REGULASI NO. 2000/13

dokumen-dokumen yang mirip
UNTAET REGULASI NO.2000/03 TENTANG PENDIRIAN KOMISI PELAYANAN UMUM. Wakil Khusus Sekretaris-Jenderal (selanjutnya disebut: Administrator Transisi),

REGULASI NO. 2000/04

REGULASI NOMOR 28/2001 TENTANG PENDIRIAN DEWAN MENTERI

REGULASI NO. 2001/20

UNTAET REGULASI NO. 2001/02

REGULASI NO. 2001/06

UNTAET REGULASI NO. 2002/2 TENTANG PELANGGARAN KETENTUAN BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PRESIDEN PERTAMA

UNTAET REGULASI NOMOR 2001/8 TENTANG PENDIRIAN REZIM UNTUK MENGATUR LALU LINTAS DI TIMOR LOROSAE

Tentang Pendirian Kantor Catatan Sipil demi Timor Lorosae

REGULASI NO. 2001/11

REGULASI NO. 2001/14 TENTANG MATA UANG RESMI DI TIMOR LOROSAE

REGULASI NO. 2000/14

REGULASI NO. 2001/17

REGULASI NO. 2000/06

REGULASI NO. 2000/11

REGULASI NO. 2000/05

REGULASI NO. 2000/12

UNTAET Administrasi Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Lorosae REGULASI NOMOR 16 TAHUN 2000 TENTANG SUSUNAN KEJAKSAAN DI TIMOR TIMUR

REGULASI NO. 2000/09

UNTAET INSTRUKSI NOMOR 5/2001 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN KENDARAAN BERMOTOR DI TIMOR LOROSAE

REGULASI NO. 2001/18

REGULASI NO. 2000/10

UNTAET REGULASI NOMOR 2001/1 TENTANG PENDIRIAN TENTARA NASIONAL TIMOR LOROSAE

ANGGARAN DASAR ASOSIASI KURATOR DAN PENGURUS INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

ANGGARAN RUMAH TANGGA LEO CLUBS INDONESIA BAB I U M U M

REGULASI NO. 2001/10

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 3 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENUNJUK UNDANG-UNDANG TENTANG DESA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 64 TAHUN 1999 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

WALIKOTA MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1649);

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGATURAN MENGENAI DESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN DASAR Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 151 TAHUN 2000 TENTANG

BUPATI TORAJA UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA GABUNGAN INDUSTRI PENGERJAAN LOGAM DAN MESIN INDONESIA BAB I LANDASAN PENYUSUNAN

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DESA WATUGAJAH, KECAMATAN GEDANGSARI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

K144 KONSULTASI TRIPARTIT UNTUK MENINGKATKAN PELAKSANAAN STANDAR-STANDAR KETENAGAKERJAAN INTERNASIONAL

ANGGARAN DASAR LEO CLUBS INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA ( BPD ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGISIAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

BUPATI BANYUASIN, 6. Peraturan...

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN BONE PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

Konstitusi penting sekali buat kehidupan kita sehari-hari sebagai orang Timor Loro Sa e. Konstitusi memutuskan kita rakyat Timor mau ke mana.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

PERATURAN DAERAH NOMOR 19 TAHUN 2000

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1957 TENTANG PANITIA NEGARA PERIMBANGAN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA, DAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAHAN DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1956 TENTANG DEWAN DAN MAJELIS-MAJELIS PERNIAGAAN DAN PERUSAHAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

MASTEL MASYARAKAT TELEMATIKA INDONESIA The Indonesian Infocom Society

Pedoman Komite Nominasi dan Remunerasi. PT Astra International Tbk

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 10 TAHUN 2001 PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Ditetapkan di Malili pada tanggal 29 April 2015 BUPATI LUWU TIMUR, ANDI HATTA M.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SABU RAIJUA NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SABU RAIJUA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 4 Tahun : 2014

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 1951 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB PANITYA PENYELESAIAN PERSELISIHAN PERBURUHAN PUSAT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

