BAB 1 PENDAHULUAN 1.1` Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada dasarnya penyakit dibagi menjadi dua bagian yaitu penyakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penyakit diabetes mellitus digolongkan menjadi dua yaitu diabetes tipe I dan diabetes tipe II, yang mana pada dasarnya diabetes tipe I disebabkan

Berdasarkan data yang diterbitkan dalam jurnal Diabetes Care oleh

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes adalah kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan kondisi hiperglikemik yang berhubungan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keseimbangan dalam fisiologi sangat penting bagi semua mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. akibatnya terjadi peningkatan penyakit metabolik. Penyakit metabolik yang

Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada tahun 2007, diperoleh bahwa penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia tahun di daerah perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik kronik yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

mengalami obesitas atau kegemukan akibat gaya hidup yang dijalani (Marilyn Johnson, 1998) Berdasarkan data yang dilaporkan oleh WHO, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kotamadya Surabaya, di Jawa Timur, dan di seluruh Indonesia diperhitungkan sebesar Rp. 1,5 milyar per hari.

2016 PENGARUH PEMBERIAN SIMPLISIA DAUN SIMPUR

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ditandai oleh poliuria, polidipsia, penurunan berat badan walaupun terjadi polifagia (peningkatan nafsu makan), hiperglikemia, glikosuria, ketosis,

BAB I PENDAHULUAN. darah / hiperglikemia. Secara normal, glukosa yang dibentuk di hepar akan

ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan, termasuk di bidang kedokteran, salah satunya adalah ilmu Anti Aging

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hormon insulin. Insulin merupakan hormon yang mengatur metabolisme. dalam tubuh menimbulkan hiperglikemia yang dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. progresif, ditandai dengan kenaikan kadar gula darah (hiperglikemia) terus

serta peningkatan jumlah dan jenis penyakit. Tumbuhan sebagai sumber senyawa bioaktif alami merupakan bahan baku yang potensial yang menunjang usaha

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. terutama di masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi penyebab

1. PENDAHULUAN. Pegagan (Centella asiatica) adalah salah satu tumbuhan herbal yang dapat tumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eva Anriani Lubis, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah (Ruan, et al., 2013). Hiperglikemia tidak hanya meningkatkan resiko

BAB I PENDAHULUAN. ketidakmampuan sel tubuh yang memiliki reseptor insulin untuk mengoksidasi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada abad ke-21, Diabetes Melitus menjadi salah satu ancaman utama bagi

BAB I PENDAHULUAN. kelebihan kadar glukosa dalam darah. Pengobatan diabetes melitus dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

setelah India, China, Amerika Serikat. Tercatat pada tahun 2000 jumlah penderita Diabetes Melitus di Indonesia mencapai 8,4 juta.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN UKDW. HDL. Pada tahun 2013, penduduk Indonesia yang berusia 15 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.6. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus meluas pada suatu kumpulan aspek gejala yang timbul pada seseorang

I. PENDAHULUAN. banyak penyakit yang muncul. Salah satu penyakit yang muncul akibat

Di seluruh dunia dan Amerika, dihasilkan per kapita peningkatan konsumsi fruktosa bersamaan dengan kenaikan dramatis dalam prevalensi obesitas.

BAB I PENDAHULUAN. Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1,5 juta kasus kematian disebabkan langsung oleh diabetes pada tahun 2012.

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. darah disebabkan tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara

Tradisional Bagian Daun dan Buah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Suharmiati Betty Roosihermiatie Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Jl. Indrapura 17 Surabaya

BAD I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. puluh lima persen seseorang yang terkena diabetes akhirnya meninggal karena. terus bertambah (Price dan Wilson, 2006:1263).

Efek Ekstrak Etanol Biji Rambutan (Nephelium Lappaceum L.) dalam Menurunkan Kadar Glukosa Darah Puasa Mencit Model Diabet

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 300 juta. Jumlah tertinggi penderita diabetes mellitus terdapat

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah

TERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Federasi Diabetes Internasional (IDF) memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ini Penyebab Mengapa Daun Yakon Digunakan Sebagai Obat Anti Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. baik secara mutlak maupun relatif (Schoenfelder, et al., 2006). Terapi insulin dan

Obat Penyakit Diabetes Metformin Biguanide

diteliti untuk melihat kandungan kimia dan khasiat dari tanaman tersebut. Tanaman yang digunakan sebagai antidiabetes diantaranya daun tapak dara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

penglihatan (Sutedjo, 2010). Penyakit ini juga dapat memberikan komplikasi yang mematikan, seperti serangan jantung, stroke, kegagalan ginjal,

