KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TAHUN 2009 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
GUBERNUR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2008 TENTANG PELAKSANAAN E-GOVERNMENT DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SRAGEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transa

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK TENTANG PENGAWASAN PEMASUKAN BAHAN KOSMETIK

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS ELEKTRONIK

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM ELEKTRONIK DI INSTANSI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH (E-GOVERNMENT)

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR 1338 TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.319, 2014 KONSIL KEDOKTERAN. Registrasi. Berbasis Elektronik. Sistem Informasi.

National Single Window;

BUPATI MOJOKERTO PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR4ATAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAN E-GOVERNMENT DI KABUPATEN MOJOKERTO

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

SALINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6/PMK.01/2015 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TATA KELOLA PEMERINTAHAN BERBASIS SISTEM ELEKTRONIK

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR / PERMEN-KP/2017 TENTANG SATU DATA KELAUTAN DAN PERIKANAN

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 34 TAHUN 2011

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 28 TAHUN 2017

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PENGGUNAAN SISTEM ELEKTRONIK DALAM KERANGKA INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN KEBUMEN

bahwa berdasarkan pertimbangan publik informasi yang cepat dan akurat sehingga perlu

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DATA PRIBADI DALAM SISTEM ELEKTRONIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR : 54 TAHUN 2010 TENTANG

- 2 - MEMUTUSKAN. 12. Kemitraan.../3 AZIZ/2016/PERATURAN/KEMITRAAN DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM INFORMASI APARATUR SIPIL NEGARA PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

2018, No Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Neg

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 15 TAHUN 2016 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI SERTIFIKASI ELEKTRONIK

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 12 TAHUN 2011

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG JASA KONSTRUKSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 16 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANYUMAS, TENTANG SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH. menetapkann. Sistem

-2-3. Prinsip Data dan Informasi yang mencakup pedoman bagaimana mengelola dan menjaga data dan informasi. 4. Prinsip Aplikasi yang mencakup pedoman p

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 44 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM INFORMASI DESA DI KABUPATEN BLORA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BURU NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PENDUKUNG PENANAMAN MODAL

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

No.856, 2014 BASARNAS. Standar Operasional Prosedur. Penyusunan. Pedoman.

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.346, 2010 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. E-GOVERNMENT. Pelaksanaan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2013, No BAB I PENDAHULUAN

BUPATI KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN LINGKUNGAN PERUSAHAAN

-2- Mengingat : Pasal 20 dan Pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REP

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI TENTANG PEDOMAN KERJASAMA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIMAHI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1825, 2014 BADAN POM. Kemasan Pangan. Pengawasan. Perubahan.

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lem

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : HK TENTANG BAHAN KOSMETIK

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH TAHUN

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : 88 TAHUN 2011 TENTANG ALUR DATA DAN INFORMASI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERHUBUNGAN

Rencana Induk Pengembangan E Government Kabupaten Barito Kuala Analisis SWOT dibuat untuk mengkaji lingkungan strategis yang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG STANDARDISASI DAN PENILAIAN KESESUAIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLA PORTAL INDONESIA NATIONAL SINGLE WINDOW DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PENANAMAN MODAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR HK.00.06.74.3496 TAHUN 2009 TENTANG KEBIJAKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERINTEGRASI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM), dipandang perlu adanya dukungan sistem teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi secara online dan terkini (up-to-date); b. bahwa dukungan teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi diarahkan untuk mewujudkan informasi dan komunikasi yang menjamin efektifitas, efisiensi, tansparansi dan akuntabilitas pengawasan obat dan makanan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan tentang Kebijakan Sistem Teknologi Informasi dan Komunikasi Terintegrasi di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan; 1

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomo 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846 ); 2. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomo 8, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4807); 3. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 tentang Penggunaan Sistem Elektronik Dalam Kerangka Indonesia National Single Window (INSW); 4. Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departeman sebagaimana beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 64 Tahun 2005; 5. Keputusan Presiden Nomor 110 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 10 Tahun 2004; 6. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 02001/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor HK.00.05.21.4231 Tahun 2004; 7. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan 2

