Heru Purnomo PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
Universitas Syiah Kuala Vol. 3 No.4, Oktober 2016, hal ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang bermakna, sangat penting bagi pembangunan nasional.

MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMEN DIVISION (STAD) DI SD NEGERI 15 KOTO BALINGKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu. manusia dalam mengembangkan dirinya hingga mampu menghadapi setiap

BAB I PENDAHULUAN. kearah suatu tujuan yang dicita-citakan dan diharapkan perubahan tersebut

Upaya Meningkatkan Minat Belajar Siswa Pada Materi Hak Asasi Manusia (HAM) Dengan Menggunakan Metode Make A Match

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

mengembangkan pengetahuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia

JURNAL. Oleh: SUYATI NPM Dibimbing oleh : 1. Dra. Budhi Utami, M.Pd. 2. Dra. Dwi Ari Budiretnani, M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Undang-undang RI No. 20 Th Bab 1 pasal 1. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

Novia Wijayanti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Ponorogo.

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan kurikulum pada awal kemerdekaan di tahun 1946 sampai sekarang, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN DEMONSTRATION TERHADAP MATERI PEMERINTAH DAERAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI 5 SETIA BAKTI

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya pendidikan merupakan usaha manusia, artinya manusialah yang

Aminudin 1. SDN Sukorejo 01, Kota Blitar 1

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam proses belajar siswa, tidak dipungkiri lagi bahwa pembelajaran PKn di Sekolah

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. moral akan mempengaruhi masa depan bangsa. 1. lemahnya proses pembelajaran. Selama ini pendidikan hanya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembentukan manusia sempurna melalui pendidikan, di dalam pendidikan berlaku

Peningkatan Aktivitas Dan Prestasi Belajar Matematika Dengan Metode Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII B di MTs Muhammadiyah 1 Ponorogo

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PKn

BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, pengendalian diri dan keterampilan untuk membuat dirinya berguna di

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S 1. Diajukan Oleh: SUKAMTI A.54DO90026

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang. memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk

Mufarizuddin,M.Pd. 1 ABSTRAK. Keyword : Hasil belajar Matematika, Strategi Mathematical Investigation

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES

METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Dengan pendidikan dapat membantu mewujudkan cita-cita

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROUND TABLE DALAM UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN SISWA

Charlina Ribut Dwi Anggraini

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan menurut sistem Pendidikan Nasional Pancasila dengan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang pesat, menyebabkan semakin derasnya arus informasi dan

PENGGUNAAN PENDEKATAN NUMBERED HEADS TOGETHER UNTUK MENUMBUHKAN PEMBELAJARAN PKN YANG JOYFULL LEARNING DI KELAS VII A SMP NEGERI 1 WONOAYU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATERI KAIDAH FUNDAMENTAL BANGSAKU DENGAN TEKNIK JIGSAW DI SMAN I GADING. Luluk Hidayati

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN NO MEDAN DELI

Jufri Lanasir, Anthonius Palimbong, dan Hasdin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk. menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini.

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MATERI GLOBALISASI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING CHIPS LILIK SUPRAPTI

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

Penerapan Metode Pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

globalisasi telah mengakibatkan dekadensi moral yang demikian hebat (Aziz. terlarang semakin dekat dengan kehidupan manusia dewasa ini.

SKRIPSI. Diajukan kepada : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Ponorogo. Oleh RIYADI NIM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi syarat-syarat guna memperoleh Gelar Sarjana. Program Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Pendidikan Kewarganegaraan

KOLABORASI MEDIA GAMBAR DAN MODEL PEMBELAJARAN BOTLE DANCE PADA MATERI PENINGGALAN SEJARAH

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab. Sebagaimana yang tertuang dalam pasal 3 Undang-Undang No. 20. tahun 2003 tentang SISDIKNAS yang berbunyi :

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlaq, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2006), hlm. 13.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Undang-undang pendidikan menyebutkan bahwa pendidikan nasional

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMAN 1 MEDAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF JIGSAW

Oleh Ngaenah Guru SD Negeri 4 Karangpaningal

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan. Undang-Undang tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

NASKAH PUBLIKASI. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan optimal sesuai dengan potensi pribadinya sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Setelah melakukan penelitian dan observasi yang dilakukan pada SMA

OLEH : DRS. ZULIYANTO ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari para siswa baik sebagai individu, anggota masyarakat, dan

MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI POKOK SUMBER ENERGI GERAK MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

METODE PEMBELAJARAN BERBASIS INKUIRI DALAM UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN PELAJARAN PKN SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI.

