2012, No e. bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas, dan sebagai pelaksanaan Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Horti

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG

2013, No dengan perkembangan keadaan sehingga harus diubah; (3) bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b p

Formatted: Bottom: 1.6" Formatted: Tab stops: 6.69", Left

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 76/Permentan/OT.140/12/2012 TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PRODUK UNGGULAN HORTIKULTURA

CUPLIKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2012

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

2011, No Negara/Lembaga pada Tahun Anggaran 2011 yang tidak sepenuhnya melaksanakan anggaran belanja Tahun Anggaran 2010 diatur oleh Pemerintah;

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/Permentan/OT.210/3/2014 TENTANG PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka pencapaian ketahanan pangan nasional, Pemerintah terus berupaya

2 tentang Fasilitasi Biaya Operasional Kesatuan Pengelolaan Hutan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (Lembaran Negara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 81/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS TATA CARA ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR : P.20/MenLHK-II/2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.29/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 77/Permentan/OT.140/12/2012

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBIAYAAN PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11/Permentan/OT.140/3/2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG INSENTIF PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG

2016, No menetapkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang Penetapan Lahan Pertanian Pangan Berkelan

RENCANA KINERJA TAHUNAN (RKT) DIREKTORAT PERLUASAN DAN PENGELOLAAN LAHAN TA. 2013

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 31 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 07/Permentan/OT.140/2/2009 TENTANG PEDOMAN PENILAIAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.27/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/Permentan/PD.200/6/2014 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA BUDIDAYA HORTIKULTURA

2 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4377); 3. Undang-Un

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.41/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 26/Permentan/OT.140/2/2007 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.47/MENHUT-II/2013

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 80/Permentan/OT.140/8/2013 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG BUDI DAYA HEWAN PELIHARAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. Hutan Produksi. Pelepasan.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR 26 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN HUTAN HAK MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.26/Menhut-II/2005

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 47 TAHUN 2013 TENTANG

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.28/Menhut-II/2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH TERLANTAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGHAPUSAN BARANG MILIK DAERAH BERDASARKAN PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 19 TAHUN

GUBERNUR SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN HUTAN RAKYAT

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 33/Menhut-II/2010 TENTANG TATA CARA PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 109 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105/Permentan/PD.300/8/2014 TENTANG

: POB-Layanan- Tanggal Berlaku

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun1992 Nomor

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN WILAYAH GEOGRAFIS PENGHASIL PRODUK PERKEBUNAN SPESIFIK LOKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Gubernur Jawa Barat GUBERNUR JAWA BARAT,

2 kenyataannya masih ada, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; c. bahwa ha

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

Gubernur Jawa Barat DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 63 TAHUN 2009 TENTANG SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGENDALIAN DAN REHABILITASI LAHAN KRITIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 bidang pertanian secara transparan, terukur, perlu menetapkan syarat, tata cara, dan standar operasional prosedur dalam pemberian rekomendasi teknis

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR : 79 Tahun 2014 NOMOR : PB.3/Menhut-11/2014 NOMOR : 17/PRT/M/2014 NOMOR : 8/SKB/X/2014 TENTANG

No.1374, 2014 KEMENTAN. Calon Kebun Sumber Benih. Sertifikasi Benih. Evaluasi Kebun Sumber Benih. Teh. Standar Operasional Prosedur.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 72/Permentan/OT.140/10/2011 TENTANG PEDOMAN FORMASI JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: P.25/Menhut -II/2014 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DI KABUPATEN KENDAL

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. P.47/Menhut -II/2010 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 61 TAHUN 2010 TENTANG

Transkripsi:

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.974, 2012 KEMENTERIAN PERTANIAN. Fungsi Lahan. Hortikultura. Perlindungan. Peningkatan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58/Permentan/OT.140/9/2012 TENTANG PERLINDUNGAN, PEMELIHARAAN, PEMULIHAN, SERTA PENINGKATAN FUNGSI LAHAN BUDIDAYA HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hortikultura merupakan komoditas yang memiliki potensi untuk dijadikan lapangan kerja, pendapatan masyarakat, dan memperoleh devisa; b. bahwa Indonesia sebagai negara agraris perlu menjamin penyediaan lahan budidaya hortikultura secara berkelanjutan sebagai sumber pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan dengan mengedepankan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, dan kemandirian, serta dengan menjaga keseimbangan, kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional; c. bahwa untuk mengembangkan komoditas hortikultura sesuai dengan kebutuhan perlu adanya jaminan ketersediaan lahan budidaya hortikultura nasional, provinsi maupun kabupaten/kota yang sesuai dengan agroekosistemnya; d. bahwa lahan budidaya hortikultura perlu dilindungi, dipelihara, dipulihkan dan ditingkatkan fungsi budidayanya;

