BAB IX KEKUATAN SAMBUNGAN LAS DAN PAKU KELING

dokumen-dokumen yang mirip
FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

BAB 4 SAMBUNGAN LAS. Sambungan las (welding joint) merupakan jenis sambungan tetap. Sambungan las menghasilkan kekuatan sambungan yang besar.

Proses pembentukan sambungan las

Integrity, Professionalism, & Entrepreneurship. Mata Kuliah : Perancangan Struktur Baja Kode : CIV 303. Sambungan Las.

DASAR-DASAR PENGELASAN

KOMPUTERISASI SAMBUNGAN LAS YANG MEMIKUL MOMEN SEBIDANG DENGAN METODE KEKUATAN BATAS BERDASARKAN SPESIFIKASI AISC LRFD 1999

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Tumpuan Rol

Persentasi Tugas Akhir

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

BAB 2 SAMBUNGAN (JOINT ) 2.1. Sambungan Keling (Rivet)

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

STRUKTUR BAJA Fabrikasi komponen struktur baja. a. Komponen sambungan struktur baja; 1) Baja profil. 2) Baja pelat atau baja pilah

MACAM MACAM SAMBUNGAN

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

P ndahuluan alat sambung

BAB 3 SAMBUNGAN PAKU KELING

RANCANG BANGUN SPESIMEN UNTUK KEBUTUHAN ULTRASONIC TEST BERUPA SAMBUNGAN LAS BENTUK T JOINT PIPA BAJA. *

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

PENGELASAN Teknologi Pengelasan Pengelasan sebagai Kegiatan Komersial :

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

SAMBUNGAN LAS 6.1 PERHITUNGAN KEKUATAN SAMBUNGAN LAS Sambungan Tumpu ( Butt Joint ).

BAB 1 PENDAHULUAN. perhitungan analisis struktur akan dihasilkan gaya-gaya dalam dari struktur baja

BAB II KERANGKA TEORI

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab II STUDI PUSTAKA

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

Joining Methods YUSRON SUGIARTO

TUGAS AKHIR S T U DI LAJU KOROSI WELD JOINT M A T ERIAL PHYTRA AGASTAMA

Tugas Akhir. Studi Corrosion Fatigue Pada Sambungan Las SMAW Baja API 5L Grade X65 Dengan Variasi Waktu Pencelupan Dalam Larutan HCl

ANALISA PENGARUH LUASAN SCRATCH PERMUKAAN TERHADAP LAJU KOROSI PADA PELAT BAJA A36 DENGAN VARIASI SISTEM PENGELASAN

JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN

KEKUATAN MATERIAL. Hal kedua Penyebab Kegagalan Elemen Mesin adalah KEKUATAN MATERIAL

Simbol Pengelasan TEKNIK LAS BAB 2 SIMBOL PENGELASAN

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian rangka

A. Dasar-dasar Pemilihan Bahan

Macam-macam Tegangan dan Lambangnya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

FRAME DAN SAMBUNGAN LAS

PEMASANGAN STRUKTUR RANGKA ATAP YANG EFISIEN

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

Torsi sekeliling A dari kedua sayap adalah sama dengan torsi yang ditimbulkan oleh beban Q y yang melalui shear centre, maka:

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

KEKUATAN TARIK DAN BENDING SAMBUNGAN LAS PADA MATERIAL BAJA SM 490 DENGAN METODE PENGELASAN SMAW DAN SAW

Matsushita Gobel Foundation

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Perontok Padi 2.2 Rangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam tekan sebelum terjadi kegagalan (Bowles, 1985).

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

PLATE GIRDER A. Pengertian Pelat Girder

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekuatannya yang besar dan keliatannya yang tinggi. Keliatan (ductility) ialah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN TEKNIS BAUT BATUAN BERDIAMETER 39 mm DENGAN KEKUATAN PENOPANGAN kn LOGO

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

PENYULUHAN KAMPUH DAN KEKUATAN LAS UNTUK PEMUDA DESA GULON

TEKNIK PENGELASAN KAPAL JILID 2

Oleh: Agung Mustofa ( ) Muhammad Hisyam ( )

Session 1 Konsep Tegangan. Mekanika Teknik III

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Prinsip Statika Keseimbangan (Meriam& Kraige, 1986)

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

MENGELAS DENGAN PROSES PENGELASAN BUSUR BERPERISAI (SAW) LOG.OO

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

Konstruksi Baja. AR-2221 Struktur, Konstruksi dan Material

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Analisa Hasil Lasan Stud Welding Pada Baja AISI 304 dan Baja XW 42 Terhadap Kekuatan Tarik dan Kekerasan

