Tinjauan Atas Ketentuan Baru Mengenai Barang Penumpang:

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 203/PMK.04/2017 TENTANG KETENTUAN EKSPOR DAN IMPOR

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 188/PMK.04/2010 TENTANG

188/PMK.04/2010 IMPOR BARANG YANG DIBAWA OLEH PENUMPANG, AWAK SARANA PENGANGKUT, PELINTAS BATAS, DAN

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 89/PMK.04/2007 TENTANG


KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KMK.05/2000 TENTANG TOKO BEBAS BEA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-78 /BC/1997 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37/PMK.04/2013 TENTANG TOKO BEBAS BEA

SALINAN NOMOR TENTANG. Nomor. Berikat, Berikat, Menteri. Keuangan. Bebas Bea; Mengingat Tata Cara. Perpajakan. Republik. Tahun. (Lembaran.

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 13/PMK.04/2006 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG

Menimbang : Mengingat :

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 242/PMK.04/2009 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 226/PMK.04/2014 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut (Mardiasmo; 2011) Pajak adalah iuran rakyat

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PMK.04/2016 TENTANG KETENTUAN IMPOR BARANG KIRIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Penyelesaian Impor Barang Kiriman Pos

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


Konsekuensi Penetapan Tarif dan Nilai Pabean

UNDANG-UNDANG NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI [LN 2007/105, TLN 4755]

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER -17 /BC/2012 TENTANG

IMPORTASI BARANG KENA CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: P- 05 /BC/2006

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2007 TENTANG PEMBEBASAN CUKAI MENTERI KEUANGAN,

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI TENTANG NOMOR: P- 41/BC/2010

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 40/M-DAG/PER/9/2009 TENTANG VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS IMPOR KACA LEMBARAN

SOSIALISASI PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 37/KMK.04/2013 TENTANG TOKO BEBAS BEA

, No.1551 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perdag

235/PMK.04/2009 PENIMBUNAN, PEMASUKAN, PENGELUARAN, DAN PENGANGKUTAN BARANG KENA CUKAI

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : PER- 14/BC/2012

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 47/PMK.04/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44/PMK.04/2012 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : P- 25 /BC/2005 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 615/PMK.04/2004 TENTANG TATALAKSANA IMPOR SEMENTARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI KPPBC TIPE MADYA PABEAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 35/BC/2014 TENTANG TATA CARA TIDAK DIPUNGUT CUKAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 144/PMK.04/2007 TENTANG PENGELUARAN BARANG IMPOR UNTUK DIPAKAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI DIREKTORAT FASILITAS KEPABEANAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR 01 /BC/2005 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 1995 TENTANG CUKAI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 143/PMK.04/2011 TENTANG GUDANG BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

1. Penyelesaian Kewajiban Pabean Atas Kedatangan Sarana Pengangkut

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182/PMK.04/2016

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Dengan Pelayanan Segera (Rush Handling) Abstrak

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAHAN AJAR TEKNIS KEPABEANAN PROGRAM DIPLOMA I KEUANGAN SPESIALISASI KEPABEANAN DAN CUKAI. Drs. AHMAD DIMYATI

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 147/PMK.04/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

2 Indonesia Tahun 1994 Nomor 57, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3564); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan (Lem

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR : KEP-10/BC/1997 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 147/PMK.04/2011 TENTANG KAWASAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SELAMAT DATANG PESERTA SOSIALISASI KETENTUAN IMPOR BARANG KIRIMAN. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan RI

EXCISE, CUSTOMS DUTIES & EARMARKED TAX

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Tinjauan Teori atas Penyelesaian BM & PDRI pada Pekerjaan Subkontrak dari Kawasan Berikat ke TLDDP pada KPPBC TMC Kudus.