2012, No.974 2 e. bahwa atas dasar hal-hal tersebut di atas, dan sebagai pelaksanaan Pasal 16 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura, dipandang perlu menetapkan Peraturan Menteri Pertanian tentang Perlindungan, Pemeliharaan, Pemulihan, Serta Peningkatan Fungsi Lahan Budidaya Hortikultura; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5068); 3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5170); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2010 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Fungsi Kawasan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5097); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5098); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 138, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5172); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

3 2012, No.974 10. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II; 11. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 12. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/ 10/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PERLINDUNGAN, PEMELIHARAAN, PEMULIHAN, SERTA PENINGKATAN FUNGSI LAHAN BUDIDAYA HORTIKULTURA. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan : 1. Lahan Budidaya Hortikultura adalah lahan bidang pertanian untuk hortikultura yang dilindungi dan dikembangkan secara konsisten berupa lahan terbuka dan lahan tertutup yang menggunakan tanah. 2. Budidaya Hortikultura adalah kegiatan bercocok tanam tanaman hortikultura pada tanah dan/atau media tanam lainnya dalam ekosistem yang sesuai dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi. 3. Kawasan Hortikultura adalah hamparan sebaran-usaha-hortikultura yang disatukan oleh faktor pengikat tertentu baik faktor alamiah, sosial budaya maupun faktor infrastruktur fisik buatan. 4. Perlindungan Lahan Budidaya Hortikultura adalah upaya menjaga dan mempertahankan agar lahan tetap berfungsi sesuai peruntukkannya. 5. Pemeliharaan Lahan Budidaya Hortikultura adalah pengelolaan lahan agar fungsi dan kualitas lahan dapat dipertahankan. 6. Pemulihan Lahan Budidaya Hortikultura adalah pengelolaan lahan agar fungsi dan kualitas lahan yang sudah menurun dapat dikembalikan. 7. Peningkatan Fungsi Lahan Budidaya Hortikultura adalah pengelolaan lahan agar fungsi dan kualitas lahan semakin baik. www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.974 4 8. Ruang Terbuka Hijau yang selanjutnya disebut RTH adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara alamiah maupun yang sengaja ditanam. 9. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan Pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 10. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 11. Dinas adalah dinas yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi di bidang pengembangan hortikultura. Pasal 2 (1) Peraturan ini dimaksudkan sebagai dasar pelaksanaan perlindungan, pemeliharaan, pemulihan, serta peningkatan fungsi lahan budidaya hortikultura. (2) Peraturan ini bertujuan untuk meningkatkan pendayagunaan lahan hortikultura melalui perlindungan, pemeliharaan, pemulihan dan peningkatan fungsi lahan budidaya hortikultura secara berkelanjutan. Pasal 3 Ruang Lingkup Peraturan ini meliputi : a. Lahan Budidaya Hortikultura; b. Perlindungan Lahan Budidaya Hortikultura; c. Pemeliharaan Lahan Budidaya Hortikultura; d. Pemulihan Lahan Budidaya Hortikultura; dan e. Peningkatan Fungsi Lahan Budidaya Hortikultura. BAB II LAHAN BUDIDAYA HORTIKULTURA Pasal 4 (1) Lahan dapat ditetapkan sebagai Lahan Budidaya Hortikultura harus sesuai dengan agroekosistem hortikultura. (2) Agroekosistem sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi kesesuaian lahan, iklim, sosial ekonomi, dan lingkungan. Pasal 5 (1) Lahan hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dibedakan menjadi lahan terbuka dan lahan tertutup.

