PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN MENURUT UNDANG- PEMERINTAHAN DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM PEMBANGUNAN KESEHATAN

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PERAN STRATEGIS KEMENTERIAN DALAM NEGERI DALAM IMPLEMENTASI KEBIJAKAN OTONOMI DAERAH MENUJU PENCAPAIAN GOOD GOVERNANCE

PELAKSANAAN PROGRAM PAMSIMAS 2015 DAN PERSIAPAN PROGRAM PAMSIMAS 2016

HUBUNGAN PEMERINTAH DAERAH, KECAMATAN DAN DESA. Bagian Pemerintahan Setda Kab. Lamongan

U NDANG UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 DLM KONTEKS KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERAN GUBERNUR SEBAGAI WAKIL PEMERINTAH PUSAT (BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH)

MEWUJUDKAN PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN YANG SINERGIS ANTARA PUSAT DAN DAERAH MELALUI NSPK PENYELENGGARAAN URUSAN

DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PELAKSANAAN UU. NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PARADIGMA BARU PEMBANGUNAN DAERAH 1

KEMENTERIAN DALAM NEGERI IMPLEMENTASI UU NOMOR 23 TAHUN 2014 PEMBAGIAN PERAN ANTARA PEMERINTAH PUSAT, PROVINSI, DAN KABUPATEN/KOTA

PENATAAN KELEMBAGAAN URUSAN PANGAN

OLEH: Dr. SUMARSONO, MDM Direktur Jenderal Otonomi Daerah

KOORDINASI PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH DALAM PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENATAAN RUANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

SINERGI PUSAT DAERAH DALAM UU 23/2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BREBES

PERAN GWPP DAN ISU- ISU AKTUAL RPP TENTANG PELAKSANAAN TUGAS DAN WEWENANG GWPP

KERJA 3X!!! MI 20 Oktober 2015

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Dr. Halilul Khairi (Dosen IPDN dan Tim Perumus/Pembahas UU No 23/2014) Hp

PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI PENYUSUNAN ANGGARAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN DAERAH

PADA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN TJAHJO KUMOLO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENATAAN KELEMBAGAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH. (Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

Oleh : DIREKTUR JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN INOVASI DAN DAYA SAING DAERAH BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAH DAERAH

Ir. EDISON PANJAITAN, M.Si

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 21 Tahun 2008

Pembagian Urusan Pemerintah Dalam Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan

KEMENTERIAN DALAM NEGERI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

GAMBARAN KEBUTUHAN DAN ROAD MAP PERSIAPAN PELAKSANAAN URUSAN PEMERINTAHAN UMUM DI DAERAH

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA URGENSI PENETAPAN UU NOMOR 23 TAHUN 2014 TERHADAP PENETAPAN JAKSTRADA SPAM

KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

KEBIJAKAN PENYEDERHANAAN REGULASI UNTUK PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN REMBANG

PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DI KABUPATEN BANJAR TERHADAP TATA KELOLA PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Hariadi Kartodihardjo (Sumber: UU 23/2014) Adapun urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah Provinsi adalah:

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 12 TAHUN 2008

ANATOMI URUSAN PEMERINTAHAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI

KELEMBAGAAN DAN KETENAGAAN PENYULUH PERIKANAN DI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH YANG BERSIFAT NASIONAL DI ACEH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia GAMBARAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH (KAITANNYA DGN PENGANGGARAN PEMBIAYAAN AMPL DLM APBD)

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN KABUPATEN BADUNG

PARADIGMA MESIN PEMBANGUNAN UNTUK PERKEMBANGAN DAERAH 1. Oleh Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, SH.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN ANTARA PEMERINTAH, PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI, DAN

LEMBARAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR : 4 TAHUN 2008 TENTANG

PENATAAN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN ANTARA PEMERINTAH PUSAT DAN PEMERINTAH DAERAH

Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah Dalam Penanggulangan Bencana Di Daerah Tertinggal

