soil are very susceptible to weather changes, especially those use the hardening soil with high plasticity or clay soil. Besides the problem of cost, difficulty in obtaining a good of material source becomes other problems that resulted in soaring prices of materials procurement. In this regard, it conducted research that utilizes local materials that is hydrated lime the result of the calcination of limestone as stabilization. This study is experimental by making design a mixture of lime-clay cylinder with a diameter of 53 mm and height of 106 mm. The amount of test specimens each 5 pieces to the mixture using water curing and air curing (room temperature). Testing the mechanical mixture done at age 1, 3, and 7 days with the compressive strength test and modulus of elasticity. The results showed that the test specimens air curing to increase the strength and elasticity average of 142.8% and 107.3% is at the age of 7 days compressive strength and elasticity a mixture of 3.14 MPa and 203.54 MPa, whereas the test specimens water curing to increase the strength and elasticity average of 52.5% and 12.1% is at the age of 7 days compressive strength and elasticity a mixture of 2.40 MPa and 186.71 MPa are reviewed of the compressive strength and elasticity of the original soil. Keywords: Clay Soil, Hydrated lime, Stabilization, Compressive Strength, Modulus of Elasticity ABSTRAK: Pada daerah-daerah terpencil kebanyakan jalan masih menggunakan perkerasan tanah yang sangat rentan terhadap perubahan cuaca, terutama yang menggunakan perkerasan tanah dengan plastisitas tinggi atau tanah lempung. Selain masalah biaya, kesulitan mendapatkan sumber material yang baik menjadi masalah lain yang mengakibatkan melambungnya harga pengadaan material. Berkaitan dengan hal tersebut, maka diadakan penelitian yang memanfaatkan material lokal yaitu kapur padam (hydrated lime) hasil kalsinasi batu gamping sebagai bahan stabilisasi. Penelitian ini bersifat eksperimental dengan membuat rancang campuran kapurlempung silinder dengan ukuran diameter 53 mm dan tinggi 106 mm. Jumlah benda uji masing-masing 5 buah untuk campuran yang menggunakan curing air dan curing udara (suhu ruang). Pengujian mekanik campuran dilakukan pada umur 1, 3, dan 7 hari dengan uji kuat tekan dan modulus elastisitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benda uji curing udara mengalami peningkatan kekuatan dan elastisitas rata-rata sebesar 142.8% dan 107.3% yaitu pada umur 7 hari kuat tekan dan elastisitas campuran 3.14 MPa dan 203.54 MPa, sedangkan pada benda uji curing air mengalami peningkatan kekuatan dan elastisitas rata-rata sebesar 52.5% dan 12.1% yaitu pada umur 7 hari kuat tekan dan elastisitas campuran sebesar 2.40 MPa dan 186.71 MPa ditinjau dari nilai kuat tekan dan elastisitas tanah asli. Kata Kunci : Tanah Lempung, Kapur Padam, Stabilisasi, Kuat Tekan, Modulus Elastisitas PENDAHULUAN Latar belakang Pembangunan jalan merupakan hal yang sangat penting untuk pemerataan pembangunan dan pelayanan kepada masyarakat. Pembangunan jalan juga menjadi kunci utama dalam semua aspek pengembangan suatu wilayah. Pada daerah-daerah terpencil, kebanyakan jalan masih menggunakan perkerasan tanah yang sangat rentan terhadap perubahan cuaca, terutama yang menggunakan perkerasan tanah dengan plastisitas tinggi. Selain masalah biaya, kesulitan mendapatkan sumber material yang baik menjadi masalah lain yang mengakibatkan melambungnya harga pengadaan material. Tanah merupakan bagian penting dari suatu bangunan sipil yaitu sebagai dasar bangunan. Pada pelaksanaan konstruksi jalan, tanah mempunyai peranan yang sangat penting karena tanah merupakan 1. Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA 2. Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA

