BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Pasal 1600 KUH Perdata. Sewa-menyewa dalam bahasa Belanda disebut dengan huurenverhuur

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berjudul Tentang Sewa-Menyewa yang meliputi Pasal 1548 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat". untuk kebutuhan sendiri atau untuk masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena buruh merupakan permasalahan yang menarik dari dahulu.

BAB I PENDAHULUAN. Usaha tersebut muncul karena banyak orang yang membutuhkannya. tetapi tidak mampu membeli mobil. Kemudian banyak orang yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN. Universitas. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENENTUKAN BESARNYA SUKU BUNGA PINJAMAN DALAM SENGKETA HUTANG PIUTANG (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam keadaan yang sedang dilanda krisis multidimensi seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, perkembangan suatu bank mengalami krisis dapat diartikan. Sementara itu dalam bentuk memberikan pelayanan kepada

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN ANTARA HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF TERHADAP PRAKTEK OPER SEWA RUMAH KONTRAKAN

BAB I PENDAHULUAN. orang bisa memiliki mobil sebagai barang milik pribadi. Rental mobil (persewaan mobil) yang dapat membantu seseorang yang tidak

BAB III HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB I PENDAHULUAN. seperti: investasi dalam pembelian ternak, pembelian tanah pertanian, atau

PELAKSANAAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

TANGGUNG JAWAB HUKUM TERHADAP SEWA MENYEWA ALAT MUSIK DAN SOUND SYSTEM DI KOTA SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH SECARA KREDIT. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai

GUGAT BALIK (REKONVENSI) SEBAGAI SUATU ACARA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA DALAM PERADILAN DI PENGADILAN NEGERI KLATEN

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (PHK) (Studi Tentang Perlindungan Hukum Bagi Karyawan)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. Manusia di dalam kehidupannya mempunyai bermacam-macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

BAB I PENDAHULUAN. dan meninggal dunia di dalam masyarakat. Dalam hidup bermasyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari digerakan dengan tenaga manusia ataupun alam. mengeluarkan Peraturan Perundang-undangan No. 15 Tahun 1985 tentang

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Hubungan hukum yang terjadi antara penyelenggara jaringan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kembali hak-haknya yang dilanggar ke Pengadilan Negeri

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. hubungan antara perusahaan dengan para pekerja ini saling membutuhkan, di. mengantarkan perusahaan mencapai tujuannya.

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. kerjasama di bidang perdagangan dan jasa berkembang sangat pesat.

UPAYA PERLAWANAN HUKUM TERHADAP EKSEKUSI PEMBAYARAN UANG DALAM PERKARA PERDATA (Studi Kasus Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dalam kehidupan sosialnya senantiasa akan melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ada tata hukum yaitu tata tertib dalam pergaulan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. Suatu persetujuan tertentu berupa rangkaian kata-kata sebagai gambaran

BAB I PENDAHULUAN. iklan. Saat ini iklan telah berkembang menjadi suatu sistem komunikasi yang

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

TINJAUAN YURIDIS TENTANG IKUT SERTANYA PIHAK KETIGA ATAS INISIATIF SENDIRI DENGAN MEMBELA TERGUGAT (VOEGING) DALAM PEMERIKSAAN SENGKETA PERDATA

SKRIPSI KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. mengenai segala jenis usaha dan bentuk usaha. Rumusan pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan serta penghidupan masyarakat baik dari segi sosial, ekonomi,

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang sama menuntut kewajiban ditunaikan. Hubungan hak dan

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA WARIS ATAS TANAH HAK MILIK DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA DAN PENGADILAN AGAMA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya jumlah penduduk, kebutuhan akan tanah terus

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kehidupan masyarakat diatur oleh hukum termasuk mengenai

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. menyendiri tetapi manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri.

BAB I PENDAHULUAN. harta warisan, kekayaan, tanah, negara, 2) Perebutan tahta, termasuk di

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Setiap orang berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya 1.

