BAB II LANDASAN TEORI. adalah bagian dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem

KONSEP MEDIA PEMBELAJARAN Oleh BUDI WALUYO (Dosen STAI An-Nur Lampung)

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN MELALUI PROBLEM SOLVING DENGAN BENDA KONKRET PADA ANAK USIA KELOMPOK B TK PKK 74 PAJANGAN SKRIPSI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

I PENDAHULUAN. Pada usia prasekolah (3-6 tahun) atau biasa disebut masa keemasan (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

PENGEMBANGAN MEDIA APRON HITUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK PKK KARTINI PADOKAN KIDUL TIRTONIRMOLO KASIHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan program pendidikan dini anak usia 4-6 tahun. Tugas utama TK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rentangan usia lahir sampai 6 tahun. Pada usia ini secara terminologi disebut

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Arsyad (2007:3) memaparkan pengertian media sebagai berikut:

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. Guruan (Association for Education and Communication technology) AECT dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Istilah matematika berasal dari kata Yunani mathein atau manthenein

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN ENCEP KUSUMAH

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui

MEDIA GAMBAR SEBAGAI ALAT BANTU PEMBELAJARAN APRESIASI PUISI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Oleh: Arif Mustofa*

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kepada siswa. Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBILANG 1-10 MELALUI METODE BERMAIN KARTU ANGKA PADA ANAK KELOMPOK A3 TK ABA KETANGGUNGAN YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar (Susanto dalam Siti Aisyah, 2011) Tahap Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

PERANAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DALAM PENGEMBANGAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK DI KELOMPOK B TK PGRI BAIYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Program Studi PG-PAUD

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Diyanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 0-6 tahun yang masih memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar siswa terdiri atas dua kata, yaitu aktivitas dan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB II KAJIAN TEORI. 2.1 Konsep Bilangan Pengertian Bilangan. Menurut Copley, (2001) bilangan adalah lambang atau simbol yang merupakan

PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut akan dapat tercapai jika

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DALAM MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENGETAHUAN SOSIAL DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan lain-lainnya seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kognitif, emosional dan lingkungan pengaruh dan pengalaman untuk memperoleh,

Psikologi Perkembangan 1

II. KAJIAN PUSTAKA. teori behaviorisme. Menurut Sujiono (2013: 55) masing-masing ahli yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Tahap Sensori Motor (0 2 tahun) 2. Tahap Pra-operasional (2 7 tahun)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak sejak lahir sampai usia 6 tahun dengan pemberian. jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

Kata media berasal dari bahasa Latin yang berarti medius secara harfiah berarti

BAB II KAJIAN TEORI. Salah satu kegiatan yang harus diterapkan pada sekolah Taman Kanak-kanak adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

PENGARUH PERMAINAN KARTU ANGKA TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK DI KELOMPOK B3 RA DEPAG 1 PALU BARAT

BAB II KAJIAN TEORI. A. Landasan Teori. 1. Proses Pembelajaran. Belajar adalah suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

BAB V PEMBAHASAN. Siswa Kelas Unggulan di SMP Negeri 1 Gondang Tulungagung. berkaitan dengan indera pendengar, dimana pesan yang disampaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-kanak berada pada jalur pendidikan formal yang memiliki

Prinsip perkembangan motorik adalah adanya suatu perubahan baik fisik maupun psikis

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR DAN KARTU DALAM PEMBELAJARAN PAI PADA PERILAKU TERPUJI DI SEKOLAH DASAR

PENERAPAN TEORI JEAN PIAGET DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. seseorang kepada suatu organisasi tingkah laku yang lebih tinggi berarti

KARAKTERISTIK SISWA SD KELAS RENDAH DAN PEMBELAJARANNYA

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

memenuhi tuntutan sosial, kultural, dam religius dalam lingkungan kehidupannya. Pendidikan anak usia dini pada hakekatnya adalah pendidikan yang

Wilis Tinah Program Studi PG-PAUD, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya

MEDIA SENI RUPA PEMBELAJARAN DALAM PENDIDIKAN. Tim Dosen Media

BAB II KAJIAN TEORI. perlu diadakan penemuan baru dan pemanfaatan media yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal. Menurut makna. tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa potensi anak harus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berpikir. Hal ini sesuai dengan pendapat Ahmad Susanto (2011: 48) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/perilaku, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut pasal 28 UU Sisdiknas No. 20/2003 ayat 1 Pendidikan Anak Usia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Teori Perkembangan Kognitif Anak Usia 4-5 tahun. pengetian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan tingkah

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN ANAK USIA D INI MELALUI GAME ED UKASI SEBRAN

BAB I PENDAHULUAN. alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya, sebagai alat. bersosialisasi, bahasa juga merupakan suatu cara merespon orang lain.