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 18/BC/2017 TENTANG DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 145/PMK.04/2014 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 101/PMK.04/2005 TENTANG PERUBAHAN KETUJUH ATAS KEPUTUSAN MENTERI

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 453/KMK

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu mengatur kembali ketentuan impor tekstil dan produk tekst

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/M-DAG/PER/1/2007 TENTANG VERIFIKASI ATAU PENELUSURAN TEKNIS IMPOR KERAMIK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.04/2014

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 213/PMK.04/2008

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER - 53/BC/2011 TENTANG

Kewajiban Pabean Atas Impor- Ekspor Tenaga Listrik

De Minimus Value. 3. Barang Pribadi Awak Sarana Pengangkut 4. Barang Pribadi Awak Sarana Pengangkut yang merupakan Barang Kena Cukai

KETUA DEWAN KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS DAN PELABUHAN BEBAS BATAM/BINTAN/KARIMUN

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 123/KMK.05/2000 TENTANG ENTREPOT UNTUK TUJUAN PAMERAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 148/PMK.04/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 237/PMK.04/2009 TENTANG TIDAK DIPUNGUT CUKAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

P - 44/BC/2009 DAFTAR KODE STANDAR INTERNASIONAL YANG DIGUNAKAN UNTUK PENGISIAN PEMBERITAHUAN PABEAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR: PER- 43 /BC/2011

Pajak Penghasilan. Andi Wijayanto

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 15/PJ/2011 TENTANG

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pe

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN TENTANG TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146/PMK.011/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2013 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 120/PMK.04/2013 TENTANG

Transkripsi:

Tinjauan Atas Ketentuan Baru Mengenai Barang Penumpang: Mempersulit atau mempermudah penumpang? Oleh: Ahmad Dimyati, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai Pada umumnya orang yang bepergian ke luar negeri membawa barang bersamanya, baik untuk keperluan sendiri maupun sebagai buah tangan dan oleh-oleh bagi orang yang didatanginya. Namun adakalanya kepergiannya atau kedatangannya dari luar negeri juga membawa barang dagangan untuk keperluan bisnisnya. Ketentuan pembawaan barang penumpang yang datang dari luar negeri dengan mendapatkan pembebasan bea masuk dan pajak berlaku secara universal dan berlaku di semua negara. Di Indonesia ketentuan pembawaan barang penumpang sudah lama di terapkan dan berjalan tanpa komplain yang menonjol. Pada akhir bulan Oktober 2010 Kementerian Keuangan telah menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 188/PMK.04/2010 tentang impor barang yang dibawa oleh penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman. Munculnya peraturan tersebut sempat menjadi bahan diskusi di masyarakat terutama orang-orang yang sering bepergian ke luar negeri, bahwa dengan munculnya peraturan tersebut sekarang ini semua penumpang yang datang dari luar negeri dikenakan pungutan bea masuk, PPN, PPn.BM, dan PPh pasal 21 impor. Kita mendengar orang berkata: Wah sekarang kalau pulang dari luar negeri bawa sedikit barang saja harus bayar bea masuk. Apakah benar 1

peraturan pembawaan barang penumpang yang baru lebih membebani penumpang? Padahal dalam era transparansi sekarang ini ada kecenderungan peraturan baru lebih memfasilitasi kepentingan masyarakat. Landasan teoritis Sebagaimana kelaziman dalam pergaulan internasional yang telah dituangkan dalam convensi internasional (sesuai dengan konvensi internasional tentang penyederhanaan dan harmonisasi prosedur pabean Kyoto Convention), atas barang bawaan penumpang diberikan fasilitas pembebasan bea masuk dan pajak. Pembebasan bea masuk atas barang bawaan penumpang ditetapkan berdasarkan pasal 25 ayat (1) huruf m Undang-undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan. Selanjutnya pelaksanaannya diatur melalui peraturan Menteri Keuangan, terakhir ditetapkan lebih rinci dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 188/PMK.04/2010. Dalam peraturan Menteri Keuangan tersebut ditetapkan bahwa yang dimaksud dengan barang pribadi penumpang adalah semua barang yang dibawa oleh penumpang, tetapi tidak termasuk barang dagangan. Penumpang memberitahukan barang impor yang dibawanya kepada pejabat Bea dan Cukai dengan mengisi form Customs Declaration (CD/Form BC 2.2). Dalam peraturan ini penumpang yang membawa barang impor dalam jumlah tertentu yang bukan merupakan barang dagangan diberikan pembebasan bea masuk. Hal ini berbeda dengan peraturan sebelumnya yang menyebutkan pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Peraturan ini tidak menyebutkan 2