pendukung kekuatan konstruksi dasar jalan yang mampu menahan beban di atasnya tanpa penurunan yang berarti di samping bahan yang lainnya. Tanah lempung adalah tanah yang mempunyai sifat kembang susut yang tinggi, yang biasa juga disebut tanah ekspansif (axpansive soil). Sifat kembang susut terjadi karena adanya perubahan volume yang diakibatkan oleh kandungan mineralmineral dalam tanah lempung. Perubahan volume ini sedikit banyak dipengaruhi oleh air yang jika musim hujan tanah akan menjadi basah dan menyusut sebaliknya pada musim kemarau akan retak-retak karena kehilangan air. Kondisi tanah di Tanah Merah, Kabupaten Boven Digoel, Papua termasuk tanah yang kurang baik untuk digunakan, salah satu cara untuk memperbaiki sifat tanah adalah dengan penambahan bahan stabilisasi pada tanah tersebut sehingga dicoba alternatif dengan memanfaatkan kapur sebagai penstabilisasi untuk meningkatkan kekuatan tanah lempung. Penggunaan kapur sebagai bahan stabilisasi adalah salah satu alternatif untuk perbaikan tanah lempung. Kapur padam atau Hydrated lime [Ca(OH) 2 ] yang mengandung ion-ion positif dipilih karena cukup melimpah serta mudah didapatkan dan juga lebih ekonomis dibanding bahan stabilisasi lainnya di daerah tersebut, diharapkan dengan adanya penelitian ini didapat sebuah campuran material baru yang memiliki kekuatan lebih baik dan lebih ekonomis. Berdasarkan latar belakang di atas, maka dilakukanlah penelitian dengan judul: Kajian Eksperimental Kuat Tekan dan Elastisitas Campuran Kapur dan Tanah Liat Rumusan masalah Berdasarkan permasalahan di atas, maka diambil rumusan masalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar kuat tekan dan elastisitas campuran tanah lempung setelah distabilisasi dengan kapur berdasarkan waktu curing. 2. Bagaimana pengaruh perendaman air terhadap kuat tekan campuran tanah lempung yang distabilisasi dengan kapur. TINJAUAN PUSTAKA Tanah lempung Lempung merupakan tanah berbutir halus koloidal yang tersusun dari mineralmineral yang dapat mengembang. Lempung ekspansif memiliki sifat khusus yaitu kapasitas pertukaran ion yang tinggi yang akan mengakibatkan lempung jenis ini memiliki potensi pengembangan yang cukup tinggi apabila terjadi perubahan kadar air. Jika kadar air bertambah, tanah lempung ekspansif akan

mengembang disertai dengan kenaikan tekanan air pori dan tekanan pengembangannya. Sebaliknya, jika kadar air turun sampai dengan batas susutnya, lempung ekspansif akan mengalami penyusutan yang cukup tinggi. (Chen, 1975) Kapur Kapur merupakan bahan baku campuran adukan kapur, yang banyak digunakan, dalam pelaksanaan pembangunan. Kapur yang dikenal di Indonesia umumnya kapur udara (kapur yang mengeras dengan CO2 dari udara). Kapur diperoleh dari pembakaran batu kapur, kulit kerang, atau karang laut. Reaksi kimia yang terjadi pada pembakaran kapur sebagai berikut : CaCO 3 CaO + CO 2 Dengan : CaCO 3 = Batu kapur CaO = Kapur tohor CO 2 = Karbon dioksida Kapur memiliki sifat sebagai bahan ikat antara lain: sifat plastis baik (tidak getas), mudah dan cepat mengeras, workability baik dan mempunyai daya ikat baik untuk batu dan bata (Tjokrodimuljo, 1992). Bahan dasar kapur adalah batu kapur atau dolomit, yang mengandung senyawa kalsium karbonat Untuk tujuan meningkatkan daya dukung tanah, bentuk kapur yang banyak digunakan adalah Kapur tohor (CaO) dan Kapur padam atau Hydrated lime [Ca(OH) 2 ]. Kapur Tohor berasal dari pembakaran batu kapur/ batu gamping (lime stone), disamping itu dikenal pula kapur padam yang merupakan hasil pemadaman kapur tohor dengan air, dengan reaksi kimia : CaO + H 2 O Ca(OH) 2 Stabilisasi tanah lempung dan kapur padam Maksud dari stabilisasi tanah adalah untuk menambah kapasitas dukung tanah dan kenaikan kekuatan yang akan diperhitungkan pada proses perancangan tebal perkerasan. Karena itu, stabilisasi tanah membutuhkan metode perancangan dan pelaksanaan yang lebih teliti dibandingkan dengan modifikasi tanah. Banyak material tanah di lapangan tidak dapat digunakan sebagai bahan dasar dalam pengerjaan konstruksi. Kondisi material tanah yang tidak memenuhi syarat ini dapat diperbaiki sifat teknisnya sehingga kekuatannya meningkat. Menurut Bowless (1984), dalam bukunya Sifat-sifat Fisis dan Geoteknis (Mekanika Tanah) stabilisasi tanah dalam realisasinya terdiri dari salah satu atau gabungan pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut: 1. Mekanis, stabilisasi dengan berbagai macam alat mekanisme seperti mesin gilas, benda-benda berat yang dijatuhkan (pounder), peledakan dengan alat peledak, tekanan statis, pembekuan, pemanasan, dll.

