SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN AGROINDUSTRI OPAK SINGKONG DI DESA JOLONTORO KECAMATAN SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO

dokumen-dokumen yang mirip
KERAGAAN EKONOMI USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM) PENGOLAHAN OPAK SINGKONG DI DESA TUNTUNGAN II KABUPATEN DELI SERDANG SUMATERA UTARA

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

STUDI KELAYAKAN AGROINDUSTRI GETUK GORENG DI KECAMATAN SOKARAJA KABUPATEN BANYUMAS

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

III. METODE PENELITIAN. dengan cara mengumpulkan informasi-informasi tentang keadaan nyata yang ada

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 1 Maret 2013

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September KELAYAKAN USAHATANI UBI JALAR (Ipomoea batatas L) DI LAHAN PASIR KECAMATAN MIRIT KABUPATEN KEBUMEN

ANALISIS NILAI TAMBAH, KEUNTUNGAN, DAN TITIK IMPAS PENGOLAHAN HASIL RENGGINANG UBI KAYU (RENGGINING) SKALA RUMAH TANGGA DI KOTA BENGKULU

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAYAM CABUT (AMARANTHUS TRICOLOR) SECARA MONOKULTUR DI LAHAN PEKARANGAN

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. metode penelitian yang menggambarkan atau menjelaskan kejadian-kejadian atau

III. METODE PENELITIAN. meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu sistem kondisi, suatu

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012

METODE PENELITIAN. set kondisi, suatu sistem pemikiran, atau pun suatu kelas peristiwa pada masa

PEMASARAN MINYAK KELAPA DI KABUPATEN PURWOREJO ABSTRAK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KERIPIK DAN SALE PISANG GORENG. Agus Muharam 1 )

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

ANALISIS NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI KECAP (Studi Kasus pada Pengusaha Kecap Cap Jago di Desa Cibenda Kecamatan Parigi Kabupaten Pangandaran)

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHA INDUSTRI KECIL LANTING DI KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PRODUKSI KERUPUK TEMPE DI GAMPONG SEUNEUBOK SEUMAWE KECAMATAN PEULIMBANG KABUPATEN BIREUEN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Profil Industri Rumah Tangga olahan Salak Pondoh. Kegiatan pengolahan Salak Pondoh sudah dilakukan oleh warga masyarakat

III. METODE PENELITIAN. banyak membahas mengenai biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses

III. METODE PENELITIAN

Analisis Pendapatan Agroindustri Aneka Keripik Putri Tunggal di Kecamatan Bangko Kabupaten Merangin

CURAHAN WAKTU KERJA DAN ANALISIS USAHA INDUSTRI KARAK SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Bantar Kecamatan Wanareja Kabupaten Cilacap) ABSTRAK

KERANGKA PENDEKATAN TEORI

METODE PENELITIAN. dilapangan serta menggali fakta-fakta yang berkaitan dengan analisis nilai tambah

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

METODE PENELITIAN. manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAMBAH PENGOLAHAN UBI KAYU MENJADI TEPUNG MOCAF DAN TEPUNG TAPIOKA DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016

III. METODE PENELITIAN. melukiskan keadaan subjek atau objek penelitian pada saat sekarang, berdasarkan

Jurnal S. Pertanian 1 (1) : (2017) ISSN :

METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode

ANALISIS SALURAN PEMASARAN TAHU BULAT (Studi Kasus pada Perusahaan Cahaya Dinar di Desa Muktisari Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

Analisis kelayakan Usaha Kue Semprong (kasippi) di Mega Rezky Skala Rumah Tangga Desa Lagi-Agi Kecamatan Campalagian Kabupaten Polewali Mandar

STRUKTUR PASAR DAN ANALISIS USAHA INDUSTRI TEMPE SKALA RUMAH TANGGA DI KABUPATEN PURWOREJO

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. termasuk Indonesia. Buah ini dikenal dunia sejak zaman sebelum Masehi.

