BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Annisa Octavia Koswara, 2015

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

2015 PENERAPAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek yakni,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya, belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. empat aspek, yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar menuntut seseorang untuk berpikir ilmiah dan mengungkapkan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Bahasa juga pada umumnya digunakan untuk menyampaikan perasaan,

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan dan intelektual, sosial,

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berlangsung tanpa kehadiran bahasa. Bahasa sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penguasaan kemampuan berbahasa Indonesia sangat penting sebagai

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran terpenting

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ema Rosalita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam penerapan pendekatan, metode, dan teknik dalam pengajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB 1 PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Kurikulum Pendidikan (KTSP) merupakan penyempurna

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. Sari Pertiwi, 2014 EFEKTIVITAS MODEL SINEKTIK DENGAN MEDIA FILM PENDEK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Nasional/Negara yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. deskripsi, eksposisi, argumentasi, proposal, surat resi, surat dinas, rangkuman,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan (dalam PLPG, 2009: 28) Menulis atau mengarang adalah. wacana yang kemudian dileburkan menjadi tulisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak,

BAB 1 PENDAHULUAN. pengetahuan yang dimilikinya untuk diketahui oleh orang lain. Kemampuan

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran dalam Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa dalam berkomunikasi baik secara lisan maupun tulis. Penggunaan bahasa

I. PENDAHULUAN. bahan kajian bahasa Indonesia diarahkan kepada penguasaan empat keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Menulis cerpen merupakan kegiatan ekspresi sastra yang perlu diajarkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia mencakup empat keterampilan berbahasa,

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN. tidak langsung dan juga suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pengertian yang diutarakan oleh Chaer (2008:32), bahwasanya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

Nikke Permata Indah Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. itu, dalam UU RI No. 20, Tahun 2003 menjelaskan bahwa pendidikan berfungsi

BAB 1 PENDAHULUAN. itu, suatu pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang diterapkan oleh pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Liestia Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar merupakan pembelajaran

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra mengandung pesan moral tinggi, yang dapat menjadi

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB 1 PENDAHULUAN. Delia Nurjanah, 2014 PENINGKATAN PEMBELAJARAN MENULIS CERPENMELALUI PENDEKATAN SAINTIFIKDENGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MENULIS KARANGAN NARASI

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipungkiri, karena pembelajaran tidak akan berhasil tanpa adanya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. penilaian guru tidak dapat mengetahui kemampuan peserta didik menerima

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sebagai alat komunikasi yang paling utama. Bahasa dibagi

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Keterampilan menulis cerita pendek masih menjadi sesuatu hal yang sulit untuk siswa. Menulis cerita pendek merupakan satu keterampilan yang membutuhkan keterampilan lain untuk menunjangnya, di antaranya keterampilan berbahasa. Menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting. Sebagai seorang pelajar tentunya keterampilan menulis perlu dimiliki terutama dalam menulis cerita pendek. Menulis cerita pendek merupakan pembelajaran bahasa Indonesia di jenjang sekolah menengah. Menulisnya tentu membutuhkan daya imajinasi dan kreativitas yang beragam pada setiap siswa. Siswa yang senang membaca maka ia memiliki banyak wawasan sehingga untuk menuangkan idenya lewat tulisan menjadi mudah. Begitu juga dengan siswa yang senang menyimak dan berbicara. Namun, kenyataannya di lapangan saat ini tidak seperti itu. Rendahnya motivasi siswa terutama dalam mempelajari sastra khususnya cerita pendek terlihat sekali pada saat pembelajaran menulis cerita pendek maupun dalam kegiatan membaca cerita pendek itu sendiri. Teks cerita pendek ini akan menjadi materi pelajaran untuk siswa kelas XI pada kurikulum 2013. Dengan KD (Kompetesi Dasar) 4.2 yaitu memproduksi teks cerita pendek, yang koheren sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat baik secara lisan maupun tulisan. Menurut Kosasih (2014, hlm. 111) cerita pendek (cerpen), yakni cerita yang menurut wujudnya berbentuk pendek. Ukuran panjang pendeknya suatu cerita memang relatif. Namun, pada umumnya cerita pendek merupakan cerita yang habis di baca sekitar sepuluh menit atau setengah jam. Jumlah katanya sekitar 500-5000 kata, karena itu cerita pendek sering diungkapkan dengan cerita yang dapat dibaca dalam sekali duduk. Tetapi menurut Sobandi (2014, hlm. 1) cerpen atau cerita pendek adalah karangan prosa yang pendek. Dikatakan pendek karena cerpen hanya berisi satu masalah. Satu masalah tersebut merupakan satu bagian kehidupan tokoh (tidak mengalami perubahan