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

Transkripsi:

BAB IX KEKUATAN SAMBUNGAN LAS DAN PAKU KELING 9.1. Sambungan Las Sambungan las adalah sambungan antara dua atau lebih permukaan logam dengan cara mengaplikasikan pemanasan lokal pada permukaan benda yang disambung. Perkembangan teknologi pengelasan saat ini memberikan alternatif yang luas untuk penyambungan komponen mesin atau struktur. Beberapa komponen mesin tertentu sering dapat difabrikasi dengan pengelasan, dengan biaya yang lebih murah dibandingkan dengan pengecoran atau tempa. Saat ini banyak part yang sebelumnya dibuat dengan cor atau tempa, difabrikasi dengan menggunakan pengelasan seperti ditunjukkan pada gambar 9.1. Sebagian besar komponen mesin yang difabrikasi menggunakan las, menggunakan teknik pengelasan dengan fusion, dimana dua benda kerja yang disambung dicairkan permukaannya yang akan disambung. Gambar 9.1 Komponen mesin yang dibuat dengan fusion welding [juvinal] Beberapa kelebihan sambungan las dibandingkan sambungan baut-mur atau sambungan keling (rivet) adalah lebih murah untuk pekerjaan dalam jumlah besar, tidak ada kemungkinan sambungan longgar, lebih tahan beban fatigue, ketahanan korosi yang lebih baik. Sedangkan kelemahannya antara lain adalah adanya tegangan sisa (residual stress), kemungkinan timbul distorsi, perubahan struktur metalurgi pada sambungan, dan masalah dalam disasembling. 9-1

Metoda pengelasan diklasifikasikan berdasarkan metoda pemanasan untuk mencairkan logam pengisi serta permukaan yang disambung. 1. Electric Arc Welding : panas diaplikasikan oleh busur listrik antara elektroda las dengan benda kerja (lihat gambar 9.1). Berdasarkan (1) aplikasi logam pengisi dan (2) perlindungan logam cair thd atmosfir, electric arc welding diklasifikasikan menjadi : a. Shielded Metal Arc welding (SMAW) b. Gas Metal Arc Welding (GMAW) c. Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) d. Flux-cored Arc Welding (FCAW) e. Submerged Arc Welding (SAW) Gambar 9.2 Electric Arc welding dengan coated electrode [spott] 2. Resistance Welding : arus listrik meng-generate panas dengan laju I 2 R, melalui kedua permukaan benda kerja yang disambung. Kedua benda di cekam dengan baik. Tidak diperlukan adanya logam pengisi atau shield, tetapi proses pengelasan dapat dilakukan pada ruang vakum atau dalam inert gas. Metoda pengelasan ini cocok untuk produksi masa dengan pengelasan kontinu. Range tebal material yang cocok untuk pengelasan ini adalah 0,004 s/d 0,75 inchi. 3. Gas Welding : umumnya menggunakan pembakaran gas oxyacetylene untuk memanaskan logam pengisi dan permukaan benda kerja yang disambung. Proses pengelasan ini lambat, manual sehingga lebih cocok untuk pengelasan ringan dan perbaikan. 4. Laser beam welding : plasma arc welding, electron beam welding, dan electroslag welding : adalah teknologi pengelasan modern yang juga menggunakan metoda fusi untuk aplikasi yang sangat spesifik. 5. Solid state welding : proses penyambungan dengan mengkombinasikan panas dan tekanan untuk menyambungkan benda kerja. Temperatur logam saat dipanaskan biasanya dibawah titik cair material. 9-2

Simbol las diberikan pada gambar teknik dan gambar kerja sehingga komponen dapat difabrikasi secara akurat. Simbol las distandardkan oleh AWS (American Welding Society). Komponen utama simbol las sesuai dengan standard AWS adalah (1) Reference line, (2) tanda panah, (3) basic weld symbols, (4) dimensi dan data tambahan lainnya, (5) supplementary symbols, (6) finish symbols, (7) tail, dan (8) spesifikasi atau proses. Simbol las selengkapnya ditunjukkan pada gambar 9.3. Contoh aplikasi simbol las dan ilustrasi hasil bentuk konfigurasi sambungan ditunjukkan pada gambar 9.4. Gambar 9.3 Simbol las sesuai standard AWS 9-3

