BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

dokumen-dokumen yang mirip
Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. langsung tetapi juga dapat memahami informasi yang disampaikan secara

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

BAB I PENDAHULUN. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang terpadu dan

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Annisa Octavia Koswara, 2015

TEKS WAWANCARA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN MENULIS NARASI DENGAN PENDEKATAN QUANTUM LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR BERSERI UNTUK PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS VI SD PABELAN III TAHUN AJARAN 2009 SKRIPSI

PENERAPAN METODE FIELD TRIP UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DESKRIPSI PADA SISWA KELAS X-1 SMA NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN NARASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skill), keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. belajar bahasa pada hakikatnya sama dengan belajar berkomunikasi. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN. yang disampaikan secara terselubung atau tidak secara langsung.

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. menulis seperti membuat ikhtisar, menulis puisi, mencatat pelajaran, menulis

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia. Pembelajaran

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2008/ 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran menulis

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen, yaitu keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada orang lain secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. oleh siswa kelas X. Hal ini sesuai dengan kurikulum yang saat ini berlaku di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Menyimak (Listening Skill), Berbicara (Speaking Skill), Membaca (Reading Skill),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terdapat empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan observasi atau studi pendahuluan yang penulis

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat aktif,

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan kegiatan ekspresi sastra yang perlu diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi

BAB I PENDAHULUAN. Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan, tidak boleh dipisahpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia nilai KKM siswa masih dibawah rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. benar. Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika pembacanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa bantuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa (Indonesia) merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Rizmada Azzahra 1) 1) Universitas Khairun, Ternate, Maluku Utara, Indonesia. 1) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan yang dimilikinya untuk diketahui oleh orang lain. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Liana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitan Betta Anugrah Setiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikenal empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

I. PENDAHULUAN. semakin modern, diharapkan dapat meningkatkan aktivitas serta kreativitas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat terpenting yang digunakan manusia untuk berkomunikasi. Dengan bahasa, manusia akan dapat mengungkapkan segala pemikirannya. Selain itu, dengan bahasa manusia juga dapat saling bertukar pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya. Penggunaan bahasa dalam berkomunikasi dibagi menjadi dua macam, yaitu bahasa tulis dan bahasa lisan. Bahasa tulis adalah bahasa yang penyampaiannya dalam bentuk tulisan, sedangkan bahasa lisan adalah bahasa yang penyampaiannya dengan bentuk ujaran dan ucapan. Untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan benar. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa menjadi bagian yang sangat penting untuk diajarkan di sekolah. Pada hakikatnya, pembelajaran bahasa merupakan belajar berkomunikasi dalam masyarakat. Pembelajaran bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (Suryaman, 2009: 5). Pembelajaran bahasa juga diarahkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir serta memperluas wawasan dan ilmu pengetahuan siswa. 1

2 Siswa diharapkan dapat belajar memahami informasi yang diterima dengan bahasa lisan maupun tertulis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Melihat pentingnya peranan bahasa, pembelajaran bahasa disertakan dalam kurikulum sekolah. Peserta didik dituntut untuk dapat menguasai bahasa yang diajarkan sejak dini, terutama bahasa resmi yang digunakan oleh negara yang ditempati peserta didik. Indonesia merupakan negara yang menjadikan bahasa Indonesia menjadi pelajaran wajib di setiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Harapannya, agar setiap peserta didik dapat menguasai bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta dapat menerapkannya dalam kehidupan bermasyarakat. Keterampilan berbahasa harus dimiliki oleh setiap orang dalam berkomunikasi. Sebagai alat komunikasi, bahasa mempunyai peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat. Bahasa harus komunikatif agar dapat dipahami dengan mudah oleh pemakai bahasa sebagai pemberi dan penerima pesan. Berdasarkan ruang lingkupnya, keterampilan bahasa dikelompokkan menjadi empat aspek, yaitu keterampilan membaca, keterampilan menulis, keterampilan menyimak dan keterampilan berbicara. Keempat keterampilan berbahasa tersebut saling berhubungan erat. Pengajaran keterampilan berbahasa mendorong siswa sepenuhnya untuk melatih berbahasa dengan baik dan benar. Melalui proses pembelajaran yang dinamis diharapkan akan tercipta suatu bentuk komunikasi lisan antara peserta didik dengan peserta didik yang terpola melalui keterampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis sehingga suasana pembelajaran terhindar dari kejenuhan (Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 227).