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Dengan Persetujuan Bersama. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI PAPUA BARAT dan GUBERNUR PAPUA BARAT

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 9 TAHUN 2008

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 38 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN DALAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI SAMBAS PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

Oleh: Drs. Hamdani, MM, M.Si, Ak, CA,CIPSAS Staf Ahli Mendagri Bidang Ekonomi dan Pembangunan

KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Disampaikan oleh: TJAHJO KUMOLO

ARAH KEBIJAKAN DAN PENGATURAN KELEMBAGAAN DAERAH BERDASARKAN UU NO 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

KEBIJAKAN PENATAAN PERANGKAT DAERAH BIDANG PERPUSTAKAAN BERDASARKAN PP 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PEMERINTAH KOTA KEDIRI

oleh : Dra. Rahajeng Purwianti, M.Si Direktorat Fasilitasi kelembagaan dan Kepegawaian Perangkat Daerah

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL BINA ADMINISTRASI KEWILAYAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

kelautan dan perikanan pariwisata pertanian kehutanan; energi dan sumber daya mineral; perdagangan; perindustrian; dan transmigrasi.

KEBIJAKAN PENGUATAN KELEMBAGAAN PADA OPD YANG MENANGANI BUMD, BLUD, DAN BARANG MILIK DAERAH DAN ARAH PERUBAHAN KEBIJAKAN KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH

IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG NO.23/2014 DAN PENGARUSUTAMAAN PRB DI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

Transkripsi:

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN MENURUT UNDANG- UNDANG NOM0R 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DIREKTORAT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH II DITJEN OTONOMI DAERAH KEMETERIAN DALAM NEGERI 2015

KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH Tujuan Nasional Melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia Memajukan kesejahteraan umum Mencerdaskan kehidupan bangsa Ikut melaksanakan ketertiban dunia Pasal 32 UUD 1945 (1) Negara memajukan kebudayaan Nasional Indonesia di tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan budayanya. (2) Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaa budaya nasional Indonesia Negara Kesatuan Yg Terdesentralisasi Dgn Presiden Memegang Kekuasaan Pemerintahan (Pasal 4 UUD 1945) Pasal 18, 18 A dan 18 B UUD 1945 - NKRI dibagi atas Prov, Kab & Kota. - Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan - Dipimpin Gub, Bupati, Walkot yg dipilih demokratis memiliki DPRD dipilih melalui Pemilu - Menjalankan Urusan Pemerintahan - Hub. wewenang antar tingkatan Pemerintahan - Hub. Keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan SDA & SDA lainnya dilaks. adil & selaras diatur dgn undang-undang. - Negara mengakui & menghormati satuan-satuan pemerintahan daerah yg bersifat khusus atau istimewa yg diatur dgn undang-undang Otonomi Daerah Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri Urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem NKRI Demokrasi Tujuan Memposisikan Pemda sebagai instrumen pendidikan politik di tingkat lokal, yang akan menyumbang terhadap pendidikan politik nasional demi terwujudnya civil society. Kesejahteraan Pemda menyediakan pelayanan publik yg efektif, efisien dan ekonomis untuk masyarakat lokal. Selaras dgn tujuan Otda penyelenggaraan Pemda diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan, & peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan kekhasan suatu daerah dalam sistem NKRI Daerah Otonom Bagian Pem. Nasional: 34 Provinsi 415 Kab dan 93 Kota

DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH MEMPERCEPAT PENINGKATAN KESRA, PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PELAYANAN PUBLIK & PENINGKATAN DAYA SAING MENGOPTIMALKAN KINERJA PEMERINTAHAN DAERAH DLM PENCAPAIAN TUJUAN OTDA MEMPERKUAT ASPEK REGULASI UU NO. 23 THN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH SOSIALISASI, EVALUASI, PEMBINAAN, PENGAWASAN & PENINGKATAN KAPASITAS