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik

Transkripsi:

Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Dengan Menggunakan Metode Examples Non Examples Pada Mata Pelajaran PKn Materi HakAsasi Manusia (HAM) Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Slahung Ponorogo Tahun Pelajaran 2013/2014 Heru Purnomo ABSTRAK Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah suatu bahan ajar yang bersinggunangan dengan wawasan kenegaraan, sikap dan prilaku warganegara. Akan tetapi hal tersebut menjadi kendala dalam proses kegiatan belajar mengajar. Cara penyajian mata pelajaran yang dilakukan pendidik akan sangat mempengaruhi prestasi belajar. Menyajian pelajaran dengan metode ceramah (konvensional) kurang menarik akan sangat menghambat penerimaan ilmu oleh peserta didik, pendidik sebagai media penyalur ilmu kepada peserta didik hendaknya benar-benar menguasai konsep pembelajaran sehingga peserta didik dapat menangkap informasi dengan baik, mudah diingat, menyenangkan serta dapat diterapkan dalam pemecah masalahnya dalam bentuk evaluasi yang diberikan pendidik, sehingga hasil akhir dalam proses pendidikan dapat maksimal. Konsep pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang monoton tanpa memikirkan hasil akhir yang akan terus berlangsung maka tingkat pemahaman siswa akan sangat terbatas. Seharusnya proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak hanya mengerti akan tetapi juga harus paham serta mampu menyelesaikan permasalahan karena semua termasuk warga negara. Tujuan dari penelitian ini adalah Ingin mengetahui penerapan metode examples non examples dalam meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn dengan materi Hak Asasi Manusia (HAM) pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Slahung Ponorogo Tahun Pelajaran 2013/2014. Serta mengetahui upaya penerapan metode examples non examples dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Slahung Ponorogo Tahun Pelajaran 2013/2014 Kata Kunci: Pemahaman, Examples Non Examples PENDAHULUAN Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Pendidikan

sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. menyatakan: Undang-undang Dasar 1945 pasal 31 yang telah diamandemen 1) Setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak 2) Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. 3) Pemerintah pernah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlaq mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan Undang-Undang. 4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara serta dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional. 5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan Teknologi dengan menjunjung tinggi agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umum manusia. (UUD 1945:2) Berdasarkan ketentuan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31, bawasanya setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak, dan wajib mengikuti pendidikan yang telah diprogramkan oleh pemerintah. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) mengalami perkembangan sejarah yang sangat panjang, yang dimulai dari Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), sampai yang terakhir pada Kurikulum 2004 berubah namanya menjadi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan dapat diwujudkan dalam bentuk

perilaku kehidupan sehari-hari peserta didik sebagai individu, anggota masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Landasan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah Pancasila dan UUD 1945, yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, tanggap pada tuntutan perubahan zaman, serta Undang Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Setiap ilmu harus memiliki syarat-syarat ilmiah, yaitu mempunyai objek, metode, sistem, dan bersifat universal. Objek pembahasan setiap ilmu harus jelas, baik objek material maupun objek formalnya. Pengajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) pada sekolah menengah pertama yakni membahas segala hal yang berkaitan dengan warganegara baik empirik maupun nonempirik, yang meliputi wawasan, sikap dan perilaku warganegara dalam kesatuan bangsa dan negara. Sebagai objek formalnya mencakup dua segi, yaitu segi hubungan antara warganegara dan negara dan segi pembelaan negara. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah suatu bahan ajar yang bersinggunangan dengan wawasan kenegaraan, sikap dan prilaku warganegara. Akan tetapi hal tersebut menjadi kendala dalam proses kegiatan belajar mengajar. Cara penyajian mata pelajaran yang dilakukan pendidik akan sangat mempengaruhi prestasi belajar. Menyajian pelajaran dengan metode ceramah (konvensional) kurang menarik akan sangat menghambat penerimaan ilmu oleh peserta didik, pendidik sebagai media penyalur ilmu kepada peserta didik hendaknya benar-benar menguasai konsep pembelajaran sehingga peserta didik dapat menangkap informasi dengan baik, mudah diingat, menyenangkan serta dapat diterapkan dalam pemecah masalahnya dalam bentuk evaluasi yang diberikan pendidik, sehingga hasil akhir dalam proses pendidikan dapat maksimal. Oleh sebab itu ada dua kendala yaitu cara penyajian pelajaran dengan metode ceramah (konvensional) dan prestasi belajar siswa yang kurang memuaskan. Penyajian yang kurang menarik sangat mempengaruhi pemahaman siswa sehingga proses belajar hanya sebagai wahana untuk mencapai target kurikulum tanpa melihat hasil akhir yakni prestasi belajar siswa.

