RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN PENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR.. TAHUN. TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA. Jakarta, Agustus 2005 RANCANGAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 75, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3704)

NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 1997 TENTANG MOBILISASI DAN DEMOBILISASI

NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2002 TENTANG PERTAHANAN NEGARA BESERTA PENJELASANNYA

UU 27/1997, MOBILISASI DAN DEMOBILISASI. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 27 TAHUN 1997 (27/1997) Tanggal: 3 OKTOBER 1997 (JAKARTA)

UNDANG.UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 1999 TENTANG RAKYAT TERLATIH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*10197 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 27 TAHUN 1997 (27/1997) TENTANG MOBILISASI DAN DEMOBILISASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEBIJAKAN PENGINTEGRASIAN KOMPONEN PERTAHANAN NEGARA

DEPARTEMEN PERTHANAN RI NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG UNDANG TENTANG KOMPONEN CADANGAN PERTAHANAN NEGARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG (PERPU)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG RAHASIA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Indeks: PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NO. 1 TAHUN PENETAPAN MENJADI UNDANG-UNDANG.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1990 TENTANG ADMINISTRASI PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG VETERAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2002 TENTANG SISTEM NASIONAL PENELITIAN, PENGEMBANGAN, DAN PENERAPAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI

BERITA NEGARA. KEMENHAN. Kesehatan. Pertahanan Negara. Sistem Pencabutan. REPUBLIK INDONESIA

ANATOMI KEAMANAN NASIONAL

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG RAHASIA NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1982 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN POKOK PERTAHANAN KEAMANAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Kepalangmerahan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 20 Undang-Undang Dasar Negara Repub

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Pertahanan. Komunikasi dan Elektronika. Negara.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG -UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG VETERAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN SISTEM INFORMASI PERTAHANAN NEGARA

P R E S I D E N REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BELA NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

b. bahwa Komisi Yudisial mempunyai peranan penting dalam usaha mewujudkan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 59 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. wilayahnya dan berbatasan langsung dengan beberapa negara lain. Sudah

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG INTELIJEN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG HAK KEUANGAN DAN FASILITAS HAKIM AD HOC DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat hakiki dalam menjamin kelangsungan hidup negara tersebut.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN WILAYAH PERTAHANAN

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1985 TENTANG REFERENDUM. Presiden Republik Indonesia,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. membuat negera kita aman, bahkan sampai saat ini ancaman dan gangguan

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA CIMAHI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 1960 TENTANG (LEMBARAN NEGARA TAHUN 1958 NO. 117) TENTANG WAJIB MILITER

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG HAK KEUANGAN DAN FASILITAS HAKIM AD HOC DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG INDUSTRI PERTAHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. keadilan sosial. Didalamnya sekaligus terkandung makna tugas-pekerjaan yang harus

1 of 6 3/17/2011 3:59 PM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG KEWARGANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SELAKU INSPEKTUR UPACARA PADA ACARA PERINGATAN HARI BELA NEGARA TAHUN 2015 JAKARTA, 19 DESEMBER 2015

Program Bela Negara Sebagai Perwujudan Hak Dan Kewajiban Warga Negara. Dalam Penyelenggaraan Pertahanan Negara. Oleh: Zaqiu Rahman *

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat, baik di kota maupun di desa, baik yang masih primitif

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2004 TENTANG TENTARA NASIONAL INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2000 TENTANG PENCARIAN DAN PERTOLONGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG HAK KEUANGAN DAN FASILITAS HAKIM AD HOC DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Bahwa penerapan prinsip dan program kerja kesehatan masyarakat merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 67 TAHUN 2014 TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG KOMPONEN PENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa"tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan Negara dan usaha pertahanan Negara sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945; b. bahwa rakyat Indonesia dengan segala keanekaragamannya merupakan sumber kekuatan bangsa yang menjadi kekuatan dasar usaha pertahanan negara untuk membela Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merupakan kehormatan dan tanggung jawab yang tidak boleh ditinggalkan; c. bahwa Bangsa Indonesia dengan semangat persatuan dan kesatuan, cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan akan Pancasila sebagai ideologi negara dan bangsa serta kerelaan berkorban telah berhasil merebut dan mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan dari segala bentuk ancaman. d. bahwa dalam menghadapi ancaman militer, sistem pertahanan negara menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai Komponen Utama yang didukung oleh Komponen Cadangan dan Komponen Pendukung

sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara; e. bahwa Komponen Pendukung sebagaimana dimaksud pada huruf d digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan Komponen Utama dan Komponen Cadangan yang harus diatur dengan Undang-Undang; f. bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, huruf d dan huruf e perlu menetapkan Undang-Undang tentang Komponen Pendukung Pertahanan Negara; Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 10, Pasal 11 ayat (1), Pasai 12, Pasal 20, Pasal 22A, Pasal 27 ayat (3), dan Pasal 30 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara (Lembaran Negara Nomor 3 ; Tambahan Lembaran Negara Nomor 4169); 3. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia; 4. Undang-Undang Nomor... Tahun... tentang Komponen Cadangan Pertahanan Negara. Dengan persetujuan bersama : DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN : Menetapkan : UNDANG - UNDANG TENTANG KOMPONEN PENDUKUNG PERTAHANAN NEGARA

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan : 1. Pertahanan Negara adalah segala usaha untuk mempertahankan kedaulatan negara, keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan keselamatan bangsa dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan negara. 2. Sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman. 3. Penyelenggaraan pertahanan negara adalah segala kegiatan untuk melaksanakan kebijakan pertahanan negara. 4. Komponen Utama adalah Tentara Nasional Indonesia yang siap digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas pertahanan. 5. Komponen Cadangan adalah sumber daya nasional yang telah disiapkan untuk dikerahkan melalui mobilisasi guna memperbesar dan memperkuat kekuatan dan kemampuan komponen utama. 6. Komponen Pendukung adalah sumber daya nasional yang dapat digunakan untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan. 7. Sumber daya nasional adalah sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber daya buatan, sarana dan prasarana. 8. Sumber daya manusia adalah warga negara yang secara psikis dan fisik dapat dibina dan disiapkan kemampuannya untuk mendukung komponen kekuatan pertahanan negara. 9. Sumber daya alam adalah potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan dirgantara yang dalam wujud asalnya dapat didayagunakan untuk kepentingan pertahanan negara. 10. Sumber daya buatan adalah sumber daya alam yang telah ditingkatkan dayagunanya untuk kepentingan pertahanan negara.

11. Sarana dan prasarana nasional adalah hasil budidaya manusia yang dapat digunakan sebagai alat penunjang untuk kepentingan pertahanan negara dalam rangka mendukung kepentingan nasional. 12. Warga negara adalah warga negara Republik Indonesia yang berdomisili di Indonesia dan di luar wilayah Indonesia. 13. Latihan dasar adalah latihan untuk memiliki dan meningkatkan kemampuan dasar agar melaksanakan tugas yang ditentukan oleh organisasi. 14. Menteri adalah Menteri Pertahanan Republik Indonesia 15. Panglima adalah Panglima Tentara Nasional Indonesia. 16. Kombatan adalah orang yang mempunyai hak untuk turut serta secara langsung dalam peperangan, dan apabila tertangkap oleh pihak lawan diperlakukan sebagai tawanan perang dari pihak yang bertikai. 17. Non Kombatan adalah penduduk sipil dan atau bagian dari angkatan bersenjata yang tidak turut berperang dan apabila tertangkap oleh musuh harus dibebaskan dan tidak diperlakukan sebagai tawanan perang dari pihak yang bertikai. 18. Profesi adalah pekerjaan dan jabatan yang merupakan sumber penghidupan. 19. Mobilisasi adalah tindakan pengerahan dan penggunaan secara serentak sumber daya nasional serta sarana dan prasarana nasional sebagai kekuatan pertahanan negara. PasaI 2 (1) Komponen pendukung sebagai salah satu wadah keikutsertaan warga negara, sumber daya alam buatan dan sarana prasarana nasional dalam upaya penyelenggaraan pertahanan negara. (2) Komponen Pendukung terdiri atas warga negara, sumber daya alam buatan dan sarana prasarana nasional yang secara langsung dapat meningkatkan kekuatan Komponen Utama dan Komponen Cadangan. Pasal 3 Komponen Pendukung ditata dalam 5 (lima ) segmen yang terdiri dari para militer, tenaga ahli atau profesi, industri strategis, sumber daya alam buatan dan