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBILANG DENGAN MEDIA BENDA KONKRET PADA ANAK KELOMPOK A DI TK TARUNA ALQURAN SARIHARJO SLEMAN YOGYAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa, motorik dan sosio emosional. Berdasarkan Pemerdiknas No. 58. Standar Pencapaian perkembangan berisi kaidah pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

Kata kata Kunci : Media Pembelajaran Tiga Dimensi, Hasil Belajar, Matematika, Sekolah Dasar.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya pengembangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan dengan tujuan untuk

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif adalah perkembangan dari pikiran. Pikiran adalah bagian dari otak, bagian yang digunakan yaitu untuk pemahaman, penalaran, pengetahuan dan pengertian. Kognitif adalah suatu proses berpikir, yaitu kemampuan individu untuk menghubungkan, menilai, dan mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa. Proses kognitif berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang menandai seseorang dengan berbagai minat terutama ditujukan kepada ide-ide dan belajar (Ahmad Susanto 2011:47). Perkembangan kognitif menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi untuk dapat berpikir. Perkembangan kognitif adalah gabungan dari kedewasaan otak dan sistem saraf, serta adaptasi dengan lingkungan. Semua anak memiliki pola perkembangan kognitif yang sama melalui empat tahapan Piaget (Slamet Suyanto, 2005:53), yaitu: a. Sensorimotor (0-2 tahun), pada tahap ini anak lebih banyak menggunakan gerak refleks dan inderanya untuk berinteraksi dengan lingkungan disekitarnya. Anak pada tahap ini peka dan suka terhadap sentuhan yang diberikan dari lingkungannya. Pada akhir tahap sensorimotor anak sudah dapat menunjukan tingkah laku intelegensinya dalam aktivitas motorik sebagai reaksi dari stimulus sensoris. 11

b. Praoperasional (2-7 tahun), pada tahap ini anak mulai menunjukan proses berpikir yang lebih jelas di bandingkan tahap sebelumnya, anak mulai mengenali simbol termasuk bahasa dan gambar c. Konkret operasional (7-11 tahun), pada tahapan ini anak sudah mampu memecahkan persoalan sederhana yang bersifat konkrit, anak sudah mampu berpikir berkebalikan atau berpikir dua arah, misal 3 + 4 = 7 anak telah mampu berfikir jika 7 4 = 3 atau 7 3 = 4, hal ini menunjukan bahwa anak sudah mampu berpikir berkebalikan. d. Formal operasional (11 tahun ke atas), pada tahap ini anak sudah mampu berpikir secara abstrak, mampu membuat analogi, dan mampu mengevaluasi cara berpikirnya. Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa perkembangan anak bersifat kontinyu dari tahap ke tahap dan tidak terputus. Pada tiap anak berbeda-beda dalam mencapai suatu tahapan, terkadang batas antara tahap satu dengan tahap lainnya tidak begitu terlihat. Anak usia TK berada pada tahap praoperasional (2-7 tahun). Istilah praoperasional menunjukan pada pengertian belum matangnya cara kerja pikiran. Pemikiran pada tahap ini masih kacau dan belum terorganisasi dengan baik (Santrock, 2002:251). Pada tahap usia ini sifat egosentris pada anak semakin nyata. Adapun ciri-ciri berpikir pada tahap praoperasional Rita Eka Izzaty, dkk, (2008:88), diantaranya: 12