Las fillet, (a) angka menunjukkan ukuran leg, (b) menunjukkan jarak Lingkaran menandakan bahwa pengelasan dilakukan berkeliling Konfigurasi pengelasan tipe butt atau groove (a) square, (b) V tunggal dengan root 2mm dan sudut 60 0, (c) V ganda, (d) bevel Gambar 9.4 Contoh aplikasi simbol las Pemilihan metoda pengelasan untuk fabrikasi komponen mesin perlu mempertimbangkan mampu las dari material. Kemampuan logam untuk disambung dengan pengelasan ditampilkan pada tabel 9.1. 9-4

Tabel 9.1 Mampu las logam yang umum digunakan untuk komponen mesin [juv] Terdapat banyak sekali konfigurasi sambungan las, tetapi dalam buku ini kita hanya membahas tegangan dan kekuatan sambungan jenis fillet weld. Diharapkan setelah memahai konfigurasi ini dengan baik, maka aplikasi untuk konfigurasi sambungan yang lain dapat dipelajari dengan mudah. Beberapa sambungan dengan konfigurasi fillet weld dan jenis beban paralel, dan beban melintang ditunjukkan pada gambar 9.5. 9-5

Gambar 9.5 Konfigurasi Fillet Weld dengan berbagai kondisi Pembebanan [juv] 9.2. Tegangan Pada Sambungan Las yang Mendapat Beban Statik Beban yang bekerja pada struktur sambungan dengan tipe fillet dapat berbentuk beban paralel, beban melintang (transverse), beban torsional, dan beban bending. Untuk menganalisis tegangan yang terjadi pada sambungan las terlebih dahulu perlu diperhatikan geometri sambungan las. Konfigurasi sambungan las jenis fillet dinyatakan dengan panjang leg, h e seperti ditunjukkan pada gambar 9.6. Umumnya panjang leg adalah sama besar, tetapi tidak selalu harus demikian. Untuk keperluan engineering praktis, tegangan pada sambungan las yang terpenting adalah tegangan geser pada leher 9-6

fillet (throat). Panjang leher, t e didefinisikan sebagai jarak terpendek dari interseksi pelat ke garis lurus yang menghubungkan leg atau kepermukaan weld bead. Untuk kasus yang umum yaitu las convex, panjang leher adalah pada posisi 45 0 dari leg, atau t e = 0,707 h e. Jadi luas leher yang digunakan untuk perhitungan tegangan adalah A w = t e L, dimana L adalah panjang las. Gambar 9.6 Geometri dan bidang geser sambungan fillet weld 9.2.1. Beban Paralel dan Beban Melintang Struktur sambungan las akan mengalami kegagalan geser pada penampang terkecil yaitu pada bagian leher. Hal ini berlaku baik untuk pembebanan paralel maupun pembebanan melintang. Nilai tegangan geser pada penampang leher dapat dihitung dengan persamaan : P P 1,414 P τ = = = (9.1) t L 0,707h L L e w e w dengan t e = panjang leher h e = panjang leg L w = panjang sambungan las Jadi untuk menghindari kegagalan pada sambungan, maka tegangan yang terjadi haruslah lebih kecil dari kekuatan luluh geser material : h e w e w ( Ssy ) las P τ = < (9.2) t L 9-7

Mengingat geometri sambungan las, maka efek konsentrasi tegangan perlu dipertimbangkan dalam perancangan konstruksi las. Penelitian yang dilakukan oleh Salakian dan Norris tentang distribusi tegangan di sepanjang leher las fillet menunjukkan adanya fenomena konsentrasi tegangan tersebut. Bentuk distribusi tegangan ditunjukkan pada gambar 9.7. Untuk keperluan praktis dalam perancangan sambungan las, harga faktor konsentrasi tegangan ditunjukkan pada gambar 9.7. Gambar 9.7 Distribusi tegangan pada sambungan las fillet yang mendapat beban melintang Gambar 9.8 Faktor konsentrasi tegangan sambungan las fillet 9.2.2. Beban Torsional Untuk struktur sambungan las yang mendapat beban torsional maka resultan tegangan geser yang terjadi pada suatu grup sambungan las adalah jumlah vektor tegangan geser 9-8