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

ANALISIS AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus Pada Seorang Perajin Tempe di Desa Sindanghayu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI GULA SEMUT (Studi Kasus pada Perajin Gula Semut di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 2 September 2012 ABSTRAK

VI. ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN INDUSTRI RUMAH TANGGA TAHU. A. Analisis Biaya Industri Rumah Tangga Tahu di Desa Karanganayar

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kota Palu setelah usaha pengolahan bawang goreng khas Palu. Pengusaha olahan

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

METODE PENELITIAN. dijelaskan dan dianalisis. Penelitian ini bersifat kuantitatif, karena dalam

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

Magrobis Journal 1 ANALISIS USAHA KERIPIK SINGKONG MERK PEDAS GILA PADA KECAMATAN TENGGARONG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA. Oleh : Arista Damayanti *)

I. METODE PENELITIAN. A. Metode Dasar Penelitian

METODE PENELITIAN. Pengambilan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive) di

Bisnis Kerupuk Udang, Renyah Menguntungkan

KAJIAN USAHA PENGOLAHAN HASIL SAYURAN PRODUKSI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (MKRPL) KABUPATEN BOYOLALI

METODE PENELITIAN. Metode deskriptif analisis merupakan metode yang digunakan untuk

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif

ANALISIS KEUNTUNGAN USAHA MARTABAK TELUR DI MATANGGLUMPANGDUA KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN

ANALISIS PEMASARAN DODOL SIRSAK

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional meliputi pengertian yang digunakan

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KRIPIK UBI KAYU (Studi Kasus pada Perusahaan Jaya Sari di Desa Selamanik Kecamatan Cipaku Kabupaten Ciamis)

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

METODE PENELITIAN. mendeskripsikan peristiwa dan kejadian yang menjadi pusat perhatian tanpa

II. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

ANALISIS NILAI TAMBAH USAHA AGROINDUSTRI DAN PEMASARAN PRODUK GULA AREN DI KECAMATAN GUNUNGSARI KABUPATEN LOMBOK BARAT ABSTRAK

ANALISIS PENPAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA INDUSTRI TAHU DANI DI KOTA PALU. Income and Worthiness Analysis of Industrial Enterprises Tofu Dani in Palu

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Kecamatan Langensari Kota Banjar) Abstrak

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar merupakan pengertian yang digunakan untuk memperoleh

BAB III METODE PENELITIAN. pertimbangan Desa yang memiliki unit usaha industri Gula Kelapa. Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA BAWANG GORENG PADA UMKM USAHA BERSAMADI DESA BOLUPOUNTU JAYA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

BAB IV METODE PENELITIAN

KINERJA USAHA AGROINDUSTRI KELANTING DI DESA KARANG ANYAR KECAMATAN GEDONGTATAAN KABUPATEN PESAWARAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis. Mula-mula

ANALISIS BIAYA, PENERIMAAN, PENDAPATAN DAN R/C PADA AGROINDUSTRI GULA AREN (Suatu Kasus di Desa Sidamulih Kecamatan Pamarican Kabupaten Ciamis)

AGRITECH : Vol. XVII No. 2 Desember 2015 : ISSN :

ANALISIS USAHA AGROINDUSTRI GULA KELAPA (Suatu Kasus di Desa Sindangangin Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis)

IV. METODE PENELITIAN

ABSTRAK. PENDAHULUAN Latar Belakang. GaneÇ Swara Vol. 10 No.1 Maret 2016 IDA BGS. EKA ARTIKA, 2) IDA AYU KETUT MARINI

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM. KERUPUK RUMPUT LAUT SERASI (Sehat dan Bernutrisi) BIDANG KEGIATAN : PKM KEWIRAUSAHAAN

A. Profil Usaha Telur Asin di Kecamatan Brebes

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (Suatu Kasus di Kelurahan Banjar Kecamatan Banjar Kota Banjar) Abstrak

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C AGROINDUSTRI TEMPE (Studi Kasus pada Perajin Tempe di Desa Pananjung Kecamatan Pangandaran Kabupaten Pangandaran)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif.