2. Bahan pencampur / tambahan (aditif) seperti: kerikil untuk kohesif (lempung), lempung untuk tanah berbutir kasar, pencampur kimiawi (semen portland, gamping/kapur, abu batu bara, semen aspal, dll). Uji kuat tekan Kuat tekan merupakan besarnya beban persatuan luas yang menyebabkan material hancur. Setiap gaya atau beban yang diterapkan pada material akan menghasilkan tegangan dan regangan dalam materi. Tegangan merupakan intensitas dari reaksi gaya yang terjadi pada setiap titik dalam material yang disebabkan oleh beban layanan, kondisi perakitan, pembuatan, dan perubahan suhu. Nilai kuat tekan umumnya didapat dari pengujian standar dengan benda uji yang berbentuk silinder. Beban tekan maksimum pada saat benda uji pecah dibagi luas penampang benda uji merupakan nilai kuat tekan yang dinyatakan dalam MPa atau kg/cm 2 (Jastrzebski, 1987). Modulus elastisitas Modulus elastisitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan kekakuan dan ketahanan suatu material untuk menahan deformasi (perubahan bentuk). Suatu bahan apabila dibebani maka akan mengalami deformasi. Perbandingan nilai deformasi dengan ukuran awal benda uji disebut regangan. Semakin tinggi modulus elastisitas suatu bahan maka bahan tersebut semakin kuat menahan tegangan aksial akibat pembebanan dengan regangan yang sekecil mungkin. Modulus elastisitas suatu bahan menggambarkan besarnya tegangan pada satu satuan regangan. Modulus elastisitas juga tergantung pada umur benda uji, sifat-sifat dari material, kecepatan pembebanan, jenis dan ukuran dari benda uji. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset Eco Material Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin dengan menggunakan metode eksperimental, yaitu pengujian kuat tekan dan modulus elsatisitas umur 1, 3 dan 7 hari yang mengacu pada ASTM (American Society for Testing Material) dan SNI (Standar Nasional Indonesia). Kuat tekan campuran dapat ditulis dengan persamaan sebagai berikut : σ = P A Dimana : σ = Kuat tekan beton (MPa) P = Beban maksimum (N) A = Luas penampang yang menerima beban (mm 2 ). Sedangkan nilai modulus elastisitas dapat dihitung dengan rumus: Dimana: E = (σ 2 σ 1)/(ε 2 ε 1 ) E = Modulus Elastisitas (MPa) σ 1= Tegangan pada regangan awal (MPa) σ 2= Tegangan pada 50% beban runtuh (MPa) ε 1 = Regangan pada σ 1 (ε 1 = 0.00005) ε 2 = Regangan pada σ 2

Bahan yang digunakan pada pembuatan campuran merupakan material lokal yaitu tanah lempung terganggu (disturbed) yang berasal dari Tanah Merah, Kabupaten Boven Digoel, Papua, sedangkan kapur yang digunakan adalah kapur padam atau Hydrated lime [Ca(OH) 2 ] yang diperoleh dari hasil kalsinasi batu gamping asal Papua. Data hasil pengujian karakteristik tanah dan kapur dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Hasil pemeriksaan karkteristik fisik tanah Karakteristik Hasil No Interval Material Pemeriksaan 1 Klasifkasi Tanah A-1 A-7 A-7 2 Analisa saringan >36 % 39 % 3 Batas-batas Atterberg Batas cair (LL) Batas Plastis (PL) Batas Susut (SL) Indeks Plastisitas (PI) 30-110% 25-40% 25-29% >17% 56,75 % 35.56 % 27,60 % 21,19 % 4 Berat Jenis 2.58-2.75 2,61 5 Kompaksi ɤ dry W opt Tabel 2 Hasil pemeriksaan karakteristik batu gamping (sebelum dikalsinasi) No Karakteristik Material 1,508 gr/cm 3 25,24% Hasil Pemeriksaan 1 Berat Jenis 3,638 Tabel 3 Hasil pemeriksaan karakteristik kapur (setelah di kalsinasi) No Karakteristik Material Hasil Pemeriksaan 1 Berat Jenis 2,308 Peralatan yang gunakan antara