melintang dengan tegangan geser torsional. Tegangan geser akibat gaya melintang (transverse load) dapat dihitung dengan persamaan : V Gaya geser τ d = = (9.3) A luas penampangleher Sedangkan tegangan geser torsional adalah Tr τ t = (9.4) J dengan T = torsi yang bekerja, N-m r = jarak dari titik pusat massa ke titik terjauh, m J = momen inersia polar penampang las, m 3 Seperti halnya pada beban paralel dan melintang, penampang kritis untuk beban torsional adalah pada penampang leher. Momen inersia polar penampang lasa dapat dinyatakan dalam satuan momen inersia polar grup las sebagai J = t J = 0, 707h J (9.5) e u e dengan J u adalah satuan momen inersia polar yang ditunjukkan pada gambar 9.6 untuk berbagai konstruksi sambungan las fillet yang umum digunakan. Tabel tersebut dapat mempermudah perhitungan tegangan akibat beban torsional. Jadi untuk mengindarkan struktur sambungan gagal akibat beban torsional maka haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga resultan tegangan geser yang terjadi lebih kecil dari kekuatan geser material. d t ( S ) sy u τ = τ + τ < (9.6) 9.2.3. Beban Bending Pada pembebanan bending, sambungan lasa akan mengalami tegangan geser melintang dan juga tegangan normal akibat momen bending. Tegangan geser langsung akibat gaya geser dapat dihitung dengan persamaan (9.1). Sedangkan tegangan normal dapat dihitung dengan persamaan Mc σ = (9.7) I dimana c adalah jarak dari sumbu netral, dan I adalah momen inersia penampang yang dapat dinyatakan dalam satuan momen inersia penampanng las, I u sebagai 9-9

I = t I L = 0, 707h I L (9.8) e u w e u Tabel 9.2 Parameter geometri konstruksi sambungan las fillet untuk berbagai kondisi pembebanan w 9-10

Tabel 9.2 (sambungan) L w adalah panjang las, dan I u untuk beberapa konstruksi sambungan ditunjukkan pada tabel 9.2. Gaya persatuan panjang dari las adalah Pa w ' = (9.9) I u dimana a adalah jarak antara posisi sambungan dengan aplikasi beban. Setelah tegangan geser dan tegangan normal yang terjadi didapatkan, maka selanjutnya dapat ditentukan principal stress tertinggi pada sambungan. Kegagalan sambungan dapat 9-11

ditentukan dengan menggunakan teori tegangan geser maksimum (MSST) atau teori energi distorsi (DET). 9.3. Kekuatan Material Sambungan Las Elektroda yang digunakan pada electric arc welding ditandai dengan huruf E dan diikuti empat digit angka. Contoh E6018. Dua angka pertama menandaka kekuatan material setelah menjadi sambungan dalam ribuan pound per inchi kuadrat (ksi). Angka ke tiga menunjukkan posisi las seperti misalnya posisi flat, vertikal, atau overhead. Sedangkan angka terakhir menandakan variabel dalam pengelasan seperti misalnya besarnya arus. Tabel 9.3 menampilkan kekuatan minimum untuk beberapa elektroda yang banyak digunakan untuk komponen mesin. Dengan diketahuinya kekuatan yield material dan tegangan yang terjadi akibat beban yang bekerja, maka perancang dapat menentukan tegangan perancangan dan faktor keamanan yang diinginkan. Tabel 9.3 Kekuatan elektroda las Contoh Soal # 1 : Sebuah pelat tebal t = 20 mm dilas (convex fillet) ke dinding tebal dengan panjang las L = 50 mm. Pelat terbuat dari baja dengan kekuatan yield S y = 350 Mpa. Tentukanlah besarnya beban yang dapat ditahan jika digunakan elektroda las dengan kekuatan yield 350 Mpa. Diinginkan faktor keamanan 3,0 dan panjang leg adalah 6mm. Gambar 9.9 Problem contoh soal #1 9-12

Contoh Soal # 2 : Sebuah bracket di-las pad beam seperti ditunjukkan pada gambar mendapat beban statik sebesar 20 kn. Sambungan las adalah jenis fillet dan menggunakan elektroda nomor E60XX. Rancanglah panjang leg untuk kondisi pembebanan tersebut dengan mengabaikan efek bending. Diinginkan faktor keamanan 2,5. Gambar 9.10 Problem contoh soal #2 9.4. Kekuatan Fatigue Sambungan Las Pada saat konstruksi sambungan las mendapat beban bolak-balik (cyclic) maka kemungkinan kegagalan fatigue adalah merupakan pertimbangan utama dalam perancangan. Adanya void dan inklusi pada sambungan las memberikan efek yang tidak terlalu signifikan pada beban statik, tetapi menurukan kekuatan fatigue secara signifikan. Retak biasanya merambat pada daerah heat-affected-zone (HAZ), karena daerar ini merupakan daerah yang paling lemah dalam sambungan. Sangat jarang sekali perambatan retak terjadi pada logam pengisi. Beberapa textbooks menyarankan tidak menggunakan sambungan las untuk komponen yang mendapat beban fatigue. Hal ini tidak membantu engineer dalam perancangan karena komponen mesin umumnya mendapat beban dinamik. Untuk keperluan praktis, nilai faktor konsentrasi tegangan fatigue untuk beberapa jenis sambungan las diberikan pada tabel 9.4 berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jennings. 9-13