5 2012, No.974 (2) Lahan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa tanah dan media tumbuh lainnya. (3) Media tumbuh lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi agar-agar, air yang diperkaya dengan nutrisi, serbuk gergaji, cocopeat, sabut kelapa, dan arang. Pasal 6 Lahan hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 berupa lahan sentra produksi yang ada dan potensial dikembangkan. BAB III PERLINDUNGAN LAHAN BUDIDAYA HORTIKULTURA Pasal 7 (1) Lahan Budidaya Hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 dilakukan perlindungan melalui pemetaan. penetapan kawasan hortikultura dalam Rencana Tata Ruang Wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota.pasal 8 (1) Pemetaan lahan budidaya hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 dilakukan dengan cara inventarisasi dan identifikasi. (2) Inventarisasi dan identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) antara lain data dan informasi: a. lokasi; a.b. b.c. c.d. d.e. rata-rata luas kepemilikan per orang; komoditas, varietas, dan karakteristik produk; luas areal; populasi jumlah pohon; f. pola tanam; g. cemaran lahan; h. teknologi budidaya; e.i. jenis OPT, sarana dan teknologi pengendalian OPT; f.j. konservasi tanah dan air; g.k. h.l. sarana dan prasarana pendukungnya; penanganan panen dan pasca panen; m.petani dan kelembagaannya; i.n. j.o. kemitraan; dan/atau pemasaran. Formatted: Space Before: 6 pt, After: 6 pt, Line spacing: single, No bullets or numbering, No widow/orphan control, Tab stops: 0 cm, Left + Not at 0,95 cm Formatted: Font: 13 pt Formatted: Indent: Hanging: 0,27 cm, Space Before: 6 pt, After: 6 pt, Line spacing: single, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Indent at: 1,27 cm, No widow/orphan control, Tab stops: 1 cm, Left + 1,65 cm, Left + Not at 1,75 cm Formatted: Indent: Hanging: 0,27 cm, Space Before: 6 pt, After: 6 pt, Line spacing: single, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Indent at: 1,27 cm, No widow/orphan control, Tab stops: 1,65 cm, Left + Not at 1,75 cm Formatted: Indent: Hanging: 0,27 cm, Space Before: 6 pt, After: 6 pt, Line spacing: single, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: a, b, c, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 0,63 cm + Indent at: 1,27 cm, No widow/orphan control, Tab stops: 1,65 cm, Left + Not at 1,75 cm

2012, No.974 6 Pasal 9 (1) Inventarisasi dan identifikasi lahan hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 digunakan sebagai dasar penyusunan kawasan hortikultura. (2) Hasil inventarisasi dan identifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diregistrasi oleh Dinas yang menyelenggarakan tugas pokok dan fungsi hortikultura di provinsi dan kabupaten/kota. Pasal 10 a. (1) Lahan hortikultura yang diregistrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 diintegrasikan ke dalam rencana tata ruang wilayah provinsi dan/atau kabupaten/kota untuk ditetapkan sebagai kawasan hortikultura dalam bentuk peta tematik. (2) Dalam hal rencana tata ruang wilayah provinsi dan/atau rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sudah ditetapkan, penetapan kawasan hortikultura diajukan pada saat dilakukan revisi tata ruang wilayah provinsi dan/atau tata ruang wilayah kabupaten/kota. Pasal 11 Pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota sesuai kewenangannya berkewajiban melindungi kawasan hortikultura yang ditetapkan dalam rencana tata ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) untuk pengembangan usaha hortikultura secara berkelanjutan. Formatted: Indent: Left: 0 cm, Hanging: 1 cm, Space Before: 4 pt, After: 4 pt, Line spacing: single, No bullets or numbering, No widow/orphan control, Tab stops: 1 cm, Left + Not at 1,75 cm Formatted: Font: 13 pt, Swedish (Sweden) Formatted: Indent: Left: 0 cm, Hanging: 1 cm, Space Before: 4 pt, After: 4 pt, Line spacing: single, No bullets or numbering, No widow/orphan control (2) Konservasi tanah dan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. (3) Konservasi tanah dan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan antara lain untuk : melindungi sumber daya lahan dan air; melestarikan sumber daya lahan dan air; mengelola kualitas lahan dan air; dan mengendalikan pencemaran. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pedoman pelaksanaan konservasi tanah dan air untuk budidaya hortikultura ditetapkan oleh Direktur Jenderal yang membidangi Hortikultura atas nama Menteri Pertanian. Formatted: Font: 13 pt Pasal 5 Penetapan kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud pada pasal 4 Auto, Not Strikethrough www.djpp.depkumham.go.id