ANALISIS PENDAPATAN DAN BIAYA PRODUKSI AGROINDUSTRI TAHU DI DESA PANDANSARI KECAMATAN AJIBARANG KABUPATEN BANYUMAS

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. kemampuannya dalam menyerap air sangat mudah karena mempunyai pori-pori kulit

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI AGROINDUSTRI GULA KELAPA DI DESA JALATUNDA KECAMATAN MANDIRAJA ABSTRAK

Transkripsi:

KERAGAAN AGROINDUSTRI OPAK SINGKONG DI DESA JOLONTORO KECAMATAN SAPURAN KABUPATEN WONOSOBO Hanief Almuttabi Rama Yunus 1) dan Dyah Panuntun Utami 2) 1) Alumnus Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian 2) Dosen Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1)biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan pengrajin opak singkong Desa Jolontoro; (2)kelayakan agroindustri opak singkong Desa Jolontoro; dan (3) pola dan lembaga tataniaga yang terlibat dalam tataniaga opak singkong Desa Jolontoro; dan (4) marjin, keuntungan dan bagian harga yang diterima pengrajin opak singkong Desa Jolontoro. Metode penelitian studi kasus dan pengambilan sampel secara purposive sampling. Jumlah sampel 38 orang yang diambil dari 3 padukuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa total biaya yang dikeluarkan pengrajin sebesar Rp 164.155,82; penerimaan pengrajin sebesar Rp 7.687.500,00; pendapatan pengrajin sebesar Rp 57.112,11; dan keuntungan pengrajin sebesar Rp 38.146,81. Agroindustri opak singkong layak diusahakan karena nilai R/C rasio lebih besar satu yaitu 1,23. Pola tataniaga opak singkong yang terjadi ada 4 pola yaitu : Pola I : pengrajin pedagang pengumpul desa pedagang besar di pasar Kecamatan Sapuran pedagang pengecer di Kabupaten Purwokerto konsumen Pola II : pengrajin pedagang pengumpul desa pedagang besar di Semarang pedagang pengecer (toko) di Semarang konsumen Pola III Pola IV : pengrajin industri rumah tangga opak singkong LUQI konsumen : pengrajin industri rumah tangga opak singkong LUQI pedagang pengecer konsumen Marjin tataniaga Pola I sebesar Rp 750,00, Pola II sebesar Rp 4.000,00, Pola III sebesar Rp 10.500,00 dan Pola IV sebesar Rp 19.166,66. Bagian harga pengrajin pada Pola I dan II tidak dapat dihitung karena pedagang pengecer tersebar sehingga sulit untuk ditelusuri. Bagian harga pengrajin Pola III sebesar Rp 34,38% dan Pola IV sebesar 22,30%. Kata Kunci : Opak Singkong, Biaya, Penerimaan, Pendapatan, Keuntungan, R/C Rasio, Pola Tataniaga, Lembaga Tataniaga, Marjin Tataniaga, Bagian Harga Pengrajin Keragaan Agroindustri Opak... Hanif A.R.Y. dan Dyah P.U. 59