Tabel 9.4 Faktor konsentrasi tegangan fatigue sambungan las Type of Weld Fatigue stress concentration factors, K f Reinforced but weld 1,2 Toe of Transverse fillet weld 1,5 End of parallel fillet weld 2,7 T-butt joint with sharp corner 2,0 9.5. Sambungan Keling (Rivet) Sambungan keling digunakan secara luas dalam struktur boiler, kapal, jembatan, bangunan, tangki, kapal, pesawat uadara, dll. Dalam perancangan sambungan keling, diameter keling yang dijadikan parameter design, walaupun setelah dipasang diameter rivet akan ekpansi memenuhi ukuran lubang. Beberapa kelebihan sambungan keling antara lain adalah : Tidak akan longgar karena adanya getaran atau beban kejut Relatif murah dan pemasangan yang cepat Ringan Dapat diasembling dari sisi blind Lebih tahan korosi dibandingkan sambungan baut Kekuatan fatigue lebih baik dari sambungan las Sedangkan kelemahan sambungan keling adalah tidak dapat dilepas, dan pencekaman tidak sekencang sambungan baut. Jarak minimum antar keling biasanya adalah sekitar tiga kali diameter (kecuali pada strukutr boiler), sedangkan jarak maksimum adalah 16 kali tebal pelat. Jarak antar keling yang terlalu jauh akan mengakibatkan terjadi plate buckling. Untuk menjamin keselamatan, prosedur perancangan konstruksi yang menggunakan sambungan paku keling haruslah mengikuti persayaratan yang ditetapkan oleh Code yang telah disusun oleh AISC dan ASME. Paku keling dapat dibuat dari bahan yang bersifat ulet seperti baja karbon, aluminium, dan brass. Untuk mengurangi efek lingkungan, paku keling sering di coating, plating, atau di cat. Konfigurasi paku keling yang banyak digunakan ada dua jenis yaitu (1) jenis tubular 9-14

dan (2) jenis blind seperti ditunjukkan pada gambar 9.10. Sedangkan gambar 9.11 menunjukkan metoda pemasangan beberapa jenis paku keling. Gambar 9.11 Tipe dasar paku keling jenis tubular (a) semi tubular, (b) self piercing, (c) compression Gambar 9.12 Berbagai metoda pemasangan paku keling 9-15

Tegangan yang terjadi pada paku keling yang mendapat beban tarik dapat dihitung dengan persamaan sederhana P σ = (9.10) A c dimana P adalah gaya tarik yang dialami paku keling dan A c adalah luas paku keling sebelum dipasang. Perlu diingat bahwa paku keling biasanya dipang dalam grup, sehingga diperlukan analisis beban yang diterima tiap paku keling terlebih dulu. Mode kegagalan yang mungkin terjadi pada konstruksi keling akibat beban geser dapat diklasifikasikan menjadi enam jenis yaitu (1) mode bending pada pelat, (2) mode geser pada keling, (3) mode tarik pada pelat, dan (4) bearing pada rivet atau pelat, (5) shear tear-out pada pelat, dan (6) tensile tear-out pada pelat. Keenam jenis mode kegagalan ini ditunjukkan pada gambar 9.11. Gambar 9.13 Beban geser dan mode kegagalan pada sambungan keling Dalam praktek, mode kegagalan pertama sampai ke-empat yang paling sering terjadi. Sedangkan dua mode kegagalan terakhir dapat dihindari dengan memberikan jarak minimum sebesar 1,5 x diameter paku keling ke ujung pelat. 1. Mode bending pada komponen : untuk menghindari kegagalan ini maka persamaan berikut harus dipenuhi : PLg σ = < 0,6( Sy ) j (9.10) 2Z m dengan L g = panjang grip, [m] Z m = scetion modulus pelat yang paling lemah, I/c [m 3 ] (S y ) j = kekuatan yield komponen terlemah, [Pa] 2. Mode geser pada paku keling : untuk menghindari kegagalan ini, maka persamaan berikut harus dipenuhi : 9-16