PEMBAGIAN URUSAN BERDASARKAN UU 32/2004 PEMBAGIAN URUSAN BERDASARKAN UU 23/2014 URUSAN PEMERINTAHAN URUSAN PEMERINTAHAN ABSOLUT KONKURENT ABSOLUT URUSAN PEMERINTAHAN UMUM KONKUREN 1. PERTAHANAN 2. KEAMANAN 3. AGAMA 4. YUSTISI 5. POLUGRI 6. AGAMA WAJIB SPM PILIHAN 1. PERTAHANAN 2. KEAMANAN 3. AGAMA 4. YUSTISI 5. POLUGRI 6. AGAMA YAN DASAR WAJIB NON YAN DASAR PILIHAN SPM urusan Pemerintah Pusat yang dilimpahkan pelaksanaannya kepada gubernur dan bupati/walikota di wilayahnya masingmasing, misalnya urusan menjaga 4 konsensus dasar TERKAIT URUSAN PEMERINTAHAN YG DISERAHKAN KPD DRH & MENIMBULKAN DAMPAK EKOLOGIS MELEWATI BATAS- BATAS ADMIN DRH KAB/KOTA MENJADI KEWENANGAN DRH PROVINSI.

P E M B A G I A N U R U S A N P E M E R I N T A H A N ABSOLUT : Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat URUSAN PEMERINTAAHAN KONKUREN : Urusan Pemerintahan yang dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah kabupaten/kota PEMERINTAHAN UMUM : kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan yang di daerah dilaksanakan oleh gubernur, bupati/walikota dan didelegasikan kepada camat

U R U S A N P E M E R I N TA H A N KO N KU R E N WAJIB PILIHAN berkaitan dengan pelayanan dasar tidak berkaitan dengan pelayanan dasar Potensi dan keunggulan daerah 1. Pendidikan 2. Kesehatan 3. PU PR 4. Sosial 5. Perumahan rakyat dan kawasan pemukiman 6. Ketertiban umum dan perlindungan masyarakat 1. Pertahanan 2. Lingkungan hidup 3. Adm. Kependdkan dan pencatatan sipil; 4. Pengendalaian penduduk dan KB; 5. Perhubungan 6. Kominfo 7. Koperasi dan UKM; 8. Penanaman modal 9. Kepemudaan dan olahraga 10. PMD 11. Statistik 12. Persandian 13. Kebudayaan 14. Perpustakaan dan 15. Arsif 16. Tenaga kerja 17. PP PA 18. Ketahanan pangan 1. Kelautan dan perikanan; 2. Pariwisata; 3. Pertanian; 4. kehutanan; 5. Energi dan sumberdaya mineral; 6. Perdagangan; 7. Perindustrian; dan 8. Tansmigrasi. Urusan berbasis ekosistem Kehutanan; pertambangan; kelautan dan perikanan. Provinsi Kab/Kota Dapat bagi hasil

PRINSIP DAN KRITERIA U R U S A N P E M E R I N T A H A N K O N K U R E N PRINSIP PEMBAGIAN: akuntabilitas, efisiensi, dan eksternalitas, serta kepentingan strategis nasional. KRITERIA PEMBAGIAN URUSAN: 1. Lokasi pelaksanaan urusan pemerintahan; 2. Pengguna/konsumen atas pelaksanaan urusan pemerintahan; 3. Manfaat atau dampak pelaksanaan urusan pemerintahan; 4. Kedudukan strategis bagi kepentingan nasional. KETENTUAN PEMBAGIAN: 1. Diatur dalam lampiran UU No 23 Tahun 2014. 2. Urusan ekologis (ESDM, Kehutanan, dan Kelautan hanya diserahkan kepada daerah provinsi.

PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG KEBUDAYAAN KEBUDAYAAN PUSAT PERFILMAN NASIONAL KESENIAN TRADISIONAL SEJARAH CAGAR BUDAYA PERMUSEUMAN WARISAN BUDAYA PROVINSI KAB/KOTA Berdasarkan Lampiran UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

PRINSIP PELAKSANAAN U R U S A N P E M E R I N T A H A N A B S O L U T Penyelenggaraan urusan pem absolut: a. Menyelenggarakan sendiri, atau b. Melimpahkan wewenang kepada Instansi Vertikal yang ada di Daerah atau Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat berdasarkan asas dekonsentrasi

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN KONKUREN 1. PENYELENGGARAAN URUSAN KONKUREN YANG MENJADI KEWENANGAN PEMERINTAH PUSAT: a. Diselenggarakan sendiri oleh Pemerintah Pusat; b. Diselenggarakan dengan cara melimpahkan kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat atau kepada Instansi Vertikal yang ada di Daerah berdasarkan asas Dekonsentrasi; atau c. Diselenggarakan dengan cara menugasi Daerah berdasarkan asas Tugas Pembantuan.

2. PENYELENGGARAAN URUSAN KONKUREN YANG MENJADI KEWENANGAN DAERAH PROVINSI a. Diselenggarakan sendiri oleh Daerah provinsi; b. Diselenggarakan dengan cara menugasi Daerah kabupaten/kota berdasarkan asas Tugas Pembantuan; atau c. Diselenggarakan dengan cara menugasi Desa. 3. PENYELENGGARAAN URUSAN KONKUREN YANG MENJADI KEWENANGAN DAERAH KABUPTEN/KOTA Diselenggarakan sendiri oleh Daerah kabupaten/ kota atau dapat ditugaskan sebagian pelaksanaannya kepada Desa.

PRINSIP PELAKSANAAN D E K O N S E N T R A S I PELAKSANA: Gubernur, bupati/walikota sebagai wakil pemerintah pusat dan instansi vertikal. Kepada gubernur, bupati/walikota sesuai dengan tugas dan kewenangan yang diatur dalam UU 23/2014, yaitu sebagai penanggungjawab urusan pemerintahan umum ANGGARAN : Pelaksanaan urusan dibiayai dari APBN. KEKUASAAN PELAKSANAAN : Tidak punya kekuasaan mengatur sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat. PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL: Dengan persetujuan gubernur wakil pemerintah pusat kecuali untuk urusan absolut dan urusan yang nomenklaturnya sudah disebut dalam UUD 1945.

PRINSIP PELAKSANAAN T U G A S P E M B A N T U A N PELAKSANA : Dilaksanakan oleh daerah otonom bukan oleh pemerintah daerah seperti selama ini. ANGGARAN : Pelaksanaan urusan dibiayai dari APBN dan wajib diinformasikan kepada DPRD bersamaan dengan pengajuan RAPBD oleh kepala daerah penerima tugas pembantuan SIFAT PENYERAHAN : Diserahkan kepada daerah sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat dan dapat ditarik kembali. PERTANGGUNGJAWABAN: Kepala daerah mempertanggung jawabkan kepada pemerintah pusat dan menyampaikan keterangan kepada DPRD. Perangkat daerah tidak bertanggung jawab langsung ke pusat tapi bertanggung jawab kepada kepala daerah. KEKUASAAN DAERAH : Dapat menetapkan Perda untuk mengatur penyesuaian pelaksanaan di daerah tersebut.

PRINSIP PELAKSANAAN P E L A K S A N A A N A Z A S O T O N O M I DASAR PELAKSANAAN : Untuk melaksanakan azas otonomi, daerah menetapkan peraturan daerah. PEDOMAN PELAKSANAAN: Pemerintah pusat menetapkan NSPK sebagai pedoman daerah dalam melaksanakan azas otonomi. BATASAN NSPK : 1. Untuk Standarisasi yang berlaku secara nasional, mepermudah daerah dalam menerapkan metode atau teknik kerja baru/metode tertentu, mencegah penyalahgunaan wewenang/tindakan menyimpang oleh pejabat daerah. 2. NSPK tidak menghilangkan otonomi daerah. PENGALIHAN URUSAN: Pengalihan P3D paling lambat 2 tahun setelah diundangkan.