pembebasan pajak dalam rangka impor karena pemberian pembebasan pungutan pajak dalam rangka impor diatur dalam ketentuan bidang perpajakan. Fasilitas pajak dalam rangka impor atas barang bawaan penumpang diberikan berdasarkan Undang-undang nomor 17 tahun 2000 jo. Nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan, yang telah diubah terakhir dengan Undangundang Nomor 36 Tahun 2008; dan Undang-undang nomor 42 tahun 2009 jo. Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Pelaksanaannya diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 616/PMK.03/2004 tentang Perubahan atas KMK No. 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan PPN dan PPn.BM atas impor barang kena pajak yang dibebaskan dari pungutan bea masuk; dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain. Ketentuan pembebasan pajak-pajak impor atas barang penumpang masing-masing ditetapkan dalam pasal 2 ayat (3) huruf i; dan pasal 3 ayat (1) angka 9. Fasilitas pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor (PPN, PPn.BM, PPh pasal 22 impor) yang diberikan terhadap barang pribadi penumpang adalah barang-barang dengan nilai paling banyak FOB USD 250,00 per orang; atau paling banyak FOB 1000,00 per keluarga. Contoh: Satu keluarga yang terdiri dari 5 orang diberikan fasilitas pembebasan pungutan impor hingga FOB USD 1000,00; sedangkan 1 keluarga yang terdiri dari 3 orang diberikan fasilitas pembebasan pungutan impor hingga FOB USD 750,00. 3

Selain fasilitas pungutan impor tersebut terhadap barang pribadi penumpang yang berupa barang kena cukai, diberikan pembebasan bea masuk, pajak dalam rangka impor, dan cukai untuk setiap orang dewasa dengan jumlah paling banyak 200 batang sigaret, atau 25 batang cerutu, atau 100 gram tembakau iris/hasil tembakau lainnya (dalam hal lebih dari satu jenis fasilitas pembebasan diberikan setara dengan perbandingan per jenis hasil tembakau tersebut; dan juga 1 liter minuman mengandung etil alkohol. Ketentuan mengenai pembawaan barang kena cukai yang merupakan barang pribadi penumpang, tidak boleh melebihi jumlah dalam ketentuan tersebut diatas. Kelebihan barang kena cukai akan disita untuk dimusnahkan. Hal ini sesuai ketentuan dalam undang-undang cukai, bahwa barang kena cukai hanya dapat diimpor oleh orang yang telah mendapat izin khusus. Isi ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 188/PMK.04/2010 tersebut nyaris sama materinya dengan ketentuan pembawaan barang impor sebelumnya yang sudah dicabut. Namun pada ketentuan yang baru ini diberikan penegasan mengenai barang dagangan. Barang bawaan penumpang yang berupa barang dagangan tidak diberikan fasilitas pembebasan bea masuk dan pungutan impor lainnya, tanpa melihat jumlah maupun jenis barangnya. Hal ini untuk menjaga prinsip keadilan dalam suatu peraturan. Semua barang dagangan tanpa melihat cara importasinya diberlakukan ketentuan umum penyelesaian formalitas pabean dibidang impor. Sedangkan kegiatan impor dapat dilakukan melalui berbagai cara, baik melalui cargo, barang kiriman (melalui pos maupun perusahaan jasa titipan), barang penumpang, maupun barang yang dibawa oleh pelintas batas. 4

Kategori Barang Penumpang Barang yang dibawa oleh penumpang dibagi menjadi 2 kategori, yaitu barang (baik baru maupun bekas) yang dibawa oleh penumpang dalam jumlah yang wajar diperlukan oleh orang yang bepergian; dan barang yang dibawa oleh penumpang yang berupa barang dagangan. Sedangkan barang yang dibawa oleh penumpang selain barang dagangan dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: barang keperluan pribadinya selama dalam perjalanan/kepergiannya; dan barang-barang lainnya yang bukan merupakan keperluan dalam perjalanan. Barang Pribadi Penumpang Barang keperluan dalam perjalanan. Pembebasan BM dan PDRI. Barang bawaan lainnya. Pembebasan BM dan PDRI s.d fob USD 250, /orang atau USD 1000, / keluarga, dan jumlah tertentu BKC. Barang dagangan. Bayar BM dan PDRI, tanpa melihat jlh brg. Terhadap barang keperluan pribadi selama dalam perjalanan atau kepergiannya ke luar negeri, diberikan pembebasan bea masuk dan pajak-pajak dalam rangka impor; barang ini dapat berupa pakaian yang digunakan seharihari dan perlengkapannya, perhiasan pribadi, kamera foto, telepon sellular, laptop komputer, kalkulator dan barang-barang sejenis yang digunakan dalam perjalanan. 5