Konsep pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang monoton tanpa memikirkan hasil akhir yang akan terus berlangsung maka tingkat pemahaman siswa akan sangat terbatas. Seharusnya proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) tidak hanya mengerti akan tetapi juga harus paham serta mampu menyelesaikan permasalahan karena semua termasuk warga negara. Rendahnya prestasi belajar siswa dapat diketahui dari dua aspek yakni kualiats proses dalam kegiatan belajar mengajar dan kualitas hasil belajar siswa. Kualitas proses dalam kegiatan belajar mengajar dapat dilihat dari aktivitas, interaksi antar siswa dan motivasi belajar siswa serta kualiatas menyajikan pelajaran. Sedangkan kualitas hasil belajar dapat dilihat dari hasil akhir evaluasi. Studi kasus yang dilakukan di SMA 1 Negeri Slahung Ponorogo menunjukkan bahwa sebagaian besar siswa belum tuntas dalam penguasaan materi yang diajarkan. Disamping itu pembelajaran masih dominan menggunakan metode ceramah sehingga sebagaian besar siswa masih pasif terpusat pada guru. Dari itu dapat dilihat bahwa proses belajar masih sangat rendah. Untuk memperbaiki kualitas pembelajaran Pendidikan Kewarganegaran (PKn) di SMA Negeri 1 Slahung Ponorogo perlu diterapkan metode pembelajaran inovatif yaitu metode pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif dan mengaktualisasikan diri. Maka dari itu perlu adanya penggunaan metode pembelajaran yang mengacu kepada aspek tersebut. examples non examples merupakan metode pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar aktif dan bertujuan agar siswa mempunyai jiwa kemandirian dalam belajar serta menumbuhkan daya kreatifitas. Penggunaan model examples non examples marupakan suatu alternative sebagai meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa. Maka di perlukan suatu usaha guna meningkatkan dan menumbuhkan siswa dalam ber komunikasi yaitu guru dengan siswa maupun siswakan dengan siswa dan partisipasi belajar agar siswa dapat tertarik, mudah mengingat, dan tidak bosan dalam pelajaran. Dengan menggunakan examples non examples siswa akan lebih memahami materi karena siswa dituntut untuk

aktif dan menganalisis dari informasi tentang materi pelajaran yang yang telah diberikan. Berdasarkan keterangan di atas telah dikemukakan bahwa siswa memerlukan metode yang baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan pemahaman dalam pembelajaran pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Untuk itu penulis melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tema Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa Dengan Menggunakan Metode Examples Non Examples Pada Mata Pelajaran PKn Materi HakAsasi Manusia (HAM) Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Slahung Ponorogo Tahun Pelajaran 2013/2014. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang masalah dan permasalan tersebut di atas maka rumusan masalah dari penelitian tindakan kelas ini adalah: 1. Bagaimana penerapan metode examples non examples dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn dengan materi Hak Asasi Manusia (HAM) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Slahung Ponorogo tahun pelajaran 2013/2014? 2. Apakah upaya penerapan metode examples non examples dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn siswa kelas X SMA Negeri 1 Slahung Ponorogo tahun pelajaran 2013/2014? METODE PENELITIAN Metode Examples Non Examples merupakan salah satu pendekatan Group investigation dalam pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan perolehan hasil akademik. Tipe pembelajaran ini dimaksudkan sebagai alternatif terhadap model pembelajaran kelas tradisional dan menghendaki siswa saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif dari pada individu. (Muslimin Ibrahim, 2000: 3)