3 Bahasa Indonesia adalah bahasa resmi bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Peran tersebut tampak pada penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, yaitu bahasa yang dapat digunakan untuk berkomunikasi di seluruh wilayah negara Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya pengembangan dan pembinaan dalam penggunaan bahasa Indonesia, agar fungsi dari bahasa Indonesia dapat diterapkan dengan baik. Mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah merupakan salah satu usaha dalam pengembangan dan pembinaan bahasa Indonesia. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa, dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespons situasi lokal, regional, nasional dan global (Suryaman, 2009: 5). Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan yang harus diajarkan pada siswa. Menulis merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengungkapan pikiran atau ide yang dimiliki dalam bentuk tulisan. Jika dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain, kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang bersangkutan sekalipun. Hal ini disebabkan kemampuan menulis menghendaki penguasaan berbagai unsur kebahasaan dan unsur diluar bahasa itu sendiri yang akan menjadi isi tulisan. Baik unsur bahasa maupun unsur isi haruslah terjalin sedemikian rupa sehingga

4 menghasilkan tulisan yang runtut dan padu (Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 248). Menurut Sumardjo (2007: 75), menulis merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi gagasan. Dengan keterampilan menulis, diharapkan dapat melatih siswa untuk mengungkapkan gagasan dan ide kreatifnya ke dalam bentuk tulisan. Sumardjo (2007: 36) mengatakan bahwa keterampilan menulis, keterampilan mengatakan sesuatu sehingga menjadi jelas, memang perlu latihan. Keahlian untuk bisa memberikan gambaran sesuatu pada pembaca tak mungkin diperoleh hanya dengan bakat alam. Dengan latihan-latihan, sketsa-sketsa, akhirnya akan ditemukan gaya menulis seseorang. Oleh karena itu, perlu adanya pembelajaran menulis di sekolah, agar dapat melatih keterampilan menulis siswa. Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia aspek bersastra SMA kelas X semester 2 untuk subaspek menulis menyebutkan bahwa siswa harus mampu mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen (Depdiknas, 2005: 4). Dalam proses pembelajaran menulis cerpen, siswa tidak hanya menerima teori tentang menulis cerpen, tetapi siswa juga dituntut untuk mempraktekkan teori-teori yang telah diajarkan untuk menghasilkan sebuah karya sastra, yaitu cerpen. Dengan demikian, standar kompetensi tersebut dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan. Peran guru dalam pembelajaran bahasa khususnya dalam keterampilan menulis sangat penting. Dalam proses pembelajaran, pengajar mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi pembelajar untuk mencapai tujuan, pengajar mempunyai tanggung jawab untuk melihat

5 segala sesuatu yang terjadi dalam kelas dalam rangka membantu proses perkembangan pembelajar (Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 158). Akan tetapi, pada masa sekarang ini metode pembelajaran menulis yang digunakan oleh kebanyakan guru masih menggunakan metode yang konvensional. Terlihat pada aktivitas pengajaran bahasa khususnya menulis, dengan masih menggunakan metode ceramah yang lebih dominan. Hal ini menimbulkan kejenuhan dan kebosanan pada siswa dalam mengikuti pembelajaran menulis di kelas. Lemahnya tingkat kemampuan menulis siswa mendorong guru bahasa Indonesia untuk mencari metode atau media yang tepat agar pembelajaran lebih efektif. Oleh karena itu, perlunya diterapkan metode atau media pembelajaran menulis yang tepat untuk membangkitkan minat dan kepahaman siswa dalam pembelajaran menulis cerpen. Kurangnya praktek menulis siswa merupakan salah satu kendala dalam meningkatkan keterampilan menulis cerpen siswa. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, siswa harus sering dilatih untuk belajar mengungkapkan pikiran dan pengalamannya dalam bentuk tulisan, tentunya dengan metode dan media yang tepat. Siswa akan menjadi terbiasa menulis sehingga dapat menghasilkan suatu karya tulis yang baik. Pendidik di zaman sekarang seharusnya mampu memanfaatkan media belajar yang sangat kompleks seperti video, televisi dan film, di samping media pendidikan yang sederhana. Agar proses pembelajaran tidak mengalami kesulitan, maka masalah perencanaan, pemilihan dan pemanfaatan media perlu dikuasai dengan baik oleh pengajar (Iskandarwassid dan Sunendar, 2008: 158). Dengan penggunaan media dalam pembelajaran, siswa akan lebih mudah dalam