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

2016 PENGARUH BUBUK RIMPANG TEMU PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai sumber pangan, papan, maupun obat-obatan. Gaya hidup kembali ke

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1` Latar Belakang Diabetes mellitus berasal dari bahasa Yunani yaitu diabetes yang mempunyai arti pipa air melengkung (syphon). Penderita diabetes diindikasikan dengan keadaan dimana terjadi produksi urin yang berlebihan. Diabetes mellitus terjadi diawali dengan adanya gangguan metabolisme lipid, karbohidrat, dan protein sehingga terjadi hiperglikemia. Kondisi hiperglikemia akan berkembang menjadi diabetes mellitus dan berbagai macam komplikasinya (Nugroho, 2006). Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit yang mempunyai ciri yaitu terjadi hiperglikemik kronis, gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Pasien disebut menderita diabetes mellitus apabila memiliki kadar gula darah >200 mg/dl. Gangguan metabolisme yang berhubungan dengan patofisiologis dengan komplikasi mikrovaskuler yang spesifik merupakan salah satu hal yang terjadi pada orang yang terkena diabetes mellitus. Penyakit diabetes mellitus dapat berkembang menjadi beberapa penyakit komplikasi lain seperti neuropati, komplikasi pada kehamilan, dan memperparah kondisi infeksi (Nugroho, 2006). Orang yang telah terserang diabetes mellitus memiliki gejala polydipsi (banyak minum), polyfagia (banyak minum) dan polyuria (banyak kencing). Penyakit diabetes mellitus dapat menimbulkan komplikasi penyakit lainnya, seperti penyakit kardiovaskular yaitu stroke, hipertensi dan mempunyai resiko terkena serangan jantung yang lebih tinggi daripada orang normal pada umumnya (Badan POM RI, 2010). 1

Diabetes mellitus dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu diabetes mellitus tipe I dan diabetes mellitus tipe II (Nugroho, 2006). Diabetes mellitus tipe I disebut juga diabetes dengan ketergantungan pada insulin. Penyakit ini disebabkan karena kurangnya sekresi insulin pada tubuh. Diabetes mellitus tipe II disebabkan karena penurunan sensitivitas jaringan target terhadap efek metabolik resistensi insulin. Resistensi insulin ini dapat mengganggu penggunaan dan penyimpanan karbohidrat pada tubuh sehingga akan meningkatkan kadar gula darah dan merangsang peningkatan sekresi insulin sebagai upaya kompensasi pada tubuh (Guyton & Hall, 2006). Diabetes mellitus merupakan penyakit yang sudah mendunia dan hampir dijumpai di setiap negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai penderita diabetes mellitus dengan angka yang cukup tinggi yaitu 8,4 juta jiwa setiap tahunnya dan diprediksikan akan terus meningkat hingga 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Indonesia merupakan urutan ke-4 setelah India, China dan Amerika yang mempunyai jumlah penderita diabetes terbanyak di dunia (Badan POM RI, 2010). Penyakit diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit kronik yang tidak dapat disembuhkan. Penggunaan obat terus menerus merupakan salah satu pilihan utama pada pasien penderita dibetes mellitus. Obat-obat sintetik yang sering digunakan untuk terapi pasien penderita diabetes mellitus adalah obat-obat dari golongan sulfonilurea, biguanid dan acarbose (Sutjiatmo, 2011). Masyarakat modern sekarang banyak menggunakan obat-obat antidiabates oral sintetis dikarenakan obat-obat antidiabetes oral dapat memberikan efek yang cepat dan praktis dalam pengunaannya. Contoh obat-obat antidiabetes oral yang sering digunakan adalah klorpropamid, 2

glikazid, glibenklamid, glipizid, glikuidon, metformin hidroklorida dan masih banyak lainnya (Badan POM, 2010). Metformin adalah salah satu obat oral antidiabetes dari turunan biguanida yang merupakan salah satu alternatif obat dari turunan biguanida yang aman digunakan karena tidak dimetabolisme di hati dan dikeluarkan dalam bentuk tidak berubah pada ginjal (Siswandono dan Sukardjo, 2008). Metformin mempunyai dosis maksimum sebesar 2,5 gram per hari dalam tiga dosis yang digunakan bersamaan dengan saat makan. Metformin mempunyai aktivitas farmakologi dapat menurunkan kadar glukosa dengan cara mengurangi produksi glukosa plasma dengan mengurangi absorbsi glukosa pada usus (Goodman & Gilman, 2007). Metformin merupakan salah satu obat hipoglikemik oral (OHO) yang menjadi alternatif pilihan utama dalam pengobatan penyakit diabetes mellitus tipe II. Untuk meningkatkan goal therapy pada penderita diabetes mellitus dapat diberikan dua atau lebih obat yang berbeda jenis pada waktu bersamaan yang secara tidak langsung dapat saling berinteraksi untuk mencapai efek obat yang diinginkan (Syamsul, Nugroho, dan Pramono, 2011). Obat oral antidiabetes lain yang seringkali digunakan adalah glibenklamid. Nama lain dari glibenklamid adalah gliburid. Glibenklamid merupakan obat oral antidiabetes turunan sulfonilurea. Glibenklamid dapat merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin dan membantu penggunaan insulin secara efisien oleh tubuh sehingga dapat menurunkan kadar gula darah dalam tubuh (Badan POM, 2010). Penggunaan obat-obat antidiabetes oral sintetik dapat memberikan efek yang di ingikan dengan cepat, di samping memiliki beberapa keunggulan obat obatan diabetes sintetik oral mempunyai beberapa efek samping lain yang cukup besar sehingga menimbulkan komplikasi lain yang tidak diinginkan bila digunakan secara terus menerus atau apabila diminum 3