2 nasib) dan hanya menampilkan perwatakan tokoh secara kilas. Namun, menurut Sumardjo dan Saini (1988, hlm. 37) menyimpulkan bahwa cerpen adalah cerita atau narasi (bukan analisis argumentatif) yang fiktif (tidak benar-benar telah terjadi tetapi dapat terjadi di mana saja dan kapan saja) serta relatif pendek. Dari ketiga pengertian yang dikemukakan oleh para ahli dapat ditegaskan bahwa cerita pendek adalah cerita atau narasi yang fiktif berisi satu masalah bisa dibaca sekitar sepuluh menit atau setengah jam dengan jumlah katanya sekitar 500-5000 kata. Apabila siswa sering membaca cerita pendek, maka akan membantu untuk memudahkan siswa menulis cerita pendek hasil karyanya sendiri dengan mengetahui struktur dan unsur cerita pendek tersebut sehingga penulisannya terarah. Sebaliknya banyak siswa yang gemar membaca tetapi ketika diberi tugas untuk menulis ia menjadi tidak terarah dalam menulis cerita pendek. Padahal, materi ajar mengenai cerita pendek ini sudah tidak asing lagi di kalangan para siswa, bahkan materi ajar cerita pendek ini sudah ada dan diajarkan pada kurikulum sebelumnya. Siswa kesulitan untuk menuangkan ide ke dalam bentuk tulisan sehingga banyak tulisan siswa dalam genre apapun hasilnya tidak memuaskan atau di bawah KKM. KKM pelajaran bahasa Indonesia di SMAN 1 Lembang adalah 68. Peneliti melakukan wawancara terhadap siswa SMAN 1 Lembang untuk mengetahui masalah, terutama dalam pembelajaran yang sedang terjadi di kelas. Masalah yang terjadi ketika dalam pembelajaran biasanya siswa tidak terlalu mempedulikan sedang belajar tentang apa dan tidak adanya semangat dalam pembelajaran tersebut, jadi hanya sekedar ada di kelas dan mengikutinya saja. Pembelajaran di kelas kurang memberikan siswa berpikir aktif dan tidak ada variasi salah satunya adalah keterampilan menulis yang dinilai hanya sekedar kemauan siswa untuk menulis terutama menulis cerita pendek guru tidak mengetahui kemampuan siswa yang sebenarnya, dan penulisan struktur, unsur instrinsiknya juga jarang diperhatikan. Peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru SMAN 1 Lembang untuk mengetahui metode pembelajaran yang sering digunakan di kelas, karena yang sangat

3 mempengaruhi adalah penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru tidak bisa menumbuhkan minat siswa untuk menulis. Selain itu, masih minimnya pemanfaatan media khususnya dalam meningkatkan kemampuan menulis. Keterampilan menulis merupakan keterampilan yang membutuhkan latihan terus-menerus sampai akhirnya siswa tersebut terbiasa untuk menulis. Maka pembelajaran menulis ini sangat membutuhkan metode yang tepat dan menyenangkan. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyuguhkan sebuah metode pembelajaran yang menuntut siswa berpikir untuk belajar menulis teks cerita pendek. Metode tersebut adalah metode probing prompting learning dengan media film. Metode ini digunakan dalam pembelajaran menulis cerita pendek, karena di dalamnya mengajak siswa agar berpikir aktif untuk mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajarinya. Huda (2014, hlm. 281) dalam bukunya dapat disimpulkan probing prompting learning adalah pembelajaran yang menyajikan pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali gagasan siswa untuk berpikir mengaitkan pengetahuan dan pengalaman siswa dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Penelitian sebelumnya mengenai menulis cerita pendek dengan menggunakan metode penelitian tindakan kelas juga menunjukkan peningkatan kemampuan siswa dalam menulis cerita pendek. Salah satu contohnya ialah skripsi yang berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Cerita Pendek dengan Metode Hypnoteaching oleh Siti Aisyah (1002694). Penelitian ini berhasil meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek siswa dengan dua siklus terlihat peningkatan hasil di setiap siklusnya. Siklus 1 adalah 70,2 dan siklus 2 adalah 85,3. Skripsi selanjutnya yang meneliti tentang kemampuan menulis cerita pendek melalui pendekatan dengan media penelitian tindakan kelas ialah Peningkatan Pembelajaran Menulis Cerpen melalui Pendekatan Saintifik dengan Media Gambar dan Teknik Transformasi oleh Delia Nurjanah (1000956). Penelitian ini berhasil meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek dengan media gambar seri

