GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi

dokumen-dokumen yang mirip
PRECONCEPTION ADVICE FOR MALE

SEKSUALITAS. endang parwieningrum Pusat Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan KB BKKBN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pernah mengalami masalah infertilitas ini semasa usia reproduksinya dan

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

1 H erbal & Superfood Terbaik Untuk Masalah Kesuburan

MENYOAL INFERTILITAS PADA PASANGAN SUAMI ISTRI. Oleh : Andang Muryanta

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??

BAB I PENDAHULUAN. Infertilitas adalah kondisi yang dialami oleh pasangan suami istri. yang telah menikah minimal 1 tahun, melakukan hubungan sanggama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Lansia/Manula

Fase Penuaan KESEHATAN REPRODUKSI LANJUT USIA. Fase Subklinis (25-35 tahun) Fase Transisi (35-45 tahun) Fase Klinis ( > 45 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

I. PENDAHULUAN. retrospektif ditetapkan sebagai saat menopause (Kuncara, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI

KESEHATAN REPRODUKSI. Erwin Setyo Kriswanto PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

Organ Reproduksi Perempuan. Organ Reproduksi Bagian Dalam. Organ Reproduksi Bagian Luar. 2. Saluran telur (tuba falopi) 3.

PMS semakin berat setelah melahirkan beberapa anak, terutama bila pernah mengalami kehamilan dengan komplikasi seperti toksima.

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. dipertemukan secara formal di hadapan penghulu/kepala agama tertentu, para saksi

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

KESEHATAN REPRODUKSI. Dr. Tri Niswati Utami, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Masa kehamilan merupakan masa yang dihitung sejak Hari Pertama

PENGERTIAN GIZI DAN FERTILITAS PENYEBAB FERTILITAS. Muslim, MPH 5/18/2010

Seksualitas Remaja dan Kesehatan Reproduksi Rachmah Laksmi Ambardini Fakultas Ilmu Keolahragaan UNY

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya patah tulang. Selama ini osteoporosis indentik dengan orang tua tapi

ANALISIS TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN SEKSUAL KABUPATEN KULON PROGO PUSAT STUDI SEKSUALITAS PKBI DIY 2008

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

Perdarahan dari Vagina yang tidak normal. Beberapa masalah terkait dengan menstruasi. Perdarahan selama kehamilan atau setelah persalinan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang diharapkan setiap pasangan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu studi telah menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anemia pada ibu hamil merupakan salah satu masalah yang

Pilose Antler Capsule, Tingkatkan Fungsi Seksual

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 2. Sistem Reproduksi ManusiaLATIHAN SOAL BAB 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya pendidikan seks untuk anak dan remaja sangat perlu, peran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode dari pertumbuhan dan proses. kematangan manusia. Pada masa ini merupakan masa transisi antara masa

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia (Khomsan, 2013). Menurut Undang-Undang No.13/1998

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN (INFORMED CONSENT) Pada penelitian: KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

KESEHATAN REPRODUKSI OLEH: DR SURURIN

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit degeneratif yang merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. instrumental. Orang menghargai kesehatan karena kesehatan ikut mendasari

KEBUTUHAN NUTRISI PADA MASA KEHAMILAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencapai Indonesia Sehat dilakukan. pembangunan di bidang kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman merupakan guru yang baik, yang menjadi sumber pengetahuan.

Madu Penyubur Kandungan Al Mabruroh, anda di perbolehkan untuk menyebarkan buku elektronik ini kepada teman-teman anda yang membutuhkan informasi

GENDER, KEKUASAAN & KESEHATAN REPRODUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh keadaan gizi (Kemenkes, 2014). Indonesia merupakan akibat penyakit tidak menular.

