BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAH ULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. didik. Tujuan yang diharapkan dalam pendidikan tertuang dalam Undang-undang

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan dalam mewujudkan sumber

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sehingga materi yang disampaikan oleh guru kurang diserap oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bekerjasama. Akan tetapi banyak persoalan-persoalan yang sering muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masalah, b) Rumusan Masalah, c) Tujuan Penelitian, d) Manfaat Penelitian, e)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. asusila, kekerasan, penyimpangan moral, pelanggaran hukum sepertinya sudah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pengolahan data, pembahasan hasil penelitian yang telah

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

BAB I PENDAHULUAN. estafet perjuangan untuk mengisi pembangunan. Hal ini sesuai dengan rumusan

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada dasarnya memiliki tujuan untuk mengubah perilaku

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, karena melalui

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mancapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha yang bersifat sadar, sistematis, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sangat diperlukan untuk mencerdaskan kehidupan

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan umum pendidikan masa kini adalah untuk memberi bekal agar kita

BAB 1 PENDAHULUAN. keduanya. Sastra tumbuh dan berkembang karena eksistensi manusia dan sastra

DAFTAR ISI. PERNYATAAN... ii. ABSTRAK... iii. KATA PENGANTAR... v. UCAPAN TERIMAKASIH... vi. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA MAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK PADANG ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

BAB I PENDAHUHUAN. solusinya untuk menghindari ketertinggalan dari negara-negara maju maupun

MENINGKATKAN KARAKTER DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Upaya pemerintah dalam menanamkan kembali nilai-nilai karakter (luhur) dilatar

PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PEMBENTUKKAN KARAKTER SISWA KELAS V SDN NGLETH 1 KOTA KEDIRI

Pengembangan Sekolah Berkarakter

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian pembahasan yang telah dipaparkan di atas,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seorang guru tidak hanya dituntut berdiri di depan kelas untuk berceramah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN SMA

I PENDAHULUAN. pendidikan. Bahkan sistem pendidikan di Indonesia saat ini juga telah banyak. mengubah pola pikir terutama dalam dunia pendidikan.

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran atau cara lain yang dikenal dan diakui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

No Profil Lulusan Deskripsi Profil

BAB II LANDASAN TEORI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan SDM (Sumber Daya Manusia)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Astrid Sutrianing Tria, 2014

2015 ANALISIS NILAI-NILAI KARAKTER, KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA TOPIK KOLOID MELALUI PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGUATAN KARAKTER SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI PEMBELAJARAN IPA. Anatri Desstya PGSD FKIP Universitas Muhammadiyah Surakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lastri Rahayu, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran merupakan perpaduan yang harmonis antara kegiatan pengajaran yang dilakukan guru dan kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara guru dan siswa, maupun interaksi antara siswa dengan sumber belajar. Diharapkan dengan adanya interaksi tersebut, siswa dapat membangun pengetahuan secara aktif, pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, serta dapat memotivasi peserta didik sehingga mencapai kompetensi yang diharapkan. Dalam dunia pendidikan sampai saat ini masih banyak guru yang menggunakan paradigma pembelajaran lama dalam arti komunikasi dalam pembelajaran cenderung berlangsung satu arah umumnya dari guru ke siswa, guru mendominasi pembelajaran cenderung monoton sehingga mengakibatkan peserta didik jenuh. Menurut Prayitno (2010), fenomena merosotnya karakter bangsa di tanah air ini dapat disebabkan lemahnya pendidikan karakter dalam meneruskan nilai nilai kebangsaan pada saat alih generasi. Kehidupan yang lurus mengikuti kaidah kaidah nilai dan norma tersebut terarah kepada kondisi kesejahteraan dan kebahagian hidup di dunia dan di akhirat adalah kehidupan yang berkarakter. Dalam kenyataannya, kehidupan yang seharusnya lurus berkarakter itu sering kali diwarnai oleh suasana yang justru menimbulkan pertanyaan tentang implementasi perilaku yang berkarakter. Dalam kehidupan individu, keluarga dan masyarakat, di sekolah dan di masyarakat; korupsi dianggap menjadi budaya; pelanggaran dan kenakalan remaja merajalela; menyontek dalam ujian dianggap wajar dan bahkan perlu dilakukan; dan lain lain yang semuanya itu tidak sesuai dengan tuntutan kehidupan berkarakter sebagaimana dikehendaki. Memperlihatkan kenyataan yang terjadi itu, perilaku berkarakter agaknya tidak cukup diwakili dengan istilah pintar, sopan atau bermoral saja. Pembangunan karakter-cerdas itu dilakukan