sarana prasarana nasional, serta warga negara secara individu maupun kelompok masyarakat. BAB II PENATAAN KOMPONEN PENDUKUNG Bagian Kesatu Para Militer Pasal 4 Para Militer merupakan potensi kekuatan yang ada dimasyarakat berupa kelompok atau organisasi yang berorientasr kepada kepentingan keamanan dan ketertiban atau lingkungan sesuai dengan kebutuhan dan tujuan organisasi. Pasal 5 Para Militer merupakan potensi kekuatan yang setiap saat dapat direkrut menjadi Komponen Cadangan dengan menjalani latihan dasar kemiliteran. Bagian Kedua Tenaga Ahli dan atau Profesi Pasal 6 Tenaga Ahli dan atau Profesi merupakan warga negara yang mempunyai keahlian dan ilmu pengetahuan serta profesi yang dibutuhkan untuk kepentingan pertahanan negara. Pasal 7 Tenaga Ahli dan atau Profesi wajib mendarmabaktikan keahlian dan profesinya untuk pertahanan negara dan tidak memihak kepada lawan atau musuh negara yang berkaitan dengan pemanfaatan keahlian atau profesinya. Bagian Ketiga Industri Strategi Pasal 8 Industri Strategis merupakan industri di masyarakat yang menghasilkan produk yang dibutuhkan untuk kepentingan pertahanan negara.

Pasal 9 Industri Strategis sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 adalah berstatus Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik Daerah atau badan usaha milik perorangan atau swasta. Bagian Keempat Sumber Daya Alam Buatan dan Sarana Prasarana Nasional Pasal 10 Sumber daya alam buatan dan sarana prasarana nasional merupakan potensi sumber daya sesuai jenisnya yang dapat dijadikan dukungan logistik wilayah, cadangan material Strategis serta sarana prasarana pertahanan. Bagian Kelima Warga Negara Pasal 11 (1) Warga Negara baik sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok masyarakat merupakan komponen pertahanan yang mempunyai kewajiban untuk mendukung usaha pertahanan negara. (2) Dalam kapasitasnya sebagai komponen pertahanan mempunyai kesadaran bela negara yang tinggi serta perilaku dan perbuatan tidak merugikan kepentingan pertahanan negara. BAB III PEMBINAAN Pasal 12 (1) Para miljter dibentuk, diorganisir, dan dibina oleh organisasi induknya. (2) Para Militer dalam pembinaannya diberikan latihan dasar fisik sesuai dengan kebutuhan organisasi.

Pasal 13 Pembinaan Tenaga Ahli dan atau Profesi dilakukan melalui pencerahan oleh Departemen Pertahanan. Pasal 14 (1) Pembinaan Industri Strategis dalam aspek pelelitian dan pengembangan industri tentang pertlhanan negara dibina oleh Departemen Pertahanan. (2) Dalam aspek operasional industri, tetap menjadi hak dan wewenang serta tanggung jawab pemilik dengan mempertimbangkan kepentingan pertahanan negara. Pasal 15 (1) Pembinaan sumber daya alam dan sumber daya buatan serta sarana dan prasarana nasional dalam aspek penelitian dan pengembangan serta penataan ruang untuk kepentingan pertahanan Negara dilaksanakan oleh Departemen Pertahanan bekerja sama dengan instansi terkait dan lembaga swasta. (2) Dalam aspek operasional dan pemanfaatan potensi, tetap menjadi hak dan wewenang serta tanggung jawab pemilik dengan mempertimbangkan kepentingan pertahanan negara. Pasal 16 Pembinaan warga Negara dalam bela Negara melalui pencerahan dan pendidikan kesadaran bela negara, wawasan kebangsaan, cinta tanah air, persatuan dan kesatuan bangsa serta nilai-nilai luhur bangsa. BAB IV PENGGUNAAN Pasal 17 (1) Dalam menghadapi ancaman militer, kelima segmen sebagaimana dimaksud dalam pasal 3, dipanggil dan dimobilisasi guna mendukung pelaksanaan tugas pertahanan Negara sebagai komponen pendukung. (2) Penentuan jumlah kekuatan dan pelaksanaan pemanggilan dilaksanakan oleh menteri bekerjasama dengan Instansi terkait.