Nomor 05018/SK/KBPOM Tahun 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan; Memperhatikan : Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-government; MEMUTUSKAN : Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN TENTANG KEBIJAKAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI TERINTEGRASI DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. 3

BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan: 1. Teknologi Informasi dan Komunikasi selanjutnya disebut TIK adalah kumpulan komponen yang terdiri atas Data dan Informasi, Program Aplikasi, Hardware dan Jaringan Komputer, Sistem Operasi dan Software pendukung, Perangkat pendukung lingkungan TIK dan Pengguna (User). 2. Kebijakan Teknologi Informasi dan Komunikasi Terintegrasi adalah segala sesuatu yang terkait dengan penerapan kebijakan pemanfaatan TIK di lingkungan Badan POM. 3. Organisasi adalah semua bentuk struktur kerja yang terkait dan dibentuk guna menfasilitasi terselenggaranya kebijakan TIK di Badan POM. 4. Data adalah obyek yang diolah/diproses oleh sistem TIK untuk menghasilkan informasi yang diperlukan dalam mendukung pelaksanakan tugas dan fungsi Badan POM. 5. Program aplikasi adalah perangkat lunak yang dioperasikan pada perangkat komputer yang dibuat secara khusus untuk memenuhi kebutuhan langsung para pengguna (users) dalam pelaksanaan pengawasan obat dan makanan. 6. Hardware adalah perangkat keras komputer yang meliputi seluruh bagian fisik komputer yang digunakan untuk mengoperasikan perangkat lunak. 4

7. Jaringan komputer adalah sistem yang terdiri atas sejumlah komputer dan perangkat jaringan lainnya yang bekerja bersamasama agar dapat berkomunikasi antara satu dengan yang lain sehingga dapat saling bertukar informasi dan berbagi sumber daya pemrosesan data. 8. Perangkat pendukung lingkungan TIK adalah perangkat yang mendukung terselenggaranya pengoperasian TIK, terdiri atas namun tidak terbatas pada perangkat kelistrikan, pengkondisian ruangan, perangkat pengamanan. 9. Pengguna (User) adalah semua personal yang terlibat dalam penggunaan sistem TIK. 10. Pengelolaan TIK adalah kegiatan yang mencakup mulai dari pengadaan, pengembangan, pengoperasian dan pemeliharaan sistem TIK. 11. Standar adalah batasan yang menjadi acuan dan ukuran dalam penilaian aspek-aspek yang terkait dengan implementasi dan pengelolaan TIK. 12. Force Majeur adalah keadaan memaksa yang disebabkan oleh bencana alam dan atau ulah manusia. 13. Pemulihan Bencana adalah prosedur dan proses untuk mengantisipasi, mempersiapkan, dan melakukan pemulihan sistem TIK Badan POM akibat terjadinya Force Majeur 14. Pendanaan adalah biaya yang dikeluarkan melalui APBN dan atau diterima dari pihak lain sesuai dengan peraturan perundang- 5

undangan yang berlaku. 15. Landasan kerja adalah acuan teknis yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan pengelolan TIK, yang memperlihatkan keterkaitan antara pengelolaan TIK dengan tugas pokok dan fungsi Badan POM. 16. Proses Kerja adalah semua proses yang diperlukan untuk dapat merealisasikan inisiatif kegiatan pemanfaatan TIK di lingkungan Badan POM. 17. Komite Pengarah Eksekutif adalah komite tertinggi yang menentukan arah kebijakan TIK di Badan POM, yang terdiri atas pimpinan puncak dan pimpinan dari unit-unit kerja. 18. Tim Ahli TIK adalah tim yang memiliki kepakaran dan wawasan TIK yang memadai dan mampu menjembatani konsep intervensi dan atau difusi TIK ke dalam proses kerja. 19. Perwakilan Unit Kerja (liaison officer) adalah wakil setiap unit kerja untuk memastikan keterlibatan unit kerja pada setiap intervensi dan atau difusi TIK ke dalam proses kerja terkait. 20. Pusat Pengelola Program TIK adalah organisasi kerja yang dimaksudkan agar program TIK dapat berjalan secara terkoordinir, terkendali dan sesuai rencana. 21. Tim Pengembang Program TIK adalah tim kerja yang berada di tingkat operasional bersifat temporer sesuai dengan program yang sedang dijalankan. 22. Pengembangan TIK adalah proses pengembangan sistem informasi dengan mengacu kepada kebijakan TIK dimulai dari tahap analisis kebutuhan, perancangan sampai dengan 6