UU 23/2014 Pasal 16 (1) Pemerintah Pusat dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren sebagaimana berwenang untuk: a. menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria dalam rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan; dan b. melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. (2) Norma, standar, prosedur, dan kriteria berupa ketentuan peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat sebagai pedoman dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan yang menjadi kewenangan Daerah. (3) Kewenangan Pemerintah Pusat dilaksanakan oleh kementerian dan lembaga pemerintah nonkementerian (4) Pelaksanaan kewenangan yang dilakukan oleh lembaga pemerintah nonkementerian harus dikoordinasikan dengan kementerian terkait. (5)Penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria dilakukan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak peraturan pemerintah mengenai pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren diundangkan.

Pasal 17 (1) Daerah berhak menetapkan kebijakan Daerah untuk menyelenggarakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. (2) Daerah dalam menetapkan kebijakan Daerah, wajib berpedoman pada norma, standar, prosedur, dan kriteria yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. (3) Dalam hal kebijakan Daerah yang dibuat dalam rangka penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah tidak mempedomani norma, standar, prosedur, dan kriteria, Pemerintah Pusat membatalkan kebijakan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (4) Apabila dalam jangka waktu 2 (dua) tahun Pemerintah Pusat belum menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria, penyelenggara Pemerintahan Daerah melaksanakan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

PRINSIP PELAKSANAAN U R U S A N P E M E R I N T A H A N K O N K U R E N Y A N G D I O T O N O M I K A N ASAS PELAKSANAAN : Urusan Pemerintahan yang dibagi menjadi kewenangan daerah dilaksanakan berdasarkan asas otonomi. ANGGARAN : Pelaksanaan urusan dibiayai dari APBD. KEKUASAAN DAERAH : Mempunyai hak untuk mengatur dan mengurus urusan yang sudah diserahkan kepada daerah sesuai dengan aspirasi masyarakat setempat dan kondisi daerat dalam prinsip NKRI.

Kelompok Urusan U R U S A N P E M E R I N T A H A N K O N K U R E N WAJIB TERKAIT PELAYANAN DASAR : Urusan Pemerintahan Wajib yang sebagian substansinya merupakan Pelayanan Dasar. WAJIB TIDAK TERKAIT PELAYANAN DASAR : Urusan Pemerintahan Wajib yang substansinya tidak mengandung Pelayanan Dasar. PILIHAN : Urusan Pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh Daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki Daerah.

PRINSIP U R U S A N W A J I B P E L A Y A N A N D A S A R 1. Mengandung Pelayanan Dasar Pelayanan publik untuk memenuhi kebutuhan dasar warga negara. 2. Memerlukan SPM : Ketentuan mengenai jenis dan mutu Pelayanan Dasar yang merupakan Urusan Pemerintahan Wajib yang berhak diperoleh setiap warga negara secara minimal. 3. Menjadi Prioritas: Dilaksanakan mendahului/mengatasi seluruh kebutuhan pembiayaan yang lain.

URGENSI SPM DALAM IMPLEMENTASI PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN Negara berkewajiban menjamin hak-hak tertentu setiap warga, termasuk hak untuk memperoleh pelayanan dasar dengan mutu atau standar tertentu. Kewajiban negara tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Pemerintah menetapkan SPM sebagai instrumen agar pelayanan dasar menjadi perhatian dan prioritas penyelenggaraan pemerintahan daerah.

URUSAN KEBUDAYAAN Urusan kebudayaan merupakan urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar, yang wajib diselenggarakan oleh semua daerah; Kementerian atau lembaga pemerintah nonkementerian bersama Pemerintah Daerah melakukan pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar; Hasil pemetaan Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar ditetapkan dengan peraturan menteri setelah mendapatkan rekomendasi dari Menteri.