6 mengaplikasikan dan lebih memahami materi yang diajarkan. Oleh karena itu, seorang guru harus kreatif dan inovatif dalam membuat media pembelajaran yang tepat sasaran, untuk mempermudah siswa dalam menyerap materi pelajaran. Terdapat pada penelitian terdahulu, yakni Pemanfaatan Video Klip untuk Peningkatan Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 3 Batu. Media yang digunakan adalah media audio visual dengan tujuan penerapan media video klip dan peningkatan kemampuan menulis cerpen. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Serta penilaian yang dilakukan adalah evaluasi terhadap siswa. Hasil yang dicapai mengalami peningkatan (Mustikarini, 2012:38). Penelitian lain, yakni Pemanfaatan Media Gambar Berangkai sebagai Upaya Peningkatan Menulis Cerpen Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Malang. media yang digunakan adalah media visual. Tujuan penelitian tersebut adalah peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Muahammadiyah 1 Malang pada tahap prapenulisan melalui pemanfaatan media gambar berangkai, peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Muahammadiyah 1 Malang pada tahap menulis melalui pemanfaatan media gambar berangkai, peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Muahammadiyah 1 Malang pada tahap pasca menulis melalui pemanfaatan media gambar berangkai, dan hasil peningkatan kemampuan menulis cerpen siswa kelas X SMA Muahammadiyah 1 Malang melalui pemanfaatan media gambar berangkai. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Sedangkan penilaian yang dilakukan adalah evaluasi terhadap siswa. Hasil yang

7 dicapai mengalami peningkatan pada siswa (Nurhayati, 2011: 5). Maka peneliti mengambil sebuah perbandingan dari kedua media audio visual dengan media visual dalam efektivitas dari kedua media tersebut untuk proses pembelajaran menulis cerpen. Media memegang peranan penting dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Dengan media yang sesuai, siswa dapat menangkap penjelasan dari guru dengan mudah. Begitu juga dalam pembelajaran menulis cerpen, yaitu dengan menggunakan media audio visual dan media visual sebagai medianya. Dengan media audio visual dan media visual diharapkan pembelajaran menulis cerpen lebih efektif dan siswa dapat dengan mudah menuangkan ide-ide atau imajinasinya ke dalam sebuah karya sastra yaitu cerpen dan dapat menghasilkan tulisan cerpen yang baik. Penggunaan media audio visual dan media visual belum pernah diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen pada siswa kelas X MA Negeri Patas Tahun Pelajaran 2012/2013 Kec. Gerokgak Kab. Buleleng Propinsi Bali. Media audio visual yang memiliki unsur suara dan unsur gambar, serta media visual yang hanya mengandalkan indera penglihatan karena hanya menampilkan gambar diam diharapkan dapat dijadikan sebagai media yang efektif dan sesuai dengan pembelajaran menulis cerpen di kelas. Dengan media video dan media gambar berseri, siswa akan lebih antusias dalam mengikuti pembelajaran. Selain itu, karena masin-masing media memerlukan waktu, sehingga waktu pembelajaran dapat disesuaikan dengan alokasi waktu dalam pembelajaran.

