KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA URGENSI PENETAPAN UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TERHADAP PENETAPAN JAKSTRADA SPAM

dokumen-dokumen yang mirip
SINERGI PUSAT DAERAH DALAM UU 23/2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

ORGANISASI PERANGKAT DAERAH UNTUK SUB URUSAN JASA KONSTRUKSI DALAM PERSPEKTIF PEMERINTAHAN DAERAH (UU No.23/2014)

PELAKSANAAN UU. NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH MENUJU PENCAPAIAN GOOD GOVERNANCE

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA OPD YANG MENANGANI BUMD, BLUD, DAN BARANG MILIK DAERAH DAN ARAH PERUBAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN MENURUT UNDANG- PEMERINTAHAN DAERAH

CIPTA KARYA A - Z KELEMBAGAAN CIPTA KARYA DAERAH DALAM PENCAPAIAN Diana Kusumastuti - BPPSPAM

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

KEBIJAKAN PENYEDERHANAAN REGULASI UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

U NDANG UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 DLM KONTEKS KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

!"#!$%!&'&()!(*!!(!(''&!!*!)+,!-!'./

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA LAPORAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU SEKRETARIS DPOD KEBIJAKAN PENATAAN DAERAH TERKAIT

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO

SEMANGAT DESENTRALISASI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN

Lokakarya Kerjasama Antar Daerah: Sinkronisasi RTRWD dan SPN Antar Daerah

Dr. Halilul Khairi (Dosen IPDN dan Tim Perumus/Pembahas UU No 23/2014) Hp

HUBUNGAN PEMERINTAH DAERAH, KECAMATAN DAN DESA. Bagian Pemerintahan Setda Kab. Lamongan

KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG

Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KERJA 3X!!! MI 20 Oktober 2015

PADA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN TJAHJO KUMOLO

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PELAKSANAAN PROGRAM PAMSIMAS 2015 DAN PERSIAPAN PROGRAM PAMSIMAS 2016

KEMENTERIAN DALAM NEGERI OLEH : BUDI PRASETYO,SH,MM SEKRETARIS DIREKTORAT JENDERAL POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM MAKASAR, 28 OKTOBER 2015

SINKRONISASI DAN HARMONISASI PEMBANGUNAN NASIONAL DAN DAERAH

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH)

PENATAAN KELEMBAGAAN URUSAN PANGAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 21 Tahun 2008

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DALAM RANGKA PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DAN FORKOPIMDA DI PROVINSI TAHUN ANGGARAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014 PEMBAGIAN PERAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT, PROVINSI, DAN KABUPATEN/KOTA

OLEH: Dr. SUMARSONO, MDM Direktur Jenderal Otonomi Daerah

PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

KEBIJAKAN PEMERINTAH PENUNTASAN PERMUKIMAN KUMUH

IMPLIKASI UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 DALAM KERANGKA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PENATAAN RUANG

Pembagian Urusan Pemerintah Dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

Oleh : DIREKTUR JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN OTONOMI DAERAH D. MACHDUM FUADY, S.H., M.H. EKONOMI AKUNTANSI. Modul ke: Fakultas. Program Studi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

PERAN GWPP DAN ISU- ISU AKTUAL RPP TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG GWPP

PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN

Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (KAITANNYA DGN PENGANGGARAN PEMBIAYAAN AMPL DLM APBD)

PENYELENGGARAAN SISTEM DATA GENDER DAN ANAK DALAM MENDUKUNG CAPAIAN PEMBANGUNAN DI DAERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA DISAMPAIKAN OLEH SEKRETARIS DITJEN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UMUM

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH DALAM MENGHADAPI MEA 2015

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA

KEBIJAKAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN ZOONOSIS DALAM OTONOMI DAERAH

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

kelautan dan perikanan pariwisata pertanian kehutanan; energi dan sumber daya mineral; perdagangan; perindustrian; dan transmigrasi.

MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

SUMBER HUKUM UTAMA PERENCANAAN DI INDONESIA

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

LAYANAN UTAMA DAN LAYANAN PENDUKUNG. Untuk Rancangan Lampiran RPP-PUPK

REVIEW KEBIJAKAN DALAM PENCAPAIAN TUJUAN PEMBANGUNAN KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA IMPLIKASI PELAKSANAAN UU NO.23 TAHUN 2014 TERHADAP EKSISTENSI LEMBAGA PANGAN DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

Ir. EDISON PANJAITAN, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH DALAM PERSEPEKTIF DESENTRALISASI. Dr. KURNIASIH, SH, M.Si DIREKTUR PRODUK HUKUM DAERAH

INDUSTRI DI DAERAH. Oleh : DR.MADE SUWANDI Msoc.sc Direktur Urusan Pemerintahan Daerah DITJEN OTDA DEPARTEMEN DALAM NEGERI

2018, No Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 73, Tambahan Lembaran

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL

SE Mendagri /7746/SJ Penyusunan Program Bidang Kesbangpol dalam Dokrenda

Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Bencana Di Daerah Tertinggal

I. UMUM. Dalam...

P E L A K S A NA URUSAN PEMERINTAHAN UMUM

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

KEBIJAKAN DITJEN PAUD DAN DIKMAS DALAM PENGEMBANGAN MUTU SATUAN PENDIDIKAN PAUD DAN DIKMAS

Direktur Perencanaan, Evaluasi Dan Informasi Pembangunan Daerah KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Kebijakan Ditjen PAUD dan Dikmas Terkait Akreditasi PAUD dan PNF

Direktur Perencanaan, Evaluasi Dan Informasi Pembangunan Daerah KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2016

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Asas Dekonsentrasi dan Asas Tugas Pembantuan Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan

DisampaikanOleh: Ir. Agustenno Siburian, M.Si Kasubdit Perencanaan dan Evaluasi Wilayah III

Transkripsi:

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA URGENSI PENETAPAN UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TERHADAP PENETAPAN JAKSTRADA SPAM Oleh: DR. Kurniasih, SH, M.Si Direktur Urusan Pemerintahan Daerah I Pelambang, 5 juni 2015

PENETAPAN UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

Menimbang:... b. bahwa penyelenggaraan pemerintahan daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. bahwa efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antara Pemerintah Pusat dengan daerah dan antardaerah, potensi dan keanekaragaman daerah, serta peluang dan tantangan persaingan global dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan negara;... 1. Menjamin efektivitas penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2. Menata manajemen pemerintahan daerah yang lebih responsif, akuntabel, transparan dan efisien. 3. Menata keseimbangan tanggung jawab antar tingkatan/susunan pemerintahan dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan. 4. Menata pembentukan daerah agar lebih selektif sesuai dengan kondisi dan kemampuan daerah. 5. Menata hubungan antara pusat dan daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Ditjen Ditjen Otonomi Daerah URUSAN P E M E R INTAHAN PRESIDEN Pasal 5 ayat (1) Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan sesuai dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 PUSAT MENTERI Pasal 5 ayat (3) Dalam menyelenggarakan Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Presiden dibantu oleh menteri yang menyelenggarakan Urusan Pemerintahan tertentu Pasal 5 ayat (2) Kekuasaan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diuraikan dalam berbagai Urusan Pemerintahan AZAS Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Pasal 5 Ayat (4) Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) di Daerah dilaksanakan berdasarkan asas Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan DESENTRALISASI DEKONSENTRASI TUGAS PEMBANTUAN DAERAH Pembagian Urusan Pemerintahan

Anatomi Urusan Pemerintahan (UU Nomor 23 tahun 2014) Urusan Pemerintahan Urusan Absolut Urusan Konkuren Urusan Pemerintahan Umum o Politik LN; o Pertahanan; o Kemanan; o Yustisi; o Moneter & Fikal Nasional o Agama; Pilihan Non Yandas Wajib Pelayanan Dasar

Ditjen Ditjen Otonomi Daerah Prinsip Pembagian Urusan Konkuren Akuntabilitas : ditentukan berdasarkan kedekatannya dengan luas, besaran, dan jangkauan dampak yang ditimbulkan oleh penyelenggaraan suatu Urusan Pemerintahan. Efisiensi ditentukan berdasarkan perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh. Eksternalitas, ditentukan berdasarkan luas, besaran, & jangkauan dampak yg timbul akibat penyelenggaraan suatu Urs Pemerintahan. Kepentingan Strategis Nasional. ditentukan berdasarkan pertimbangan dalam rangka menjaga keutuhan dan kesatuan bangsa, menjaga kedaulatan Negara, implementasi hubungan luar negeri, pencapaian program strategis nasional dan pertimbangan lain yang diatur dalam ketentuan peraturan per-uu-an

Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi dasar pelaksanaan Otonomi Daerah (pasal 9 ayat 4)

Konsekuensi Adanya Urusan Wajib Pelayanan Dasar 1. Penyelenggaraan Pemda telah diamanatkan untuk memprioritaskan pelaksanaan Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dgn Pelayanan Dasar 2. Pelaksanaan Pelayanan Dasar pada Urusan Pemerintahan Wajib yg berkaitan dgn Pelayanan Dasar berpedoman pada SPM yg ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, sekaligus mendukung indikator kinerja utama kementerian. 3. Mendapat perlakuan khusus dalam penyusunan kelembagaan, perencanaan dan penganggaran di pusat dan di daerah. 4. Kinerjanya akan dikontrol secara ketat oleh berbagai stakeholders.

URUSAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM

KEWENANGAN PROVINSI DAN KAB/KOTA DALAM PENYELENGGARAAN AIR MINUM PP NOMOR 38 TAHUN 207 UU NOMOR 23 TAHUN 2014 PROVINSI KAB/KOTA PROVINSI KAB/KOTA 1. Penetapan peraturan daerah provinsi mengenai Kebijakan dan strategi pengembangan air minum lintas kabupaten/kota di wilayahnya. 1.Penetapan peraturan daerah kabupaten/kotame ngenai kebijakan dan strategi pengembangan air minum di daerah kabupaten/kota. 1. Pengelolaan dan pengembangan SPAM lintas Daerah kabupaten/kota. 1. Pengelolaan dan pengembangan SPAM di Daerah kabupaten/kota. Ada perubahan kewenangan yang diberikan kepada Provinsi dan Kab/Kota terkait dengan penyelenggaraan air minum, sehingga perlu menjadi perhatian bagi BPPSPAM dalam penyusunan Jakstrada Pengembangan SPAM

Keberadaan Jakstra Pengembangan SPAM merupakan arah pengembangan sistem penyediaan air minum dalam 5 (lima) tahun mendatang, dan sebagai pedoman bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan kewenangan pengelolaan dan pengembangan SPAM PP Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Sesuai Amanat PUSAT Kementerian PU sendiri telah menetapkan Jakstranas SPAM di dalam Permen PU Nomor 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi SPAM, selanjutnya telah dirubah dengan Permen PU Nomor 13/PRT/M/2013 tentang Kebijakan dan Strategi SPAM DAERAH Daerah menetapkan Jakstrada SPAM

Beberapa hal yang mendasar di dalam Jakstranas SPAM (Permen PU nomor 13/PRT/M/2013): 1. KNSP SPAM dijadikan pedoman penyusunan Jakstrada SPAM Daerah; 2. Jakstrada SPAM daerah ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah; 3. Proses penyususnan jakstrada SPAM harus dilakukan melalui konsultasi publik; 4. Bagi pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang telah mempunyai kebijakan dan strategi pengembangan SPAM daerah perlu menyesuaikan peraturan menteri No 13/PRT/M/2013 ini Perlu pencermatan kembali pada Lampiran UU Nomor 23 tahun 2014 terkait dengan kewenangan penyelenggaraan Air Minum

Penetapan Jakstranas SPAM (Permen PU nomor 13/PRT/M/2013): Percepatan implementasi NSPK terkait kebijakan dan strategi SPAM perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Tahun 2015 peraturan ini dan NSPK terkait, seharusnya telah disosialisasikan kepada seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota seluruh Indonesia; 2. Dalam percepatan sosialisasinya, dipandang perlu menerapkan pendekatan yang dilakukan dengan pola fasilitasi dan pendampingan penyusunan Jakstrada SPAM; 3. Dalam menyusun skenario fasilitasi/pendampingan perlu terlebih dahulu dilakukan pemetaan terhadap Kabupaten/Kota dengan memberikan pengklasifikasian kemampuan daerah didalam menyusun jakstrada SPAM selama ini. misalnya klasifikasi berdasarkan daerah yang telah mempunyai jakstrada SPAM dan yang belum mempunyai. Hal ini penting untuk menentukan treatment didalam melakukan pembinaan kepada daerah; 4. Penyusunan panduan teknis penyusunan jakstrada SPAM diharapkan dapat mempermudah daerah menyusun jakstrada SPAM, tanpa mengesampingkan muatanmuatan lokal yang bisa dimasukan didalam jakstrada tersebut