a. Anak mulai menguasai fungsi simbolis, anak telah mampu bermain purapura dan kemampuan berbahasanya semakin sistematis. b. Anak suka melakukan peniruan (imitasi) dengan apa yang dilihatnya. Peniruan ini dilakukan secara langsung maupun tertunda, yang dimaksud peniruan yang tertunda adalah anak tidak langsung meniru tingkah laku orang yang dilihatnya melainkan ada rentang waktu beberapa saat baru menirukan. c. Cara berpikir anak yang egosentris, dimana anak belum mampu untuk membedakan sudut pandang seseorang dengan sudut pandang orang lain. Anak masih menonjolkan aku dalam setiap keadaan. d. Cara berpikir anak yang centralized, yaitu cara berpikir anak masih terpusat pada satu dimensi saja. Contoh, seorang anak dihadapkan pada dua gelas yang diisi air berbeda, yang satu air putih dan yang satu air teh dengan volume yang sama antara air putih dan air teh sehingga terlihat sejajar atau sama banyak, jika anak ditanya apakah air putih dan air teh sama banyak? Anak akan menjawab ya, kemudian anak diminta menuang air putih tersebut ke dalam gelas yang lain yang ukurannya lebih lebar sehingga jika dituang air putih terlihat lebih sedikit. Anak ditanya lebih banyak yang mana antara air putih dan air teh? anak akan menjawab lebih banyak air teh daripada air putih karena air teh lebih tinggi dari air putih. Dalam hal ini anak tidak memikirkan lebar gelas yang digunakan tetapi hanya memperhatikan tinggi air jika disejajarkan. Cara berfikir yang seperti ini dikatakan belum menguasai gejala konservasi. 13

e. Berpikir tidak dapat dibalik, operasi logis anak belum dapat dibalik. Pada tahap ini anak belum dapat berpikir berkebalikan (reversibel) atau berpikir dua arah, contoh anak memahami jika 4 + 2 = 6, namun anak belum dapat memahami jika 6 2 = 4 atau 6 4 = 2 (Slamet Suyanto, 2005:65) f. Berpikir terarah statis, anak belum dapat berpikir tentang proses terjadinya sesuatu. Dalam menggambarkan dinamika perkembangan kognitif Piaget, Rita Eka Izzaty (2008:34) menggunakan lima istilah, yaitu: a. Skema (pemahaman) Hal ini menunjukan struktur mental, pola berpikir yang digunakan seseorang untuk berpikir mengatasi suatu situasi tertentu di lingkungannya. b. Adaptasi Proses penyesuaian pemikiran dengan memasukan informasi baru ke dalam pemikiran individu. Piaget mengatakan anak-anak menyesuaikan diri dengan dua cara, yaitu asimilasi dan akomodasi. c. Asimilasi Keadaan dimana seorang anak menyatukan informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak anak. Sebagai contoh anak TK yang sudah mengetahui konsep bilangan, ketika diajarkan konsep penjumlahan anak akan melakukan integrasi antara konsep bilangan yang sudah dipahaminya dengan penjumlahan. 14

d. Akomodasi Meliputi penyesuaian struktur kognitif untuk menyusun skema baru karena skema yang dimilikinya tidak dapat lagi menggolongkan pengalaman baru yang dimilikinya. Seorang anak melihat kucing dan menghitung jumlah kakinya kemudian anak melihat ayam yang kakinya dua, melihat cacing tidak berkaki, terjadi kebingungan, lalu anak berfikir yang menghasilkan skema baru bahwa binatang ada yang berkaki dan ada yang tidak. e. Equlibrium Proses belajar melewati tahap disequlibrium menuju tahap equlibrium. Equilibrium adalah kemampuan seseorang untuk menyeimbangkan antara asimilasi dan akomodasi. Disequilibrium (misal: kok ada binatang tidak berkaki?), kemudian menuju tahap equilibrasi (mencari jawaban) dan akhirnya menjadi equilibrium (ditemukan solusi). (Amir Syamsudin, 2008:50). 2. Pengertian Kemampuan Memberi bekal kemampuan berhitung pada anak sejak dini untuk membekali kehidupan anak di masa yang akan datang di rasa sangat penting. Istilah kemampuan dapat didefinisikan dalam berbagai arti, salah satunya menurut Munandar (Ahmad Susanto, 2011:97), kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Senada dengan Munandar, Robin (Ahmad Susanto, 2011:97) menyatakan bahwa kemampuan merupakan suatu kapasitas berbagai tugas dalam suatu pekerjaan tertentu. Dengan demikian, kemampuan adalah potensi 15