PENDAHULUAN Komoditi pertanian yang dihasilkan pada umumnya sebagai bahan mentah atau bahan jadi dan mudah rusak, sehingga perlu langsung dikonsumsi atau diolah terlebih dahulu. Proses pengolahan ini dapat meningkatkan guna bentuk komoditikomoditi pertanian. Salah satu komoditi pertanian yang banyak dimanfaatkan adalah singkong, yang diolah menjadi berbagai jenis produk seperti tepung tapioka, gaplek dan aneka makanan kecil seperti kerupuk dan opak singkong. Singkong di Kecamatan Sapuran dan sekitarnya sangat melimpah, sehingga banyak masyarakat yang menjadi pengrajin opak singkong. Usaha pembuatan opak singkong merupakan warisan turuntemurun. Agroindustri opak singkong di Desa Jolontoro merupakan salah satu industri yang menopang ekonomi sebagian besar penduduk Desa Jolontoro. Sentra agroindustri opak singkong antara lain Desa Jolontoro, Desa Marongsari, Desa Karangsari, dan Desa Banyumudal. Desa yang terdapat pengrajin opak singkong terbesar adalah Desa Jolontoro sehingga desa ini dipilih sebagai lokasi penelitian. Pengrajin opak singkong dalam kegiatan usahanya memerlukan biaya dan agar mendapatkan keuntungan maka opak tersebut harus terjual. Industri pengolahan opak singkong dengan berbagai skala usaha yang dilakukan sampai saat ini belum memperhatikan aspek bisnis. Hal ini disebabkan usaha tersebut adalah usaha sampingan dan warisan turuntemurun. Oleh karena itu belum dilakukan analisis biaya, produksi, pendapatan, keuntungan dan kelayakan usaha. Opak singkong agar sampai ke tangan konsumen akhir maka memerlukan kegiatan tataniaga. Kegiatan tataniaga tersebut melibatkan lembaga tataniaga. Semakin banyak lembaga tataniaga yang terlibat maka akan terbentuk pola tataniaga. Pola tataniaga dapat berbentuk sederhana tetapi juga dapat cukup rumit. Sehingga pola tataniaga dapat pendek dan cukup panjang. Panjang pendeknya pola tataniaga tersebut akan berpengaruh pada biaya, marjin, keuntungan tataniaga dan bagian harga yang diterima pengrajin. Keragaan Agroindustri Opak... Hanif A.R.Y. dan Dyah P.U. 60

Opak singkong karena dalam pengelolaan masih sederhana dan skala usaha adalah rumah tangga sehingga pendapatan yang diperoleh pengrajin masih rendah. Namun demikian tataniaganya telah sampai ke luar daerah. Bertitik tolak dari pemikiran tersebut maka penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan mengetahui : 1) biaya, penerimaan, pendapatan dan keuntungan pengrajin; 2) kelayakan usaha agroindustri opak singkong; dan 3) pola dan lembaga tataniaga yang terlibat dalam tataniaga opak singkong; dan 4) marjin, keuntungan tataniaga dan bagian harga yang diterima pengrajin. 1. Metode Penelitian METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dipergunakan adalah studi kasus, yaitu pengrajin opak singkong di Desa Jolontoro, Kecamatan Sapuran, Kabupaten Wonosobo. Pengumpulan data dengan wawancara menggunakan kuisioner atau daftar pertanyaan. Penentuan lokasi dan pengambilan sampel pengrajin secara purposive sampling, dengan pertimbangan bahwa Desa Jolontoro Kecamatan Sapuran merupakan sentra pengrajin opak singkong. Jumlah sampel 38 orang yang diambil dari 3 padukuhan. Sampel pedagang diperoleh secara snowball sampling. Sampel pedagang pengumpul desa 2 orang, dan sampel agroindustri 1 yaitu industri rumah tangga opak singkong LUQI. 2. Analisis Data a. Analisis Biaya Biaya pengolahan opak singkong dihitung dengan rumus : TC = TEC + TIC TC : Total Cost (Biaya Total) TEC : Total Explicit Cost (Total Biaya Eksplisit) TIC : Total Implicit Cost (Total Biaya Implisit) Keragaan Agroindustri Opak... Hanif A.R.Y. dan Dyah P.U. 61

b. Analisa Penerimaan, Pendapatan dan Keuntungan Usahatani Penerimaaan pengrajin dihitung dengan rumus : TR = Q x P TR : Total Revenue (Total Penerimaan) Q : Jumlah Produk yang dihasilkan P : Harga Jual Produk Pendapatan pengrajin dihitung dengan rumus: Pd = Pd = TR TEC QxP TEC Pd : Pendapatan TR : Total Revenue (total penerimaan) TEC : Total Eksplisit Cost (total biaya yang benarbenar dikeluarkan oleh petani) Keuntungan dihitung dengan rumus : π = TR TC π : Keuntungan TR : Total Revenue (total penerimaan) TC : Total Cost (total biaya yang dikeluarkan oleh petani) c. Analisa Imbangan Penerimaan dan Biaya ( Ratio R/C ) R/C ratio = Total Penerimaan ( TR ) Total Biaya ( TC ) 1) Jika R/C > maka layak untuk diusahakan 2) Jika R/C maka tidak layak untuk diusahakan d. Pola dan Lembaga Tataniaga Untuk mengetahui pola dan lembaga tataniaga yang terlibat dalam tataniaga opak singkong Desa Jolontoro dilakukan dengan snow ball sampling yaitu menelusuri pedagang perantara yang terlibat dengan bertanya langsung kepada pengrajin kemudian dilakukan penelusuran. Keragaan Agroindustri Opak... Hanif A.R.Y. dan Dyah P.U. 62