BAB II BADAN PENGURUS

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi, dan Merendahkan Martabat Manusia

UNIVERSITAS GADJAH MADA KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK NOMOR : 07/SK/SA/2004 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB SENAT AKADEMIK

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 22 Tahun 2006 Serie : E Nomor : 15 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BUTON NOMOR 53 TAHUN 2008

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

ANGGARAN RUMAH TANGGA BMW CAR CLUBS INDONESIA BAGIAN PERTAMA KEANGGOTAAN. Pasal 1 Definisi

PERHIMPUNAN PELAJAR INDONESIA DI LEIDEN (Indonesian Students Association in Leiden)

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 25 TAHUN TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 2 TAHUN 2007 SERI D.2

BAB VIII PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 15

ASOSIASI AHLI MANAJEMEN ASURANSI INDONESIA

Transkripsi:

PERSERIKATAN BANGSA -BANGSA Administrasi Transisi Perserikatan Bangsabangsa di Timor Lorosae NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2000/13 10 Maret 2000 REGULASI NO. 2000/13 TENTANG PEMBENTUKAN DEWAN PEMBANGUNAN DESA DAN SUBDISTRIK UNTUK PENCAIRAN DANA DEMI KEGIATAN PEMBANGUNAN Wakil Khusus Sekretaris-Jenderal (selanjutnya disebut: Administrator Transisi). Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada Administrator Transisi sesuai dengan Resolusi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa 1272 (1999) tanggal 25 Oktober 1999, Mengingat Regulasi Pemerintahan Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Lorosae (UNTAET) No. 1999/1 tanggal 27 Nopember 1999, tentang Kewenangan Administrasi Transisi di Timor Lorosae, Menimbang Bagian 6.01(c) dari Persetujuan Hibah Dana Perwalian Timor Lorosae tanggal 21 February 2000 (Proyek Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Daerah) antara UNTAET dengan Lembaga Pembangunan Internasional (International Development Association), yang berperan sebagai Wali dari Dana Perwalian Timor Lorosae, Setelah konsultasi dalam Dewan Konsultasi Nasional, Dengan maksud mendorong penyertaan masyarakat di tingkat desa dan Subdistrik yang efektif dalam rangka pencairan dana untuk kegiatan pembangunan sesuai dengan persyaratan dalam Persetujuan Hibah Dana Perwalian untuk Timor Lorosae yang representatif dan bertanggung jawab, dan yang dilaksanakan dalam kerjasama dengan Administrasi Distrik UNTAET, untuk sementara, Mengumumkan sebagai berikut:

I. Dewan Pembangunan Desa dan Subdistrik Bagian 1 Pembentukan dan Status 1.1 Sebuah sistim untuk membentuk Dewan Pembangunan Desa (selanjutnya: Dewan Desa) dan Dewan Pembangunan Subdistrik (selanjutnya: Dewan Subdistrik) di Timor Lorosae diuraikan dalam Regulasi ini. 1.2 Dewan Desa dan Subdistrik bertanggung jawab atas pembagian dana pembangunan sebagaimana ditentukan dalam Regulasi ini. 1.3 Dewan Desa dan Subdistrik tidak berkuasa sebagai badan pemerintah legislatif, eksekutif atau yuridis. Pembentukan Dewan Desa dan Subdistrik tidak boleh merugikan perkembangan kelembagaan atau konstitusi yang akan disediakan oleh UNTAET di Timor Lorosae. 1.4 Dewan Desa dan Subdistrik tidak dapat merangkap sebagai atau menggantikan peran ketua adat dan ketua daerah dari desa dan Subdistrik. Bagian 2 Susunan Dewan Desa 2.1 Dewan Desa tersusun dari paling sedikit dua (2) orang wakil yang terpilih secara demokratis dari setiap dusun, yang bertanggung jawab untuk merencanakan dan mengelola bersama kegiatankegiatan pembangunan di tingkat desa. Setiap Dewan Desa, pada prinsipnya, terdiri dari jumlah yang sama antara pria dan wanita, dan jumlah anggota secara keseluruhan harus lebih dari sepuluh (10) tetapi tidak lebih dari enam puluh (60) orang. 2.2 Dewan Desa dapat menerima, memegang dan mengelola dana atas nama desa tersebut. Anggota Dewan Desa bertanggung jawab, sebagaimana ditentukan dalam Bagian 7.3 (b) Regulasi ini, kepada para pemilihnya, sebagaimana ditentukan dalam Bagian 4.3 Regulasi ini, dan harus berkonsultasi secara rutin dengan ketua adat dan ketua daerah di desa tersebut. Bagian 3 Susunan Dewan Subdistrik 3.1 Dewan terdiri dari paling sedikit dua (2) orang wakil dari setiap desa yang dipilih secara demokratis oleh dan dari anggota dari Dewan Desa masing-masing. Setiap Dewan Subdistrik, pada prinsipnya, terdiri dari jumlah yang sama antara pria dan wanita, dan jumlah anggota secara keseluruhan harus lebih dari sepuluh (10) tetapi tidak lebih dari empat puluh (40) orang.