U R U S A N P E M E R I N T A H A N P a s a l 2 4 PEMETAAN WAJIB untuk menentukan intensitas Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan Pelayanan Dasar berdasarkan jumlah penduduk, besarnya APBD, dan luas wilayah. KEMENTERIAN/LPNK Melakukan pemetaan prioritas urusan wajib dan urusan pilihan dari provinsi dan kab/kota yang dikoordinasikan dengan Menteri Dalam Negeri. PILIHAN untuk menentukan Daerah yang mempunyai Urusan Pemerintahan Pilihan berdasarkan potensi, proyeksi penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan lahan. Bagi Kementerian/K/L 1. Dasar untuk memfasilitasi daerah dalam pelaksanaan urusan wajib dan urusan pilihan secara nasional 2. Sinergi Pembangunan Pusat dan Daerah mencapai tujuan nasional Bagi Daerah digunakan oleh Daerah dalam penetapan kelembagaan, perencanaan, dan penganggaran dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

SURAT EDARAN MENDAGRI NO. 120/253/SJ TANGGAL 16 JANUARI 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN SETELAH DITETAPKAN UU NO. 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH 1. Pasal 404 Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 menyatakan bahwa serah terima personel, pendanaan, sarana dan prasarana, serta dokumen (P3D) sebagai akibat pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota yang diatur berdasarkan Undang-Undang ini dilakukan paling lama 2 (dua) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini diundangkan. Dengan memperhatikan ketentuan pasal 404 diatas, siklus anggaran dalam APBN dan APBD, serta untuk menghindari stagnasi penyelenggaraan pemerintahan daerah yang berakibat terhentinya pelayanan kepada masyarakat, maka penyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren yang bersifat pelayanan kepada masyarakat luas dan masif, yang pelaksanaannya tidak dapat ditunda dan tidak dapat dilaksanakan tanpa dukungan P3D, tetap dilaksanakan oleh tingkatan/susunan pemerintahan yang saat ini menyelenggarakan urusan pemerintahan konkuren tersebut samapai dengan diserahkannya P3D

Lanjutan Adapun urusan konkoren tesebut meliputi: a. Pengelolaan Pendidikan Menengah; b. Pengelolaan terminal penumpang tipe A dan tipe B; c. Pelaksanaan rehabilitasi di Luar Kawasan hutan negara; d. Pelaksanaan perlindungan hutan lindung dan hutan produksi; e. Pemberdayaan masyarakat di bidang kehutanan; f. Pelaksanaan Penyuluhan Kehutanan Provinsi; g. Pelaksanaan Metrologi legal berupa tera, tera ulang dan pengawasan; h. Pengelolaan tenaga pengawas ketenagakerjaan; i. Penyelenggaraan penyuluhan perikanan nasional; dan j. Penyediaan dana untuk kelompok masyarakat tidak mampu, pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik belum berkembang, daerah terpencil dan perdesaan

Lanjutan 2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan konkuren di luar urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dilaksanakan oleh susunan/tingkatan pemerintahan sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 2. Khusus penyelenggaraan perizinan dalam bentuk pemberian atau pencabutan izin dilaksanakan oleh susunan/tingkatan pemerintahan sesuai dengan pembagian urusan pemerintahan konkuren sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 dengan mengutamakan kecepatan dan kemudahan proses pelayanan perizinan serta mempertimbangkan proses dan tahapan yang sudah dilalui 3. Penataan/Perubahan perangkat daerah untuk melaksanakan urusan pemerintahan konkuren hanya dapat dilakukan setelah ditetapkannya hasil pemetaan urusan pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam UU NO. 23 Tahun 2014 4. Urusan Pemerintahan Umum sebagaimana dimaksud Pasal 25 UnU No. 23 Tahun 2014 dilaksanakan oleh Badan/Kantor Kesbangpol dan/atau Biro/Bagian pada sekretariat daerah yang membidangi pemerintahan sebelum terbentuknya instansi vertikal yang membantu Gubernur dan Bupati/Walikota untuk melaksanakan urusan pemerintahan umum tersebut.