e. Marjin dan Keuntungan Tataniaga Marjin tataniaga dihitung dengan rumus : M = Pr Pf M : Marjin Tataniaga Pr : Harga Ditingkat Konsumen Pf : Harga Ditingkat Pengrajin Keuntungan lembaga tataniaga dihitung dengan rumus : π = M B π : Keuntungan Tataniaga M : Marjin Tataniaga B : Biaya Tataniaga f. Bagian Harga yang Diterima Pengrajin Bagian harga yang diterima pengrajin dihitung dengan rumus : M HP = 1 x 100% Pr HP : Bagian harga yang diterima pengrajin M : Marjin tataniaga Pr : Harga Ditingkat Konsumen 1. Identitas Pengrajin HASIL DAN PEMBAHASAN Pengrajin opak singkong yang menjadi sampel penelitian sebagian besar adalah kelompok usia produktif (1564 tahun) yaitu 89,47%. Tingkat pendidikan pengrajin sebagian besar tamat SD yaitu 60,54%. Jumlah anggota keluarga berkisar 13 orang (55,26%). Usaha pembuatan opak singkong merupakan usaha turuntemurun yang diperoleh dari orang tuanya. Desa Jolontoro merupakan sentra industri opak singkong dan telah ada sejak tahun 1940an. Menurut cerita masyarakat setempat orang yang pertama kali membuat opak singkong di Desa Jolontoro adalah Mbah Daris. Keragaan Agroindustri Opak... Hanif A.R.Y. dan Dyah P.U. 63

Proses pembuatan opak dimulai dari pengupasan dan pencucian singkong. Singkong kemudian dikukus dengan dandang. Singkong yang telah matang kemudian dibersihkan seratnya selanjutnya digiling sampai halus. Singkong yang telah halus dicampur dengan bumbu yaitu garam, bawang, dan kucai. Adonan singkong kemudian digiling kembali agar bumbu merata. Selanjutnya dilakukan pencetakan dengan menggunakan papan penggilas dan penggilas berupa pipa kecil. Ukuran opak disesuaikan dengan permintaan konsumen. Opak basah kemudian dijemur sampai kering. Penjemuran kurang lebih 23 hari. Opak yang telah kering kemudian dimasukkan plastik dan siap dijual. 2. Penggunaan Faktorfaktor Produksi a. Penggunaan Bahan Baku dan Bahan Penolong Bahan yang digunakan dalam pembuatan opak adalah singkong, garam, kucai, bawang dan air. Kebutuhan bahanbahan tersebut adalah sebagai berikut : Tabel 1. Ratarata Penggunaan Bahanbahan Pembuatan Opak Singkong No BahanBahan Satuan Jumlah 1. Singkong Kg 94,74 2. Garam Kg 0,66 3. Kucai Ikat 3,37 4. Bawang Kg 0,14 5. Air Liter 37,89 b. Penggunaan Tenaga Kerja Tenaga kerja yang digunakan dalam pembuatan opak terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Namun sebagian besar pengrajin menggunakan tenaga kerja dalam keluarga. Ratarata tenaga kerja yang digunakan adalah dua orang yaitu 1 orang lakilaki dan 1 orang perempuan. Sistem pengupahan tenaga kerja luar keluarga adalah rigen. Semakin banyak rigen yang dihasilkan maka semakin besar upah yang diterima. Rigen adalah tempat untuk menjemur opak. Harga satu rigen opak adalah Rp 400,00. 3. Biaya Pembuatan Opak Singkong Biaya pembuatan opak dibedakan menjadi biaya eksplisit dan implisit. Biaya eksplisit adalah biaya yang benarbenar dikeluarkan pengrajin, sedangkan biaya Keragaan Agroindustri Opak... Hanif A.R.Y. dan Dyah P.U. 64