atau kesanggupan seseorang yang merupakan bawaan dari lahir dimana potensi atau kesanggupan ini dihasilkan dari pembawaan dan juga latihan yang mendukung seseorang untuk menyelesaikan tugasnya. Matematika pada hakekatnya merupakan cara belajar untuk mengatur jalan pikiran seseorang dengan maksud melalui matematika seseorang dapat mengatur jalan pikirannya Suriasumantri (Ahmad Susanto, 2011:98). Dalam kaitannya, salah satu cabang dari matematika ialah berhitung. Berhitung merupakan dasar dari beberapa ilmu yang digunakan dalam kehidupan seharihari seperti, penambahan, pengurangan, pembagian, ataupun perkalian. Untuk anak usia dini dapat menambah dan mengurang serta membandingkan sudah sangat baik setelah anak memahami bilangan dan angka (Slamet Suyanto, 2005:73). 3. Pengertian Bilangan dan Operasi Bilangan Bilangan adalah konsep matematika yang sangat penting untuk dikuasai oleh anak, karena akan menjadi dasar bagi penguasaan konsep-konsep matematika selanjutnya pada jenjang pendidikan formal berikutnya. Bilangan adalah suatu obyek matematika yang sifatnya abstrak dan termasuk kedalam unsur yang tidak didefinisikan (underfined term). Untuk menyatakan suatu bilangan dinotasikan dengan lambang bilangan yang disebut angka. Bilangan dengan angka menyatakan konsep yang berbeda, bilangan berkenaan dengan nilai sedangkan angka bukan nilai melainkan suatu notasi tertulis dari sebuah bilangan. Sedangkan yang dimaksud dengan operasi bilangan menyangkut 16

pengerjaan pada nilai bilangan. Bilangan itu mewakili banyaknya suatu benda (Sudaryanti, 2006:1). Operasi bilangan atau yang disebut juga aritmetika yang asli katanya dari bahasa Yunani αριθμός - arithnos yang berarti angka merupakan cabang matematika yang mempelajari operasi dasar bilangan. Operasi dasar aritmetika atau operasi dasar bilangan adalah penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian (http://id.wikipedia.org/wiki/aritmetika). Hal serupa dikemukakan pula oleh Sudaryanti (2006:18) bahwa penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian merupakan operasi bilangan yang sangat dasar. Namun, untuk anak usia dini dapat menambah dan mengurang sudah sangat baik. Operasi bilangan diperkenalkan pada anak setelah anak memahami betul bilangan dan angka. Anak usia dini dapat memahami operasi bilangan dengan cara yang sangat sederhana (Sudaryanti, 2006:18). Menurut Slamet Suyanto (2005:63), matematika bukan pelajaran ingatan melainkan mengembangkan kemampuan berpikir. Jika anak sudah mengenal bilangan dan memahami operasi bilangan maka anak telah berpikir logis dan matematis, meskipun dengan cara yang sangat sederhana. Pada anak usia dini kemampuan yang akan dikembangkan diantaranya: (a) mengenali atau membilang angka; (b) menyebut urutan bilangan; (c) menghitung benda; (d) menghitung himpunan dengan nilai bilangan benda; (e) memberi nilai bilangan pada suatu bilangan himpunan benda; (f) mengerjakan atau menyelesaikan operasi penjumlahan dan 17

pengurangan dengan menggunakan konsep dari konkret ke abstrak. (Ahmad Susanto, 2011:62). Berdasarkan standar NCTM (National Council of Teacher Mathematics) dalam Slamet Suyanto (2005:57) standar matematika untuk TK ada 13 macam, yaitu: (1) matematika sebagai pemecahan masalah; (2) matematika sebagai cara berkomunikasi; (3) matematika sebagai cara berfikir; (4) hubungan matematis; (5) estimasi (perkiraan); (6) mengenal bilangan dan angka; (7) konsep keseluruhan dan sebagainya; (8) menghitung semua dan sebagian; (9) mengenal ruang dan jarak; (10) pengukuran; (11) statistik dan probabilitas; (12) pecahan dan desimal; (13) pola dan relasi. Merujuk pada ke 13 standar diatas, operasi bilangan boleh diperkenalkan pada anak dengan cara yang sangat sederhana dan dapat dipahami anak. Fungsi utama pengenalan matematika ialah mengembangkan aspek kecerdasan anak dengan menstimulasi otak untuk berpikir logis matematik. Operasi bilangan termasuk dalam hubungan matematis, setelah anak mampu berhitung, anak akan menyampaikannya secara matematis. Hubungan matematis menghubungkan konsep dan prosedur, matematika dengan kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, kemampuan membilang dan mengenal lambang bilangan merupakan dasar untuk mengoperasikan bilangan nyata yang sederhana. Kemampuan mengoperasikan bilangan pada anak akan terwujud ketika anak sudah memahami betul angka dan bilangan dimulai dari 18

