Pokja Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Grobogan Halaman 1 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

KELOMPOK KERJA PPSP KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Sinjai

KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN BERAU BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI (BPS) KABUPATEN TANA TORAJA

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Kapuas Hulu Tahun Latar Belakang

PROGRAM PPSP KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN BENGKAYANG. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Landasan Gerak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LAPORAN FINAL BUKU PUTIH SANITASI TABANAN 1

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KOTA CIREBON I - 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Bab Latar Belakang. BPS Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Landak 2013 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Kepulauan Aru 2014 BAB 1. PENDAHULUAN

Penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN I RPJMN Bidang Perumahan Permukiman, Bappenas

PPSP BAB 1 PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI I Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pokja AMPL Kota Makassar

Buku Putih Sanitasi Kota Bogor

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TOJO UNA-UNA

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

BAB I PENDAHULUAN I-1

Strategi Sanitasi Kabupaten OKU TIMUR

PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN SANITASI PERMUKIMAN (PPSP) TAHUN Buku putih sanitasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB I PENDAHULUAN. Kelompok Kerja PPSP Kab. Luwu Utara Tahun LATAR BELAKANG

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MINAHASA UTARA

Universal Access cakupan akses 100% untuk air minum dan sanitasi dalam rangka. 1.1 Latar Belakang

BUKU PUTIH SANITASI KAB. WAKATOBI (POKJA SANITASI 2013) BAB I PENDAHULUAN

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kota Bima

BAB I PENDAHULUAN SSK. I.1. Latar Belakang

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN TANGERANG PROVINSI BANTEN. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP) Tahun 2012 POKJA AMPL KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Labuhanbatu Utara, Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BUKU PUTIH SANITASI KAB. SIDENRENG RAPPANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

DFAFF BUKU PUTIH SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. Buku Putih Sanitasi (BPS) Kabupaten Pesisir Selatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Strategi sanitasi kabupaten bintan Tahun anggaran Latar Belakang

BAB 4 STRATEGI SEKTOR SANITASI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB II KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI. Kabupaten Balangan. 2.1 Visi Misi Sanitasi

BUKU PUTIH SANITASI KOTA SALATIGA BUKU PUTIH SANITASI. Tahun 2012 POKJA PPSP KOTA SALATIGA. Program Percepatan Pembangunan Sanitasi (PPSP)

1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Metodologi 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain

Strategi Sanitasi Kabupaten Purworejo BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1.1 Latar Belakang. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Gunungkidul Halaman I-1

Pokja PPSP Kabupaten OKU TIMUR I - 1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

POKJA PPSP KABUPATEN SAROLANGUN BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

DESKRIPSI PROGRAM UTAMA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN MUSI BANYUASIN

STRATEGI SANITASI KOTA PAREPARE. Lampiran 5. Deskripsi Program/Kegiatan

STARTEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) KELOMPOK KERJA AMPL KABUPATEN ENREKANG

Strategi Sanitasi Kota Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Gerak 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Metodologi 1.5 Dasar Hukum dan Kaitannya dengan Dokumen Perencanaan Lain

BAB 1: BUKU PUTI SANITASI KOTA BANJARBARU 1.1 LATAR BELAKANG. Hal 1

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

STRATEGI SANITASI KOTA KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI

Strategi Sanitasi Kabupaten Empat Lawang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Buku Putih Sanitasi 2013

DESKRIPSI PROGRAM DAN KEGIATAN

Strategi Sanitasi Kabupaten Pasaman. ( Refisi 2012 ) I.1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1.1. Latar Belakang I - 1

BAB III KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

BAB III ISU STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI KOTA

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN PACITAN BAB I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN MADIUN

Bab 1 Pendahuluan PEMUTAKHIRAN STRATEGI SANITASI KABUPATEN KUDUS. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

RINGKASAN EKSEKUTIF PEMERINTAH KABUPATEN WAKATOBI KELOMPOK KERJA SANITASI KABUPATEN WAKATOBI

BAB V STRATEGI MONITORING DAN EVALUASI

BAB I PENDAHULUAN. pada 30 November 2011).