implisit adalah biaya yang hanya diperhitungkan saja. Biaya eksplisit yang dikeluarkan dalam pembuatan opak disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Biaya Eksplisit Pembuatan Opak Singkong No Uraian Jumlah (Rp) 1. Bahan Baku 104.873,68 2. Kayu Bakar 19.052,63 3. Jasa Penggilingan 17.052,63 4. Biaya Penyusutan 2.201,05 5. Tenaga Kerja Luar Keluarga 2.010,53 Total Biaya Eksplisit 145.190,52 Biaya implisit pembuatan opak adalah tenaga kerja dalam keluarga, sewa tempat usaha, dan bunga modal sendiri, secara rinci disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Biaya Implisit Pembuatan Opak Singkong No Uraian Jumlah (Rp) 1. Tenaga Kerja Dalam Keluarga 15.684,21 2. Sewa Tempat Usaha 2.976,19 3. Bunga Modal Sendiri 304,90 Total Biaya Implisit 18.965,30 Total biaya yang dikeluarkan pengrajin dalam pembuatan opak singkong adalah sebagai berikut : Tabel 4. Total Biaya Pembuatan Opak Singkong No Uraian Jumlah (Rp) 1. Biaya Eksplisit 145.190,52 2. Biaya Implisit 18.965,30 Total Biaya 164.155,82 4. Penerimaan, Pedapatan dan Keuntungan Penerimaan adalah perkalian antara jumlah produk dengan harga jual produk. Ratarata opak yang dihasilkan pengrajin 32,39 kg dan harga jual ratarata adalah Rp 6.244,92 sehingga penerimaan pengrajin Rp 202.302,63. Pendapatan pengrajin dihitung dari penerimaan dikurangi biaya eksplisit. Pendapatan pengrajin relatif kecil karena skala usahanya kecil. Oleh karena itu pengrajin juga mempunyai pekerjaan lain yaitu buruh tani, beternak, dan buruh Keragaan Agroindustri Opak... Hanif A.R.Y. dan Dyah P.U. 65

pabrik kayu. Pendapatan Rp 57.112,11 adalah pendapatan yang diperoleh selama 4 hari sehingga pendapatan setiap hari pengrajin sebesar Rp 14.278,03. Tabel 5. Pendapatan Pengrajin Opak Singkong No Uraian Jumlah (Rp) 1. Penerimaan 202.302,63 2. Biaya Eksplisit 145.190,52 Pendapatan 57.112,11 Keuntungan pengrajin dihitung dari pendapatan dikurangi dengan total biaya. Keuntungan pengrajin selama 4 hari Rp 38.146,03 sehingga keuntungan setiap hari adalah Rp 9.536,70. Keuntungan semakin kecil karena harus dikurangi dengan biaya implisit. Tabel 6. Keuntungan Pengrajin Opak Singkong No Uraian Jumlah (Rp) 1. Penerimaan 202.302,63 2. Total Biaya 164.155,82 Keuntungan 38.146,81 5. Kelayakan Usaha Kelayakan usaha agroindustri opak singkong dihitung dengan R/C rasio. Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa R/C rasio lebih besar dari 1 yaitu 1,23. Oleh karena R/C rasio lebih besar satu sehingga agroindustri opak singkong layak diusahakan. Nilai R/C rasio 1,23 berarti bahwa setiap pengeluaran sebesar Rp 1,00 maka akan mendapatkan keuntungan sebesar Rp 0,23. 6. Pola dan Lembaga Tataniaga Opak Singkong Tataniaga opak singkong Desa Jolontoro ada yang dijual ke pedagang pengumpul desa tetapi ada juga yang dijual ke Industri Rumah Tangga (IRT) Opak Singkong LUQI. IRT LUQI merupakan industri rumah tangga yang mengolah lebih lanjut opak singkong Desa Jolontoro dengan cara memberikan bumbu pedas manis. Jadi lembaga tataniaga yang terlibat dalam penjualan opak singkong desa Jolontoro adalah pedagang pengumpul desa, pedagang besar, pedagang pengecer, dan IRT LUQI. Keragaan Agroindustri Opak... Hanif A.R.Y. dan Dyah P.U. 66