FAKTOR-FAKTOR RISIKO HIPERTENSI PADA LAKI-LAKI PENGUNJUNG PUSKESMAS MANAHAN DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

GIZI SEIMBANG BAGI ANAK REMAJA. CICA YULIA, S.Pd, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. dan progesteron dalam ovarium. Menopause alami ditegakkan secara

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. yang berada pada tahap transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa yaitu bila

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Asupan gizi yang baik selama kehamilan merupakan hal yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya penggunaan timah hitam, timbal atau plumbum (Pb) mengakibatkan 350 kasus penyakit jantung koroner, 62.

BAB I PENDAHULUAN. repository.unimus.ac.id

GAMBARAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (HASIL SURVEI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA INDONESIA TAHUN 2007 DAN SURVER RPJM TAHUN

Karakter remaja & Pubertas Kebutuhan gizi pada remaja Mengapa timbul gangguan makan pd remaja Gangguan makan pd remaja

oleh: Dr. Lismadiana, M.Pd Lismadiana/lismadiana.uny.ac.id

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. remaja putri berusia <20 tahun. Kehamilan tersebut dapat disebabkan oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. dari penyakit infeksi ke Penyakit Tidak Menular (PTM). Terjadinya transisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU, DAN LINGKUNGAN SISWI SMU SANTA ANGELA TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan pertumbuhan fisik yang tidak optimal dan penurunan perkembangan. berakibat tingginya angka kesakitan dan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan pangan hewani berkualitas juga semakin meningkat. Salah satu pangan hewani

BAB I PENDAHULUAN. dimana tekanan darah meningkat di atas tekanan darah normal. The Seventh

MASALAH KEBIDANAN DI KOMUNITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Anatomi sistem endokrin. Kerja hipotalamus dan hubungannya dengan kelenjar hormon Mekanisme umpan balik hormon Hormon yang

BAB 1 PENDAHULUAN. pernikahan di usia dini dengan berbagai penyebab yang berbeda-beda. Pernikahan

Kehamilan Resiko Tinggi. Oleh Dokter Muda Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2013

BAB I PENDAHULUAN tahun jumlahnya meningkat dari 21 juta menjadi 43 juta atau dari 18%

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka

Siklus menstruasi. Nama : Kristina vearni oni samin. Nim: Semester 1 Angkatan 12

Transkripsi:

GIZI DAUR HIDUP: Gizi dan Reproduksi By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915

Gambaran Kesehatan Reproduksi WHO memperkirakan: Di Indonesia terdapat kesehatan reproduksi buruk berjumlah 33% dari jumlah beban penyakit pada wanita dan 12,3% pada pria. Adanya masalah kurang gizi dan anemia, fertilitas dan kehamilan remaja, meningkatnya insiden penyakit yang menular melalui hubungan seks dan HIV/AIDS, malaria dalam kehamilan dan komplikasi aborsi yang dapat berimplikasi pada tingginya AKI dan AKB di Indonesia. Di beberapa propinsi ( seperti Maluku Utara,, Timor Barat, Sumatera Barat), insiden malaria dalam kehamilan dan malaria bawaan sangat tinggi. 2

Lanjutan: Rendahnya angka kelahiran yang dibantu oleh personel yang terampil di desa-desa di Indonesia. Meskipun kunjungan antenatal yang pertama mencapai 90% dari ibu hamil, hanya 60% kelahiran dilakukan oleh personel yang terampil. Angka Kematian Ibu dan Bayi masih tinggi: Setiap tahunnya sekitar 4.500.000 wanita melahirkan di Indonesia dan sekitar 15.000 mengalami komplikasi yang menyebabkan kematian. Jumlah kematian bayi dapat diperkirakan sekitar 120.000. 3

Aktivitas Seksual Aktivitas seksual sangat tergantung pada kondisi kesehatan seseorang. Agar optimal perlu: asupan gizi yang berkualitas rajin berolahraga Kondisi bebas stres istirahat yang cukup 4