7 2012, No.974 ayat (1) huruf b dilakukan dengan surat keputusan gubernur dan/atau bupati/walikota. (diusulkan tidak ada penetapan kawasan lagi, tetapi yang sudah ada kawasan diatur perlindungan, pemeliharaan, pemulihan dan peningkatan fungsi lahan budidaya hortikulturanya) Inventarisasi lahan hortikultura yang dimaksud pasal 4 ayat 1 a adalah memetakan sentra-sentra produksi harus memenuhi krteria sebagai pusat sentra produk hortikultura melalui : a. penyusunan peta tematik Dalam hal rencana tata ruang wilayah provinsi dan/atau rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota sudah ditetapkan, maka penetapan kawasan hortikultura diajukan pada saat dilakukan revisi tata ruang wilayah provinsi dan/atau tata ruang wilayah kabupaten/kota. Formatted: Font: 13 pt, Not Bold, Font color: Auto Auto, Not Strikethrough Formatted: Font: 13 pt, Not Bold, Font color: Auto Auto, Not Strikethrough Formatted: Font: 13 pt, Not Bold, Font color: Auto Formatted: Indent: Left: 1 cm, Hanging: 0,75 cm, Space Before: 4 pt, After: 4 pt, Line spacing: single, Numbered + Level: 2, No widow/orphan control, Tab stops: 1,75 cm, Left + Not at 0,95 cm Formatted: Font: 13 pt BAB IV PEMELIHARAAN LAHAN BUDIDAYA HORTIKULTURA Pasal 12 (1) lahan budidaya hortikultura dapat berada di luar kawasan atau dalam kawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11. (2) Lahan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dikelola dengan baik sehingga fungsi dan kualitas lahan dapat dipertahankan. Pasal 13 (1) Pengelolaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2) dilakukan dengan mempertimbangkan kelas kesesuaian lahan dan penerapan kaidah konservasi tanah dan air. (2) Pemeliharaan lahan budidaya hortikultura wajib mengikuti kaidah konservasi tanah dan air, agroekosistem, dan agroekologi. Pemeliharaan lahan budidaya hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan pada kawasan hortikultura dan/atau di luar kawasan hortikultura. Kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kawasan peruntukkan pertanian dan kawasan RTH dengan mengacu pada rencana tata ruang wilayah provinsi dan/atau rencana tata ruang wilayah kabupaten/kota (sudah dapat dilihat di dalam rencana ini). (4) Kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud pada ayat (2) memiliki ciri meliputi : Formatted: Indent: Left: 0 cm, Hanging: 1 cm, Space Before: 4 pt, After: 4 pt, Line spacing: single, Numbered + Level: 1 + Numbering Style: 1, 2, 3, + Start at: 1 + Alignment: Left + Aligned at: 1,01 cm + Indent at: 1,64 cm, No widow/orphan control Formatted: Indent: Left: 0 cm, Hanging: 1,01 cm, Space Before: 4 pt, After: 4 pt, Line spacing: single, No bullets or numbering, No widow/orphan control Formatted: Indent: Left: 0 cm, Hanging: 1,01 cm, Space Before: 4 pt, After: 4 pt, Line spacing: single, No bullets or numbering, No widow/orphan control, Tab stops: 1 cm, Left + Not at 0,95 cm Formatted: Font: 13 pt www.djpp.depkumham.go.id

2012, No.974 8 a. kesamaan agropedoklimat, b. karakteristik produk, c. penanganan pasca panen, d. teknologi dan jenis OPT dan e. sarana pendukungnya, dan/atau f. budidaya tanaman hortikultura. Konservasi tanah dan air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan antara lain untuk: a. melindungi sumber daya lahan dan air; b. melestarikan sumber daya lahan dan air; c. mengelola kualitas lahan dan air; dan a.d. mengendalikan pencemaran. Pasal 14 Pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten/kota berkewajiban memelihara Lahan Budidaya Hortikultura di luar dan di dalam kawasan hortikultura sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1). BAB V PEMULIHAN LAHAN BUDIDAYA HORTIKULTURA Pasal 15 (1) Pemulihan Lahan Budidaya Hortikultura dilakukan pada lahan hortikultura yang mengalami degradasi atau rusak. (2) Pemulihan lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui rehabilitasi dengan cara mekanik, biologi, dan kimia. Pasal 16 (1) Rehabilitasi mekanik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dilakukan dengan cara pemberian mulsa, pembuatan guludan, dan/atau terasering. (2) Rehabilitasi biologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dilakukan dengan cara pemberian pupuk organik, pupuk hayati, dan pembenah tanah. (3) Rehabilitasi kimia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dilakukan dengan cara pemberian pupuk an-organik yang berimbang. Pasal 17 Pemulihan Lahan Budidaya Hortikultura dilakukan oleh pelaku usaha Formatted: Indent: Left: 0 cm, First line: 0 cm, Space Before: 6 pt, After: 6 pt, Line spacing: single, No widow/orphan control, Tab stops: 1 cm, Left + Not at 0,95 cm www.djpp.depkumham.go.id