implementasi. 23. Pemeliharaan adalah upaya yang terus-menerus dari semua aspek yang dibutuhkan untuk menjamin bahwa sistem yang dibuat terus memberikan manfaat. 24. Interkoneksi adalah kemampuan perangkat atau sistem untuk saling tersambung satu dengan yang lain. 25. Interoperabilitas adalah kemampuan perangkat untuk tetap dapat beroperasi pada lingkungan yang berbeda. 26. Sistem Operasi adalah perangkat lunak sistem yang dioperasikan pada perangkat komputer yang berfungsi untuk melakukan pengelolaan dan pengendalian perangkat keras serta operasi dasar sistem komputer sehingga perangkat lunak aplikasi dapat dioperasikan pada perangkat komputer. 27. Software Pendukung adalah perangkat lunak yang dioperasikan pada perangkat komputer untuk menjalankan fungsi-fungsi yang digunakan untuk mengelola pemanfaatan sistem komputer. 28. Sumber Daya Manusia Pengelola adalah orang yang ditugaskan sebagai pelaksana dalam kegiatan pengelolaan TIK. 29. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. BAB II MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 2 Kebijakan TIK terintegrasi dimaksudkan agar: 7

a. TIK terintegrasi di lingkungan Badan POM dapat diterapkan. b. Terdapat kepatuhan terhadap hal-hal yang boleh diakses secara bersama atau oleh pihak tertentu berdasarkan kebijakan tingkat kewenangan di lingkungan Badan POM. c. Semua unit kerja berkewajiban untuk mendukung terselenggaranya kebijakan TIK sesuai dengan Grand Strategy Badan POM. d. Semua unit kerja mendapatkan hak layanan TIK untuk kepentingan pencapaian tujuan organisasi yang sinergis dan bertanggung jawab. Pasal 3 Kebijakan TIK terintegrasi bertujuan untuk: a. Mendukung proses kerja penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi Badan POM dalam pengawasan obat dan makanan, sesuai dengan Grand Strategy Badan POM. b. Mewujudkan sistem informasi yang terintegrasi secara online, dan terkini (up-to-date) dalam pengawasan obat dan makanan. c. Meningkatkan sistem layanan publik. d. Menjamin kepastian proses, prosedur dan transparansi. e. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja. f. Menjamin interkoneksi dan interoperabilitas baik internal maupun eksternal Badan POM. g. Mendukung program nasional menuju masyarakat informasi Indonesia. 8

BAB III PRINSIP DASAR Pasal 4 (1) TIK yang dikelola Badan POM harus mampu memenuhi kebutuhan informasi tentang pengawasan obat dan makanan baik untuk pemangku kepentingan (eksternal), dan untuk mendukung pelaksanaan tugas dan pengambilan keputusan di Badan POM (internal). (2) Pengelolaan TIK harus dilakukan secara: a. terintegrasi, b. mampu menghasilkan informasi yang akurat, sinkron dan terkini, c. memberikan jaminan keamanan, dan d. menggunakan fasilitas dan perangkat TIK yang legal. (3) Untuk bisa menghasilkan pengelolaan TIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) harus ada organisasi pengelolanya dan standar. (4) Semua unit kerja harus mempunyai komitmen untuk mendukung kebijakan TIK Badan POM. BAB IV ORGANISASI DAN SUMBER DAYA MANUSIA PENGELOLA Bagian Pertama 9