BAB II TINJAUAN TERHADAP PERJANJIAN SEWA BELI. belum diatur dalam Dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh para pakar

BAB 1 PENDAHULUAN. menuntut para pelaku bisnis melakukan banyak penyesuaian yang salah satu

SKRIPSI PELAKSANAAN JUAL BELI DAN STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH APARTEMEN DI SOLO PARAGON

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat itu sendiri, untuk mengatasi permasalahan tersebut dalam hal ini

BAB I PENDAHULUAN. membayar royalti dalam jumlah tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu transaksi jual beli, apapun jenis benda yang diperjual-belikan

BAB I PENDAHULUAN. dijanjikan oleh orang lain yang akan disediakan atau diserahkan. Perjanjian

BAB II LANDASAN TEORI. berjudul Perihal Perikatan (Verbintenis), yang mempunyai arti lebih luas

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WARISAN MENURUT HUKUM ADAT UNTUK SUAMI ATAU ISTRI YANG HIDUP TERLAMA

BAB I PENDAHULUAN. kepada pihak yang kalah dalam suatu perkara merupakan aturan dan tata cara. aturan perundang-undangan dalam HIR atau RBG.

TINJAUAN YURIDIS PENGAKHIRAN SEWA MENYEWA RUMAH YANG DIBUAT SECARA LISAN DI KELURAHAN SUNGAI BELIUNG KECAMATAN PONTIANAK BARAT

UTHI CHAFIDZAH NAFSIKA C

B A B I P E N D A H U L U A N. Sebagaimana prinsip hukum perdata barat di dalam KUH Perdata tersebut, telah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kita dapat melakukan segala macam kegiatan dalam kehidupan sehari-hari, tangga, sekolah, rumah sakit, dan industri-industri.

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

PERAN KOPERASI UNIT DESA DALAM MEMBERIKAN KREDIT DI KALANGAN MASYARAKAT KLATEN (Studi Di KUD JUJUR Karangnongko)

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

III.METODE PENELITIAN. permasalahan-permasalahan yang timbul di dalam gejala bersangkutan. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. patut, dinyatakan sebagai penyalahgunaan hak. 1 Salah satu bidang hukum

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan dilakukan manusia sudah berabad-abad. Pembangunan adalah usaha untuk

PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI TANAH DIHADAPAN PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) (StudiKasus di Kantor PPAT Farida Ariyanti, SH) Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah perjanjian sewa menyewa. Perjanjian sewa menyewa banyak di. sewa yang telah diberikan oleh pihak penyewa.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu saat di lahirkan dan meninggal dunia, dimana peristiwa tersebut akan

BENI DHARYANTO C FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian sewa-menyewa diatur di dalam bab VII Buku III KUH Perdata yang berjudul Tentang Sewa-Menyewa yang meliputi Pasal 1548 sampai dengan Pasal 1600 KUH Perdata. Definisi perjanjian sewa-menyewa menurut Pasal 1548 KUH Perdata menyebutkan bahwa: Perjanjian sewa-menyewa adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainya kenikmatan dari suatu barang, selama waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan telah disanggupi pembayaranya. Sewa-menyewa dalam bahasa Belanda disebut dengan huurenverhuur dan dalam bahasa Inggris disebut dengan rent atau hire. Sewa-menyewa merupakan salah satu perjanjian timbal balik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sewa berarti pemakaian sesuatu dengan membayar uang sewa dan menyewa berarti memakai dengan membayar uang sewa. 1 Menurut Yahya Harahap, sewa-menyewa adalah persetujuan antara pihak yang menyewakan dengan pihak penyewa. Pihak yang menyewakan menyerahkan barang yang hendak disewa kepada pihak penyewa untuk dinikmati sepenuhnya. 2 1 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Hal. 833 2 Yahya Harahap, 1991, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni, Hal. 220 1