3.2 Dewan Subdistrik dapat menerima, memegang dan mengelola dana atas nama desa-desa dalam Subdistrik tersebut. Anggota Dewan Subdistrik bertanggung jawab kepada Dewan Desa mereka masing-masing, sebagaimana ditentukan dalam Bagian 13 Regulasi ini, dan berkonsultasi secara rutin dengan ketua adat dan ketua daerah di Subdistriknya. II. Dewan Desa Bagian 4 Panitia Seleksi 4.1 Seleksi wakil dusun sebagai anggota Dewan Desa diadakan oleh sebuah panitia seleksi yang terdiri dari kepala dusun dan dua (2) anggota yang dipercaya, seorang pria dan seorang wanita, dari setiap masyarakat dusun. 4.2 Panitia Seleksi mendaftarkan calon-calon untuk dipilih dan menegaskan bahwa para calon memenuhi syarat yang diuraikan dalam Bagian 4.3 (c) Regulasi ini. Sebelum tanggal proses seleksi demokratis, tanggal tersebut dan nama semua calon diumumkan di setiap pelosok dusun itu dalam paling sedikit dua (2) bahasa yang digunakan setempat. 4.3 Panitia Seleksi mengadakan proses seleksi demokratis dan: (a) (b) (c) sebelum dua proses seleksi demokratis pertama di dusun manapun, sediakan bagi masyarakat dusun keterangan lisan dan tertulis tentang peran dan tanggung jawab Dewan Desa dan tugas-tugas anggotanya; beri tahu masyarakat dusun paling sedikit dua (2) minggu sebelum tanggal proses seleksi demokratis yang memilih wakil dusun untuk Dewan Desa. Pemberitahuan ini diulang dua (2) hari sebelum tanggal proses tersebut; memohon bahwa anggota dusun mengusulkan calon wanita dan pria yang memenuhi syarat-syarat berikut: i. berusia di atas delapan belas (18) tahun ii. biasanya penghuni dusun terkait iii. bukan ketua adat atau ketua daerah iv. memiliki cukup waktu untuk melakukan kegiatan Dewan Desa. Bagian 5 Seleksi Wakil-wakil