Gizi dan Fungsi Seksual Fungsi seks: Dipengaruhi kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon reproduksi Tubuh perlu mendapatkan asupan vitamin B, vitamin E, dan seng yang cukup. Jika asupan zat-zat gizi tersebut kurang, dapat muncul gangguan-gangguan seperti: organ seks yang tidak berkembang, meopause dini, dan impotensi Ketidaksuburan (infertilitas) : dapat terjadi pada pria maupun wanita diantaranya disebabkan oleh defisiensi seng, magnesium, dan vitamin B6. Faktor lainnya dapat berupa diabetes, konsumsi obat- obatan, alkohol, dan emosi 5

Gizi & Fungsi Seksual Wanita Gizi yang baik menyebabkan menarkhi lebih awal indung telur (ovarium) akan menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Kerja hormon tersebut memerlukan vitamin B,vitamin E, asam folat, niasin, dan seng. Gangguan pada produksi hormon estrogen akan menyebabkan organ reproduksi berkembang dengan lambat. 6

Gizi & Fungsi Seksual Pria Testes menghasilkan sperma dan hormon testosteron yang berperan untuk merangsang nafsu seksual Vitamin A, C, E, dan asam folat serta hormon testosteron akan membantu aktifitas sperma. Kekurangan vitamin E bisa menyebabkan degenerasi organ reproduksi, Konsumsi seng yang tidak cukup akan menyebabkan sperma kurang aktif dan infertil (tidak subur). 7

Gizi dan Ejakulasi/Orgasme Kadar histamin yang tinggi dalam darah dapat mempercepat ejakulasi pada pria, bila histamin terlalu rendah akan menyebabkan gagalnya ejakulasi. Pada penderita diabetes, gangguan seksual disebabkan oleh aliran darah yang tidak lancar ke organ reproduksi, padahal aliran darah yang baik merupakan syarat terjadinya ereksi. Wanita yang memiliki kadar histamin rendah juga akan sulit mengalami orgasme. Niasin dan asam folat berfungsi meningkatkan kadar histamin dalam darah, Kalsium dan asam amino metionin dapat menurunkan histamin. Mereka yang mengalami ejakulasi dini, dianjurkan untuk meningkatkan konsumsi kalsium. 8

Gizi dan Sperma Sperma akan Hiperaktif ketika menemukan sel telur yang akan dibuahinya. Perilaku sperma yang hiperaktif itu berhubungan dengan adanya protein pada ekornya. Ekor sperma atau flagellum berputar seperti baling-baling yang akan mendorong gerakan sperma ke depan Ekor sperma yang bentuknya mirip seperti cambuk dipenuhi dengan protein CatSper1. Protein CatSper1 hanya dapat ditembus oleh ion kalsium Siifat hiperaktif sperma berhubungan dengan aliran kalsium yang sangat besar di bagian ekornya. Untuk membuahi inti sel, sperma harus menembus penghalang pertama (sel cumulus) ) yang membungkus bagian terluar dari sel telur yaitu suatu membran yang disebut zona pellucida. Kekurangan CatSper1 menyebabkan sperma tidak mampu mencapai kondisi hiperaktif yang diperlukan untuk menembus zona pellucida Sperma tidak hiperaktif saat mencapai zona pellucida,, sperma tetap tidak bisa menembus dinding sel telur. 9

Seng dan Reproduksi Seng sangat diperlukan dalam produksi sperma, perkembangan janin, dan tumbuh kembang anak. kekurangan seng akan mengganggu proses pembentukan sperma dan perkembangan organ seks primer dan sekunder pada pria. Kekurangan seng menyebabkan menurunnya fungsi testikular (testicular hypofunction) shg terganggunya proses spermatogenesis dan produksi hormon testosteron oleh sel-sel Leydig. Testosteron adalah hormon yang mempengaruhi libido dan ciri-ciri kelamin sekunder laki-laki. laki. Pria yang mengalami gangguan ereksi dan mandul diduga kuat penyebabnya antara lain adalah kekurangan mineral seng. 10