Pola I Pola tataniaga yang terbentuk ada 4 pola yaitu : : Pengrajin Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Besar di Pasar Kecamatan Sapuran Pedagang Pengecer di Purwokerto Konsumen Pola II : Pengrajin Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Besar di Semarang Pedagang Pengecer (Toko) di Semarang Konsumen Pola III : Pengrajin IRT Opak Singkong LUQI Konsumen Pola IV : Pengrajin IRT Opak Singkong LUQI Pedagang Pengecer (Toko) Konsumen 7. Marjin Tataniaga Tabel 6. Marjin Tataniaga dan Keuntungan Lembaga Tataniaga Pola I No Lembaga Tataniaga dan Komponen Marjin Harga per kg (Rp) 1. Pengrajin 6.250,00 2. Pedagang Pengumpul Desa a.harga Beli 6.250,00 b.biaya Transportasi 200,00 c.keuntungan 550,00 d.harga Jual 7.000,00 Distribusi Marjin (%) 26,67 73,33 3. Pedagang Besar Di Kecamatan 7.000,00 Sapuran Marjin Tataniaga 750,00 100,00 Tabel 7. Marjin Tataniaga dan Keuntungan Lembaga Tataniaga Pola II No Lembaga Tataniaga dan Komponen Marjin Harga per kg (Rp) 1. Pengrajin 5.000,00 2. Pedagang Pengumpul Desa a.harga Beli 5.000,00 b.biaya Transportasi 1.000,00 c.bongkar Muat 166,67 d.akomodasi 166,67 e.keuntungan 2.666,67 f.harga Jual 9.000,00 Distribusi Marjin (%) 25,00 4,17 4,17 66,66 3. Pedagang Besar Di Semarang 9.000,00 Marjin Tataniaga 4.000,00 100,00 Keragaan Agroindustri Opak... Hanif A.R.Y. dan Dyah P.U. 67

Tabel 8. Marjin Tataniaga dan Keuntungan Lembaga Tataniaga Pola III No Lembaga Tataniaga dan Komponen Marjin Harga per kg (Rp) 1. Pengrajin 5.500,00 2. IRT Opak Singkong LUQI a.harga Beli 5.500,00 b.biaya Produksi 9.868,39 c.keuntungan 631,61 d.harga Jual 16.000,00 Distribusi Marjin (%) 93,98 6,02 3. Konsumen 16.000,00 Marjin Tataniaga 10.500,00 100,00 Tabel 9. Marjin Tataniaga dan Keuntungan Lembaga Tataniaga Pola IV No Lembaga Tataniaga dan Komponen Marjin Harga per kg (Rp) 1. Pengrajin 5.500,00 2. IRT Opak Singkong LUQI a.harga Beli 5.500,00 b.biaya Produksi 9.868,39 c.keuntungan 631,61 d.harga Jual 16.000,00 3. Pedagang Pengecer a.harga Beli b.biaya Transportasi c.keuntungan d.harga Jual 16.000,00 3.333,33 5.333,33 24.666,66 24.666,66 Distribusi Marjin (%) 93,98 6,02 17,39 27,82 4. Konsumen 24.666,66 Marjin Tataniaga 19.166,66 100,00 Pola I dan II hanya dapat ditelusuri sampai pedagang besar di Kecamatan Sapuran dan Kabupaten Semarang. Pedagang pengecer tersebar dan sulit untuk dilacak. Pola III marjin lebih kecil karena IRT LUQI langsung menjual ke konsumen dengan membuka kios sendiri. Pola IV melibatkan pedagang pengecer yaitu Rumah Makan Sari Rasa, Toko Selera dan Toko Sadina. Variasi harga ditingkat pedagang pengecer adalah faktor jarak antara pengecer dengan IRT Luqi serta lokasi pengecer dekat daerah wisata. Toko Selera karena lokasi dekat lokasi wisata sehingga harga jual paling tinggi dan marjin paling besar. Keragaan Agroindustri Opak... Hanif A.R.Y. dan Dyah P.U. 68