Pembelajaran Examples Non Examples adalah salah satu contoh model pembelajaran yang menggunakan media. Media dalam pembelajaran merupakan sumber yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Manfaat media ini adalah untuk guru membantu dalam proses mengajar, mendekati situasi dengan keadaan yang sesungguhnya. Dengan media diharapkan proses belajar dan mengajar lebih komunikatif dan menarik. Metode Pembelajaran Examples Non Examples atau juga biasa di sebut Examples And Non-Examples merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar. Salah satu proses belajar mengajar adalah gambar. Media gambar merupakan salah satu alat yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu mendorong siswa lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya. Dengan menerapkan media gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat bermanfaat secara fungsional bagi semua siswa. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan akan aktif termotivasi untuk belajar. Menurut Rochyandi dalam Yadi (2004:11) model pembelajaran kooperatif tipe examples non examples adalah: Tipe pembelajaran yang mengaktifkan siswa dengan cara guru menempelkan contoh gambar-gambar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan gambar lain yang relevan dengan tujuan pembelajaran, kemudian siswa disuruh untuk menganalisisnya dan mendiskusikan hasil analisisnya sehingga siswa dapat membuat konsep yang esensial. Gambar juga mempunyai peranan penting dalam proses belajar mengajar, yakni untuk mempermudah dan membantu siswa dalam membangkitkan imajinasinya dalam belajar. Selain itu dengan mengggunakan gambar siswa dapat melatih mencari dan memilih urutan yang logis sesuai dengan materi yang diajarkan. Dengan demikian dalam Model Pembelajaran Examples Non Examples tercakup teori belajar konstruktivisme. HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Proses Akativitas Guru Aktivitas guru pada siklus pertama 65 mengalami peningkatan dengan nilai 93 pada siklus kedua dengan kategori sebagai berikut : 1) Guru sudah mampu menyampaikan apersepsi dan motivasi diawal pembelajaran dan sudah sesuai dengan materi yang akan diasampaikan. 2) Guru sudah berperan dalam proses belajar mengajar secara menyeluruh terutama dalam membimbing siswa dalam membacakan gambar media metode examples non examples. 3) Guru sudah mampu menjelaskan materi dengan tempo pelan. 4) Guru tidak mengulang kata sehingga pembagian waktu sudah tepat. b. Proses Aktivitas Siswa a) Aspek kerjasama pada siklus pertama diperoleh rata-rata nilai 71 dengan kategori cukup. Dan untuk siklus kedua memperoleh rata-rata nilai 90 dengan kategori Sangat Baik. b) Aspek membedakan siswa pada siklus pertama diperoleh rata-rata nilai 68 dengan kategori Cukup. Dan untuk siklus kedua memperoleh rata-rata nilai 89 dengan kategori Sangat Baik. c) Aspek keaktifan siswa pada siklus pertama diperoleh rata-rata nilai 75 dengan kategori cukup. Dan untuk siklus kedua memperoleh rata-rata nilai 87 dengan kategori Sangat Baik. d) Aspek pemahaman siswa pada siklus pertama diperoleh rata-rata nilai 73 dengan kategori cukup. Dan untuk siklus kedua memperoleh rata-rata nilai 95 dengan kategori Sangat Baik. e) Pemahanan Belajar Siswa Hasil pemahaman siswa dalam penelitian menggunakan metode examples non examples dapat dilihat perkembangannya pada siklus pertama rata-rata pemahaman siswa 71 dan dapatdikategorikan cukup, sedangkan pada siklus kedua mengalami peningkatan menjadi 90 dengan kategori sangat baik. Hasil belajar siswa yang dilihat dari evaluasi disetiap akhir siklus, yakni pada siklus pertama rata-rata nilai 73 dengan kategori cukup. Dan untuk evaluasi