melalui pendidikan dengan proses pembelajaran yang menanamkan dan menempatkan kaidah kaidah atau nilai nilai karakter dan kecerdasan sebagai satu kesatuan dalam kadar yang tinggi dan konsisten. Proses pembelajaran sebagai wujud upaya pendidikan, yang diselenggarakan oleh para pendidik pada semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan, dikehendaki mengoptimalisasikan upaya pendidikan karakter. Kondisi siswa juga merupakan faktor penyebab dimana siswa merasa sulit untuk memahami pelajaran dikarenakan konsep-konsepnya yang abstrak khususnya kimia. Pelajaran kimia dianggap sebagian besar siswa menjadi pelajaran yang sulit dipahami dan dimengerti. Ini menyebabkan pelajaran kimia tidak disukai, bahkan sebagian siswa bersikap antipati. Mengapa itu bisa terjadi? Pertama model pembelajaran kimia yang diterapkan guru bersifat monoton dan kurang variasi. Ini menjadikan belajar kimia kurang bermakna dan tidak menarik bagi siswa. Kedua sebagian besar siswa terbawa opini yang terbentuk di tengahtengah masyarakat bahwa pelajaran kimia itu sulit. Hal itu semakin memperkuat anggapan siswa terhadap pelajaran kimia sebagai cabang ilmu yang sulit dipelajari dan dipahami. Permasalahan ini mendorong pengajar membuat model pembelajaran kimia yang menyenangkan, mengasyikkan, dan mencerdaskan. Menurut Wibowo (2012) Secara ringkas ajaran-ajaran mulia pembentuk karakter dari berbagai suku bangsa di negeri ini, diantaranya; reflektif, percaya diri, rasional, logis, kritis, analitis, kreatif dan inovatif, mandiri, hidup sehat, bertanggung jawab, cinta ilmu, sabar, berhati-hati, rela berkorban, pemberani, dapat dipercaya, jujur, menpati janji, adil, rendah hati, malu berbuat salah, pemaaf, berhati lembut, setia bekerja keras, tekun, ulet/gigih, teliti, berinisiatif, berfikir positif, disiplin, antisipatif, visioner, bersahaja, bersemangat, dinamis, hemat/efisien, menghargai waktu, pengabdian/dedikatif, pengendalian diri, produktif, ramah, cinta keindahan (estetis), sportif, tabah, terbuka, tertib, memiliki kesadaran untuk berbuat yang terbaik atau unggul, mampu bertindak sesuai potensi dan kesadarannya tersebut, melakukan hal-hal yang terbaik terhadap Tuhan YME, dirinya, sesama, lingkungan, bangsa dan negara serta dunia

internacional pada umumnya dengan mengoptimalkan potensi (pengetahuan) dirinya dan disertai dengan kesadaran, emosi dan motivasinya. Menurut Kemendiknas (dalam Wibowo, 2012) nilai-nilai luhur sebagai pondasi karakter bangsa yang dimiliki oleh setiap suku di Indonesia ini, jika diringkas diantaranya sebagai berikut; religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab. Namun dalam penelitian ini karakter yang diteliti akan dibatasi dalam eman karakter saja yakni disiplin, tanggung jawab, kepedulian, kerjasama, kejujuran, dan keaktifan. Model pembelajaran memegang peranan penting dalam interaksi belajar mengajar. Salah satu pendekatan yang efektif untuk mengikuti kurikulum yang berlangsung saat ini adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif ini membuat siswa terlibat lebih aktif dalam kegiatan yang bermakna diharapkan dapat membuat siswa mampu menghubungkan pengetahuan yang diperoleh dengan konteks dunia nyata. Dalam penelitian ini, kajian utama difokuskan kepada model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Struktur atom adalah salah satu pokok bahasan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran karena pada pokok bahasan ini berkaitan dengan kehidupan sehari - hari. Untuk itu pokok bahasan struktur atom diharapkan sesuai bila menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sehingga siswa lebih tertarik mempelajari materi ini dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar. Penelitian dengan menggunakan model pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ini telah dilakukan oleh Ricardo (2011) tentang Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Pembelajaran Atom, Ion Dan Molekul diperoleh peningkatan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari peningkatan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran konvensional 0,698 > 0,514. Juga oleh Wahyuni (2011) mengenai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Penemuan Terbimbing