4 dengan dua siklus terlihat peningkatan hasil disetiap siklusnya. Siklus 1 adalah 83 dan siklus 2 adalah 85,04. Penelitian yang relevan dengan metode probing prompting learning telah dilakukan oleh Fajar Gumelar (1006389) yang berjudul Keefektifan Metode Probing Prompting Learning dalam Pembelajaran Menulis Argumentasi (Eksperimen Kuasi terhadap Siswa Kelas XI SMA Kartika XIX-2 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014). Penelitian ini diperoleh hasil yang signifikan antara kemampuan menulis argumentasi siswa sebelum dan sesudah menggunakan metode pembelajaran probing prompting learning. Berbeda dengan media dan metode penelitian sebelumnya. Peneliti sebelumnya menggunakan metode probing prompting learning, yang sangat erat kaitannya dengan pertanyaan yaitu menggunakan metode penelitian eksperimen kuasi dalam pembelajaran menulis argumentasi sedangkan peneliti menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan menulis cerita pendek. Untuk dapat menulis dengan baik siswa tidak hanya dituntut untuk sekedar menulis cerita pendek tapi menjadi terarah dalam penulisannya. Probing prompting learning ini akan memberikan pengalaman yang cukup mengenai cerita pendek sehingga menumbuhkan siswa untuk menulis cerita pendek. Selain itu, penelitian ini muncul karena belum ada yang meneliti peningkatan metode probing prompting learning dalam pembelajaran teks cerita pendek melalui media film. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan batasan masalah yang telah diidentifikasi, dapat dirumuskan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek dengan metode probing prompting learning melalui media film di kelas XI Mia 1 SMA Negeri 1 Lembang? 2. Bagaiman proses pembelajaran menulis cerita pendek dengan metode probing prompting learning melalui media film di kelas XI Mia 1 SMA Negeri 1 Lembang?

5 3. Bagaimana hasil pembelajaran menulis cerita pendek dengan metode probing prompting learning melalui media film di kelas XI Mia 1 SMA Negeri 1 Lembang? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan: 1) perencanaan pembelajaran menulis cerita pendek dengan metode probing prompting learning melalui media film di kelas XI Mia 1 SMA Negeri 1 Lembang; 2) proses pembelajaran menulis cerita pendek dengan metode probing prompting learning melalui media film di kelas XI Mia 1 SMA Negeri 1 Lembang; 3) hasil pembelajaran menulis cerita pendek dengan metode probing prompting learning melalui media film di kelas XI Mia 1 SMA Negeri 1 Lembang. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dilihat dari beberapa aspek yang berikut. 1. Segi Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman bagi penulis dalam upaya penulisan cerita pendek. 2. Segi Kebijakan Penelitian ini diharapkan dapat menimbulkan kebijakan baru bagi pihak-pihak tertentu, khususnya guru-guru yang mengajar di sekolah untuk memaksimalkan pembelajaran bahasa Indonesia dalam materi ajar menulis cerita pendek. 3. Segi Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat-manfaat berikut.

6 a. Bagi peneliti, dapat menambah dan memperluas wawasannya tentang metode probing prompting learning melalui media film dalam menulis cerita pendek. b. Bagi siswa, khususnya para siswa dapat memperbaiki menulis cerita pendeknya dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar. c. Bagi guru, sebagai wawasan yang dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan metode, strategi atau teknik pembelajaran pada masa yang akan datang. d. Bagi sekolah, dapat menambah literatur hasil penelitian dalam memperkaya perpustakaan sekolah. Selain itu dapat dijadikan dasar pembinaan bagi para siswa dalam penulisan cerita pendek. 1.5 Struktur Organisasi Skripsi Skripsi ini terdiri dari lima bab, yaitu Bab I yang berisi uraian tentang pendahuluan dan merupakan awal skripsi. Pendahuluan berisi latar belakang yang menggambarkan permasalahan yang diangkat dalam penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II kajian pustaka yaitu penelitian ini akan disajikan teori-teori yang mendukung selama proses penelitian. Bab III metodelogi penelitian yang berisi penjabaran rinci terhadap penelitian yang menggunakan metode probing prompting learning melalui media film dalam penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dilakukan di SMAN 1 Lembang kelas XI. Instrumen yang digunakan adalah observasi, angket, jurnal, catatan lapangan dan tes. Data hasil penelitian kemudian dianalisis. Bab IV temuan dan pembahasan yang akan disajikan beberapa temuan dari hasil penelitian sekaligus menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan dalam rumusan masalah tentang cerita pendek dengan metode probing prompting learning melalui media film. Bab V yang berisi simpulan, saran yaitu menarik suatu simpulan dari hasil penelitian, kemudian saran dari hasil penelitian bagi guru dan peneliti yang akan membahas topik yang sama, kekurangan dan kelebihan yang nanti bisa diterapkan bagi penelitian selanjutnya.