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

STRATEGI SANITASI KABUPATEN TANA TORAJA BAB I PENDAHULUAN

RINGKASAN EKSEKUTIF DIAGRAM SISTEM SANITASI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK KABUPATEN WONOGIRI. (C) Pengangkutan / Pengaliran

BAB 2 KERANGKA PENGEMBANGAN SANITASI

Bab 1 Pendahuluan. Strategi Sanitasi Kabupaten Sleman 2015 I-1

Strategi Sanitasi Kabupaten ( Refisi 2012)

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Transkripsi:

1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN Pembangunan sektor sanitasi di Indonesia merupakan usaha bersama terkoordinir dari semua tingkatan pemerintah, organisasi berbasis masyarakat, LSM dan sektor swasta dan didukung oleh kegiatan donor. Sanitasi merupakan salah satu faktor terpenting dalam mewujudkan layanan yang terkait dengan pengentasan kemiskinan, dalam pengembangan kebijakan, perencanaan serta penganggaran. Bantuan teknis program disediakan untuk pemerintah propinsi dan kabupaten/kota yang menunjukkan komitmen tinggi untuk pembangunan sektor sanitasi lokal dan penyediaan layanan sanitasi yang semakin baik khususnya bagi warga miskin perkotaan di daerah perkotaan. Di tingkat nasional, koordinasi kebijakan dilakukan oleh komisi pengendali dan tim teknis pembangunan sanitasi yang menyatukan semua pemangku kepentingan utama dari lingkungan pemerintah (BAPPENAS, Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Departemen Perindustrian). Tim teknis didukung oleh mitra pembangunan Indonesia dan lembaga donor internasional di bawah payung kelompok donor sanitasi. Selama pelaksanaan program Pokja Sanitasi lokal secara bertahap diubah menjadi entitas permanen yang semakin memperkuat BAPPEDA dalam fungsi perencanaan dan koordinasi yang akan melindungi kelanjutan perencanaan, penganggaran, pemantauan dan evaluasi semua pembangunan sanitasi lokal. Di masa depan diperkirakan Pokja ini akan menggabungkan dan mengembangkan kerangka perencanaan sanitasi perkotaan kedalam tugas-tugas mereka. Pokja propensi akan menjadi titik pusat regional untuk perencanaan, pemantauan dan evaluasi sanitasi. Dibawah tanggungjawab BAPPEDA kelompok kerja (Pokja) Sanitasi dibentuk. Pokja menanggapi tantangan dalam mengembangkan kerangka kabupaten/kota untuk perencanaan dan pembangunan sanitasi. Mereka memastikan koordinasi antar berbagai dinas pemerintah kabupaten, menghasilkan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) dan menciptakan lingkungan yang mendukung untuk perencanaan sanitasi yang terkoordinir dan sedang berjalan di tingkat kabupaten/kota. Sanitasi sebagai salah satu aspek pembangunan memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat, karena berkaitan dengan kesehatan, pola