2 Dalam perjanjian sewa menyewa terdapat beberapa kriteria khusus, yaitu: 1. Ada dua pihak yang saling mengikatkan diri. Pihak yang pertama adalah pihak yang menyewakan yaitu pihak yang mempunyai barang. Pihak yang kedua adalah pihak penyewa, yaitu pihak yang membutuhkan kenikmatan atas suatu barang. Para pihak dalam perjanjian sewa-menyewa dapat bertindak untuk diri sendiri, kepentingan pihak lain, atau kepentingan badan hukum tertentu. 2. Ada unsur pokok yaitu barang, harga, dan jangka waktu sewa. Barang adalah harta kekayaan yang berupa benda material, baik bergerak maupun tidak bergerak. Harga adalah biaya sewa yang berupa sebagai imbalan atas pemakaian benda sewa. Dalam perjanjian sewa-menyewa pembayaran sewa tidak harus berupa uang tetapi dapat juga mengunakan barang ataupun jasa (Pasal 1548 KUH Perdata). Hak untuk menikmati barang yang diserahkan kepada penyewahanya terbatas pada jangka waktu yang ditentukan kedalam perjanjian. 3 Dalam perjanjian sewa-menyewa, pihak-pihak yang terlibat dalam Perjanjian sewa-menyewa adalah: 1. Pihak yang menyewakan: Pihak yang menyewakan adalah orang atau badan hukum yang menyewakan barang atau benda kepada pihak lainya untuk dinikmati kegunaan benda tersebut kepada penyewa. Pihak yang menyewakan barang atau benda tidak harus pemilik benda sendiri tetapi 3 Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung: PT. Citra Aditya.Hal. 40

3 semua orang yang atas dasar hak penguasaan untuk memindahkan pemakaian barang ke tangan orang lain. Hal tersebut dikarenakan didalam sewa-menyewa yang diserahkan kepada pihak penyewa bukanlah hak milik atas suatu barang melainkan hanya pemakaian atau pemungutan atas hasil dari barang yang disewakan. 2. Pihak Penyewa: Pihak penyewa adalah orang atau badan hukum yang menyewa barang atau benda dari pihak yang menyewakan. Obyek barang yang dapat disewakan menurut Hofmann dan De Burger, yang dapat di sewa adalah barang bertubuh saja, namun ada pendapat lain yaitu dari Asser dan Van Brekel serta Vollmar berpendapat bahwa tidak hanya barang-barang yang bertubuh saja yang dapat menjadi obyek sewa melainkan hak-hak juga dapat disewa, pendapat ini diperkuat dengan adanya putusan Hoge Raad tanggal 8 Desember 1922 yang menganggap kemungkinan ada persewaan suatu hak untuk memburu hewan (jachtrecht). 4 Pihak yang menyewakan belum tentu adalah pihak pemilik barang atau jasa yang disewakan kepada pihak penyewa. Tujuan dari diadakannya perjanjian sewa-menyewa adalah untuk memberikan hak pemakaian kepada pihak penyewa sehingga benda yang bukan berstatus hak milik dapat disewakan oleh pihak yang mempunyai hak atas benda tersebut. Dalam Pasal 1559 ayat (1) KUHPerdata menyatakan bahwa: Si penyewa, jika kepadanya tidak telah diperizinkan, tidak diperbolehka mengulang sewakan barang, yang disewanya, ataupun 4 Wiryono Projodikoro, 1991, Asas-asas Hukum Perjanjian, Bandung: Sumur, Hal. 50

