KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

dokumen-dokumen yang mirip
2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL Berdasarkan PP KEN 79/2014

INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

2 Di samping itu, terdapat pula sejumlah permasalahan yang dihadapi sektor Energi antara lain : 1. penggunaan Energi belum efisien; 2. subsidi Energi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MEMUTUSKAN :

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR SEKTOR ESDM

DEWAN ENERGI NASIONAL RANCANGAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

INSTRUMEN KELEMBAGAAN KONDISI SAAT INI POTENSI DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA ENERGI INDIKASI PENYEBAB BELUM OPTIMALNYA PENGELOLAAN ENERGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

PP NO. 70/2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DAN MANAGER/AUDITOR ENERGI

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 74 TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF TERTENTU DI JAWA TIMUR

PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

Versi 27 Februari 2017

Daya Mineral yang telah diupayakan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Tengah pada periode sebelumnya.

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2007 TENTANG E N E R G I

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. melalui suatu perencanaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat dalam segala

bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 1 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi, perlu menyusun kebijakan energi nasional;

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah segala sesuatu yang berguna dalam. membangun nilai di dalam kondisi dimana kita menemukannya.

REGULASI DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR ENERGI UNTUK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Pemerintah Provinsi Jawa Tengah

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

VI. SIMPULAN DAN SARAN

Untuk mewujudkan kesejahteraan

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

RENSTRA BALAI BESAR TEKNOLOGI ENERGI

BAB 6 P E N U T U P. Secara ringkas capaian kinerja dari masing-masing kategori dapat dilihat dalam uraian berikut ini.

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

SITUASI ENERGI DI INDONESIA. Presented by: HAKE

Insentif fiskal dan Instrument Pembiayaan untuk Pengembangan Energi Terbarukan dan Pengembangan Listrik Perdesaan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN PEMANFAATAN PANAS BUMI UNTUK KELISTRIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

KEBIJAKAN KONSERVASI ENERGI NASIONAL

PROGRAM KONSERVASI ENERGI

BAB II PERENCANAAN KINERJA

Perencanaan Strategis Bidang Energi Tahun Di DIY

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014

Oleh: Maritje Hutapea Direktur Bioenergi. Disampaikan pada : Dialog Kebijakan Mengungkapkan Fakta Kemiskinan Energi di Indonesia

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SAMPAH DALAM PENERAPAN TEKNOLOGI sumber ENERGI alternatif terbarukan

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Keputusan Presiden No. 43 Tahun 1991 Tentang : Konservasi Energi

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

PERCEPATAN PENGEMBANGAN EBTKE DALAM RANGKA MENOPANG KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

Kebijakan. Manajemen Energi Listrik. Oleh: Dr. Giri Wiyono, M.T. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

SOSIALISASI RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL DALAM RANGKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi sebagaimana telah dua kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nom

MEMASUKI ERA ENERGI BARU TERBARUKAN UNTUK KEDAULATAN ENERGI NASIONAL

SKENARIO KEBIJAKAN ENERGI INDONESIA MENUJU TAHUN 2050

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

2015, No Sumber Daya Mineral tentang Ketentuan dan Tata Cara Penetapan Alokasi dan Pemanfaatan Serta Harga Gas Bumi; Mengingat : 1. Undang-Und

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. #Energi Berkeadilan. Disampaikan pada Pekan Pertambangan. Jakarta, 26 September 2017

POTENSI BISNIS ENERGI BARU TERBARUKAN

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi telah mencakup pada prinsip pengembangan usaha kepada

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

Peran dan Strategi Dunia Usaha dalam Implementasi NDC Sektor Energi Dr. Ir. Surya Darma, MBA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2009 TENTANG KONSERVASI ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBANGUNAN ENERGI

OPSI NUKLIR DALAM BAURAN ENERGI NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI (RUED-P) JAWA BARAT

KomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA?

Transkripsi:

VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan nasional berkelanjutan. MISI: 1. Mewujudkan sumber daya energi tidak dijadikan sebagai komoditas ekspor semata tetapi sebagai modal pembangunan nasional; 2. Mewujudkan kemandirian pengelolaan energi; 3. Mewujudkan ketersediaan energi dan terpenuhinya kebutuhan sumber energi dalam negeri; 4. Mewujudkan pengelolaan sumber daya energi secara optimal, terpadu, dan berkelanjutan; 5. Mewujudkan pemanfaatan energi secara efisien di semua sektor; 6. Mewujudkan akses masyarakat terhadap energi secara adil dan merata; 7. Mewujudkan pengembangan kemampuan teknologi, industri dan jasa energi dalam negeri agar mandiri dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia; 8. Mewujudkan terciptanya lapangan kerja; dan 9. Mewujudkan terjaganya kelestarian fungsi lingkungan hidup,