5.1 Pada proses seleksi demokratis pertama untuk Dewan Desa di dusun manapun, wakil dusun dipilih untuk masa jabatan selama satu (1) tahun. Setelah proses seleksi demokratis pertama, wakil-wakil dipilih untuk masa jabatan selama tiga (3) tahun. Seorang wakil tidak dapat memangku jabatan lebih dari 3 masa jabatan. 5.2 Panitia Seleksi mengadakan pertemuan terbuka bagi masyarakat dusun untuk memilih wakilwakil. Paling sedikit 50% dari penduduk dusun yang memenuhi syarat untuk memilih harus hadir agar proses seleksi yang sah dapat diadakan. 5.3 Setiap penduduk dusun, pria dan wanita, yang berusia di atas 17 atau sudah nikah, berhak memilih dalam proses seleksi demokratis. Di pertemuan yang disebut dalam Bagian 5.2 Regulasi ini, penduduk dusun yang memenuhi syarat memilih harus menetapkan: (a) apakah wakil-wakil dipilih dengan mengangkat tangan atau pemungutan suara secara rahasia; dan (b) siapa yang mewakili dusun dalam Dewan Desa. 5.4 Penghitungan suara dan pengumuman hasil diadakan segera seusai proses seleksi demokratis dan harus diadakan di depan umum. Hasil dari proses tersebut segera diumumkan kepada ketua adat dan ketua daerah di dusun dan kepada Administrator Distrik dari UNTAET. Hasilnya harus terus dipasang di suatu lokasi yang menonjol di desa selama paling sedikit dua (2) minggu. Bagian 6 Ketua 6.1 Wakil dusun yang dipilih sesuai dengan Bagian 5 Regulasi ini bersama-sama merupakan Dewan Desa, dan berperan sebagai anggota Dewan Desa tersebut. Mereka memilih di antara anggota mereka sendiri, seorang ketua dan wakil ketua. Ketua adalah, ex oficio, salah satu dari wakil desa dalam Dewan Subdistrik. Ketua menunjuk seorang pemegang buku (bookkeeper). 6.2 Ketua Dewan Desa mengadakan rapat yang pertama untuk semua wakil dusun. Bagian 7 Peran Dewan Desa 7.1 Dewan Desa mengidentifikasikan, merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembangunan di desa yang menggunakan dana yang telah dibagikan sebagai dana bagi pembangunan desa, baik dari anggaran desa maupun dari luar desa. Kegiatan pembangunan yang diprakarsai pada tingkat dusun, dengan dana swadaya dari dusun tersebut, tidak memerlukan persetujuan Dewan Desa.

7.2 Dewan Desa dapat menerima, atas nama dusun-dusun di desa tersebut, dana atau bahan-bahan pembangunan dari sumber manapun untuk dibagikan pada kelompok-kelompok atau dusundusun, sesuai dengan keputusan Dewan Desa. Dewan Desa dapat melaksanakan program dan kontrak pembangunan. 7.3 Dewan Desa: a) merancang rencana kerja tahunan pembangunan bagi desa, berdasarkan i. usulan yang disiapkan oleh dusun atau kelompok informal; ii. anggaran desa tahunan untuk kegiatan pembangunan; iii. penilaian atas kegiatan pembangunan atas-bawah. b) menyerahkan dua kali dalam setahun laporan pernilaian/evaluasi kemajuan dalam bentuk lisan dan tertulis kepada ketua adat dan ketua daerah dan masyarakat desa, yang termasuk kesempatan yang cukup bagi masyarakat untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan; c) mengadakan rapat-rapat umum di tingkat dusun atau desa untuk membicarakan rencana dan kegiatan pembangunan; d) memilih wakil-wakil, di mana paling sedikit satu adalah seorang wanita, untuk Dewan Subdistrik. Bagian 8 Keputusan-keputusan 8.1 Dewan Desa mengambil keputusan lewat persetujuan bersama (konsensus), atau jika persetujuan bersama tidak dapat dicapai, lewat mayoritas suara. 8.2 Keputusan diambil dalam pertemuan-pertemuan di mana semua wakil dusun telah diundang dan di mana paling sedikit 60% anggota Dewan Desa hadir. 8.3 Semua rapat Dewan Desa terbuka untuk umum, tetapi hanya anggota Dewan Desa, yang dipilih sesuai dengan Bagian 4 dan 5 Regulasi ini, memenuhi syarat untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan sebagaimana ditentukan dalam Bagian 8.1 Regulasi ini. 8.4 Keputusan Dewan Desa dicatat secara tertulis. Keputusan-keputusan disebarkan di kalangan umum.