(3) Pada saat mobilisasi komponen pendukung berstatus non kombotan dan bukan merupakan bagian dari kesatuan tempur. Pasal 18 (1) Komponen Pendukung setiap saat dapat direkrut untuk meningkatkan kekuatan dan kemampuan komponen utama dan komponen cadangan. (2) KOmponen Pendukung pada masa mobilisasi setelah direkrut dan ditetapkan sebagai komponen cadangan berubah statusnya menjadi kombatan. (3) Ketentuan lebih lanjut tentang perekrutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan tentang penatapan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 19 (1) Dalam menghadapi ancaman militer sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 komponen pendukung wajib memberikan dukungan untuk kepentingan pertahanan sesuai dengan jenis segmennya. (2) Dukungan yang diberikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa : a. Tindakan-tindakan/usaha-usaha menangkis, mengatasi, menaggulangi dan / atau memperkecil akibat serangan-serangan pihak lawan dari luar atau dari dalam negeri. b. Tindakan-tindakan/usaha-usaha pengungsian, dapur umum, SAR, PMI. c. Tindakan-tindakan/usaha-usaha memelihara kelanjutan dan kelancaran roda pemerintahan dan keamanan umum. d. Tindakan-tindakan/usaha-usaha memelihara kesejah-teraan umum dan kelancaran roda perekonomian Pasal 20 Pada saat mobilisasi komponen pendukung akan berubah statusnya menjadi kombatan pada saat setelah direkrut dan dinyatakan sebagai komponen cadangan.

BAB V KETENTUAN PIDANA Pasal 21 Setiap orang yang dengan sengaja membuat atau menyuruh membuat orang lain dengan suatu pemberian atau janji, mempengaruhi, menggunakan kekerasan atau ancaman kekerasan, tipu muslihat atau rangkaian kebohongan, memberi kesempatan dan memberi keterangan sengaja menggerakkan orang lain untuk tidak melaksanakan kewajiban sebagai Komponen Pendukung dipidana dengan pidana Penjara paling lama 4 (empat) tahun. Pasal 22 (1) Setiap pemilik, penanggung jawab, atau pengelola sumber daya alam dan sumber daya buatan serta sarana dan prasarana nasional tanpa alasan yang sah dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban dalam menetapkan sumber daya alam dan sumber daya buatan serta sarana dan prasarana menjadi Komponen Pendukung dipidana dengan pidana paling lama 3 (tiga) tahun. (2) Setiap orang yang melakukan tipu muslihat sehingga menyebabkan orang lain tidak menyerahkan sebagian atau seluruh barang atau benda miliknya yang diperlukan sebagai Komponen Pendukung dipidana dengan pidana paling lama 4 (empat) tahun. Pasal 23 Setiap orang yang dengan sengaja atau karena kelalaiannya membocorkan rahasia Tentara dipidana sesuai ketentuan undang-undang pidana yang berlaku BAB VI KETENTUAN PERALIHAN Pasal 24 Pada saat berlakunya Undang-Undang ini, semua peraturan pelaksanaan tentang komponen pendukung yang sudah ada dinyatakan tetap berlaku selama peraturan pelaksanaan yang baru berdasarkan Undang-Undang ini belum dikeluarkan dan sepanjang peraturan itu tidak bertentangan dengan Undang- Undang ini.

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Undang-Undang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Disahkan di Jakarta Pada tanggal... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Diundangkan di Jakarta Pada tanggal... MENTERI HUKUM DAN HAK AZASI MANUSIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN... NOMOR...