BAB I PENDAHULUAN. tahun, sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan angka harapan hidup. mencapai 71,1 tahun ( Depkesra, 2008 ).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

PENGARUH TERAPI MUSIK JAWA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT INSOMNIA PADA LANSIA DI UPT PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA MAGETAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

BAB 1 PENDAHULUAN. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Proses menua merupakan proses alamiah setelah melalui tiga tahap

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gangguan jiwa atau mental menurut DSM-IV-TR (Diagnostic and Stastistical

BAB I PENDAHULUAN. merupakan istilah bagi individu yang telah memasuki umur di atas 60 tahun (>60

BAB I PENDAHULUAN. pemeriksaan tekanan darah dengan menggunakan sphygmomanometer

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa 2011, pada tahun 2000-

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lanjut usia merupakan suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2016

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kepekaan, ketelitian, serta ketekunan. Pada pelaksanaan PBP

BAB 1 PENDAHULUAN. lansia di Indonesia yang berusia 60 tahun ke atas sekitar 7,56%. Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB 1 PENDAHULUAN. 11% dari seluruh jumlah penduduk dunia (± 605 juta) (World Health. meningkat menjadi 11.4% dibandingkan tahun 2000 sebesar 7.4%.

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesejahteraan masyarakat (Darmodjo, 2000) Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu

BAB I PENDAHULUAN. faktor genetik yang menjadi potensi dasar dan faktor lingkungan yang. hambatan pada tahap selanjutnya (Soetjiningsih, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap perjalanan kehidupan manusia berada dalam rentang toleransi dan keseimbangan yang dinamis terhadap

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan suatu bangsa seringkali dinilai dari umur harapan hidup penduduknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Individu pasti akan mengalami proses penuaan (ageing process) yaitu proses yang

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

EFEKTIVITAS TERAPI GERAK TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. psikologik, dan sosial-ekonomi, serta spiritual (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Batasan lansia yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia atau World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia tumbuh dan berkembang tidak terlepas dari proses menua. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tahun. Gejala ini alamiah, karena merupakan tanda dan proses berhentinya masa

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pada bayi merupakan suatu proses yang hakiki, unik, dinamik,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR JENIS KELAMIN DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI DESA LUWANG, GATAK, SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting bagi penduduk dunia. Hasil pembangunan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 10,67 juta orang (8,61 % dari seluruh penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

HUBUNGAN TERAPI MANDI AIR HANGAT SEBELUM TIDUR DENGAN PENURUNAN KEJADIAN INSOMNIA PADA USIA LANJUT DI DESA TANJUNGAN WEDI KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dapat dihindari oleh setiap orang. Sekarang ini banyak orang yang bertahan dari

BAB I PENDAHULUAN. Seseorang mulai memasuki tahap lanjut usia dimulai saat memasuki usia 60

BAB I PENDAHULUAN. cenderung lebih cepat. Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. penduduk lansia terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2025

PENGARUH RELAKSASI OTOT PROGRESIF TERHADAP KUALITAS TIDUR LANJUT USIA DI PANTI JOMPO AISIYAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehamilan merupakan hal yang diharapkan dari setiap pasangan suami istri.

BAB I PENDAHULUAN. [CDC], 2013). Data dari Riset Kesehatan Dasar ( 2013), prevalensi. gangguan mental emosional (gejala -gejala depresi

I. PENDAHULUAN. hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain. Indonesia menurut survey Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2006

memberikan gejala yang berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke, Penyakit ini telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan, padahal kasusnya cukup banyak ditemukan, hal ini terjadi karena

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Reni Ratna Nurul Fauziah, 2013

EFEKTIFITAS TEKNIK RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP BERKURANGNYA KELUHAN GANGGUAN TIDUR PADA REMAJA DI PANTI AL-MUDAKKIR DAN DI PANTI AL-AMIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

BAB I PENDAHULUAN. terjadi. Berupa rasa khawatir, takut yang tidak jelas sebabnya. Saat ini. 47,7% remaja sering merasa cemas (Depkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