Organisasi Pengelola Pasal 5 (1) Badan POM harus memiliki organisasi pengelola TIK yang memiliki tugas pokok untuk melaksanakan pengelolaan TIK dengan prinsip dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. (2) Organisasi pengelola TIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memiliki fungsi-fungsi sebagai berikut: a. Memberikan layanan TIK baik untuk internal maupun eksternal. b. Menjamin tersedianya fasilitas untuk terselenggaranya layanan TIK. c. Mengkoordinir pengembangan TIK. d. Melakukan pengembangan, operasional, pemeliharaan dan pemusnahan fasilitas TIK. e. Melakukan pengelolaan seluruh komponen TIK secara terintegrasi agar setiap komponen dapat berfungsi sebagaimana mestinya. (3) Organisasi pengelola TIK dilengkapi dengan Tim yang berfungsi dalam: a. Memberikan arah kebijakan TIK. b. Menjembatani kebijakan konsep TIK ke unit kerja terkait. c. Memastikan bahwa TIK selaras dengan kebutuhan unit kerja terkait. (4) Setiap unit kerja harus memanfaatkan layanan TIK dan atau mensuplai data untuk kebutuhan. 10

Bagian Kedua Sumber Daya Manusia Pengelola Pasal 6 (1) Sumber Daya Manusia Pengelola harus memenuhi kualifikasi umum yaitu berpikir dan bertindak sistematis, memiliki kejujuran, dedikasi, ketelitian, ketekunan, motivasi, inovasi, proaktif, kritis dan kreatif, dapat bekerjasama dalam tim, memiliki kemampuan komunikasi dan relasi interpersonal. (2) Sumber Daya Manusia Pengelola harus memiliki kompetensi yang sesuai dengan tugas yang diberikan. (3) Sumber Daya Manusia Pengelola harus terus-menerus melakukan pengembangan diri untuk meningkatkan kualitas, melalui Pendidikan dan Pelatihan yang terencana dan berkelanjutan. (4) Sumber Daya Manusia Pengelola harus memiliki rencana jenjang karir dalam pengelolaan TIK. Pasal 7 (1) Dalam penerapan kebijakan TIK terpadu dibentuk Tim sebagai berikut : a. Komite Pengarah Eksekutif; b. Tim Ahli TIK; 11

c. Perwakilan Unit Kerja; d. Pusat Pengelola Program; dan e. Tim Pengembang TIK. (2) Organisasi kerja tim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c bersifat fungsional dengan keanggotaan lintas unit kerja. (3) Keanggotaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan oleh Kepala Badan. (4) Keanggotaan Pusat Pengelola Program sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d adalah unit kerja yang secara struktural menangani TIK. (5) Keanggotaan Tim Pengembang TIK diusulkan oleh Pusat Pengelola Program berdasarkan masukan dari unit kerja dan dapat melibatkan pihak ketiga. BAB V STANDAR Pasal 8 (1) Standar pengelolaan TIK meliputi Standar Proses, Standar Keabsahan, Standar Komponen, dan Standar Layanan sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan. (2) Standar Proses merupakan tahapan dan kualitas yang harus dipenuhi pada setiap aktivitas yang dilalui dalam proses yang mencakup Standar Pengadaan, Standar Pengoperasian, Standar 12

Pemeliharaan, Standar Pengelolaan Perubahan dan Standar Pemusnahan. (3) Standar Keabsahan merupakan standar untuk melegalisasi aktivitas dan data/informasi (otorisasi) yang terkait dengan proses sebagaimana dimaksud pada ayat (2). (4) Standar komponen ditujukan untuk menjamin kualitas komponen TIK dan efektivitas pengelolaannya. (5) Standar Layanan merupakan tingkat layanan yang harus dipenuhi yang dibuat berdasarkan kebutuhan dan kesepakatan bersama diantara para pihak yang terkait. (6) Ketentuan tentang standar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan BAB VI SISTEM DAN KOMPONEN TIK Bagian Pertama Sistem TIK Pasal 9 (1) Sistem TIK Badan POM merupakan seluruh komponen TIK yang ada di Badan POM yang secara terintegrasi diperlukan untuk melaksanakan fungsi-fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2). 13