Dengan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD diperoleh hasil belajar siswa melalui metode penemuan terbimbing dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD mengalami peningkatan hasil belajar sebesar 73,53%. Sementara Marpaung (2007) melakukan penelitian tentang Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa. Hasil yang didapatkan adalah menunjukkan t hitung > t tabel yaitu 28.0325 >1.664, yang berarti ada pengaruh pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap peningkatan hasil belajar siswa. Untuk pendidikan karakter sendiri, telah dilakukan oleh Puspita (2012) tentang Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Komputer (Windows Movie Maker) Terintegrasi Pendidikan Karakter Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA diperoleh perubahan ratarata karakter sikap siswa yang diajar dengan media pembelajaran berbasis komputer (WMM) terintegrasi pendidikan karakter sebesar 14% dan perubahan rata-rata karakter siswa yang diajar tanpa media tersebut sebesar 11%. Juga oleh Toyibah (2012) tentang Penerapan Pendidikan Karakter Menggunakan Windows Movie Maker Untuk Mengingkatkan Kualitas Karakter Dan Hasil Belajar Kimia Siswa Di SMA diperoleh hasil peningkatan kualitas karakter secara keseluruhan diambil dari angket pada pre-test dan post-test pada kelas eksperimen 6,10% dan kelas kontrol 3,82%. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti akan melaksanakan penelitian yang berjudul Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terintegrasi Pendidikan Karakter Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Struktur Atom di SMA. 1.2. Identifikasi Masalah Berfokus pada latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah meliputi : 1. Perbedaan latar belakang siswa sehingga menyebabkan perbedaan karakter masing-masing siswa.

2. Model pembelajaran yang kurang menarik sehingga rendahnya minat belajar siswa. 3. Rendahnya hasil belajar kimia siswa khususnya pada materi struktur atom. 1.3. Rumusan Masalah Untuk memperjelaskan permasalahan sebagai dasar penelitian ini, maka penulis mencoba merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD terintegrasi pendidikan karakter lebih baik dari pada hasil belajar siswa tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe STAD (konvensional) terintegrasi pendidikan karakter pada pokok bahasan struktur atom? 2. Berapa persen peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terintegrasi pendidikan karakter pada pokok bahasan struktur atom? 3. Apakah ada hubungan (korelasi positif) antara nilai hasil belajar dengan nilai karakter siswa? 1.4. Batasan Masalah Disebabkan untuk menjaga agar peneliti lebih terarah dan terfokus maka penelitian ini membatasi masalah hanya dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD terintegrasi pendidikan karakter terhadap hasil belajar siswa pada pokok bahasan struktur atom kimia di SMA. Dan karakter yang diharapkan terbentuk yaitu disiplin, tanggung jawab, kepedulian, kerjasama, kejujuran, dan keaktifan. 1.5. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terintegrasi pendidikan karakter lebih baik

daripada hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran konvensional terintegrasi pendidikan karakter pada pokok bahasan struktur atom. 2. Untuk mengetahui persen peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terintegrasi pendidikan karakter pada pokok bahasan struktur atom. 3. Untuk mengetahui adanya hubungan (korelasi positif) antara nilai hasil belajar dengan nilai karakter siswa. 1.6. Manfaat Penelitian Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait diantaranya sebagai berikut : 1. Bagi Peneliti Peneliti ini dapat memberikan gambaran dan pengetahuan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pelajaran kimia SMA. Selain itu hasil penelitian diharapkan bisa dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya. 2. Bagi Siswa Siswa lebih termotivasi dalam pembelajaran dan menambah pemahaman siswa pada pokok bahasan struktur atom. 3. Bagi Guru Sebagai alternatif dalam mengelola pembelajaran dan dapat menumbuhkan kreatifitas guru dalam pembelajaran. 4. Bagi Sekolah Memberikan sumbangan pada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran. 1.7. Defenisi Operasional Untuk mengurangi perbedaan atau kekurangjelasan makna, maka defenisi operasional dalam penelitian ini adalah : 1. Model pembalajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merancang aktivitas belajar. 2. Kooperatif tipe STAD merupakan salah satu pembelajaran yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang lebih baik. 3. Hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang sebagai hasil interaksi berbagai faktor baik internal maupun eksternal. 4. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.