BAB 1 PENDAHULUAN. organ tubuh. Hal ini juga diikuti dengan perubahan emosi secara

PATOFISIOLOGI ANSIETAS

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak yang berkualitas agar dapat melanjutkan cita-cita bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

Abstrak. Abstract. Kata Kunci: Hipertensi, musik klasik, relaksasi autogenik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa

BAB I PENDAHULUAN. jika seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak

TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF MENURUNKAN ANSIETAS REMAJA AWAL YANG MENGALAMI PREMENSTRUAL SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB I PENDAHULUAN. tercatat paling pesat di dunia dalam kurun waktu Pada tahun 1980

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bencana merupakan suatu kejadian traumatis (McFarlane, 2005). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Menstruasi merupakan perubahan fisiologis yang dialami wanita sebagai

HUBUNGAN KEBIASAAN MANDI AIR HANGAT DENGAN GANGGUAN POLA TIDUR PADA USIA LANJUT DI DESA CANDEN KRAJAN KALIKOTES KLATEN

PENGARUH RELAKSASI PROGRESIF TERHADAP KEJADIAN INSOMNIA PADA LANJUT USIA DI UPT PANTI WREDHA BUDHI DHARMA PONGGALAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. global yang harus segera ditangani, karena mengabaikan masalah mata dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

dicintai, putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. (UMY). Universitas Muhammadiyah Yogyakarta merupakan salah satu

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa yang terjadi di Era Globalisasi dan persaingan bebas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada tahun 2025 sebagaian besar orang-orang dengan usia lanjut kemungkinan akan menderita

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari segi usianya, siswa-siswi SMP merupakan remaja pada masa

BAB 1 PENDAHULUAN. lain. Manusia akan menjalani proses kehidupan yang memiliki 5 yakni

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan populasi penduduk lanjut usia (lansia) di dunia terus bertambah

BAB 1 PENDAHULUAN. dipungkiri bahwa dengan adanya perkembangan ini, masalah yang. manusia. Menurut National Institute of Mental Health, 20% populasi

BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Sistem Kesehatan Nasional (SKN) tahun 2009 menyebutkan bahwa pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka harapan hidup merupakan salah satu gambaran kemajuan suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memiliki perkembangan yang cukup baik sehingga menyebabkan meningkatnya angka harapan hidup manusia (AHH). Angka harapan hidup di Indonesia rata-rata pada tahun 2006 adalah 66,2 tahun. Pada tahun 2010 angka harapan hidup mencapai 67,4 tahun, sedangkan pada tahun 2020 diperkirakan angka harapan hidup mencapai 71,1 tahun ( Depkesra, 2008 ). Lanjut usia diseluruh dunia pada tahun 2025 diperkirakan berjumlah 1,2 milyar (WHO, 2011). Menurut Departement Kesejahteraan Sosial (2008) jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2006 sebesar 19 juta jiwa atau 8,90%. Pada tahun 2010 jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa atau 9,77% dan diperkirakan pada tahun 2020 mencapai 28,8 juta jiwa atau sekitar 11,34%. Pertambahan jumlah lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun 1990 sampai 2025 mempunyai kenaikan jumlah lanjut usia sebesar 414% ( Kinsella & Taeuber, 1993 dalam Sudoyo dkk, 2006). Saat ini jumlah kelompok lansia yang berusia 60 tahun ke atas berdasarkan Undang-undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia di Indonesia sebesar 7,28 persen dari jumlah penduduk (Nugroho, 2008). Saat ini diperkirakan di beberapa provinsi seperti DKI dan DIY penduduk kelompok lanjut usia tersebut telah mendekati kondisi yang dicapai 1