Apabila penumpang membawa barang keperluan pribadinya diluar kelaziman, baik dari sudut jumlah maupun nilainya, dan barang tersebut akan dibawa kembali keluar daerah pabean, maka penumpang tersebut dapat menggunakan fasilitas impor sementara yang dibawa oleh penumpang. Contoh: seorang penumpang sebagai tenaga ahli dari Korea datang ke Indonesia dengan membawa peralatan untuk pengujian mesin yang baru dipasang. Peralatan tersebut akan dibawa kembali ke Korea setelah selesai digunakan di Indonesia. Atas barang tersebut diberikan pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Selanjutnya terhadap barang-barang yang bukan merupakan keperluan dalam perjalanan apabila nilai barang yang dibawanya melebihi jumlah FOB USD 250,00 per orang; atau FOB 1000,00 per keluarga, atas kelebihan tersebut dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Contoh barang yang termasuk dalam kategori ini adalah: perhiasan yang dibawa sebagai oleh-oleh, laptop dan telepon selular yang masih dalam kemasannya, dan sebagainya yang merupakan barang-barang bukan keperluan dalam perjalanannya. Seorang penumpang dari luar negeri yang membawa sebuah tas wanita seharga FOB USD 300,00 sebagai oleh-oleh untuk keluarganya harus mengisi form pemberitahuan berupa Customs Declaration (Form BC 2.2) dan menyampaikannya kepada pejabat Bea dan Cukai. Pihak pabean akan menetapkan tarif dan nilai pabeannya berdasarkan data yang ada padanya, misalnya CIF USD 330,00 maka nilai barang yang dikenakan bea masuk adalah sebesar USD 330,00 250,00 = USD 80,00 6

Namun apabila barang penumpang tersebut merupakan barang dagangan, misalnya untuk dijual di tokonya, maka atas barang dagangan tersebut dikenakan bea masuk penuh, dalam hal ini nilai barang yang dikenakan bea masuk adalah sebesar USD 330,00. Konsekwensi pungutan impor selain bea masuk juga dipungut PPN, PPn.BM. dan PPh pasal 22 impor. Kasus-kasus yang sering terjadi pada pembawaan barang dagangan oleh penumpang antara lain dengan menggunakan modus barang pribadi penumpang. Contoh: Perhiasan berupa kalung, cincin, dan gelang yang dipakai oleh penumpang merupakan barang pribadi keperluan penumpang. Dalam hal penumpang tersebut mempunyai toko perhiasan yang barangnya berupa barang impor, dan pembawaannya dilakukan dengan cara dibawa sendiri oleh penumpang, walaupun perhiasan tersebut dipakai tetap dikategorikan sebagai barang dagangan, dan dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor. Lain halnya jika barang pribadinya karena suatu kebutuhan dijual. Karena orang boleh saja menjual barangnya sendiri. Dengan demikian jelas bahwa ketentuan pembawaan barang penumpang yang baru memperjelas pemisahan kategori barang penumpang tersebut, dan tetap memfasilitasi penumpang sambil memberikan kepastian hukum. Kewajiban mengisi Customs Declaration Sudah menjadi hukum alam bahwa orang tidak suka diperiksa. Begitu juga yang terjadi pada penumpang yang baru tiba dari luar negeri. Penumpang cenderung tidak mau memberitahukan barang yang dibawanya dengan berbagai alasan. Namun tindakan menyembunyikan barang dari pengawasan pabean 7