Bagian 9 Tim Pemantau Desa 9.1 Dewan Desa harus ikut serta dalam tim pemantau desa, yang memantau pelaksanaan semua kegiatan konstruksi dan pembangunan di desa. 9.2 Tim pemantau desa biasanya terdiri dari kepala desa dan seorang wakil dari Dewan Desa, dipilih di antara anggotanya sendiri. Seorang ketua adat dapat juga termasuk dalam tim pemantau desa. 9.3 Jika kecakapan kerja yang kurang atau praktek-praktek kerja buruk diperhatikan dalam pembangunan di tingkat desa, tim desa harus berupaya agar kecakapan kerja yang kurang atau praktek kerja buruk diperbaiki. Tim pemantau desa melaporkan kecakapan kerja yang kurang kepada Dewan Subdistrik dan Administrator Distrik, terutama jika kerja tersebut dilakukan oleh pihak-pihak dari luar desa. III. Dewan Subdistrik Bagian 10 Seleksi Wakil-wakil 10.1 Dewan Subdistrik merupakan antara sepuluh (10) hingga empat puluh (40) wakil, terdiri dari ketua-ketua Dewan Desa, dan anggota Dewan Desa yang telah dipilih secara demokratis oleh anggota-anggota lain dari Dewan Desa tersebut untuk mewakili kepentingan desanya. 10.2 Rapat-rapat Dewan Subdistrik diketuai oleh seseorang yang dipilih di antara anggotanya sendiri. 10.3 Sebelum setiap rapat Dewan Subdistrik, Dewan Desa memilih jumlah anggotanya sebagaimana ditentukan di Bagian 13.1 Regulasi ini untuk mewakili Desa tersebut pada Dewan Subdistrik. Paling sedikit salah satu dari anggota yang mewakili suatu Desa pada tingkat Subdistrik harus seorang wanita. Wakil-wakil tidak harus selalu orang yang sama, meskipun ketua yang dipilih seharusnya selalu mewakili desa di Dewan Subdistrik. Bagian 11 Peran Dewan Subdistrik 11.1 Dewan Subdistrik memutuskan pembagian dana pembangunan dari semua sumber yang disediakan untuk Subdistrik atau untuk desa-desa di dalam Subdistrik itu. Kegiatan pembangunan yang diprakarsai pada tingkat desa, dengan dana swadaya desa, tidak memerlukan persetujuan Dewan Subdistrik.

11.2 Dewan Subdistrik dapat menerima, atas nama desa-desa di Subdistrik, dana atau bahan-bahan untuk pembangunan dari semua sumber untuk dibagikan pada desa-desa sesuai dengan keputusan Dewan Subdistrik. Dewan Subdistrik dapat melaksanakan program atau kontrak pembangunan lain. 11.3 Dewan Subdistrik memantau konstruksi dan kegiatan pembangunan lain yang dilaksanakan di desa. Pemantauan ini dilaksanakan oleh tim pemantau di tingkat desa, sebagaimana diuraikan di Bagian 9 dari Regulasi ini. Kecakapan kerja yang dilaporkan kurang oleh tim pemantau desa dilaporkan kepada Administrator Distrik UNTAET. 11.4 Dewan Subdistrik dapat membantu mengatur kegiatan pembangunan desa dalam Subdistrik dan merangsang kegiatan pembangunan bersama antara desa-desa. Dewan Subdistrik dapat pula membantu dalam penyelesaian sengketa antara desa-desa tentang masalah pembangunan. 11.5 Dewan Subdistrik dapat mengadakan rapat-rapat terbuka di tingkat Subdistrik untuk membicarakan kebutuhan, rencana dan kegiatan pembangunan. 11.6 Dewan Subdistrik memilih dari antara anggotanya sendiri wakil-wakil termasuk paling sedikit satu orang wanita untuk menghadiri pertemuan tentang struktur pengaturan Pembangunan Distrik yang diadakan oleh UNTAET, setelah dibentuk sesuai dengan Bagian 14 Regulasi ini. Bagian 12 Keputusan-keputusan 12.1 Dewan Subdistrik mengambil keputusan lewat persetujuan bersama (konsensus), atau jika persetujuan bersama tidak dapat dicapai, lewat mayoritas suara. 12.2 Keputusan diambil dalam pertemuan-pertemuan di mana semua wakil desa telah diundang dan di mana paling sedikit 60% anggota Dewan Subdistrik hadir. 12.3 Semua rapat Dewan Subdistrik terbuka untuk umum, tetapi hanya anggota Dewan Subdistrik yang dipilih sesuai dengan Bagian 10 dari Regulasi ini memenuhi syarat untuk ikut serta dalam pengambilan keputusan sebagaimana ditentukan dalam Bagian 12.1 Regulasi ini. 12.4 Keputusan Dewan Desa harus dicatat secara tertulis. Keputusan-keputusan disebarkan di kalangan umum. Bagian 13 Pertanggungjawaban