dalam dosis yang tidak tepat (berlebih) seperti peningkatan kerja ginjal yang dapat menimbulkan penyakit pada ginjal (gagal ginjal), meningkatkan kerja jantung, mempengaruhi kerja syaraf dan sebagainya. Efek samping yang cukup besar dari obat antidiabetes oral sintetik mengakibatkan antidiabetes oral tradisional dapat menjadi salah satu alternatif pilihan dalam pengobatan diabetes mellitus (Miladiyah, Purwono, dan Mustofa, 2003). Obat tradisional di Indonesia atau biasa dikenal sebagai jamu telah digunakan untuk menjaga kesehatan dan mengatasi berbagai macam penyakit sejak dulu. Khasiat dari beberapa tanaman tradisional berdasarkan pada pengalaman empirik turun temurun. Berbagai macam penelitian yang telah dilakukan dan berbagai macam pengalaman empiris secara turun temurun, tanaman tradisional dapat digunakan untuk mengobati berbagai macam penyakit, salah satunya adalah diabetes mellitus. Tanaman obat tradisional yang dapat digunakan sebagai penurun kadar gula darah, contohnya tanaman pare, brotowali, temu ireng, sambiloto dan salam. Penelitian tentang daun salam dan herba sambiloto telah banyak dilakukan. Contoh-contoh penelitian tentang daun salam dengan menggunakan ekstrak air yang pernah dilakukan antara lain daun salam sebagai obat herbal yang dikombinasikan dengan biji jinten hitam sebagai obat herbal terstandar asam urat (Muhtadi et al., 2012), pengaruh pemberian ekstrak daun salam terhadap kadar trigliserida serum tikus jantan galur wistar hiperlipidemia (Hardhani, 2008), uji aktivitas infusum daun salam terhadap pertumbuhan bakteria Escherichia coli secara in vitro (Dewanti dan Wahyudi, 2011). Penelitian tentang ekstrak etanol daun salam yang pernah dilakukan adalah efek antidiare ekstrak etanol daun salam (Syzygium polyanthum) terhadap mencit galur swiss webster jantan (Tambunan, 2009), pengaruh pemberian ekstrak daun salam (Eugenia polyantha) terhadap kadar kolesterol total serum tikus jantan galur wistar hiperlipidemia (Riansari, 2008). Penelitian 4

yang pernah dilakukan tentang ekstrak air herba sambiloto adalah variasi dosis ekstrak sambiloto (Andrographis paniculata Ness) terhadap kadar kolesterol serum tikus (Rattus norvegicus) dengan diet kuning telur (Hafidhoh, 2012), pengaruh penggunaan sambiloto (Andrographis paniculata Ness) terhadap kandungan residu aflatoksin dalam hati itik dan hubungannya dengan aflatoksikosis (Rachmawati dan Helmi, 2006), daya hambat perasan daun sambiloto terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli (Sawitti, Mahatmi, dan Besung., 2013). Contoh penelitian tentang ekstrak etanol sambiloto yang pernah dilakukan antara lain pengaruh pemberian ekstrak daun sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) terhadap struktur mikroanatomi hepar dan kadar glutamate piruvat transaminase serum mencit (Mus musculus L.) yang terpapar diazonin (Wulandari, 2006), efek hipoglikemi dan proteksi fungsi pankreas ekstrak etanol daun sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) pada mencit (Mus musculus) terinduksi aloksan, aktivitas antidiabetika ekstrak etanol herba sambiloto (Andrographis paniculata Ness (Acanthaceae)) (Yulinah, Sukrasno, dan Fitri., 2011) dan sebagainya. Wijaya Kusuma, dkk (2010) melakukan penelitian terhadap ekstrak air daun salam dan ekstrak air herba sambiloto terhadap penurunan kadar gula darah pada tikus putih jantan yang dibuat diabetes. Hasil penelitian itu menunjukkan dosis 200 mg ekstrak air daun salam dan ekstrak air herba sambiloto dapat menurunkan kadar gula darah pada tikus. Umumnya penyebab munculnya diabetes mellitus tipe II cenderung terjadi dikarenakan obesitas. Pada orang yang obesitas terjadi ketidakseimbangan energi, yaitu lebih banyak kalori yang dikonsumsi daripada yang dibutuhkan mengakibatkan hipertrofi serta hyperplasia adipositi, dikarenakan pada tubuh pasien penderita diabetes mellitus tipe II secara tidak langsung merangsang inflamasi sehingga menghasilkan 5