lingkungan terdekatnya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai penjumlahan dan pengurangan. Untuk meningkatkan kemampuan penguasaan operasi penjumlahan dan pengurangan pada anak, diperlukan pembelajaran yang melibatkan anak secara aktif untuk berinteraksi dalam proses pembelajarannya. B. Tinjauan tentang Taman Kanak-kanak Undang-undang Sisdiknas (2003) pasal 1 ayat (14) menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dari penjelasan tersebut disimpulkan bahwa batasan anak usia dini di Indonesia adalah dari lahir sampai dengan enam tahun. Di dalam PP RI No. 27 Tahun 1990 tentang Pendidikan Prasekolah, bab I Ayat (2) dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan TK adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia empat tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Lebih lanjut dijelaskan bahwa satuan pendidikan prasekolah meliputi Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain, dan Penitipan Anak. Taman Kanak-kanak terdapat dijalur pendidikan sekolah (formal) sedangkan Kelompok Bermain dan Penitipan Anak terdapat di jalur pendidikan luar sekolah (nonformal). 19

Pembinaan segi pendidikan anak pada Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain dan Penitipan Anak menjadi tanggung jawab Meneri Pendidikan dan Kebudayaan, sedangkan usaha pembinaan kesejahteraan anak bagi Kelompok Bermain dan Penitipan Anak menjadi tanggung jawab Menteri Sosial. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 0486/U/1992 Bab I Pasal 2 Ayat (1) telah dinyatakan bahwa Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik sesuai dengan sifat-sifat alami anak. Tindak lanjut dalam Bab II Pasal 4 dijelaskan bahwa anak didik di TK adalah anak berusia 4-6 tahun (Soemiarti, 1995:43-44). C. Perkembangan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Setiap periode perkembangan menunjukan ciri-ciri atau karakteristik tertentu. Menurut Sofia Hartati (2005:17), Karakteristik perkembangan merupakan tugas perkembangan pada suatu periode yang harus dicapai dan dikuasai oleh seorang anak. Tugas perkembangan meliputi berbagai karakteristik perilaku pada setiap aspek perkembangan. Anak usia 5-6 tahun pada umumnya secara kognitif khususnya matematika sudah dapat melakukan banyak hal, dalam Standar Perkembangan Anak (Depdiknas, 2007) diantaranya; (1) menyebut dan membilang 1 s/d 20; (2) mengenal lambang bilangan; (3) menghubungkan konsep bilangan dengan lambang bilangan; (4) membuat urutan bilangan dengan benda-benda; (5) membedakan dan membuat dua kumpulan benda 20

yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih sedikit dan lebih banyak; (6) menyebut hasil penambahan dan pengurangan dengan benda. Sejalan dengan kurikulum TK dan RA Sofia Hartati (2005:21) mengklasifikasikan karakteristik perkembangan anak usia 5-6 tahun secara intelektual telah mampu melakukan banyak hal diantaranya: (1) menyebut dan membilang 1-20; (2) mengenal lambang bilangan; (3) menghubungkan konsep dengan bilangan; (4) mengenal konsep sama, lebih banyak, lebih sedikit; (5) mengenal penjumlahan dengan benda-benda; (6) mengenal waktu dengan menggunakan jam; dan (7) mengenal alat-alat untuk mengukur. Dengan demikian berdasarkan karakteristik perkembangan yang telah dicapai anak usia 5-6 tahun sudah mampu untuk mengkomunikasikan hubungan matematis secara sederhana terutama penambahan dan pengurangan dengan menggunakan benda-benda konkret ataupun gambar. D. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata "medium" yang berarti "tengah". Dalam bahasa Arab media adalah perantara atau pengantar, yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan penerima pesan (a receiver) (Azhar Arsyad, 1997:3). Senada dengan Azhar Arsyad, menurut Heinich, Molenda, dan Russell (Cucu Eliyawati, 2005:104) media merupakan alat saluran komunikasi, sebagai perantara sumber pesan dengan penerima pesan. 21