MASUKAN TERHADAP PANDUAN TEKNIS PENYUSUNAN JAKSTRADA PENGEMBANGAN SPAM 1. Kebijakan nasional yang dapat disinergikan dengan percepatan penyusunan Jakstrada SPAM antara lain Permen PU Nomor 1/PRT/M/2014 tentang SPM bidang PU dan PR. 2. Khusus untuk jenis pelayanan penyediaan air minum telah ditetapkan sasarannya yaitu meningkatnya kualitas layanan air minum permukiman perkotaan, dengan indikator persentase penduduk yang mendapatkan akses air minum yang aman dan target 81,77% pada tahun 2019. Kebijakan ini harus dapat ditampung di dalam Jakstrada SPAM agar prioritas penanganannya lebih bersinergi dengan dokumen perencanaan pembangunan daerah. 3. Dalam rangka efektifitas pembinaan di daerah, maka perlu disinergikan momentum sosialisasi SPM untuk sekaligus mensosialisasikan Jakstrada dan sebaliknya pada saat sosialisasi Jakstrada juga mensosialisasikan SPM. 4. Dalam rangka efektifitas daerah menindaklanjuti kebijakan pusat, perlu disinergikan format-format yang akan digunakan didalam penyusunan target pencapaian SPM untuk kepentingan Kementerian PU dan Kemendagri dengan format jakstrada SPAM. 5. Penyiapan modul atau panduan teknis kiranya dapat dituntaskan secepatnya mengingat sosialisasi Permen PU Nomor 01/PRT/M/2014 tentang SPM bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang telah disosialisasikan kepada daerah pada Tahun 2014.

Kementerian PU telah menetapkan Permen PU No 1/PRT/M/2014 ttg SPM Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang sebagai Pengganti Permen PU Nomor 14/PRT/M/2010; 1. Memperluas cakupan s/d SPM Provinsi 2. Memformulasikan indikator SPM berorientasi Output 3. Penyesuaian Target 4. Mempertegas sasaran 5. Melengkapi dengan juknis yang lebih operasional Agar lebih mudah dioperasionalisasikan dalam dokumen perencanaan pembangunan daerah dan sekaligus mensinergikan dengan IKU kementerian PU Penyempurnaan SPM tersebut sekaligus mempertimbangkan kebijakan Perencanaan dan Penganggaran yang diarahkan untuk mendukung pencapaian penerapan SPM bidang PU-PR tahun 2015-2019

SPM BIDANG PU DAN PR 8 Jenis Pelayanan 23 Indikator Kab/Kota 5 JP Provinsi & 11 JP Kab/Kota 5 Indikator Provinsi & 16 Indikator Kab/Kota

Air Minum Merupakan satu jenis Pelayanan SPM Bidang PU & PR Langkah Tindak Pemda khususnya jajaran SKPD PU seluruh Indonesia memastikan harus melaksanakan penerapan SPM dan dapat menyampaikan laporan tahunan SPM Bid PU-PR Memanfaatkan format laporan yang telah disampaikan ke sekretariat daerah; K/L memberikan pembinaan teknis dlm rangka mendorong pencapaian penerapan SPM di daerah

TINGKAT PENCAPAIAN SPM BIDANG PU-PR Berdasarkan Permen PU Nomor 14/PRT/M/2010 Laporan berdasarkan kondisi data tahun 2013 120 AIR MINUM INDIKATOR 8 Tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/ hari 100 80 60 40 20 0 INDIKATOR 8

KESIMPULAN 1. Bidang PU merupakan salah satu urusan pemerintahan dari 24 Urusan Wajib yg tlh diserahkan kpd daerah; 2. Dalam Penyusunan Jakstrada Pengembangan SPAM, hal-hal yang bersifat teknis, perumusannya harus memperhatikan kewenangan yang diberikan pada masing-masing tingkatan pemerintahan agar tidak bertentangan dengan kebijakan desentralisasi dan Otda. 3. Terkait dengan SPM bidang PU dan PR, Kementerian PU untuk dapat segera meningkatkan intensitas dan cakupan sosialisasi Permen PU Nomor 01/PRT/M/2014 serta melakukan pembinaan teknis kepada daerah, 4. Dukungan dan peran pemda terutama dalam penyediaan data sektoral bidang PU sangat diperlukan dalam penyelenggaran Penerapan SPM

Terima Kasih... Direktorat UPD I Ditjen Otda Kemendagri