2 negara-negara maju sekarang. Wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah penyumbang nomor I tingginya jumlah lansia di Indonesia sekitar 13,41% (492.367) lansia pada tahun 2010 (BPS, 2011). Kabupaten Sleman sendiri memiliki jumlah lansia terbesar dari lima Kabupaten di DIY yaitu sebanyak 356.578 orang untuk pria dan 355.270 orang wanita (Dinkes Prov DIY, 2007 cit Noviani, 2009). Proses menua (aging) merupakan psoses alami yang dihadapi manusia dimana terjadi penurunan atau perubahan kondisi fisik, emosional, psikososial yang tentunya akan mempengaruhi produktivitasnya. Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara umum (fisik) maupun kesehatan jiwa secara khusus pada individu yang lanjut usia. Masalah kesehatan jiwa yang sering muncul pada lansia meliputi kecemasan, demensia, insomnia dan depresi (Maryam, Ekasari, Rosidawati, Jubaedi & Batubara, 2008). Kecemasan yang sering timbul pada lansia dipengaruhi oleh adanya stressor seperti bencana, trauma, takut akan kesepian, sadar akan kematian, lingkungan yang baru dan kehilangan pasangan. Dalam Al-Qur an surat Al- Baqarah 155, dijelaskan bahwa Allah menjadikan manusia itu akan diuji : Dan sesungguhnya akan kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. Kecemasan merupakan suatu kelompok gangguan psikiatri yang prevalensinya paling tinggi, dengan perkiraan prevalensi dalam kehidupan 28,8% dan perkiraan prevalensi dalam 12 bulan adalah 18,1% (Kinrys &

3 Wygant, 2005 dalam Sukandar, 2009). Pada lansia prevalensi kecemasan dari 10,2% sampai 15% (Lauderlade & Sheikh, 2003 dalam Mattoson & Connell s, 2007). Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fourth Edition (DSM-IV) membagi gangguan kecemasan dalam gangguan cemas menyeluruh atau Generalized Anxiety disorders (GAD), gangguan panik, gangguan cemas sosial atau Social Anxiety Disorders (SAD), gangguan obsesif-kompulsif, fobia dan gangguan stress pasca trauma atau Post Traumatik stress Disorders (PTSD) (Maslim, 2001). Kecemasan merupakan kebingungan, kekhawatiran yang disebabkan karena sesuatu yang tidak jelas serta dihubungkan dengan perasaan yang tidak menentu dan jika tidak ditangani bisa berakibat kematian (Suliswati dkk, 2005). Kecemasan juga berhubungan dengan sirkuit otak dan sistem neurotransmitter tertentu, sebagai contoh tingkat GABA (Gamma Amino Butyric Acid) yang sangat rendah berhubungan dengan kecemasan yang meningkat. Beberapa tahun terakhir ini semakin banyak perhatian yang difokuskan pada peran sistem Corticotropin Releasing Factor (CRF) yang sangat penting untuk ekspresi kecemasan ( Durand & Barlow, 2006 ). Konflik konflik atau kejadian yang tidak diinginkan bisa menimbulkan kecemasan. Faktor yang berkaitan dengan kecemasan antara lain usia, jenis kelamin, sosial budaya, tingkat pengetahuan, pengalaman individu, kemampuan beradaptasi dan support sistem. Kecemasan juga bisa terjadi karena individu tidak mampu menyesuaikan diri terhadap diri sendiri dan lingkungannya ( Pratiwi, 2010).