lain Universal Testing Machine (Tokyo Testing Machine Inc.) kapasitas 1000 kn, data logger serta satu set komputer, cetakan silinder ukuran diameter 53 mm dan tinggi 106 mm (mould), mesin pencampur (mixer), LVDT 25 mm, saringan No.200, neraca, jangka sorong, bak perendam, dan alat tambahan lainnya. Tanah lempung dan kapur padam yang telah diuji sesuai dengan standar dicampur dengan perbandingan campuran 1:1 dengan kadar air 35%, agar campuran lempung dan kapur padam lebih reaktif, maka komposisi campuran yang digunakan adalah lolos saringan No.200 dan rentang penambahan air 10% dari kadar air optimum dimaksudkan agar dapat terjadi reaksi pozolonik antar kandungan lempung dan kapur padam, dengan komposisi masing-masing seperti yang dilihat pada table 4 berikut : Tabel 4 Komposisi campuran 1 Mould Bahan Jumlah Satuan Tanah 185 gram Kapur 185 gram Air 130 gram Pengujian mekanik campuran dilakukan pada umur 1, 3, dan 7 hari dengan uji kuat tekan dan modulus elastisitas di laboratorium dengan satu jenis item campuran silinder dengan dua jenis perawatan yaitu curing udara (suhu

ruang ±25 o ) dan curing air. Adapun jumlah benda uji dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 5 Jumlah benda uji penelitian Jenis Perawatan Curing Udara Curing Air Bentuk Benda Uji Silinder 53 x 106 mm Silinder 53 x 106 mm Jumlah Benda Uji masing-masing umur 1 hari 3 hari 7 hari 5 5 5 5 5 5 (a) Sebelum (b) Setelah Gambar 1 Kesesuaian benda uji sebelum dan setelah disemprot phenolphthalein PEMBAHASAN Dari pengujian karakteristik material yang dilakukan di laboratorium diperoleh hasil pengujian menunjukkan bahwa campuran mengalamai perbaikan karakterisitik, seperti yang dilihat pada tabel berikut : Tabel 6 Hasil pemeriksaan karakteristik campuran No Karakteristik Material Kesesusaia komposisi material penyusun campuran dan karbonasi yang terjadi akan member pengaruh terhadap kuat tekan yang dihasilkan sehingga perlu dilakukan pengecekan dengan cara menyemprotkan phenolphthalein. Hasil Pemeriksaan 1 Berat jenis 2.51 2 Batas-batas Atterberg Batas Cair (LL) Batas Plastis (PL) Batas Susut(SL) Indeks Plastisitas (IP) 46.80 % 28.92 % 16.40 % 17.88 % Pada (Gambar 1) memperlihatkan bahwa permukaan bidang dalam benda uji sebelum dan sesudah disemprotkan phenolphthalein, terlihat warna benda uji seluruh permukaanya berwarna ungu (Gambar 1b). Hal ini menunjukkan kapur padam terbagi rata (homogen) dan dapat menyatu secara kimiawi dengan baik terhadap kandungan lempung. Karbonasi terjadi ketika karbondioksida (CO 2 ) dari atmosfir bergabung dengan kapur [Ca(OH) 2 atau CaO] dan membentuk kalsium karbonat (CaCO 3 ). Jika ph dari sistem kapur yang distabilisasi turun cukup rendah, kalsium silikat dan kalsium aluminat hidrat dapat menjadi labil dan akan bereaksi dengan karbondioksida untuk kembali menjadi silica, alumina dan kalsium karbonat. Reaksi ini merugikan daya tahan campuran tanah-kapur. (Gambar 2) memperlihatkan bahwa permukaan bidang dalam benda uji umur 7 hari setelah disemprotkan