4 melepas sewanya kepada orang lain, atas ancaman pembatalan perjanjian sewa dan pengantian biaya, rugi, dan bunga, sedangkan pihak yang menyewakan, setelah pembatalan itu, tidak diwajibkan mentaati perjanjian ulang sewa. Dari ketentuan yang berlaku dari Pasal 1559 ayat (1) KUH Perdata tersebut dapat diketahui bahwa: 1. Mengulang sewakan kepada pihak ketiga hanya dapat dilakukan oleh seorang penyewa apabila diperbolehkan di dalam perjanjian sewamenyewa atau disetujui oleh para pihak. 2. Jika pihak penyewa mengulang sewakan obyek sewa dalam masa sewa maka pihak yang menyewakan obyek sewa dapat melakukan pembatalan perjanjian sewa-menyewa dan menuntut ganti rugi. Akibat pembatalan perjanjian sewa-menyewa tersebut maka perjanjian sewa-menyewa yang dilakukan oleh pihak penyewa dengan pihak ketiga juga batal demi hukum. Pasal 1559 ayat (1) KUH Perdata tersebut dapat diketahui tentang istilah mengulang sewakan dan melepas sewa. Pada prinsipnya kedua perbuatan tersebut dilarang dilakukan bagi pihak penyewa. Meskipun demikian perbutan-perbuatan tersebut boleh dilakukan oleh penyewa jika sebelumnya telah diperjanjikan sebelumnya. Hal tersebut dapat dilihat dalam praktek mengulang sewakan kios di PGS Surakarta pada pihak penyewa kedua. Mengulangsewakan kepada penyewa kedua banyak terjadi di PGS, hal tersebut dapat dikarenakan oleh banyak hal, antara lain:

5 1. Terjadinya mengulangsewakan kios kepada pihak lain adalah karena tidak adanya itikad baik dari penyewa kepada pemilik kios yaitu PGS. Dalam sistem penyewaan di PGS surakarta dilaksanakan dengan sistem koputerisasi. Dimana input mengenai perjanjian sewa antara pihak pertama (PGS) dengan pihak pihak kedua (penyewa pertama) terakumulasi dalam data komputer. Oleh karena itu, sistem administrasi dilakukan otomatis. Dalam hal ini dapat dijelaskan, bahwa sistem koputerisasi di PGS Surakarta akan otomatis mengeluarkan surat peringatan pertama yang disampaikan oleh pengrus PGS kepada pihak penyewa apabila penyewa mengalami keterlambatan dalam mebayar uang sewa. Dalam hal ini penyewa diberikan waktu 1 (satu) minggu untuk segera menyelesaikan keterlambatan pembayaran uang sewa. Apabila dalam satu minggu penyewa tidak segera memenuhi kewajibannya, maka dalam kurun waktu 1 bulan pihak PGS memberikan kesempatan kepada pihak kedua untuk memenuhi kewajibannya dan untuk sementara pihak pertama menyegel kios yang disewa oleh pihak kedua. Setelah satu bulan tidak ada tanggapan dari pihak kedua, maka secara otomatis, perjanjian sewa menyewa antara pihak pertama dan pihak kedua telah batal. Dan pihak pertama mempunyai hak untuk mengulangsewakan kios kepada pihak lain yang berminat. 5 2. Dalam hal ini penyewa telah memenuhi kewajibannya dalam hal membayar uang sewa, akan tetapi karena tidak stabilnya perekonomian yang belakangan ini terjadi di Indonesai, mengakibatkan tidak stabilnya 5 Teguh Sambudi, TC PGS Surakarta, Wawancara Pribadi, Senin, November pukul 14.00 wib