Ketahanan Energi: Suatu kondisi terjaminnya ketersediaan energi, akses masyarakat terhadap energi pada harga yang terjangkau dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan perlindungan terhadap lingkungan hidup, Kemandirian Energi: Terjaminnya ketersediaan energi dengan memanfaatkan semaksimal mungkin potensi dari sumber dalam negeri, Kemandirian Pengelolaan Energi Nasional: Kualitas pengelolaan yang sepenuhnya berorientasi pada kepentingan nasional untuk menjamin bahwa energi, sumber energi dan sumber daya energi dikelola sebaik-baiknya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, dengan mengutamakan semaksimal mungkin kemampuan sumber daya manusia dan industri dalam negeri,

TUJUAN: Terwujudnya pengelolaan sumber energi dan/atau sumber daya energi untuk modal pembangunan guna sebesarbesarnya kemakmuran rakyat dengan cara mengoptimalkan pemanfaatannya bagi pembangunan ekonomi nasional, penciptaan nilai tambah di dalam negeri dan penyerapan tenaga kerja. SASARAN PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN ENERGI PRIMER DAN ENERGI FINAL: 1. Terpenuhinya penyediaan energi primer pada tahun 2025 sekitar 400 MTOE, dan pada tahun 2050 sekitar 1.000 MTOE; 2. Tercapainya pemanfaatan energi primer per kapita pada tahun 2025 sekitar 1,4 TOE, dan pada tahun 2050 sekitar 3,2 TOE; 3. Terpenuhinya penyediaan kapasitas pembangkit listrik pada tahun 2025 sekitar 115 GW, dan pada tahun 2050 sekitar 430 GW; 4. Tercapainya pemanfaatan listrik per kapita pada tahun 2025 sekitar 2.500 KWh, dan pada tahun 2050 sekitar 7.000 KWh.

SASARAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL: 1. terwujudnya paradigma baru bahwa energi sebagai modal pembangunan; 2. tercapainya elastisitas energi lebih kecil dari 1 (satu) pada tahun 2025 yang diselaraskan dengan target pertumbuhan ekonomi; 3. tercapainya penurunan intensitas energi final sebesar 1 (satu) persen per tahun pada tahun 2025; 4. tercapainya rasio elektrifikasi sebesar 85% pada tahun 2015 dan mendekati sebesar 100% pada tahun 2020; 5. tercapainya rasio penggunaan gas rumah tangga pada tahun 2015 sebesar 85%; 6. terpenuhinya sasaran penyediaan dan pemanfaatan energi; 7. tercapainya bauran energi primer yang optimal: a. EBT 23% pada 2025 dan 31% pada 2050 b. Minyak Bumi 25% pada 2025 dan 20% pada 2050 c. Batubara 30% pada 2025 dan 25% pada 2050 d. Gas Bumi 22% pada 2025 dan 24% pada 2050

A,KEBIJAKAN UTAMA & STRATEGI 1. Ketersediaan Energi Untuk Kebutuhan Nasional: Meningkatkan eksplorasi sumber daya, potensi dan/atau cadangan terbukti energi, baik dari jenis fosil maupun energi baru dan energi terbarukan; Meningkatkan produksi energi dan sumber energi dalam negeri dan/atau dari sumber luar negeri; Meningkatkan keandalan sistem produksi, transportasi dan distribusi penyediaan energi; Mengurangi ekspor energi fosil secara bertahap terutarna gas dan batubara dan menetapkan batas waktu untuk memulai menghentikan ekspor; Mewujudkan keseimbangan antara laju penambahan cadangan energi fosil dengan laju produksi maksimum; Memastikan terjaminnya daya dukung lingkungan untuk menjamin ketersediaan sumber energi air dan panas bumi; 2, Prioritas Pengembangan Energi: Pengembangan energi dengan mempertimbangkan keseimbangan keekonomian energi, kearnanan pasokan energi, dan pelestarian fungsi lingkungan; Memprioritaskan penyediaan energi bagi masyarakat yang belum memiliki akses terhadap energi listrik, gas rumah tangga, dan energi untuk transportasi, industri, dan pertanian; Pengembangan energi dengan mengutamakan sumber daya energi setempat; Pengembangan energi dan sumber daya energi diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri; Pengembangan industri dengan kebutuhan energi yang tinggi diprioritaskan di daerah yang kaya sumber daya energi;