dapat berakibat sanksi pidana. Disini sering terjadi salah persepsi antara penumpang dan aparat pabean. Perbuatan menyembunyikan berbeda dengan perbuatan tidak menyampaikan pemberitahuan pabean. Penumpang mungkin tidak mengerti cara mengisi Customs Declaration (CD/Form BC 2.2), atau bahkan tidak bisa menulis huruf latin. Dengan persyaratan tertentu pemberitahuan dapat dilakukan secara lisan. Adakalanya penumpang juga tidak mengerti mana jalur merah dan mana jalur hijau. Ada kecenderungan mereka mengikutim penumpang lainnya yang keluar lebih dulu. Lain halnya jika penumpang berusaha menyimpan barang agar tidak ketahuan, seperti menyimpan barang dalam dinding koper yang dijahit, mencampur perhiasan dalam permen, menyembunyikan barang dalam tongkat yang berrongga, dan sebagainya. Perbuatan menyembunyikan barang dari pengawasan pabean dapat berakibat pengenaan sanksi pidana. Secara umum kewajiban seorang penumpang yang datang dari luar daerah pabean (luar negeri) meliputi hal-hal: menyampaikan pemberitahuan (CD), membayar bea masuk dan PDRI (jika timbul kewajiban membayar), mengisi form BC 3.2 (dalam hal membawa uang dalam bentuk cash dengan jumlah nominal setara dengan IDR 100.000.000,00 -(seratus juta rupiah) atau lebih. Penggunaan dokumen Pemberitahuan Impor Barang Khusus (PIBK/Form BC 2.1) diberlakukan atas barang bawaan penumpang yang dikategorikan sebagai barang dagangan. Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 188/PMK.04/2010 yang dimaksud dengan barang dagangan adalah barang yang menurut jenis, sifat dan jumlahnya tidak wajar untuk keperluan pribadi, diimpor untuk diperjualbelikan, barang contoh, barang yang akan digunakan sebagai 8

bahan baku atau bahan penolong untuk industri, dan/atau barang yang akan digunakan untuk tujuan selain pemakaian pribadi. Barang yang tiba tidak bersama penumpang Barang pribadi penumpang lazimnya tiba bersama penumpang yang bersangkutan. Namun adakalanya barang pribadi penumpang tersebut karena sesuatu hal tiba sebelum maupun sesudah kedatangan penumpang. Contoh: Turis asing yang barangnya terbawa ke pelabuhan lain sehingga barang tersebut baru diambil beberapa hari kemudian; atau barangnya dikirim terlebih dahulu sebelum kedatangannya. Peraturan yang berlaku menetapkan bahwa barang pribadi penumpang yang tiba sebelum atau setelah kedatangan penumpang diperlakukan sebagai barang yang tiba bersama penumpang, rambu-rambunya adalah sebagai berikut: - Untuk penumpang yang menggunakan sarana pengangkut laut paling lama 30 hari sebelum kedatangan penumpang, atau 60 hari setelah kedatangan penumpang. - Untuk penumpang yang menggunakan sarana pengangkut udara paling lama 30 hari sebelum kedatangan penumpang, atau 15 hari setelah kedatangan penumpang. Penyelesaian atas barang penumpang yang tiba sebelum atau sesudah kedatangan penumpang diselesaikan dengan mengisi CD, disertai bukti kepemilikan berupa baggage tag, tiket pesawat/boarding pass dan passport. Biasanya barang-barang tersebut terdaftar sebagai barang Lost and Found. Namun apabila barang dimaksud terdaftar didalam manifest kapal/sarana 9