4P τ = < Ssy 0,4S y (9.11) πd 2 c dengan d c = crest diameter, [m] S sy = kekuatan luluh geser bahan paku keling, [Pa]. Dalam analisis, diameter yang digunakan adalah diameter paku keling sebelum terpasang. Kegagala geser pada sambungan paku keling adalah merupakan pertimbangan utama dalam perancangan konstruksi sambungan paku keling. 3. Mode tensile pada komponen pelat : untuk menghindari kegagalan ini, maka persamaan berikut harus dipenuhi : dengan b = lebar komponen pelat, [m] N r = jumlah paku keling sepanjang lebar komponen t m = tebal komponen pelat yang paling kecil, [m]. P σ = < ( Sy ) j (9.12) ( b N d ) t r c m 4. Mode compressive bearing failure : untuk menghindari kegagalan ini, maka persamaan berikut harus dipenuhi : P σ = < 0,9( Sy ) j (9.12) d t c m Formula untuk menentukan kegagalan sambungan keling di atas adalah untuk masingmasing paku keling atau masing-masing komponen. Pada kenyataan, biasanya sambungan paku keling terdiri dari beberapa buah sehingga kegagalan akibat beban geser torsional perlu dimasukkan dalam perancangan. Sehingga tegangan geser maksimuk pada paku keling selanjutnya dapat dihitung dengan penjumlahan vektor tegangan geser langsung (τ d ) dan tegangan geser torsional (τ t) : τ = τ + (9.12) d τ t 9-17

Untuk paku keling yang mendapat kombinasi beban normal dan beban geser, maka dapat digunakan teori energi distorsi atau teori tegangan geser maksimum untuk menentukan kekuatan sambungan. Contoh Soal 3: Trotoar untuk pejalan kaki pada jembatan ditumpu dengan konstruksi sambungan keling seperti ditunjukkan pada gambar. Beban maksimum diperkirakan sebesar 3000 N pada jarak 2 m dari sambungan.tentukanlah diameter paku keling yang diperlukan jika bahannya adalah baja AISI 1040, dan dinginkan faktor keamanan sebesar 5,0. Gambar 9.14 Struktur penumpu trotoar pada jembatan Soal-soal : 9.1 Batang baja horizontal (tebal 3/8 in) pada gambar dibawah dengan beban tarik dilas pada penumpu vertikal. Tentukan beban F yang menyebabkan tegangan geser pada sambungan las 20 kpsi 9.2 Gambar dibawah menunjukkan batang baja 3/8 in pada penumpu vertikal dengan dua sambungan las fillet. Tentukan gaya lentur yang aman jika gaya geser yang diijinkan pada sambungan las adalah 20 kpsi 9-18

9.3 Gambar dibawah menunjukkan batang dan penumpu dengan empat sambungan las fillet. Tunjukkan bahwa kekuatan sambungan las dua kali lebih kuat dibandingkan soal no.2 9.4 Gaya bolak-balik bekerja pada member dengan beban tarik yang dilas. Member (baja AISI 1010, dirol panas, tebal10mm) dengan sambungan las fillet paralel 6mm. Jika limit ketahanan bar dan sambungan las 52 Mpa dan faktor desain 2.8, estimasi besar F yang aman 9.5 Balok panjang (AISI 1010, dirol panas, tebal 10mm) pada gambar dibawah pada tumpuan dengan 3 sambungan las fillet 6mm. Beam dibebani dengan gaya bolakbalik F a = 2 kn. Estimasi faktor keamanan 9-19

9.6 Tegangan ijin terhadap geser pada sambungan las pada gambar dibawah 140 Mpa. Estimasi beban lentur F yang menyebabkan tegangan tersebut 9.7 Torsi sebesar 20 (10 3 ) bekerja pada sambungan las pada gambar dibawah. Tentukan tegangan geser maksimum pada sambungan las 9.8 Tentukan beban statik F yang aman pada sambungan las dengan elektroda E6010 pada gambar dibawah. Gunakan teori tegangan geser maksimum dengan faktor keamanan 2 9-20

9.9 Balok baja (AISI 1018, dirol panas) pada gambar dibawah dilas pada frame dengan elektroda E6010. Estimasi besar gaya bolak-balik yang dapat diterima jika faktor desain 2 9.10 Pelat (AISI 1010, tebal 3/8in) dihubungkan dengan balok AISI 1015 dengan sambungan las T-butt memakai elektroda E6010. Tentukan beban bolak-balik yang dapat diterima sambungan las jika faktor desain n d = 2 9-21