hidup, kondisi lingkungan permukiman serta kenyamanan dalam kehidupan seharihari. Sanitasi seringkali dianggap sebagai urusan belakang, sehingga sering termarjinalkan dari urusan-urusan yang lain, namun seiring dengan tuntutan peningkatan standar kualitas hidup masyarakat, semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan dan keterbatasan daya dukung lingkungan itu sendiri menjadikan sanitasi menjadi salah satu aspek pembangunan yang harus diperhatikan. Masih sering dijumpai bahwa aspek-aspek pembangunan sanitasi, yaitu air limbah, persampahan dan drainase, serta dilengkapi dengan penyediaan air bersih, masih berjalan sendiri-sendiri. Masing-masing aspek tersebut ditangani secara terpisah, meskipun masuk dalam satu bidang pembangunan yaitu sanitasi, sehingga masih terdapat tumpang tindih kegiatan pembangunan bidang sanitasi oleh institusi yang berbeda-beda, yang kadang-kadang membingungkan masyarakat sebagai subyek dan obyek pembangunan. Kondisi yang lebih buruk apabila bahkan ternyata terdapat aspek sanitasi yang masih bolong atau belum tertangani oleh siapapun. Di sisi lain, masih terdapat pelaksanaan pembangunan sanitasi yang berjalan secara parsial dan belum terintegrasi dalam suatu rencana besar yang sifatnya integratif dan memiliki sasaran secara menyeluruh serta dengan jangka waktu yang lebih panjang. Hal tersebut dapat dilihat dari aspek jenis kegiatannya maupun dari aspek kewilayahan. Untuk itu perlu disusun suatu perencanaan sanitasi secara lebih integratif, aspiratif, inovatif dan sesuai dengan kebutuhan riil Masyarakat. Tahapan-tahapan proses perencanaan harus dilaksanakan secara berurutan, bertahap dan berkelanjutan, sehingga solusi yang ditawarkan juga akan tepat, sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Permasalahan bidang sanitasi yang muncul tidak selalu disebabkan oleh aspek teknis, namun juga berhubungan dengan aspek ekonomi dan sosial, seperti tingginya tingkat kemiskinan dan rendahnya kesadaran masyarakat menjadi tantangan lain dalam pembangunan bidang sanitasi. Masalah air bersih di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan hingga saat ini merupakan persoalan utama dikaitkan banyaknya kebutuhan dibandingkan ketersediaan sumber air bersih/baku yang relatif terbatas, terutama pada beberapa wilayah daratan dan kepulauan antara lain di Daerah Pesisir Pantai Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan,serta beberapa desa dan Kecamatan yang berada di wilayah kepulauan sampai saat ini masih kesulitan mendapatkan air bersih. Tingkat penanganan persampahan di wilayah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan menurut jenisnya adalah sistem konvesional masih secara umum di keseluruhan wilayah dan

sistem intensif pengelolaan terbatas untuk Kota Pangkajene. Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, utamanya di ibukota kabupaten, Kota Pangkajene telah memiliki sistem pembuangan sampah yang relatif sudah teratur dan baik namun dukungan sarana dan prasarana persampahan yang masih terbatas. Pola sistem drainase di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan mengikuti kontur alami yakni mengikuti aluralur sungai yang ada. Melihat bentuk geografisnya yang memanjang dan di sebelah Timur umumnya berupa perbukitan, pola pembuangan air hujannya lebih banyak kearah Barat. Karena permukiman penduduk sebagian besar berada didekat pantai yang topografinya relatif datar, sehingga memungkinkan terjadinya genangan air yang sifatnya temporer. Permukiman dan aktivitas ekonomi yang berada di pegunungan yang relatif sedikit, tidak mempunyai permasalahan dengan drainase air hujan maupun pembuangan limbah cair domestiknya. Kabupaten pangkajene dean Kepulauan belum memiliki sistem pengelolaan air limbah secara terpusat (off site). Hal ini disebabkan karena berbagai kendala, baik dalam aspek peraturan perundangan, peran serta masyarakat, istitusi dan teknis teknologi serta pembiayaan. Pembangunan sanitasi masih banyak dilakukan secara parsial, masing-masing institusi melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sendirisendiri, seringkali kegiatan tersebut sebetulnya dapat diintegrasikan dalam satu kegiatan yang saling bersinergi. Bahkan masih terdapat pula institusi yang tidak memiliki tugas menangani sanitasi secara langsung namun sangat dibutuhkan peranannya dalam mendukung pembangunan sanitasi. Untuk maksud tersebut maka dibentuklah Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi, yang diharapkan dapat berfungsi sebagai unit koordinasi perencanaan, pengembangan, pelaksanaan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek. Tidak hanya yang melibatkan unsur pemerintah saja namun juga yang melibatkan masyarakat serta swasta secara langsung, baik dalam pokja yang terstruktur maupun sebagai mitra-mitra pendukungnya. Pokja sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan secara struktural dibentuk dengan Surat Keputusan Bupati Pangkajene dan Kepulauan nomor 4871/XI/2013 Tanggal 19 Nopember 2013, yang terdiri dari tim koordinasi dan tim pelaksana. Mengingat aspek pembangunan sanitasi cukup luas, baik yang terkait langsung dengan pembangunan fisik dan masyarakat, maupun yang tidak terkait langsung seperti yang berhubungan dengan kehumasan, sosialisasi maupun investasi,