Dengan demikian, media pembelajaran adalah semua bentuk yang digunakan sebagai perantara pembawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan untuk pengajaran atau pendidikan. Peran media dalam pembelajaran khususnya dalam pendidikan anak usia dini semakin penting artinya mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada masa praoperasional. Oleh karena itu salah satu prinsip pendidikan untuk anak usia dini harus berdasarkan realita artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara nyata. Pendidikan untuk anak usia dini harus menggunakan sesuatu yang memungkinkan anak dapat belajar secara konkrit. Prinsip tersebut mengisyaratkan perlunya penggunaan media sebagai saluran penyampai pesanpesan pendidikan untuk anak usia dini. Seorang guru pada saat menyajikan informasi kepada anak usia dini harus menggunakan media agar informasi dapat diterima atau diserap anak dengan baik dan akhirnya diharapkan terjadi perubahan-perubahan perilaku berupa kemampuan-kemampuan dalam hal pengetahuan, sikap, dan keterampilannya (Badru dan Cucu, 2010). 2. Jenis-jenis Media Pembelajaran Jenis media pendidikan yang dapat digunakan dalam pembelajaran sangat variatif oleh karena itu media pendidikan diklasifikasikan menurut kesamaan ciri atau karakteristiknya. Badru dan Cucu (2010:4) mengklasifikasikan jenis media pendidikan menjadi tiga, yaitu: a) Media visual Media visual adalah media yang hanya dapat dilihat. Media visual terdiri atas media yang diproyeksikan (projected visual) dan media yang 22

tidak dapat diproyeksikan (non-projected visual). Media visual yang dapat diproyeksikan merupakan media yang menggunakan alat proyeksi dimana gambar atau tulisan akan tampak pada layar (screen). Media proyeksi bisa berupa media proyeksi diam (still pictures) misalnya gambar diam dan proyeksi gerak (motion pictures) misalnya gambar bergerak. Sedangkan media visual yang tidak diproyeksikan terdiri atas media gambar mati, media grafis, media model, dan media realia. Media gambar mati adalah gambar yang disajikan secara fotografik, misalnya gambar tentang manusia, hewan, atau obyek yang berkaitan dengan tema yang diajarkan. Gambar grafis adalah media pandang dua dimensi yang dirancang khusus untuk mengkomunikasikan pesan-pesan pendidikan. Media model adalah media tiga dimensi yang sering digunakan dalam pembelajaran, media ini merupakan tiruan dari obyek nyata yang terlalu besar, terlalu jauh, atau obyek yang terlalu rumit untuk dibawa ke dalam kelas. Sedangkan media realia merupakan alat bantu visual yang berfungsi memberikan pengalaman langsung pada anak. Realia merupakan model dan obyek nyata dari suatu benda misalnya mata uang. b) Media audio Media audio adalah media yang mengandung pesan dalam bentuk auditif (hanya dapat didengar) yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan anak untuk belajar. Penggunaan media audio dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini pada umumnya untuk melatih keterampilan yang berhubungan dengan aspek-aspek keterampilan 23

mendengarkan. Dari sifatnya yang auditif, media ini mengandung kelemahan yang harus diatasi dengan cara memanfaatkan media lain. c) Media audio-visual Media audio-visual atau yang disebut juga media pandang dengar merupakan kombinasi dari media audio dan media visual, misalnya video pendidikan. Penggunaan media audio-visual membuat penyajian pembelajaran atau tema pada anak akan semakin lengkap dan optimal. Selain itu, media audio-visual ini dalam batas-batas tertentu dapat menggantikan peran dan tugas guru dalam menyampaikan materi pada anak. Peran guru dapat beralih menjadi fasilitator yang memberikan kemudahan bagi anak untuk belajar. 3. Fungsi Media Pembelajaran Levie & Lentz dalam Azhar Arsyad (1997: 16) mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual yaitu: (1) fungsi atensi; (2) fungsi afektif; (3) fungsi kognitif; dan (4) fungsi kompensatoris. Fungsi atensi media visual merupakan inti, yaitu merupakan suatu yang menarik dan mengarahkan perhatian anak untuk berkonsentrasi pada pelajaran. Seringkali pada awal pembelajaran anak tidak atau kurang tertarik pada pelajaran sehingga tidak memperhatikan. Penggunaan media visual akan membantu agar guru dalam menyampaikan materi pada anak. Anak akan lebih tertarik untuk memperhatikan jika menggunakan media yang menarik perhatian anak. 24