8. Bagian Harga yang Diterima Pengrajin Tabel 10. Bagian Harga yang Diterima Pengrajin Opak Singkong No Pola Tataniaga Harga Beli (Rp/kg) Total Marjin (Rp/kg) Harga Konsumen (Rp/kg) Bagian Harga Pengrajin (%) 1. Pola III 5.500,00 10.500,00 16.000,00 34,38% 2. Pola IV 5.500,00 19.166,66 24.666,66 22,30% Pola I dan II tidak dapat dihitung besarnya bagian harga yang diterima pengrajin karena kesulitan dalam penelusuran pedagang pengecer. Pedagang pengecer yang membeli kepada pedagang besar tersebar dan peneliti kesulitan dalam menelusurinya. Bagian harga pengrajin yang dapat dihitung adalah pola III dan IV. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan a. Biaya produksi sebesar Rp 164.155,82 dan pengrajin mendapatkan penerimaan Rp 202.302,6; pendapatan Rp 57.112,11; serta keuntungan Rp 38.146,81. b. Agroindustri opak singkong di Desa Jolontoro layak untuk diusahakan karena nilai R/C rasio lebih besar dari satu yaitu 1,23. c. Pola tataniaga opak singkong ada 4 pola yaitu : Pola I : Pengrajin Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Besar di Pasar kecamatan Sapuran Pedagang Pengecer di Purwokerto Konsumen Pola II : Pengrajin Pedagang Pengumpul Desa Pedagang Besar di Semarang Pedagang Pengecer (Toko) di Semarang Konsumen Pola III : Pengrajin IRT Opak Singkong LUQI Konsumen Pola IV : Pengrajin IRT Opak Singkong LUQI Pedagang Pengecer (Toko) Konsumen d. Marjin tataniaga Pola I sebesar Rp 750,00, Pola II sebesar Rp 4.000,00, Pola III sebesar Rp 10.500,00 dan Pola IV sebesar Rp 19.166,66. Keragaan Agroindustri Opak... Hanif A.R.Y. dan Dyah P.U. 69

e. Bagian harga pengrajin pada Pola I dan II tidak dapat dihitung karena pedagang pengecer tersebar sehingga sulit untuk ditelusuri. Bagian harga pengrajin Pola III sebesar Rp 34,38% dan Pola IV sebesar 22,30%. 2. Saran a. Pengrajin sebaiknya mengemas sendiri dan memberikan nama (identitas) pada kemasan supaya tidak terjadi pemalsuan serta harga jual relatif lebih tinggi. b. Pengrajin sebaiknya mencantumkan tanggal kadaluwarsa dan label halal pada kemasan dengan mendaftarkan pada instansi terkait agar lebih dikenal oleh masyarakat luas. c. Bagi dinas terkait, agar bisa membuatkan koperasi untuk pengrajin sehingga kekuatan tawar pengrajin lebih tinggi. DAFTAR PUSTAKA Boediono. 1982. Ekonomi Mikro. BPFE UGM. Yogyakarta. Badan Pusat Statistik. 2010. Kecamatan Sapuran Dalam Angka 2010. BPS Kabupaten Wonosobo. Daniel, Moehar. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta. Irawan, Ria Heri. 2009. Kontribusi Pendapatan Dari Agroindustri Opak Terhadap Pendapatan Keluarga. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Kelana, Said. 1996. Ekonomi Mikro. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2002. Metodologi Penelitian. Bumi Aksara. Jakarta. Nazir, Moh. 1988. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Indonesia. Soekartawi. 2001. Pengantar Agroindustri. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Soetanto, Edy. 2001. Membuat Kerupuk Ketela. Kanisius. Yogyakarta. Wati, Eka Retna. 2009. Analisis Nilai Tambah Agroindustri Sale Pisang Di Kecamatan Ayah Kabupaten Kebumen. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo. Keragaan Agroindustri Opak... Hanif A.R.Y. dan Dyah P.U. 70