Dewan Subdistrik menunjuk tiga (3) hingga lima (5) anggota masyarakat Subdistrik yang dihormati untuk berperan sebagai pengawas keuangan. Pengawas-pengawas tersebut menyiapkan laporan tahunan tentang semua urusan keuangan Dewan Subdistrik. Laporan keuangan tersebut merupakan dokumen terbuka dan harus diserahkan setiap tahun pada Dewan Subdistrik dan kepada Administrator Distrik UNTAET, dan harus dibacakan dengan keras dalam pertemuan-pertemuan Subdistrik dan desa. Bagian 14 Pembangunan Subdistrik Setiap Dewan Subdistrik memilih dua (2) orang wakil untuk: (a) (b) (c) (d) (e) (f) (g) membantu Administrator Distrik UNTAET dengan cara mengidentifikasikan dan memberi nasihat tentang prioritas pembangunan daerah, berdasarkan pandangan Dewan-Dewan Desa dan Dewan-Dewan Subdistrik; membantu Administrator Distrik UNTAET dalam perencanaan, pelaksanaan dan pemantauan proyek pembangunan daerah yang menggunakan dana dari luar; membantu instansi-instansi nasional seperlunya dengan menyediakan penghubungpenghubung ke dan masukan dari program pembangunan desa; membantu dalam penyaluran dana pembangunan dari semua sumber untuk pembagian pada Subdistrik-Subdistrik sesuai dengan prioritas Dewan Subdistrik; membantu Administrator Distrik UNTAET dalam pengaturan kegiatan pembangunan di Distrik dan, jika layak, mendorong kegiatan pembangunan bersama antara Subdistrik- Subdistrik; mengadakan pertemuan-pertemuan terbuka untuk membicarakan kebutuhan, rencana dan kegiatan Distrik; dan melaksanakan program dan kontrak pembangunan. IV. Ketentuan-Ketentuan Umum Bagian 15 Definisi-definisi Jika digunakan dalam Regulasi ini, istilah-istilah berikut mempunyai arti sebagai berikut:

(a) ketua adat dan ketua daerah berarti, kepala adat (liurai) dan anggota Dewan Ketua (conselho dos katuas). (b) ketua daerah berarti kepala desa (chefe de suco) atau kepala dusun (chefe de aldeia). (c) ketua Subdistrik berarti kepala Subdistrik. Untuk maksud Regulasi ini, Bagian 16 Istilah Portugis (a) Dewan Pembangunan Desa disebutkan dalam Bahasa Portugis sebagia conselho do suco. (b) Dewan Pembangunan Subdistrik disebutkan dalam Bahasa Portugis sebagai conselho do posto. Bagian 17 Pemberlakuan Regulasi ini mulai berlaku pada tanggal 10 Maret 2000. Sergio Vieira de Mello Administrator Transisi