maka pokja sanitasi ini diperkuat oleh anggota tim yang terdiri dari berbagai SKPD seperti Bappeda, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Kantor Lingkungan Hidup, Dinas Pemukiman dan Kebersihan, Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Asset Daerah, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa/Kelurahan, Dinas Perhubungan dan Komunikasi dan Informasi, Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Dinas Pendidikan Nasional, Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB, Bagian Humas, Protokoler dan PDE Setda, Tim Penggerak PKK Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan serta melibatkan LSM LSM. 1.2. LANDASAN GERAK Sanitasi dapat dipahami sebagai usaha pembuangan tinja, endapan air limbah (sullage) dan limbah padat dengan cara yang memperhatikan kesehatan untuk membuat lingkungan hidup di rumah dan lingkungan menjadi bersih dan sehat. Pengertian dasar Penanganan Sanitasi di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan adalah sebagai berikut: 1. Black water adalah limbah rumah tangga yang bersumber dari WC dan urinoir. 2. Grey water adalah limbah rumah tangga non kakus yaitu buangan yang berasal dari kamar mandi, dapur (sisa makanan) dan tempat cuci. Penanganan Air Limbah Rumah Tangga yaitu pengolahan air limbah rumah tangga (domestik) dengan sistem : a. Pengolahan On Site menggunakan sistem septik tank dengan peresapan ke tanah dalam penanganan limbah rumah tangga. b. Pengelolaan Off Site adalah pengolahan limbah rumah tangga yang dilakukan secara terpusat. (Buku Limbah, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan PermukimanDirektorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum) 3. Penanganan persampahan atau limbah padat yaitu penanganan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang ditampung melalui TPS atau transfer depo ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) (Buku Sampah, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan PermukimanDirektorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum)

4. Penanganan drainase kota adalah memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan memutuskan air permukaan. 5. Penyediaan air bersih adalah upaya pemerintah Kabupaten Pangkajene dan k 6. Kepulauan untuk menyediakan air bersih bagi masyarakat baik melalui jaringan PDAM maupun non PDAM yang bersumber dari air permukaan maupun sumur dalam. Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Pangkajene dan kepulauan dirumuskan sebagai berikut : Penataan ruang Kabupaten Pangkajene dan kepulauan bertujuan untuk mewujudkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dengan peningkatan sektor unggulan Kabupaten Pangkajene dan kepulauan pada aspek perikanan, pariwisata dan pertanian serta pertambangan sebagai wilayah kepulauan yang berbasis bahari dan maritim. Visi Pembangunan Kabupaten Pangkajene dan kepulauan dalam RPJMD 2011-2015 sebagai gambaran realitas masa depan yang ingin dituju dalam kurun waktu 5 tahun ke depan adalah: PANGKEP SEBAGAI PENGHASIL PRODUK PERTANIAN, PERKEBUNAN, PERIKANAN, DAN KELAUTAN TERBESAR DI INDONESIA TAHUN 2015 Berdasarkan Visi tersebut Pemerintah kabupaten Pangkajene dan Kepulauan merumuskan Misi dalam rangka mencapai tujuan seperti yang telah tertuang dalam Visi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan 2015, adapun Misi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan 2015 sebagai berikut : Misi 1: Penguatan kelembagaan dan peningkatan mutu SDM Misi 2: Peningkatan produktivitas dan daya saing produk dan pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh Misi 3 : Membangun infrastruktur pendukung sektor ekonomi dan sosial Misi 4 : Memperluas akses pasar domestik, international, dan jaringan partnership Misi 5 : Peningkatan pelayanan dan mempercepat terciptanya pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa.

Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara terukur, spesifik, mudah dicapai rasional untuk dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun kedepan Misi 1. Penguatan kelembagaan dan peningkatan mutu SDM Tujuan yang telah ditetapkan pada misi 1 selanjutnya dijabarkan dalam beberapa sasaran sebagai berikut : 1. Memperkuat kelembagaan dan kearifan lokal dalam mengelola sumber daya pertanian, perkebunan dan perikanan a. meningkatnya kapasitas dan peran lembaga lokal dalam pengelolaan sumber daya pertanian, perkebunan dan perikanan b. meningkatnya kerjasama dan kemitraan lintas lembaga/program pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan sumber daya pertanian, perkebunan dan perikanan c. meningkatnya kesetaraan gender dan partisipasi perempuan dalam pengolahan hasil-hasil pertanian, perkebunan dan perikanan d. meningkatnya pengamalan nilai-nilai budaya, kearifan lokal dan adat istiadat dalam mendukung pengembangan produktivitas pertanian, perkebunan dan perikanan 2. Meningkatkan akses masyarakat petani dan nelayan terhadap kelembagaan ekonomi hingga tingkat desa/kel. a. meningkatnya akses masyarakat petani dan nelayan terhadap kelembagaan ekonomi hingga tingkat Nasional b. meningkatnya jumlah sertifikasi usaha pertanian perkebunan dan perikanan. 3. Peningkatkan akses pendidikan, keagamaan, pelatihan dan ketrampilan kerja a. meningkatnya akses, mutu dan kuantitas pendidikan terutama penuntasan wajib belajar 9 thn dan pencanangan wajib belajar 12 thn dan muatan lokal berbasis pertanian, perkebunan dan perikanan b. meningkatnya lembaga pendidikan baca, hafal dan tafsir Al-Qur an serta meningkatnya pembinaan terhadap majelis taklim di setiap desa/kelurahan c. meningkatnya kapasitas dan kapabilitas balai latihan kerja dalam mendukung pengembangan pertanian, perkebunan dan perikanan d. meningkatnya jumlah penyuluh/pendamping dan frekuensi penyuluhan pertanian, perkebunan dan perikanan

4. Memperbaiki kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan a. meningkatnya kualitas dan jangkauan pelayanan kesehatan, terutama ibu an anak b. meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan terutama untuk kesehatan ibu dan anak. Misi 2 : Peningkatan produktivitas dan daya saing produk dan pengembangan kawasan strategis cepat tumbuh : Tujuan yang telah ditetapkan pada misi 2 selanjutnya dijabarkan dalam beberapa sasaran sebagai berikut : 1. Meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan, perkebunan, dan perikanan - Meningkatnya produksi dan produktivitas tanaman pangan, perkebunan, dan perikanan. 2. Meningkatkan daya saing produk usaha pertanian, perkebunan dan perikanan a. meningkatnya daya saing produk usaha pertanian, perkebunan dan perikanan b. adanya efisiensi biaya produksi dan meningkatnya volume produksi 3. Meningkatkan kegiatan ekonomi industri dan keterkaitan kawasan strategis dengan pusat pertumbuhan terdekat a. meningkatnya kegiatan ekonomi industri olahan produk unggulan; b. terbentuknya kluster industri berbasis produk unggulan, dibidang: pertanian, perkebunan dan perikanan c. terbangunnya kawasan pemasaran produk hasil pertanian, perkebunan dan perikanan d. meningkatnya pengelolaan kawasan wisata, kawasan agrobisnis, kawasan pendidikan, dan kawasan konservasi ekosistem e. terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat f. meningkatnya kesempatan dan penyediaan lapangan kerja g. adanya alih teknologi modern untuk pengembangan industri pertanian, perkebunan dan perikanan. Misi 3 : Membangun infrastruktur pendukung sektor ekonomi dan sosial 1. Meningkatkan pembangunan infrastruktur mendukung pembangunan bidang pertanian, perkebunan dan perikanan a. meningkatkan jaringan irigasi tani dan tambak