Lanjutan 6. Pelaksanaan tugas dan wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam pasal 91 UU No. 23 Tahun 2014 dibantu oleh SKPD provinsi sampai dengan dibentuknya perangkat gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat. 7. Berkaitan dengan hal tersebut diatas, diminta kepada Gubernur, Bupati dan Walikota sebagai berikut: a. Menyelesaikan secara seksama inventarisasi P3D antar tingkatan/sususnan pemerintahan sebagai akibat pengalihan urusan pemerintahan konkuren paling lambat tanggal 31 Maret 2016 dan serah terima personel, sarana dan prasarana serta dokumen (P2D) paling lambat tanggal 2 Oktober 2014 b. Gubernur, Bupati/Walikota segera berkoordinasi terkait dengan pengalihan urusan pemerintahan konkuren. c. Melakukan koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait yang membidangi masingmasing urusan pemerintahan dan dapat difasilitasi oleh Kementerian Dalam Negeri; d. Melakukan koordinasi dengan pimpinan DPRD masing-masing; dan e. Melaporkan pelaksanaan Surat Edaran ini kepada Menteri Dalam Negeri pada kesempatan pertama

P E M B I N A A N, P E N G A W A S A N D A N E V A L U A S I PEMERINTAH Pembinaan Pengawasan Evaluasi Secara Nas. koordinasi Mendagri Mendagri Binwas Umum Provinsi K/L Binwas Teknis Penghargaan & Sanksi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Pemda Gubernur sbg wakil Pem. Binwas umum & teknis (dibantu Perangkat Gubernur) Kab/Kota 30

P E M B I N A A N, P E N G A W A S A N D A N E V A L U A S I Pembinaan & Pengawasan Umum Pembinaan & Pengawasan Umum Itjen Kemendagri Perangkat Kemendagri Inspektorat Provinsi Perangkat Gubernur sbg wakil Pem. Penyelenggaraan pemerintahan daerah Provinsi Penyelenggaraan pemerintahan daerah Kab/Kota 31

G U B E R N U R S E B A G A I W A K I L P E M E R I N T A H P U S A T 1. Dalam rangka melakukan pembinaan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota, Gubernur ditunjuk sebagai sebagai wakil pemerintah pusat 2. Biaya untuk melaksanakan tugas gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dibebankan kepada APBN. 3. Dalam melaksanakan tugas dan wewenang sebagai wakil pemerintah pusat gubernur dibantu oleh sekretaris gubernur (exofficio Sekdaprov) dan 5 unit kerja, diluar struktur yang ada pada perangkat daerah. 4. Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat melakukan pembinaan dan pengawasan umum serta binwas teknis kepada kab/kota. 5. Tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil pemerintah pusat dapat diambil alih oleh pemerintah pusat jika diabaikan atau sengaja tidak melaksanakan.

ESENSI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Untuk menjamin agar pelaksanaan urusan oleh pemerintahan daerah selaras/harmonis sesuai dengan amanat undang-undang. Peran binwas tidak berarti pusat dapat ikut serta (intervensi) penyelenggaraan urusan otonomi daerah Kecuali diamanatkan Peraturan perundang-undangan.

B I N W A S P R O V I N S I PUSAT Kemendagri : Binwas Umum K/L : Binwas Teknis DPRD PROVINSI GUBERNUR Binwas (fungsi Manajemen) dibantu INSPEKTORAT PERANGKAT DAERAH

B I N W A S K A B / K O T A GUB WK PUSAT Binwas umum dan teknis SET GWP : SEKDA DAN 5 UNIT KERJA DPRD KAB/KOTA BUP/WK Binwas (fungsi Manajemen) dibantu INSPEKTORAT PERANGKAT DAERAH

BINWAS UMUM. BINWAS UMUM DAN BINWAS TEKNIS pembagian Urusan Pemerintahan; kelembagaan Daerah; kepegawaian pada Perangkat Daerah; keuangan Daerah; pembangunan Daerah; pelayanan publik di Daerah; kerja sama Daerah; kebijakan Daerah; kepala Daerah dan DPRD; dan bentuk pembinaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan Binwas Teknis : Binwas teknis peaksanaan urusan di luar binwas umum.

TERIMA KASIH