(2) Sistem TIK digambarkan dalam suatu arsitektur TIK terpadu Badan POM sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang menggambarkan keterhubungan antar seluruh komponen TIK di lingkungan Badan POM, serta memperlihatkan pula hubungan dengan unit/instansi eksternal Badan POM. (3) Komponen TIK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari Pengguna, Data dan Informasi, Program Aplikasi, Hardware dan Jaringan Komputer, Sistem Operasi dan Software Pendukung, dan Perangkat Pendukung Lingkungan TIK. Bagian Kedua Pengguna Pasal 10 (1) Hak dan kewajiban pengguna diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2) Pengguna perlu mengembangkan diri dan atau ditingkatkan kemampuannya melalui pelatihan yang sesuai. (3) Pengelolaan pengguna dilakukan oleh administrator yang ditunjuk. (4) Ketentuan lebih lanjut tentang hak dan kewajiban Pengguna sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan. Bagian Ketiga Data dan Informasi Pasal 11 14

(1) Data dikelola secara terintegrasi dengan menerapkan Prinsipprinsip Pengelolaan Data yang Baik. (2) Prinsip-prinsip Pengelolaan Data yang Baik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Kepala Badan. (3) Data sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersumber dari unit kerja sesuai dengan tugas dan fungsinya. (4) Kebenaran dan kualitas data menjadi tanggung jawab unit kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3). (5) Tanggung jawab penyimpanan dan pengelolaan data, termasuk backup dan recovery diatur dengan mempertimbangkan semua Prinsip-prinsip Pengelolaan yang Baik sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (6) Informasi yang dihasilkan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan internal dan eksternal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (7) Tanggung jawab distribusi dan cara distribusi informasi harus sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bagian Keempat Program Aplikasi Pasal 12 (1) Program aplikasi dapat diadakan, dibangun dan atau dikembangkan dengan mempertimbangkan daya guna, kualitas, cost efective, waktu, ketersediaan SDM, dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 15

(2) Tanggung jawab dan cara pengadaan, pembangunan, dan atau pengembangan perangkat lunak diatur dengan mempertimbangkan semua aspek pengadaan pembangunan, dan atau pengembangan yang baik. (3) Tanggung jawab dan cara pengelolaan untuk pengoperasian perangkat lunak diatur dengan mempertimbangkan semua aspek pengelolaan yang baik. (4) Program aplikasi yang dikelola di lingkungan Badan POM menganut sistem terbuka (open system). (5) Program aplikasi yang dikelola harus memperhatikan aspek Hak Kekayaan Intelektual. (6) Program aplikasi yang dikelola harus sesuai dengan standar yang ditetapkan. (7) Ketentuan lebih lanjut tentang standar sebagaimana dimaksud pada ayat (6) ditetapkan oleh Kepala Badan. Bagian Kelima Hardware dan Jaringan Komputer Pasal 13 (1) Hardware dan jaringan komputer yang dikelola di lingkungan Badan POM harus scalable, shareable, dan mempunyai sifat interoperabilitas. (2) Tanggung jawab dan cara pengadaan, pembangunan, dan atau pengembangan hardware dan atau jaringan komputer diatur 16

dengan mempertimbangkan semua aspek pengadaan pembangunan, dan atau pengembangan yang baik. (3) Hardware dan jaringan komputer yang digunakan sesuai dengan standar yang ditetapkan. (4) Ketentuan lebih lanjut tentang standar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Kepala Badan. Bagian Keenam Sistem Operasi dan Software Pendukung Pasal 14 (1) Tanggung jawab dan cara pengadaan Sistem Operasi dan Software Pendukung diatur dengan mempertimbangkan semua aspek pengadaan yang baik. (2) Tanggung jawab dan cara pengelolaan untuk pengoperasian Sistem Operasi dan Software Pendukung diatur dengan mempertimbangkan semua aspek pengelolaan yang baik. (3) Sistem Operasi dan Software Pendukung diadakan sesuai dengan standar yang ditetapkan. (4) Ketentuan lebih lanjut tentang standar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Kepala Badan. Bagian Ketujuh Perangkat Pendukung Lingkungan TIK Pasal 15 17