b. terlaksananya revitalisasi kawasan ekonomi strategis (kali Bone, Maccini Baji, Pasar terminal Segeri, dan Pasar-terminal Palampang) c. tersedianya infrastruktur perdesaan melalui pendekatan kewilayahan dalam rangka percepatan pembangunan desa tertinggal d. meningkatnya jumlah dan kualitas fasilitas pendukung pengembangan daerah 2. Meningkatkan infrastruktur sosial masyarakat a. meningkatnya kualitas dan kuantitas infrastruktur permukiman b. Meningkatnya kualitas dan kuatitas jalan dan jembatan 3. Meningkatkan penegakan industri dalam pengendalian pemanfaatan ruang, sumber daya alam, dan lingkungan hidup a. meningkatnya penegakan industri dalam pengendalian pemanfaatan ruang, sumber daya alam, dan lingkungan hidup guna pemanfaatan secara berkelanjutan kawasan pertanian, perkebunan dan perikanan b. meningkatnya pembinaan dan pengawasan bidang pertambangan c. meningkatnya pencegahan dini dan penanggulangan bencana. Misi 4 : Memperluas akses pasar domestik, international, dan jaringan partnership 1. Meningkatkan akses masyarakat ke pasar - Meningkatnya akses ke pasar desa dan kecamatan 2. Meningkatkan keterkaitan antara kawasan khususnya dengan kawasan pusatpusat pertumbuhan a. meningkatnya jumlah frekuensi pelayaran kapal/ferry antar pulau b. ketersediaan pelabuhan/dermaga besar c. meningkatnya jumlah kawasan dan pusat pertumbuhan ekonomi d. meningkatnya pengawasan perdagangan arus barang masuk, terutama jenis produk pertanian, perkebunan dan perikanan. e. meningkatnya kemitraan investasi untuk industri komoditas unggulan dan penciptaan lapangan kerja. 3. Meningkatkan kemitraan dan investasi produk unggulan desa a. meningkatnya kemitraan untuk pengembangan investasi b. meningkatnya kemitraan dengan biro-biro perjalanan luar negeri. Misi 5 : Peningkatan pelayanan dan mempercepat terciptanya pemerintahan yang baik, bersih dan berwibawa dengan sasaran sebagai berikut : 1. Meningkatkan kapasitas SDM perencanaan pembangunan

a. meningkatnya kapasitas SDM perencanaan pembangunan b. meningkatnya ketersediaan data dan informasi 2. Meningkatkan kapasitas aparatur dan pemerintah daerah a. meningkatnya kapasitas apartur b. meningkatnya pendapatan daerah dan penuhinya kebutuhan masyarakat serta meningkatnya kapasitas keuangan daerah 3. Meningkatkan kualitas legislasi, regulasi dan pengawasan a. meningkatnya kualitas dan kuantitas produk-produk hukum b. meningkatnya kualitas pengawasan pembangunan daerah 4. Meningkatkan penegakan hukum termasuk pemberantasan korumpsi dan HAM a. menurunnya pelanggaran hukum dan HAM b. meningkatnya akuntabilitas pelaksanaan pemerintahan c. meningkatnya kualitas pengelolaan keuangan dan asset daerah d. meningkatnya peran pemerintah dan masyarakat dalam pemeliharaan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat 5. Meningkatkan kualitas pelayanan publik a. meningkatnya kualitas pelayanan administrasi kependudukan dan perizinan b. meningkatnya kualitas pelayanan dasar di lapangan c. meningkatnya kinerja pemerintahan, pembangunan dan pengembangan wilayah perdesaan d. tersedianya sentra siap siaga penanganan bencana. 1.3. MAKSUD DAN TUJUAN 1.3.1. MAKSUD Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pankajene dan Kepulauan merupakan dasar dan acuan dimulainya pekerjaan sanitasi yang lebih terintegrasi karena buku putih sanitasi merupakan hasil kerja berbagai komponen dinas atau kelembagaan lain yang terkait dengan sanitasi. Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan inilah yang menyediakan data dasar yang esensial mengenai struktur, situasi dan kebutuhan sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan, yang nantinya menjadi panduan kebijakan Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan kepulauan dalam manajemen kegiatan sanitasi. Kelompok kerja (pokja) Sanitasi telah melakukan analisis situasi. Dengan mengakses data-data dari kegiatan inilah pemetaan sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan akan terbentuk