Fungsi afektif media visual dapat terlihat dari kegiatan anak dalam memahami pelajaran, anak akan membaca gambar atau informasi yang dilihatnya dari media visual sehingga menambah pemahaman anak terhadap pelajaran tersebut. Fungsi kognitif dari hasil penelitian yang mengungkap bahwa lambang visual seperti gambar-gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar. Sedangkan fungsi kompensatoris media visual dapat membantu memahamkan anak akan materi atau pelajaran. Anak belum dapat memahami pelajaran secara teks atau tulisan ataupun secara verbal dan dengan gambar anak akan lebih mudah memahami pelajaran. 4. Manfaat Media Pembelajaran Sudjana & Rivai dalam Azhar Arsyad (1997: 25) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar, yaitu: (1) pembelajaran dengan menggunakan media akan lebih menarik perhatian anak sehingga anak menjadi termotivasi untuk belajar; (2) bahan pembelajaran yang akan disampaikan lebih jelas maksud dan maknanya sehingga anak lebih mudah untuk memahami materi yang disampaikan; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak hanya komunikasi secara verbal dengan penuturan yang disampaikan guru sehingga anak tidak cepat bosan dan guru juga tidak terlalu menghabiskan tenaga; dan (4) anak diberi banyak kesempatan untuk melakukan kegiatan belajar dan tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Anak terlibat aktif dalam mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memamerkan, dan lain-lain. 25

Media pembelajaran memiliki manfaat dalam mendukung berjalannya proses pembelajaran dengan lancar. Karena media pembelajaran mempunyai peranan terhadap perkembangan anak. 5. Media Kartu Angka a. Pengertian kartu angka Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2005:10) kartu adalah kertas tebal berbentuk persegi panjang dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Sedangkan menurut S. Wojowasito (1972:126) kartu adalah kertas tebal yang berbentuk persegi empat. Angka adalah suatu bilangan yang dinotasikan dengan lambang (Sudaryanti 2006:1). Jadi, kartu angka adalah kertas tebal berbentuk persegi yang bertuliskan angka yang disertai gambar. Gambar merupakan salah satu media pembelajaran, gambar termasuk dalam jenis media visual. Levio dan Lentz dalam Azhar Arsyad (2007:17) dari temuan penelitian yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar tujuan memahami dan mengingat informasi dan pesan yang terkandung dalam gambar, media visual juga dapat mempermudah anak yang sedang dalam tahap belajar membaca teks yang bergambar. Media kartu angka bergambar merupakan salah satu media visual yang tidak diproyeksikan. Menurut Cucu, (2005:144) jenis media visual merupakan media yang paling sering digunakan oleh guru pendidikan anak usia dini untuk dapat menyampaikan isi dari tema yang sedang disampaikan. Sejalan dengan Cucu, Sofia Hartati (2005:34) menyatakan sebagian besar anak merupakan pebelajar visual, anak senang dengan hal yang nyata yang dapat 26

menimbulkan pemikiran baru, dalam hal ini pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan media gambar. Dari beberapa pengertian, peneliti menarik kesimpulan bahwa kartu angka yang disertai gambar adalah media visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan, yang dapat digunakan untuk mempermudah anak memahami informasi yang terkandung dalam gambar yang disertai angka. Dengan demikian media kartu angka berdampak positif terhadap upaya meningkatakan kemampuan operasi bilangan (1-20) pada anak. Kartu bergambar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kartu yang berukuran 20x20 cm yang terbuat dari kertas tebal yang berisikan angka dan gambar yang dirancang oleh peneliti untuk mengenalkan operasi bilangan khususnya penambahan dan pengurangan pada anak. b. Langkah-langkah pembelajaran operasi bilangan dengan kartu angka Secara garis besar langkah-langkah pembelajaran operasi bilangan khususnya penambahan dan pengurangan dengan menggunakan kartu angka adalah sebagai berikut: 1) Untuk membuka pembelajaran operasi bilangan guru mengajak anak untuk membilang 1-20 bersama-sama. 2) Guru menunjukan angka dan meminta anak menyebutkan bilangannya. 3) Guru menunjukan gambar dan meminta anak menghitung jumlah gambar yang ditunjukan. 4) Dengan bercerita guru masuk pada konsep penjumlahan. 27