Kuat Tekan (MPa) Jurnal Penelitian Teknik Sipil phenolphthalein terlihat pada sebagian kecil permukaan benda uji ada yang tidak berubah warna menjadi ungu (Gambar 2b), ini menunjukkan pada benda uji yang dicuring 7 hari terjadi karbonasi sekitar 1 mm. Akan tetapi, walaupun pada benda uji ini terjadi karbonasi, tetapi tidak berpengaruh signifikan terhadap kekuatan campuran tanah-kapur. 3.5 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 Curing Air Curing Udara 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Umur (Hari) Gambar 3 Grafik hubungan kuat tekan dan umur curing benda uji (a) Sebelum (b) Setelah Gambar 2 Karbonasi benda uji sebelum dan setelah disemprot phenolphthalein Metode dan umur curing memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kekuatan dan elastisitas dari campuran. Hal ini dapat dilihat pada (Gambar 3) yang menunjukkan hubungan kuat tekan terhadap umur campuran. Pada umur 1, 3, dan 7 hari, campuran dengan curing udara memiliki kuat tekan rata-rata sebesar 1,77 MPa, 2,07 MPa, dan 3,14 MPa, sedangkan dengan curing air memiliki kuat tekan sebesar 0,70 MPa, 1,31 MPa, dan 2,40 MPa. Nilai kuat tekan pada (Gambar 3) adalah hasil rata-rata 3 buah benda uji. Terlihat bahwa benda uji yang direndam memiliki kuat tekan lebih rendah di banding tanpa perendaman pada umur 1, 3 dan 7 hari. Seperti yang dijelaskan oleh HC Hardiyatmo (2010) bahwa temperatur tinggi membuat kuat tekan lebih mudah meningkat dan juga benda uji yang memiliki kontak lebih lama dengan air atau lebih lama terendam air akan memiliki kekuatan yang lebih rendah sekitar 0.7 sampai 0.85 dibanding tanpa perendaman. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini, sejalan dengan hal tersebut dimana temperatur benda uji yang direndam dalam air lebih rendah dibandingkan temperatur ruang, sehingga membuat reaksi pengerasan campuran lebih lambat dibandingkan benda uji yang dicuring udara.

Elastisitas (MPa) Modulus Elastisitas (MPa) Kuat Tekan (MPa) Jurnal Penelitian Teknik Sipil Gambar 4 Histogram perbandingan kuat tekan tanah asli dan campuran Histogram pada (Gambar 4) menunjukkan kuat tekan rata-rata campuran dengan curing udara pada umur 1, 3, dan 7 hari mengalami persentase peningkatan kekuatan berturut-turut sebesar 90%, 122%, dan 237% terhadap kuat tekan tanah asli (TA). Sedangkan untuk campuran curing air mengalami peningkatan pada umur 3 dan 7 hari sebesar 41%, 158%, tetapi mengalami penurunan pada umur 1 hari sebesar 25%. terhadap kuat tekan tanah asli (TA). 300 250 200 150 100 50 3.0 2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 0 TA CA1 CU1 CA3 CU3 CA7 CU7 Curing Air Curing Udara 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Umur (Hari) Gambar 5 Grafik hubungan elastisitas dan umur curing benda uji Nilai modulus elastisitas pada (Gambar 5) adalah hasil rata-rata 3 buah benda uji. Terlihat bahwa nilai elastisitas benda uji cenderung meningkat seiring bertambahnya umur curing, dan nilai elastisitas untuk benda uji yang direndam lebih rendah dibanding tanpa perendaman. 300.0 250.0 200.0 150.0 100.0 50.0 0.0 Gambar 6 Histogram perbandingan modulus elastisitas tanah asli dan campuran Histogram pada (Gambar 6) menunjukkan elastisitas rata-rata campuran dengan curing udara pada umur 1 hari mengalami penurunan sebesar 16%, tetapi mengalami peningkatan pada umur 3 dan 7 hari masing-masing sebesar 197% dan 134% terhadap elastisitas tanah asli (TA). Sedangkan untuk campuran curing air mengalami penurunan pada umur 1 dan 3 hari sebesar 64% dan 27 %, tetapi mengalami peningkatan pada umur 7 hari sebesar 115% terhadap elastisitas tanah asli (TA). TA CA1 CU1 CA3 CU3 CA7 CU7 Selain pengujian kuat tekan, secara visual juga diamati pola retak (failure)