pengangkut, penyelesaiannya dilakukan dengan mengajukan Pemberitahuan Impor Barang Khusus (PIBK/Form BC 2.1). Begitu juga terhadap barang penumpang yang dikategorikan sebagai barang dagangan, penyelesaiannya dilakukan dengan menggunakan PIBK. Ekspor barang penumpang Peraturan mengenai pembawaan barang penumpang tidak mengatur mengenai pembawaan barang ke luar negeri. Terhadap penumpang yang akan berangkat ke luar negeri tidak wajib menyampaikan pemberitahuan pabean, kecuali jika penumpang membawa uang dalam jumlah lebih dari seratus juta rupiah (wajib mengisi Form BC 3.2); dan jika penumpang membawa barang yang terkena pungutan bea keluar melebihi nilai IDR 2.500.000,00 (wajib mengisi form pembayaran bea keluar). Kadang-kadang ada penumpang yang membawa barang bawaan pada kepergiannya ke luar negeri di luar kelaziman yang perlu diberitahukan kepada pihak pabean. Walaupun pemberitahuan ekspor barang penumpang bukan merupakan kewajiban, namun perlu adanya dokumen pemberitahuan ekspor barang penumpang yang bersifat optional, artinya dapat digunakan jika diperlukan. Hal ini perlu untuk memfasilitasi kebutuhan penumpang sehingga dapat terhindar dari pengenaan sanksi. Contoh: penumpang yang membawa barang yang termasuk dalam kategori larangan dan pembatasan; barang yang akan diimpor kembali pada saat kepulangannya; barang yang terkena pungutan bea keluar. 10

Penutup Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 188/PMK.04/2010 pada prinsipnya merupakan penegasan dari peraturan sebelumnya yang mengatur mengenai barang penumpang. Penekanan pada peraturan yang baru ini adalah pada kategori barang dagangan. Tidak ada penambahan beban bagi penumpang, sebaliknya lebih pada kepastian hukum dan mengkondisikan perdagangan yang fair. Untuk mempermudah pelaksanaannya peraturan menteri tersebut mengamanatkan adanya suatu peraturan pelaksanaan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai. Peraturan pelaksanaannya hendaknya memberikan penjelasan lebih lanjut hal-hal yang tidak diatur dalam peraturan menteri. Antara lain penjelasan mengenai pembebasan bea masuk dan pajak dalam rangka impor (peraturan Menteri Keuangan yang baru tidak secara spesifik menyebutkan pembebasan pajak dalam rangka impor), barang keperluan dalam perjalanan dan barang lainnya, serta barang dagangan; penyampaian pemberitahuan secara lisan; cara perhitungan bea masuk dan pajak dalam rangka impor; pemusnahan barang kena cukai; dan petunjuk pelaksanaan lain yang berkaitan dengan pelayanan dan pengawasan. Perlu juga diatur berkaitan dengan barang penumpang yang dikategorikan sebagai barang dagangan, sebaiknya ditetapkan sampai jumlah berapa pemberitahuan harus menggunakan PIBK (Pemberitahuan Impor Barang Khusus/BC 2.1). Selanjutnya terhadap pembawaan barang ke luar negeri oleh penumpang hendaknya diakomodasikan dengan menyediakan form pemberitahuan pabean yang bersifat optional, sebaiknya menggunakan form CD yang dimodifikasi. 11

Referensi Republik Indonesia (2006). Undang-undang RI Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan. Jakarta. DJBC. Republik Indonesia (2009). Undang-undang RI Nomor 42 tahun 2009 jo. Nomor 8 tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. Republik Indonesia (2008). Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2008 jo.nomor 17 tahun 2000 jo. Nomor 7 tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan. Departemen Keuangan RI (2006), Peraturan Menteri Keuangan Nomor 616/PMK.03/2004 tentang Perubahan atas KMK No. 231/KMK.03/2001 tentang Perlakuan PPN dan PPn.BM atas impor barang kena pajak yang dibebaskan dari pungutan bea masuk. Departemen Keuangan RI (2006), Peraturan Menteri Keuangan Nomor 154/PMK.03/2010 tentang Pemungutan Pajak Penghasilan pasal 22 sehubungan dengan pembayaran atas penyerahan barang dan kegiatan di bidang impor atau kegiatan usaha di bidang lain. Departemen Keuangan RI (2006), Peraturan Menteri Keuangan Nomor 188/PMK.04/2010 tentang Impor Barang Yang Dibawa Oleh Penumpang, Awak Sarana Pengangkut, Pelintas Batas, dan Barang Kiriman. World Customs Organization, WCO, 1999; Kyoto Convention, Konvensi Internasional tentang Penyederhanaan dan Harmonisasi Prosedur Pabean. Kartadjoemena, H.S.; GATT & WTO, Sistem dan Lembaga Internasional dibidang Perdagangan, UI-Press,1995.