4 Kecemasan akan melibatkan komponen kejiwaan maupun fisik. Gejalagejala yang sering muncul dapat berbeda pada lansia antara lain mudah tersinggung, khawatir, gelisah, sulit tidur, tegang, gelisah, mudah terkejut, takut pada keramaian, jantung bedetak cepat, rasa sakit pada otot dan nyeri kepala (Maryam dkk, 2008). Gejala-gejala tersebut merupakan akibat dari rangsangan sistem syaraf otonom maupun viseral. Pada lansia yang mengalami kecemasan, sistem saraf simpatis akan bekerja dengan respon seperti jantung bedebar, nadi cepat, nafas cepat, muka merah dan keringat berlebih. Pada saat rileks yang bekerja adalah sistem saraf parasimpatis yang kerjanya berlawanan dengan sistem saraf simpatis ( Wade & Tavris, 2007). Metode terapi untuk mengurangi kecemasan cukup banyak antara lain terapi psikoreligius, terapi musik, terapi relaksasi dan terapi okupasi (Hawari, 2011). Berdasarkan penelitian Suyatmo (2009) menyatakan bahwa terapi relaksasi otot dipandang cukup efektif untuk menurunkan kecemasan. Penelitian Erliana & Susanti (2008) tentang perbedaan sebelum dan setelah diberikan terapi relaksasi otot progresif pada lansia yang insomnia di PSTW, juga menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat insomnia lansia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif. Terapi ini didasarkan pada keyakinan bahwa tubuh berespon pada kecemasan yang merangsang pikiran dan kejadian dengan ketegangan otot, oleh karena itu dengan adanya relaksasi otot progresif yang bekerja melawan ketegangan fisiologis yang terjadi sehingga kecemasan bisa teratasi ( Davis dkk, 1995). Terapi relaksasi merupakan sarana psikoterapi efektif sejenis

5 terapi perilaku yang dikembangkan oleh Jacobson dan Wolpe untuk mengurangi kecemasan dan ketegangan otot-otot, syaraf yang bersumber pada objek-objek tertentu (Goldfried dan Davidson, 1976 dalam Subandi, 2002). Lansia yang melakukan latihan relaksasi otot progresif dilatih untuk dapat memunculkan respon relaksasi sehingga dapat mencapai keadaan tenang. Kondisi rileks yang dirasakan tersebut dikarenakan latihan relaksasi dapat memberikan pemijatan halus pada berbagai kelenjar-kelenjar pada tubuh, seluruh tubuh dalam keadaan homeostatis atau seimbang, menurunkan produksi kortisol dalam darah, mengembalikan pengeluaran hormon yang secukupnya sehingga memberi keseimbangan emosi dan ketenangan pikiran. (Purwanto, 2007; Erliana dkk, 2008). Berdasarkan studi pendahuluan pada tanggal 21 Januari 20012 di Shelter Hunian sementara, Gondang I, Wukirsari, Cangkringan didapatkan data bahwa terdapat 130 lansia yang berasal dari Dusun Jambu dan Dusun Petung. Dari Skrining didapatkan 4 lansia yang mengalami kecemasan sedang. Lansia yang tinggal di Shelter merupakan warga yang mengalami bencana meletusnya merapi. Bencana (disaster) merupakan setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan, gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau memburuknya derajat kesehatan (WHO, 2002 dalam Efendi dan Makhfudli, 2009). Bencana tersebut menimbulkan trauma dan kecemasan karena lahanlahan mereka yang telah rusak karena lahar gunung merapi, kehilangan mata pencaharian dan cemas menghadapi kematian. Lansia juga kehilangan aktivitas bertani, berdagang dan mencari rumput untuk ternak. Berdasarkan

6 hasil studi pendahuluan tersebut peneliti ingin membantu para lansia agar dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi kecemasan akibat bencana dengan memberikan teknik relaksasi otot progresif. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah Apakah ada pengaruh terapi relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation) terhadap tingkat kecemasan pada lansia di Shelter Gondang I, Wukirsari, Cangkringan, Sleman Yogyakarta C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation) terhadap tingkat kecemasan pada lansia di Shelter Hunian sementara Gondang I, Wukirsari, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui tingkat kecemasan pada lansia sebelum diberikan terapi relaksasi otot progresif (pre-test) pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol. b. Mengetahui tingkat kecemasan pada lansia sesudah diberikan terapi relaksasi otot progresif (post-test) pada kelompok intervensi.