9 2012, No.974 dengan bimbingan dari Dinas provinsi dan kabupaten/kota sesuai kewenangannya. Pelaku usaha yang menimbulkan kerusakan lahan wajib memulihkan fungsi dan kualitas lahan yang sudah menurun. BAB VI PENINGKATAN FUNGSI LAHAN BUDIDAYA HORTIKULTURA Pasal 18 (1) Peningkatan Fungsi Lahan Budidaya Hortikultura dilakukan terhadap lahan non budidaya hortikultura. (2) Peningkatan fungsi lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mempertimbangkan agroekosistem sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4. Pasal 19 (1) Peningkatan fungsi lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (1) bertujuan untuk meningkatkan fungsi dan kualitas lahan. (2) Peningkatan fungsi lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara: a. reklamasi lahan; b. optimasi lahan hasil penertiban tanah terlantar; c. optimasi lahan Ruang Terbuka Hijau (RTH); dan/atau g.d. pemanfaatan lahan kosong di wilayah perkotaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pasal 20 Reklamasi lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf a dilaksanakan pada lahan: a. bekas tambang; a.b. bekas industri; c. akibat bencana alam; dan/atau b.d. rawa. Pasal 21 Optimasi lahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf b dilakukan melalui penertiban tanah terlantar secara terintegrasi dengan program reformasi agraria dan/atau program strategis lainnya meliputi: a. pemberian pembenah tanah; Black, Finnish (Finland) Auto, Finnish (Finland) Auto Formatted: Indent: Left: 0 cm, Space Before: 6 pt, After: 6 pt, Line spacing: single, No widow/orphan control

2012, No.974 10 b. penggunaan unit pengolah pupuk organik; c. pembuka akses jalan lahan terlantar; dan/atau d. membangun jaringan irigasi. Pasal 22 Optimasi lahan RTH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf c dilakukan melalui penanaman tanaman hortikultura pada lahan RTH. Pasal 23 Pemanfaatan lahan kosong di wilayah perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (2) huruf d dilakukan melalui penanaman tanaman hortikultura. Pasal 8 f. Peningkatan fungsi lahan budidaya hortikultura bertujuan agar fungsi dan kualitas lahan semakin baik g. Peningkatan fungsi lahan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan cara : (1) reklamasi lahan (2) optimasi lahan hasil penertiban tanah terlantar lahan terlantar (perlu dipertimbangkan penyelesaian masalah hukumnya) (3) optimasi lahan RTH (4) Pemanfaatan Lahan kosong di wilayah Perkotaan h. Reklamasi lahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a meliputi reklamasi: lahan bahan organik rendah atau < 2 %; reklamasi lahan bekas tambang; reklamasi lahan bekas industri; dan/atau reklamasi lahan rawa. i. Optimasi lahan hasil penertiban tanah terlantar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b meliputi: pembenah tanah; penggunaan Unit Pengolah Pupuk Organik; membuka akses jalan; dan/atau membangun jaringan irigasi dan atau program reforma agraria j. Optimasi lahan RTH sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, Indonesian Custom Color(RGB(31;73;125)) Custom Color(RGB(31;73;125)) Custom Color(RGB(31;73;125))

11 2012, No.974 seperti penanaman tanaman hortikultura pada lahan RTH Perkotaan. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Formatted: Space Before: 6 pt, After: 6 pt, Line spacing: single, No bullets or numbering, No widow/orphan control

2012, No.974 12 a. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Ppada Ttanggal 21 September 2012 Formatted: Font: 13 pt, Swedish (Sweden) MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA, SUSWONO Diundangkan di Jakarta Ppada Ttanggal 3 Oktober 2012 MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, AMIR SYAMSUDIN