6 pula pendapatan yang diterima oleh pihak kedua dalam perdagangan di PGS. Sehingga mengakibatkan pendapatan yang didapat tidak sebanding dengan pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh pihak penyewa, sehingga mengakibatkan pihak pedagang yang menyewa kios di PGS gulung tikar. Sedangkan masa sewa kios masih berlangsung lama. Dengan demikian tidak ada jalan lain bagi pihak pedagang yang menyewa kios di PGS selain menutup usahanya dan menyewakan kembali kepada pihak lain kios yang telah disewanya tersebut. 6 Dalam hal ini, pihak manajemen PGS menyerahkan sepenuhnya tersebut kepada pihak penyewa pertama, selama masa perjanjian sewa menyewa antara pihak pertama (PGS) dengan pihak kedua (penyewa pertama) masih berlangsung. Perbuatan mengulangsewakan kios oleh pihak penyewa kepada pihak lain, harus diketahui oleh pihak pertama (PGS), karena untuk mengklarifikasikan bahwa setelah masa sewa atas nama pihak penyewa pertama selesai, maka pihak penyewa kedua harus segera memperbarui kembali perjanjian sewa menyewa kios dengan pihak PGS atas nama pihak penyewa sendiri, dan proses penawaran yang dilakukan oleh pihak penyewa kedua harus dilaksanakan sebulan sebelum masa sewa atas nama pihak pertama selesai. Sedangkan untuk masalah perjanjian yang terjadi antara pihak penyewa pertama dengan pihak penyewa kedua, diserahkan sepenuhnya 6 Sarwito, Pedagang Batik Di PGS, Wawacara Pribadi, Senin, November 2009, Pukul 15.00 wib

7 kepada para pihak, dengan syarat bahwa dalam klausal perjanjian yang terjadi antara pihak penyewa pertama dengan pihak penyewa kedua tidak melanggar tata tertib atau aturan yang telah diterapkan oleh pihak manajemen PGS. Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan perjanjian sewa menyewa yang ditinjau secara yuridis sebagai penelitian dengan judul: "SEWA MENYEWA STUDI TENTANG PRAKTEK MENGULANGSEWAKAN (OPER KONTRAK) KIOS DI PGS SURAKARTA B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah bentuk perjanjian mengulangsewakan (Oper Kontrak) kios pada pihak ketiga di PGS Surakarta? 2. Permasalahan apa yang timbul dalam perjanjian mengulangsewakan (Oper Kontrak) kepada pihak ketiga, dan bagaimanakah cara mengatasinya? C. Tujuan Penelitian Untuk penelitian ini hal-hal yang menjadi tujuan penulis adalah: 1. Untuk mengetahui bentuk perjanjian mengulangsewakan kios pada pihak ketiga di PGS Surakarta.

8 2. Untuk mengetahui Permasalahan apa yang timbul dalam perjanjian mengulangsewakan kepada pihak ketiga, dan bagimanakah cara mengatasinya. D. Manfaat Penelitian Tinggi rendahnya nilai dari suatu penelitian selalu ditentukan oleh metode penelitiannya, dan ditentukan oleh besarnya manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian tersebut. Ada 3 (tiga) manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini, yaitu: 1. Untuk memberikan masukan bagi pihak masyarakat yang belum mengetahui tentang praktik mengulangsewakan kios pada pihak ketiga, akibat hukum pada pihak-pihak yang melaksanakan perjanjian sewamenyewa. 2. Untuk memberikan masukan penelitian dibidang ilmu hukum, umumnya hukum perjanjian dan khususnya hukum Dagang. 3. Untuk memberikan masukan bagi pihak yang berkepentingan tentang praktik mengulangsewakan kios pada pihak ketiga. E. Metode Penelitian Metode penelitian berfungsi sebagai alat atau cara untuk pedoman melakukan penelitian, sedangkan penelitian adalah suatu cara yang didasarkan pada metode, sistematika dan pemikiran tertentu yang bertujuan untuk memecahkan suatu masalah dalam penelitian yang berjudul "Perjanjian Sewa

9 Menyewa Study Tentang Praktik Mengulangsewakan Kios Pada Pihak Ketiga Di PGS Surakarta" 1. Sifat Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang menjadi pokok bahasan penelitian penulis, maka jenis penelitian yang penulis gunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang menghasilkan data diskriptif, yang berupa ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orangorang (subjek) itu sendiri, 6 artinya penelitian akan dibahas dalam bentuk paparan yang diuraikan dengan kata-kata secara cermat dan teliti berdasarkan pada asas-asas hukum yang dipergunakan dalam perjanjian kontrak kerja. Metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan yuridis sosiologis, yaitu dalam menganalisa data didasarkan pada asas-asas hukum dan perbandingan-perbandingan hukum yang ada dalam masyarakat. 7 2. Sumber Data a. Penelitian Kepustakaan Merupakan penelitian tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan menganalisa bahan-bahan hukum dalam penelitian, kepustakaan yang dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu: 1) Bahan Hukum Primer 6 Arief Furchan, 1987, Metode Penelitian Kualitatif, Surabaya: Usaha Nasional, hal. 18 7 Soerjono Soekanto, 2001, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, hal. 4-5.