mediator inflamasi seperti prostaglandin E 2 (PGE 2 ) atau sitokin seperti TNF-α dan Interleukin-1 (IL-1). Adanya lemak berlebih pada tubuh merangsang pembentukan sitokin karena dianggap sebagai benda asing dalam tubuh Hal tersebut mengakibatkan konsekuensi sistemik intraselular berupa resistensi insulin pada adiposit, meningkatnya mediator inflamasi (TNF-α) dan sebagainya (Lina et al., 2011). Pada peningkatan leukosit juga meningkatkan jumlah sel makrofag dan neutrofil sebagai media iflamator. Peningkatan jumlah makrofag dan neutrofil diperantarai oleh interaksi antara CD 11/CD 8 dan ICAM 1 pada sel endotel sehingga menyebabkan terjadinya sumbatan pada kapiler dan iskemia jaringan yang akan menyebabkan komplikasi mikro dan makrovaskuler pada penderita diabetes mellitus (Baratawidjaja & Rengganis, 2010). Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka akan dilakukan penelitian tentang pengaruh ekstrak air herba sambiloto (Andrographis paniculata) dan ekstrak air daun salam (Syzygium polyanthum) dalam memodulasi kadar TNF-α, jumlah makrofag dan neutrofil pada hewan coba yang diinduksi aloksan. Obat yang digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah pada penelitian ini adalah aloksan. Aloksan bekerja dengan cara merusak sel sel beta pankreas sehingga menyebabkan diabetes mellitus tipe I. Hewan coba diinduksi dengan aloksan hingga menjadi diabetes lalu diberi ekstrak air herba sambiloto (Andrographis paniculata) dan ekstrak air daun salam (Syzygium polyanthum) selama 7 hari, kemudian diukur kadar TNF-α, jumlah makrofag dan neutrofil nya. 6

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah dibuat, maka diperoleh rumusan masalah pada penelitian adalah: 1. Apakah pemberian ekstrak air herba sambiloto (Andrographis paniculata) dan ekstrak air daun salam (Syzygium polyanthum) dapat menurunkan kadar TNF-α pada tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan? 2. Apakah pemberian ekstrak air herba sambiloto (Andrographis paniculata) dan ekstrak air daun salam (Syzygium polyanthum) dapat menurunkan jumlah makrofag pada tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan? 3. Apakah pemberian ekstrak air herba sambiloto (Andrographis paniculata) dan ekstrak air daun salam (Syzygium polyanthum) dapat menurunkan jumlah neutrofil pada tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada latar belakang yang telah dibuat, maka tujuan daripada penelitian ini adalah: 1. Pemberian ekstrak air herba sambiloto (Andrographis paniculata) menurunkan kadar TNF-α pada tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan. 2. Pemberian ekstrak air herba sambiloto (Andrographis paniculata) 7

menurunkan jumlah makrofag pada tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan. 3. Pemberian ekstrak air herba sambiloto (Andrographis paniculata) menurunkan jumlah neutrofil pada tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan. 1.4 Hipotesis Berdasarkan pada latar belakang yang telah dibuat, maka hipotesis yang dibuat adalah: 1. Pemberian ekstrak air herba sambiloto (Andrographis paniculata) menurunkan kadar TNF-α pada tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan. 2. Pemberian ekstrak air herba sambiloto (Andrographis paniculata) menurunkan jumlah makrofag pada tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan. 3. Pemberian ekstrak air herba sambiloto (Andrographis paniculata) menurunkan jumlah neutrofil pada tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan. 8

1.5 Manfaat Penelitian Pada penelitian ini diharapkan dapat mengetahui efek penurunan kadar TNF-α dan penurunan jumlah makrofag dan neutrofil pada pemberian ekstrak air herba sambiloto (Andrographis paniculata) dan ekstrak air daun salam (Syzygium polyanthum) pada tikus wistar jantan yang diinduksi aloksan. 9