Contoh: pada saat guru menunjukan gambar bebek yang berjumlah tiga guru meminta anak menghitung jumlah bebek yang ada digambar kemudian guru bercerita pendek, salah satu dari bebek ini bertelur, jumlah telurnya tiga dan ketiga telur itu menetas, jadi ada berapa bebeknya sekarang?. Begitu juga saat menjelaskan konsep pengurangan. 5) Guru meminta anak menghitug jumlah dari penambahan maupun pengurangan tersebut dengan menggunakan gambar. c. Kelebihan dan kekurangan kartu angka Menurut Arief S. Sadiman, dkk (1986:29) kelebihan media kartu bergambar diantaranya: 1) Sifatnya konkret gambar atau foto lebih realistik menunjukan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata. 2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. 3) Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan. 4) Dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahan pemahaman. 5) Murah harganya dan gampang di dapat serta digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus. Pendapat Arif dilengkapi oleh Amir Hamzah Suleiman (1988:29) bahwa kelebihan media gambar yaitu: 1) Gambar mudah diperoleh, bisa digunting dari majalah, atau dibuat sendiri, mudah menggunakannya. 28

2) Penggunaan gambar merupakan hal yang wajar. 3) Koleksi gambar dapat diperoleh terus. 4) Mudah mengatur pilihan untuk suatu pelajaran. Arief S Sadiman, dkk (1986:31) menyatakan selain kelebihankelebihan media gambar juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu: 1) Gambar hanya menafsirkan indera mata. 2) Gambar benda yang terlalu komplek kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. 3) Gambar yang disajikan dalam ukuran kecil mengakibatkan kurang efektif untuk proses pengajaran (ukurannya terbatas untuk kelompok besar). Berkaitan dengan penelitian ini, media yang dibuat mengatasi kelemahan-kelemahan diatas dengan cara membuat gambar dengan jelas agar anak tidak salah menafsirkan gambar pada media kartu angka, gambar yang dibuat tidak kompleks, dan gambar dibuat dalam ukuran yang relatif besar dalam arti dapat digunakan dalam satu kelas. Selain itu, media kartu angka yang dibuat memperhatikan karakteristik anak. Artinya, sebelum memberikan media kartu bergambar kepada anak, terlebih dahulu harus diketahui kemampuan yang dimiliki anak dalam menggunakan media kartu bergambar. Azhar Arsyad (1997:91) menyatakan media berbasis visual atau bergambar dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Senada dengan Azhar Arsyad, Arief S Sadima, dkk (1986:28) mengemukakan media visual dapat menarik perhatian, memperjelas sajian ide, mengilustrasikan fakta yang mungkin cepat dilupakan. Dengan demikian peneliti menarik kesimpulan 29

bahwa penggunaan kartu angka bergambar mampu menarik perhatian, meningkatkan daya kreasi, membuat isi pelajaran tidak mudah dilupakan, dan membuat pengajaran atau komunikasi lebih lancar. E. Kerangka Berpikir Bilangan dan lambang bilangan merupakan dasar dari beberapa ilmu yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti, penambahan, pengurangan, pembagian, ataupun perkalian. Merujuk pada teori Piaget bahwa anak usia dini belum dapat berpikir abstrak, melainkan berpikir konkrit. Anak usia dini masuk dalam tahapan praoperasional menuju konkret maka dari itu, pembelajaran yang dikemas harus sesuai dengan tahap perkembangan anak Peran media dalam pembelajaran khususnya dalam pendidikan anak usia dini menjadi sangat penting mengingat perkembangan anak pada saat itu berada pada masa praoperasional. Oleh karena itu, salah satu prinsip pendidikan untuk anak usia dini harus berdasarkan realita artinya bahwa anak diharapkan dapat mempelajari sesuatu secara nyata. Media kartu angka adalah salah satu alat atau media yang dapat digunakan untuk membelajarkan operasi bilangan khususnya penambahan dan pengurangan pada anak usia dini. Kartu angka merupakan media yang berisikan angka dan gambar-gambar yang menarik bagi anak. Gambar-gambar tersebut dapat menstimulasi dan mempermudah anak untuk belajar penjumlahan dan pengurangan secara sederhana. Dengan demikian, pembelajaran operasi bilangan dapat diajarkan pada anak usia dini dengan 30

memperhatikan tahap perkembangannya. Melalui media kartu angka dapat menstimulasi perkembangan logika matematis pada anak usia dini. F. Hipotesis Berdasarkan teori yang telah diungkapkan, hipotesis dari penelitian ini adalah dengan menggunakan media kartu angka dapat meningkatkan kemampuan operasi bilangan khususnya penambahan dan pengurangan pada anak kelompok B1 di TK Pertiwi 53 Geblag Bantul tahun ajaran 2011/2012. 31