10 Peraturan perundang-undangan yang erat hubungan dengan masalah yang diteliti yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Dagang dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. 2) Bahan Hukum Sekunder Meliputi bahan-bahan bacaan yang ada hubungannya dengan masalah hukum acara perdata mengenai objek yang diteliti yaitu literatur dan karya ilmiah yang berkaitan, dengan masalah yang diteliti. 3) Bahan Hukum Tersier Yaitu bahan-bahan hukum yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yaitu kamus hukum. b. Penelitian Lapangan 1) Lokasi Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, lokasi yang dijadikan tempat penelitian penulis adalah PGS Surakarta. 2) Subjek Penelitian Pihak-pihak yang berwenang dan memahami masalah yang penulis teliti yaitu kepala bagian personalia PGS Surakarta dan Penyewa Kios di PGS Surakarta. 3. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

11 a. Penelitian Kepustakaan Penelitian Kepustakaan adalah pengumpulan data dengan cara mencari, menghimpun, mempelajari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier, terutama yang berkaitan dengan masalah praktik mengulangsewakan kios pada pihak ketiga. b. Penelitian Lapangan Data yang diperoleh dari hasil penelitian yang didapat secara langsung pada objek penelitian, yaitu dengan cara: 1) Pengamatan (Observasi) Merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala atau objek yang diteliti di PGS Surakarta. 2) Wawancara (Interview) Merupakan suatu cara untuk memperoleh data dengan jalan mengadakan tanya jawab secara lisan kepada responden, yaitu pihak-pihak yang berkaitan dengan permasalahan dari objek yang diteliti. Tipe wawancara yang dipergunakan adalah wawancara yang terarah dengan menggunakan daftar pertanyaan. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan data yang tidak menyimpang dari pokok permasalahan yang penulis teliti. 4. Teknik Analisis Data Telah disebutkan di atas bahwa jenis penelitian yang dipilih adalah kualitatif. Peraturan-peraturan dan literatur-literatur mengenal praktik

12 perjanjian sewa menyewa mengulangsewakan kios pada pihak ketiga di pgs surakarta dipadukan dengan pendapat responden dilapangan dianalisis secara kualitatif, dicari pemecahannya, dan kemudian dapat ditarik kesimpulan. F. Sistematika Skripsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Metode Penelitian F. Sistematika Skripsi BAB II Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian 2. Macam-Macam Perjanjian 3. Subjek dan Objek Perjanjian 4. Syarat Sahnya Perjanjian 5. Asas-asas Dalam Hukum Perjanjian 6. Hapusnya Perjanjian

13 B. Tinjauan Umum Tentang Sewa Menyewa 1. Pengertian Sewa Menyewa 2. Pihak-Pihak Dalam Sewa Menyewa 3. Resiko Dalam Perjanjian Sewa Menyewa 4. Berakhirnya Perjanjian Sewa Menyewa C. Tinjauan Umum Oper Kontrak 1. Pengertian Oper Kontrak 2. Sewa Tertulis dan Sewa Lisan 3. Perspektif Hukum Perjanjian Oper Kontrak BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan. 1. Bentuk dan Isi perjanjian mengulangsewakan kios pada pihak ketiga di PGS Surakarta? 2. Permasalahan yang timbul dalam perjanjian mengulangsewakan kepada pihak ketiga, dan bagimanakah cara mengatasinya? BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran DAFTAR PUSTAKA