Pemetaan sanitasi merupakan gambaran awal dan rencana dilakukannya zonazona sanitasi di tingkat kabupaten. Dengan adanya zona sanitasi akan muncul kebijakan serta prioritas dalam penanganan kegiatan pengembangan strategi sanitasi skala kabupaten yang didalamnya mencakup strategi sanitasi, rencana tindak dan anggaran perbaikan maupun peningkatan sanitasi di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan. Pada masa mendatang penerapan strategi serta pelaksanaannya dilakukan dengan rencana tindak atau aksi di lapangan. Kemitraan dari berbagai pihak, baik masyarakat tingkat kabupaten/kota maupun nasional sangat diperlukan dalam fase ini. Sanitasi di Indonesia memerlukan perhatian khusus, sehingga peningkatan kepedulian dan penggalakan hidup bersih dan sehat untuk merubah kebiasaan buruk masyarakat dalam bidang sanitasi tidak terlepas dari program ini. Kegiatan-kegiatan studi pasar untuk mengetahui permintaan juga dilakukan. Monitoring dan evaluasi tidak bisa ditinggalkan dalam implementasi program sehingga strategi monitoring dan evaluasi yang tepat perlu diolah dengan matang. Buku Putih Sanitasi ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang jelas dan faktual mengenai kondisi dan profil sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan pada saat ini. Pemetaan kondisi dan profil sanitasi (sanitation mapping) dilakukan untuk menetapkan zona sanitasi prioritas yang penetapannya berdasarkan urutan potensi resiko kesehatan lingkungan (priority setting). Dalam Buku Putih ini, priority setting dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang tersedia, hasil studi Penilaian Resiko Kesehatan Lingkungan (Environmental Health Risk Assessment) atau EHRA, dan persepsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten Pangkajene dan kepulauan yang menangani secara langsung pembangunan sektor sanitasi di Kabupaten. 1.3.2. Tujuan Tujuan Penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan adalah sebagai berikut : 1. Pembangunan kapasitas (capacity building) Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan beserta stakeholder lainnya untuk mampu mengidentifikasi, memetakan, menyusun rencana tindak dan menetapkan strategi pengembangan sanitasi kabupaten.

2. Pembentukan Pokja Sanitasi diharapkan dapat menjadi embrio entitas suatu badan permanen yang akan menangani dan mengelola program pembangunan dan pengembangan sanitasi di tingkat kabupaten. 3. Menjadikan Buku Putih sebagai pedoman penanganan dan pengembangan pembangunan sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan, sehingga terdapat kesamaan pandang dari setiap pelaku pembangunan dalam penyusunan program pembangunan, pengendalian dan pengawasan dalam pembangunan sanitasi. 4. Mengidentifikasi keberhasilan dan kegagalan pembangunan sanitasi Kabupaten Pangkajene dan kepulauan dalam upaya untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. 5. Menjamin terciptanya mekanisme pembangunan yang transparan, konsisten, partisipatif, berkeadilan dan akuntabel. 1.4. PENDEKATAN DAN METODOLOGI Metode yang digunakan dalam penyusunan Buku Putih Sanitasi ini adalah studi dokumen dan pengumpulan data sekunder yang ada di masing-masing SKPD yang terkait, dan didukung dengan observasi objek yang relevan. Selain itu dilakukan beberapa jenis survey yaitu survey keterlibatan sektor swasta, survey komunikasi dan pemetaan media, survey partisipasi masyarakat jender dan kemiskinan kepada beberapa responden baik kalangan SKPD, Pengusaha, Media maupun ke masyarakat langsung dan survey Environmental Health Risk Assesment (EHRA) ke rumah tangga sasaran pada 13 Kecamatan di Kabupaten Pangkajene dan kepulauan. Analisa yang digunakan adalah analisa kualitatif dengan membandingkan data dan informasi yang ada dikaitkan dengan kondisi yang seharusnya atau kondisi ideal untuk mengetahui seberapa jauh kesenjangan yang ada. Untuk penentuan area dengan resiko tinggi digunakan analisa kualitatif persepsi SKPD dan analisa kuantitatif hasil EHRA Untuk lebih memahami proses dan kegiatan penyusunan Buku Putih ini secara menyeluruh, akan disajikan beberapa hal penting yang berkaitan dengan aspek metodologi yang digunakan dalam penulisan ini yang secara singkat dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Sumber Data a. Arsip dan dokumen yang berkaitan dengan aktivitas program masing-