7 c. Mengetahui perbedaan tingkat kecemasan lansia yang diberikan terapi relaksasi otot progresif pada kelompok intervensi dengan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi relaksasi otot progresif. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara praktik dan teoritis sebagai berikut : 1. Bagi puskesmas Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan kepada pelayanan kesehatan lansia agar dapat meminimalkan kecemasan pada lansia. 2. Bagi lansia Memberikan alternatif perawatan yang dapat dipilih oleh penderita dan menambah pengetahuan agar penderita dapat mengendalikan kecemasannya serta mampu melakukan aktivitas sehari-hari yang bermanfaat untuk kehidupannya. 3. Ilmu keperawatan Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah alternatif perawatan pada lansia dengan kecemasan yang aplikatif dan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Serta sebagai upaya pengembangan ilmu keperawatan komunitas khususnya gerontik. 4. Penulis Mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot terhadap tingkat kecemasan pada lansia sehingga dapat meningkatkan produktivitas dan usia harapan hidup lansia

8 E. Keaslian Penelitian 1. Suyatmo (2009), Pengaruh relaksasi otot dalam menurunkan skor kecemasan T-TMAS mahasiswa menjelang Ujian Akhir Program (UAP) di AKPER Notokusumo. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi experimental dengan rancangan randomized control grup pretest and posttest design. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat kecemasan antara kelompok perlakuan dan kelompok control, sehingga relaksasi otot efektif dalam menurunkan kecemasan yang terjadi pada mahasiswa yang akan menghadapi ujian akhir program di Akper Notokusuman. Perbedaan dengan penelitian ini adalah objek yang digunakan, jika dalam penelitian ini adalah lansia di Shelter sedangkan pada penelitian Suyatmo adalah mahasiswa yang akan menghadapi ujian akhir program. Persamaannya adalah sama-sama menggunakan terapi relaksasi otot terhadap tingkat kecemasan. 2. Erliana, E. dkk (2008), Perbedaan Tingkat Insomnia Lansia Sebelum dan Sesudah Latihan Relaksasi Otot Progresif (Progresif Muscle Relaxation) di BPSTW Ciparay Bandung. Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen tanpa kelompok kontrol dengan pendekatan One Group Pretest- Postest Design dan dengan sampel sebanyak 29 orang dan diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pada penelitian ini menggunakan Uji Wilcoxon Match Paired Test. Hasil penelitian bahwa terdapat perbedaan tingkat insomnia sebelum dan sesudah latihan relaksasi otot progresif menunjukkan terdapat penurunan yang signifikan terhadap tingkat insomnia lansia. Perbedaan dengan penelitian ini adalah subjek yang diukur adalah

9 tingkat kecemasan, sedangkan pada penelitian Eliana, dkk mengukur perbedaan tingkat insomnia. Persamaanya adalah sama-sama menggunakan terapi relaksasi otot progresif dan objek yang sama yaitu lansia. 3. Junaidi (2008), pengaruh musik langgam jawa terhadap tingkat kecemasan lansia di PSTW Budiluhur Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode True Eksperimental Pre-Post With Control Group. Hasil penelitian bahwa terapi music langgam jawa terbukti dapat menurunkan tingkat kecemasan, dengan hasil (p= 0.00 <0,05 ). Perbedaan dengan penelitian ini adalah varriabel bebas dan metode yang digunakan, pada penelitian ini mengetahui pengaruh terapi relaksasi otot progresif dan menggunakan metode Quasi experiment dengan rancangan pretest-postest with control group design. Persamaannya yaitu sama-sama terhadap tingkat kecemasan pada lansia. 4. Florentinus Andri (2009), Hubungan dukungan sosial terhadap tingkat kecemasan lansia yang tidak memiliki pasangan hidup di panti sosial tresna werdha abiyoso. Jenis penelitian ini deskriptif korelatif yang menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampling adalah total sampling, data dianalisa dengan menggunakan uji korelasi Sperman s- Rho dan Fisher s exact Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat dukungan sosial dengan tingkat kecemasan lansia karena nilai p> 0,05. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel bebas dan metode penelitiannya. Persamaanya adalah sama-sama mengukur tingkat kecemasan.