(1) Perangkat Pendukung Lingkungan TIK merupakan perangkat yang mendukung terselenggaranya pengoperasian TIK, terdiri atas namun tidak terbatas pada perangkat kelistrikan, pengkondisian ruangan, perangkat pengamanan. (2) Tanggung jawab dan cara pengadaan, pembangunan, pengembangan, dan pengelolaan Perangkat Pendukung Lingkungan TIK diatur dengan mempertimbangkan semua aspek pengadaan pembangunan, pengembangan, dan pengelolaan yang baik, berkoordinasi dengan unit terkait. (3) Perangkat Pendukung lingkungan TIK yang digunakan sesuai dengan standar yang berlaku. BAB VII PELENGKAP PENGELOLAAN TIK Bagian Pertama Force Majeur dan Pemulihan Bencana Pasal 16 (1) Force Majeur merupakan keadaan memaksa yang disebabkan oleh bencana alam dan atau ulah manusia yang mengakibatkan sistem TIK Badan POM tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. (2) Pemulihan Bencana merupakan prosedur dan proses untuk mengantisipasi, mempersiapkan, dan melakukan pemulihan sistem TIK Badan POM akibat terjadinya Force Majeur agar dapat berfungsi kembali sebagaimana mestinya. 18

(3) Sistem TIK Badan POM harus dilengkapi dengan Pemulihan Bencana sehingga sistem TIK dapat segera berfungsi kembali seperti sebelum terjadinya Force Majeur. (4) Pemulihan Bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) terdiri atas namun tidak terbatas pada penyediaan back-up data, program aplikasi, dan komponen TIK sesuai dengan prioritas kepentingannya, termasuk dengan mempertimbangkan lokasinya. Bagian Kedua Pendanaan Pasal 17 (1) Pengelolaan TIK harus didukung dengan pendanaan yang memadai. (2) Pendanaan harus berlandaskan pada prinsip cost-efective serta memperhatikan aspek prioritas. (3) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh melalui APBN dan atau dari pihak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. (4) Pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan untuk pengadaan, pengembangan, pengoperasian, dan pemeliharaan setiap komponen TIK serta untuk pengembangan diri dan pelatihan Sumber Daya Manusia. Bagian Ketiga Landasan Kerja 19

Pasal 18 (1) Landasan kerja merupakan acuan teknis yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan pengelolan TIK, yang memperlihatkan keterkaitan antara pengelolaan TIK dengan tugas pokok dan fungsi Badan POM (2) Landasan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas Rencana Strategis, Master Plan, Program Kerja, Kegiatan Tahunan, Prosedur Operasional Baku, Petunjuk Pelaksanaan, dan Petunjuk Teknis. BAB VIII PENINJAUAN ULANG KEBIJAKAN TIK Pasal 19 Dalam hal terjadi perubahan lingkungan stategis, kebijakan TIK sebagaimana ditetapkan dalam putusan ini ini dapat di tinjau kembali untuk dilakukan perubahan. BAB VIII PENUTUP Pasal 20 (1) Hal-hal yang bersifat teknis yang belum diatur dalam Keputusan ini akan ditetapkan lebih lanjut. (2) Semua ketentuan tentang TIK di Badan POM yang sudah ada sebelum ditetapkan Keputusan ini masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Keputusan ini 20

Keputusan ini belaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 16 September 2009 KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN RI, Dr. Husniah Rubiana Thamrin Akib, MS, MKes, SpFK 21

22