masing dinas/ kantor terkait, baik langsung maupun tidak langsung, misalnya yang berupa data statistik, proposal, laporan, foto dan peta. b. Narasumber, yang terdiri dari beragam posisi yang berkaitan dengan tugas dinas/ kantor terkait untuk klarifikasi data-data, pihak swasta, masyarakat sipil, dan tokoh masyarakat. Untuk mendukung data sekunder tersebut juga dilakukan beberapa survey terkait dengan pengelolaan sanitasi seperti: Enviromental Health Risk Assesment (EHRA), Survey peran media dalam perencanaan sanitasi, survey kelembagaan, survey keterlibatan pihak swasta dalam pengelolaan sanitasi, survey keuangan, survey priority setting area (survey penetapan area beresiko) serta survey peran serta masyarakat dan gender. 2. Pengumpulan Data Proses seleksi dan kompilasi data sekunder berada dalam tahap ini. Teknik kajian dokumen dipergunakan tim untuk mengkaji data. Banyak dokumen kegiatan program yang mampu memberikan informasi mengenai apa yang terjadi di masa lampau yang erat kaitannya dengan kondisi yang terjadi pada masa kini. 3. Jenis Data a. Data primer; yaitu data yang bersumber dari survey atau observasi lapangan yang dilakukan Pokja. Data primer dapat berupa rekaman hasil wawancara maupun potret/ dokumentasi kondisi eksisting di lapangan. b. Data sekunder; yang diperoleh dari dokumen yang dimiliki tiap dinas/ SKPD yang terlibat dalam POKJA SANITASI Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan secara umum 1.5. DASAR HUKUM DAN KAITANNYA DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAIN Buku Putih Sanitasi ini diposisikan sebagai acuan perencanaan strategis sanitasi tingkat kabupaten. Rencana pembangunan sanitasi kabupaten dikembangkan atas dasar permasalahan yang dipaparkan dalam Buku Putih Sanitasi. Setiap tahun data yang ada akan dibuat Laporan Sanitasi Tahunan yang merupakan gabungan antara laporan Tahunan SKPD dan status proyek sanitasi. Laporan Sanitasi Tahunan menjadi Lampiran Buku Putih Sanitasi 2014 dan setelah 3 tahun, semua informasi tersebut dirangkum dalam Revisi Buku Putih Sanitasi.

Undang-Undang 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4247); 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1966 Tentang Hygiene (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1966 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2804); 3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5188); 4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5059); 5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4851); 6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4377); 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 8. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 9. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 10. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4700); 11. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4854); 2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1982 Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3225); 3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2011 Tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5230); 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838); 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4161); 6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Pencemaran Udara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3853); 9. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 Tentang Pengembangan Sistim Penyediaan Air Minum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4490). Peraturan Presiden Republik Indonesia 1. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Menengah Nasional (RPJM) Tahun 2010-2014. Keputusan Presiden Republik Indonesia 1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan; 2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air; 3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air. Keputusan Menteri 1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA); 2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/KPTS/M/2005 tentang Pedoman Pemberdayaan Penanggung Jawab Teknik Badan Usaha Jasa KonstruksiKualifikasi Kecil; 3. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 21 Tahun 2006 Tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengelolaan persampahan;

4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 852/Menkes/SK/IX/2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total BerbasisMasyarakat (STBM).