siklus kedua rata-rata nilai 91 dengan kategori Sangat Baik. Jadi, untuk hasil belajar siswa mengalamai peningkatan 18 angka. Perkembangan hasil kelompok pada siklus pertama dengan hasil rata-rata 76 dan dapat dikategorikan baik, sedangkan pada siklus kedua mengalami peningkatan dengan rata-rata 92 dan dikategorikan sangat baik. Pada hasil belajar kelompok mengalami peningkatan 16 angka. Berdasarkan hasil observasi aktivitas Guru, observasi aktifitas siswa dalam proses belajar serta hasil belajar berupa evaluasi yang dilaksanakan disetiap akhir siklus dan hasil belajar kelompok dalam proses pembelajaran melalui penerapan metode examples non examples dapat dinyatakan mengalami peningkatan, dapat dilihat pada prosentase frekuensi pemahaman belajar siswa dari siklus pertama ke siklus kedua, pada observasi guru dari siklus pertama 65 menjadi 93 pada siklus kedua, aktivitas siswa pada siklus pertama dengan rata-rata pemahaman 71 mengalami peningkatan 90 pada siklus kedua, hasil belajar siswa pada siklus pertama 73 mengalami peningkatan menjadi 91 pada siklus kedua serta pada aktivitas kelompok mengalami peningkatan pada siklus pertama 76 menjadi 92 pada siklus kedua dengan peningkatan 16 angka. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan Pemaparan diatas tentang penerapan pembelajaran PKn dengan metode examples non examples pada sub pokok bahasan upaya pemajuan, penghormatan dan penegakkan HAM di Indonesia di X SMA Negeri 1 Slahung Ponorogo tahun pelajaran 2013/2014, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Penerapan metode examples non examples dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn dengan materi Hak Asasi Manusia (HAM) pada siswa kelas X SMA Negeri 1 Slahung Ponorogo tahun pelajaran 2013/2014. a. Melalui pengamatan penguasaan materi dalam proses pembelajaran, Nilai siswa pada siklus pertama memperoleh rata-rata nilai 73 dan pada siklus

kedua memperoleh rata-rata nilai 91. Jadi untuk penguasaan materi mengalami peningkatan 18 angka. b. Melalui pengamatan penguasaan siswa dalam proses pembelajaran, Nilai siswa pada siklus pertama memperoleh rata-rata nilai 71 dan pada siklus kedua memperoleh rata-rata nilai 90. Jadi untuk peenguasaan siswa mengalami peningkatan 19 angka. c. Aktivitas kelompok siswa dalam proses pembelajaran. Nilai pada siklus pertama memperoleh rata-rata nilai 76 dan pada siklus kedua memperoleh rata-rata nilai 92. Jadi pada siklus kedua aktivitas kelompok siswa dalam proses belajar mengalami peningkatan 16 angka. 2. Upaya penerapan metode Examples Non Examples dapat meningkatkan pemahaman siswa pada mata pelajaran PKn siswa kelas X SMA Negeri 1 Slahung Ponorogo tahun pelajaran 2013/2014. Dengan diketahui hasil dari tiap siklus yakni siklus pertama dengan hasil nilai 71 mengalami peningkatan pemahaman menjadi 90 pada siklus kedua. Beberapa saran yang dapat peneliti ajukan untuk penelitian, penulisan atau kegiatan pembelajaran lebih lanjut mengenai pembelajaran examples non examples adalah sebagai berikut : 1. Pembelajaran examples non examples dapat memberikan hasil yang positif, oleh karena itu pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan guru guru dalam membelajarkan Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah. 2. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian bisa mencoba menggunakan metode examples non examples untuk materi yang lain. Untuk lebih mensukseskan dunia pendidikan, tidak ada salahnya guru untuk belajar dan mencari pengetahuan tentang metode-metode pembelajaran yang baru dan menerapkan dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak jenuh dalam proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1990. Manajemen Penelitian. Jogjakarta: Rineka Cipta.. 2002. Prosedur Penelitian. Jogjakarta: Rineka Cipta. Sudjana. 2000. Strategi Pembelajaran. Bandung: Falah Produktion. B. Hamzah, 2011. Model Pembelajaran Menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: PT Bumi aksara Basrowi, Suwandi, 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: Ghalia Indonesia Djamarah Bahri, 2010Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta Poesprodjo, 1987 Pemahaman Belajar,Jakarta Rieneka Cipta Kep. Dirjen Dikti No. 267/Dikti/2000, Tentang Pendidikan Kewarganegaraan. Muslimin Ibrahim, 2000, Teori Pembelajaran. Jakarta Sardiman, 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Slameto, 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta Slavin, E.Robert. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung : Nusa Media Suke Silversius, 1991. Pengertian Pemahaman. Bandung Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Sudjana, 1992. Pemahaman Dalam Belajar, Jakarta Rieneka Cipta http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2143918-pengertian-pemahamansiswa. (diakses tanggal 28 Oktober 2013)