Bukti Peranan Seng: 1. Suatu penelitian pernah dilakukan terhadap 11 pasangan yang suaminya menderita oligosperma (kadar sperma rendah) dan kadar seng spermanya juga rendah dengan diberi mineral seng dalam jumlah tertentu. Hasilnya setelah enam bulan perlakuan, jumlah sperma mereka meningkat, bahkan tiga pasangan di antaranya istrinya hamil. 2. Di Finlandia, pada tahun 1977 dilakukan penelitian berupa pemberian seng dalam jumlah tertentu terhadap 10 pasangan yang suaminya menderita oligosperma. Hasilnya, setelah 4-84 8 minggu masa perlakuan menunjukkan jumlah sperma dan kadar testosteron mereka meningkat. 3. Di New York (1979) sebanyak 20 pasangan yang suaminya diduga mandul (infertile) diketahui kadar seng spermanya rendah dan daya gerak (motilitas) spermanya juga lambat. Mereka diberi suplemen seng dengan kadar tertentu, ternyata setelah dua bulan perlakuan hasilnya positif: motilitas sperma meningkat dan tiga pasangan di antaranya istrinya berhasil hamil. 11

Depresi Faktor Impotensi Merupakan bentuk lain dari pengaruh kejiwaan yang dapat menyebabkan terjadinya impotensi. Beberapa obat anti depresan diduga justru menyebabkan pria menjadi sulit untuk ereksi. Stres dan cemas Saat stes atau cemas, pria akan sulit ereksi. Kondisi stres dapat memicu produksi hormon (seperti adrenalin dan non adrenalin) yang dapat menghambat proses ereksi. Diabetes Di AS, diperkirakan sekitar 8 juta warganya mengidap diabetes dan separuhnya menderita impotensi Organ tubuh Organ tubuh yang tidak berfungsi dengan baik dapat menyebabkan impotensi misalnya karena masalah arteriosklerosis atau trauma yang disebabkan oleh kecelakaan saat olahraga. 12

Faktor impotensi: Obat, berpotensi menyebabkan impotensi: obat untuk hipertensi, obat anti depresan, obat tetes mata untuk penderita plaukoma dan pengobatan kemoterapi bagi penderita kanker. Penyebab lainnya: dapat karena faktor hormonal dan juga neurologis (seperti keracunan logam berat, trauma pada saraf tulang belakang, kerusakan syaraf, dan setelah operasi pengangkatan prostat). 13

Isu-Isu Utama Kesehatan Reproduksi Remaja Mayoritas perempuan muda di sebagian besar wilayah dunia, mulai aktif secara seksual pada umur belasan tahun. Pada sebagian masyarakat, perempuan melakukan hubungan seks pada masa remaja karena mereka diharapkan menikah dan melahirkan anak pada usia muda. Pada masyarakat lainnya, pernikahan biasanya dilangsungkan pada usia sedikit lebih tua, tetapi seks pra-nikah sudah biasa (terutama negara barat). Sebagian masyarakat dapat dipastikan sedang berada dalam masa transisi dari norma sosial yang satu ke yang lain. 14

Risiko Hubungan Seksual Usia Remaja kesempatan menjadi terbatas untuk mengenyam pendidikan atau ketrampilan kerja. para perempuan yang menikah pada usia muda sering tidak bisa banyak berbicara dalam pengambilan keputusan mengenai kesuburan Para perempuan yang hamil di luar nikah mungkin harus memutuskan apakah akan menggugurkan kandungannya atau tetap mengasuh anaknya di luar perkawinan. Perempuan, baik yang menikah maupun tidak, sangat rentan terhadap penyakit menular seksual serta perempuan yang sering melahirkan atau melahirkan pada usia muda berisiko melemah kesehatannya. 15

Pola perkawinan dan perilaku seksual di kalangan para wanita muda berlainnan di wilayah-wilayah dunia yang berbeda. % Wanita sebelum usia 20 Afrika Sub- Sahara Asia, Afrika Utara, Timur Tenga Amerika Latin Karibia Lima Negara Maju* Tidak aktif seksual 17 52 44 23 Sudah melakukan seks pertama 83 56 77 sebelum menikah 38 28 67 didalam perkawinan 45 48 28 10 Sudah punya satu anak 55 32 34 17 16