8 Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka rumusan judul penelitian ini adalah Perbandingan Penerapan Media Audio Visual dan Media Visual dalam Peningkatan Kompetensi Menulis Cerpen Siswa Kelas X MA Negeri PAtas Tahun Pelajaran 2012/2013 Kec. Gerokgak Kab. Buleleng Provinsi Bali. 1.2 Jangkauan Masalah Sebagai suatu keterampilan berbahasa, menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis ini tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur (Tarigan, 1986: 3-4). Pembelajaran menulis memerlukan serangkaian proses. Proses ini berkaitan dengan tahapan pembelajaran dan tahapan penulisan. Sabagai salah satu proses Akhadiah (1989: 29) menyatakan pembelajaran menulis meliputi tahapan tertentu. Tahapan pertama yaitu tahapan perencanaan pembelajaran meliputi (1) perumusan dan penentuan kompetensi dasar dan indikator hasil belajar siswa, (2) perumusan tujuan pembelajaran, (3) pemilihan dan penetapan materi pembelajaran, (4) pemilihan dan penetapan media/sumber pembelajaran, dan (5) perencanaan evaluasi pembelajaran. Tahapan kedua adalah tahap pelaksanaan pembelajaran meliputi (1) pembelajaran perencanaan penulis (prapenulisan), (2) pembelajaran menulis, dan (3) pembelajaran pascamenulis. Pembelajaran perencanaan menulis meliputi penentuan dan pembatasan topik tulisan dan menyusun kerangka tulisan. Pembelajaran menulis mencakup kegiatan pengembangan kerangka tulisan dalam

9 bentuk tulisan dan menyusun bahasa yang digunakan dengan baik. Adapun pembelajaran pasca penulisan mencakup mengoreksi dan merevisi, tulisan yang telah disusun (Akhadiah, 1989: 35). Tahap ketiga adalah tahapan evaluasi pembelajaran meliputi evaluasi proses dan hasil evaluasi proses dilakukan selama proses dilakukan selama proses pembelajaran menulis yang meliputi tahapan prapenulisan, penulisan, dan pasca penulisan, sedangkan evaluasi hasil ditekankan pada hasil akhir setiap satu satuan pembelajaran atau siklus pembelajaran (Akhadiah, 1989: 38). Menulis cerpen merupakan proses penciptaan karya sastra. Proses itu mulai dari munculnya ide di dalam benak penulis, menangkap dan merenungkan ide tersebut (biasanya dengan cara dicacat), mematangkan ide tersebut dan menatanya (masih dalam benak penulis), dan kemudian diakhiri dengan menuliskan ide tersebut dalam bentuk karya sastra (Roekhan, 1991: 1). Masalah kebahasaan dalam menulis cerpen meliputi unsur dalam cerpen masalah itu meliputi menentukan topik, alur, pelaku, peristiwa, latar, konflik, yang terdapat dalam isi cerpen dengan memperhatikan pilihan kata, tanda baca, dan ejaan yang tepat. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan yang ada pada latar belakang, secara umum penelitian ini memiliki fokus permasalahan yaitu bagaimana perbandingan penerapan media audio visual dan media visual dalam meningkatkan kompetensi menulis cerpen. Secara detail permasalahan peneltian ini dijabarkan dalam rumusan berikut:

10 1) Bagaimana kompetensi siswa dalam menulis cerpen setelah diterapkan media audio visual? 2) Bagaimana kompetensi siswa dalam menulis cerpen setelah diterapkan media visual? 3) Bagaimana perbandingan media audio visual dan media visual dalam peningkatan kompetensi menulis cerpen pada siswa kelas XA dan kelas XB MA Negeri Patas tahun pelajaran 2012/2013 Kec. Gerokgak Kab. Buleleng Provinsi Bali? 1.4 Tujuan Masalah Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sesuai dengan rumusan masalah, sehingga tujuan penelitian sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui kompetensi siswa dalam menulis cerpen setelah diterapkan media audio visual. 2) Untuk mengetahui kompetensi siswa dalam menulis cerpen setelah diterapkan media visual. 3) Untuk mengetahui perbandingan media audio visual dan media visual dalam peningkatan kompetensi menulis cerpen pada siswa kelas XA dan kelas XB MA Negeri Patas tahun pelajaran 2012/2013 Kec. Gerokgak Kab. Buleleng Provinsi Bali.