A, KEBIJAKAN UTAMA & STRATEGI 3, Pemanfaatan Sumber Daya Energi Nasional: Pemanfaatan sumber energi terbarukan dari jenis energi air, energi panas bumi, energi laut, dan energi angin diarahkan untuk ketenagalistrikan; Pemanfaatan sumber energi terbarukan dari jenis energi matahari diarahkan untuk ketenagalistrikan, dan energi non listrik untuk industri, rumah tangga, dan transportasi; Pemanfaatan sumber energi terbarukan dari jenis bahan bakar nabati diarahkan untuk menggantikan bahan bakar minyak terutama untuk transportasi dan industri; Pemanfaatan sumber energi terbarukan dari jenis bahan bakar nabati dilakukan dengan tetap menjaga ketahanan pangan; Pemanfaatan energi terbarukan dari jenis biomassa dan sampah diarahkan untuk ke tenagalistrikan dan transportasi; Pemanfaatan minyak bumi hanya untuk transportasi dan komersial, yang memang tidak danlatau belum bisa digantikan dengan energi atau sumber energi lainnya; Pemanfaatan sumber energi gas bumi untuk industri, ketenagalistrikan, rumah tangga, dan transportasi, diutamakan untuk pemanfaatan yang memiliki nilai tambah paling tinggi; Pemanfaatan sumber energi batubara untuk ketenagalistrikan dan industri; Pemanfaatan sumber energi barn berbentuk cair, yaitu batubara tercairkan dan hidrogen, untuk transportasi; Pemanfaatan sumber energi baru berbentuk padat dan gas un tuk ketenagalistrikan; KEBIJAKAN PENDUKUNG & STRATEGI:

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL B, KEBIJAKAN PENDUKUNG & STRATEGI: 1, Konservasi dan Diversifikasi Energi Kewajiban standarisasi dan labelisasi semua peralatan pengguna energi; Kewajiban manajemen energi termasuk audit energi bagi pengguna energi; Kewajiban penggunaan teknologi pembangkit listrik dan peralatan konservasi energi yang efisien; Sosialisasi budaya hemat energi; Mewujudkan iklim usaha bagi berkembangnya usaha jasa energi sebagai investor dan penyedia energi secara hemat; Mempercepat penerapan dan/atau pengalihan ke sistem transportasi massal, baik transportasi perkotaan maupun antar kota yang efisien; Mempercepat penerapan jalan berbayar untuk mengurangi kemacetan yang ditimbulkan oleh kendaraan pribadi; Penetapan target konsumsi bahan bakar di sektor transportasi dilakukan secara terukut dan bertahap untuk peningkatan efisiensi; 2, Harga, Subsidi dan Insentif Energi: Harga energi terbarukan diatur berdasarkan pada perhitungan dengan asumsi untuk bersaid dengan harga energi dari sumber energi yang berlaku di suatu wilayah dalam kurun waktu tertentu tanpa memasukan subsidi bahan bakar minyak; Pasar tenaga listrik diwujudkan antara lain melalui : pengaturan harga energi primet tertentu untuk pembangkit listrik; penetapan tarif listrik secara progresif; penerapan mekanisme feed in tarrif dalam penetapan harga jual energi terbarukan; penyempurnaan pengelolaan energi panas bumi; Penyediaan subsidi meliputi : penerapan mekanisme subsidi dilakukan secara tepat sasaran untuk golongan masyarakat tidak mampu; pengurangan subsidi BBM dan listrik secara bertahap sampai dengan kemampuan daya beli masyarakat tercapai; Pemerintah dan Pemerintah Daerah memberikan insentif fiskal dan non-fiskal untuk mendorong program diversifikasi sumber energi dan pengembangan energi terbarukan; Pemerintah memberikan insentif kepada produsen dan konsumen energi yang melaksanakan kewajiban konservasi dan efisiensi energi dan disinsentif kepada yang tidak melaksanakan kewajiban konservasi dan efisiensi energi;

B, KEBIJAKAN PENDUKUNG & STRATEGI 3, Infrastruktur, Akses Masyarakat dan Industri Energi: Pengembangan dan penguatan infrastruktur energi meliputi : meningkatkan kemampuan industri dalam negeri; mengembangkan infrastruktur pendukung industri batubara; melakukan percepatan penyediaan infrastruktur pendukung produksi minyak dan gas, pengilahan bahan bakar, transportasi dan distribusi enerig, sistem transmisi dan distribusi energi 4, Penelitian dan Pengembangan Energi: Pemerintah melakukan penguatan bidang penelitian dan pengembangan energi antara lain melalui : menyiapkan dan meningkatkan kemampuan sumber daya manusai; meningkatkan penguasaan teknologi energi dalam negeri melalui penelitian dan pengembangan dan penerapan teknologi energi, serta teknologi efisiensi energi 5, Kelembagaan dan Pendanaan: Penguatan kelembagaan dilaksanakan antara lain melalui : Menyempurnakan sistem kelembagaan dan layanan birokrasi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan peningkatan koordinasi antar lembaga di bidang energi guna mempercepat pengambilan keputusan, proses perijinan dan pembangunan iinfrstruktur energi; Meningkatkan kerja sama dan koordinasi antar lembaga penelitian, universitas, industri, dan pemegang kebijakan serta komunitas energi; Meningkatkan akuntabilitas kelembagaan dengan menyesuaikan fungsi dan kewenangan kelembagaan di tingkat pusat dan daerah Penguatan pendanaan dilaksanakan antara lain melalui : meningkatkan peran perbankan nasional dalam pembiayaan kegiatan produksi migas, pengembangan energi terbarukan dan program hemat energi; penerapan premi pengurasan energi fosil untuk pengembangan energi; menyediakan alokasi anggaran khusus oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk mempercepat pemerataan akses listrik dan energi