pada benda uji. Sebagian besar benda uji menunjukkan pola retak memanjang (columner). Retak memanjang menunjukkan bahwa campuran campuran memiliki kemampuan untuk menahan beban tekan. (a) Sebelum (b) Setelah Gambar 7 Pola retak benda uji sebelum dan setelah pengujian kuat tekan KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengujian campuran kapur padam dan tanah lempung, maka diperoleh kesimpulan bahwa : 1. Dari pengujian maka diperoleh kuat tekan dan elastisitas campuran kapur padam dan tanah lempung sebagai berikut: Ditinjau dari nilai kuat tekan tanah asli diperoleh bahwa benda uji curing udara mengalami peningkatan kekuatan rata-rata sebesar 142,8%. Sedangkan pada benda uji curing air mengalami peningkatan kekuatan rata-rata sebesar 52,5%. Ditinjau dari nilai elastisitas tanah asli diperoleh bahwa benda uji curing udara mengalami peningkatan elastisitas rata-rata sebesar 107,3%. Sedangkan pada benda uji curing air mengalami peningkatan elastisitas rata-rata sebesar 12,1%. 2. Nilai kuat tekan dan elastisitas campuran kapur padam dan tanah lempung yang di curing air menunjukkan mengalami penurunan masing-masing sebesar 40,7% dan 46,2% dari campuran yang dicuring udara. Hal ini menunjukkan bahwa campuran kapur padam dan tanah lempung cukup sensitif terhadap pengaruh perbedaan suhu, dimana temperatur benda uji yang direndam dalam air lebih rendah dibandingkan temperatur ruang, sehingga membuat reaksi pengerasan campuran lebih lambat dibandingkan benda uji yang dicuring udara. Saran Beradasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka sebagai bahan pertimbangan, diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap komposisi senyawa kimia

dalam campuran kapur padam dan tanah lempung yang mengakibatkan terjadinya peningkatan kekuatan campuran. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh curing campuran kapur padam dan tanah lempung ditinjau dari metode maupun zat yang digunakan ketika melakukan curing. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan komposisi campuran, sehingga diperoleh kuat tekan campuran yang optimum DAFTAR PUSTAKA Krebs, R.D. and Walker, R.D. (1971), Highway Materials, McGraw Hill Book Company, New York. Lambe, T.W. & Whitman, R.V. (1969), Soil Mechanics, John Willey and Son, Inc., New York Rollingss, M.P. and Rollingss JR, R.S. (1966), Geotechnical Material in Construction, McGraw-Hill, New York Washington, DC. Tjokrodimuljo, K. (1992), Bahan Bangunan, Jurusan Teknik Sipil FT UGM, Yogyakarta. Transportation Research Board (TRB) (1987), State of The Art Report 5- Lime stabilization, Transportation Research Board, National Research Council, Washington. Yoder, E.J. and Witczak, M.W., 1975, Principles of Pavement Design, 2- Edition, John Willey & Son, Inc. New York. Bowles, J.E. (1984), Physcal and Geotechnical Propertes of Soils, McGraw-Hill Book Company, USA Chen, F.H. (1975), Foundation On Expansive Soil, Development In Geotechnical Engineering 12, Esevier Scientific Publishing Company, Amsterdam. Das, Braja M., Noor, E., dan Mochtar, I.B. (1994), Mekanika Tanah Jilid 2, Erlangga, Jakarta. Das, Braja.M. (1995), Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknik), Jilid I, Erlangga. Jakarta. Didiek P., Suryadi HS. (1998), Bahan Konstruksi Teknik, Gunadarma Press, Jakarta. Hardiyatmo, H.C. (2010), Mekanika Tanah 1, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hardiyatmo, H.C. (2010), Stabilitas Tanah Untuk Perkerasan Jalan, Gadjah Madah University Press, Yogyakarta. Jastrzebski, Zbigniew D. (1987). The Nature and Properties of Engineering Materials, third editon, John Willey and Son, Inc., New York.