11 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapakan mempunyai manfaat bagi semua pihak yang terkait, yaitu: a. Guru Penelitian ini dapat memberikan informasi sebagai bahan pertimbangan penentu kebijakan mengenai media pembelajaran yang efektif diterapkan dalam pembelajaran menulis, khususnya menulis cerpen. Di samping itu, penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan masukan untuk meningkatkan pembelajaran dengan meyediakan hal-hal yang menunjang komponen-komponen pembelajaran yang mengarah pada pencapaian tujuan. b. Siswa Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kreatif menulis khususnya menulis cerita pendek. c. Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pola-pola pemikiran dan wawasan pengetahuan, khususnya dalam memilih dan menggunakan suatu media mengajar yang lebih efektif dan efisien dalam suatu pelajaran tertentu. d. Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang cukup luas dan lebih mendalam tentang penggunaan media petunjuk konteks dalam meningkatkan pemahaman kata-kata sulit dalam bacaan.

12 1.6 Pembatasan Masalah Mengingat banyaknya masalah yang timbul dalam penelitian ini serta keterbatasan kemampuan penulis, maka perlu adanya suatu pembatasan. Pembatasan masalah tersebut dimaksudkan untuk menghindari timbulnya pertanyaan-pertanyaan mengenai hal-hal yang tidak dibahas dalam penelitian ini. 1) Media audio visual yang digunakan untuk perbandingan dalam peningkatan kompetensi menulis cerpen siswa, yaitu media video, sedangkan media visual yang digunakan untuk perbandingan dalam peningkatan kompetensi menulis cerpen, yaitu media gambar berseri. 2) Standar kompetensi yang digunakan, yaitu 16. mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke dalam cerpen. Sedangkang kompetensi dasarnya, yaitu 16.2 menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen. 3) Proses penulisan cerpen digunakan untuk penilaian dan perbandingan menjadi tiga tahapan prapenulisan, pengembangan, dan pascapenulisan. 4) Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013 dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, dilakukan di MA Negeri Patas Kec. Gerokgak Kab. Buleleng Provinsi Bali dengan subjek penelitian media audio visual dan media visual adalah siswa kelas XA dengan jumlah 34 siswa yang terdiri dari 11 siswa dan 23 siswi dan subjek penelitian media visual adalah kelas XB dengan jumlah 32 siswa yang terdiri dari 19 siswa dan 13 siswi.

13 1.7 Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka hipotesis penelitian adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara media audio visual dan media visual yang digunakan dalam menulis cerpen terhadap peningkatan kompetensi menulis cerpen antara kelas XA yang menggunakan media video dengan kelas XB yang menggunakan media gambar berseri pada siswa kelas X MA Negeri Patas Tahun Pelajaran 2012/2013 Kec. Gerokgak Kab. Buleleng Provinsi Bali. 1.8 Penegasan Istilah Kemampuan menulis cerpen siswa Kelas X MA Negeri Patas Kec. Gerokgak Kab. Buleleng Provinsi Bali memperhatikan unsur yang terkandung dalam cerpen. Unsur ini meliputi topik, alur, pelaku, peristiwa, latar, dan konflik. Penegasan ini tidak hanya diperuntukan bagi peniliti sendiri namun juga diperuntukkan pada pembaca. Berikut ini penelitian memberikan batasan istilah agar pembaca memiliki pemahaman yang sama dengan peniliti. Adapun istilah-istilah tersebut meliputi antara lain: 1) Kompetensi menulis cerpen merupakan kemampuan siswa dalam menuangkan gagasan atau ide yang diwujudkan dalam susunan kata-kata yang memiliki unsur-unsur tema, tokoh, penokohan, alur, dan latar. 2.) Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan informasi dari pengiriman (guru) ke penerima (siswa) baik dalam bentuk

14 visual, maupun audio visual yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat siswa untuk belajar. 2) Media Audio Visual adalah media yang mempunyai unsur antara suara dan gambar (Djamarah dalam Santoso, 2013). 3) Media Visual adalah alat atau sarana komunikasi yang dapat dilihat dengan indera penglihatan (mata) (Djamarah dalam Santoso, 2013). 4) Menulis menurut Tarigan (1986: 15), menjelaskan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai. 5) Cerpen adalah salah satu karya sastra. Suroto (1989: 18) mengungkapkan bahwa cerpen adalah suatu karangan prosa yang berisi cerita sebuah peristiwa kehidupan manusia pelaku/tokoh dalam cerita tersebut. Cerpen juga sebuah cerita yang habis dibaca selama sekitar 10 menit atau setengah jam (Sumardjo, 2004: 7).