KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN MELALUI PROSES PENGADILAN DAN DILUAR PENGADILAN

PENTINGNYA PENCANTUMAN KETIDAKBERHASILAN UPAYA PERDAMAIAN (DADING) DALAM BERITA ACARA SIDANG DAN PUTUSAN

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

KEKUATAN HUKUM AKTA PERDAMAIAN HASIL MEDIASI. (Studi di Pengadilan Agama Kabupaten Malang) SKRIPSI. Oleh: Lailatul Qomariyah NIM

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN PERDAMAIAN DALAM PENYELESAIAN PERKARA PERDATA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN MEDIASI SEBAGAI ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. hasil akhir putusan yang dijatuhkan. Tetapi harus dinilai sejak awal proses pemeriksaan

PENERAPAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG MEDIASI DALAM PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA Oleh : H. Sarwohadi, SH, MH (Hakim Tinggi PTA Bengkulu)

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup diatas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan mendayagunakan. Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. membuat keseimbangan dari kepentingan-kepentingan tersebut dalam sebuah

PENEGAKAN HUKUM LINGKUNGAN MELALUI ASPEK HUKUM PERDATA

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

KEKUATAN PEMBUKTIAN ALAT BUKTI PENGAKUAN YANG DIBERIKAN DI LUAR PERSIDANGAN

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

Oleh Helios Tri Buana

BAB IV. tunduk dan patuh pada putusan yang dijatuhkan. 1

Oleh : YUDI PRASETYO

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Pogram Studi Strata 1 pada Jurusan Ilmu Hukum Fakultas Hukum. Oleh : ANGGA PRADITYA C

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ke tahap yang lebih besar dan kompleks seiring dengan perkembangan

HAK TERSANGKA UNTUK MENDAPATKAN BANTUAN HUKUM DALAM PROSES PENYIDIKAN

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN HUKUM PROSES PENYELESAIAN SENGKETA TANAH SECARA MEDIASI OLEH PENGADILAN NEGERI LIMBOTO

BAB I PENDAHULUAN. * Dosen Pembimbing I ** Dosen Pembimbing II *** Penulis. A. Latar Belakang

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

Lex Administratum, Vol. III/No.3/Mei/2015

PUBLIC POLICY SEBAGAI ALASAN PEMBATALAN PELAKSANAAN PUTUSAN ARBITRASE INTERNASIONAL DI INDONESIA

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kepercayaan masyarakat kepada Lembaga Yudisial. untuk memperoleh keadilan melalui kewenangan

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01 TAHUN Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

ULJ 3 (1) (2014) UNNES LAW JOURNAL.

AKIBAT HUKUM YANG DITIMBULKAN DARI WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN AUTENTIK SEWA-MENYEWA TANAH

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A.

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

BAB IV. ANALISIS TERHADAP PUTUSAN NO. 0688/Pdt.G/2011/PA.Tbn TENTANG PENCABUTAN GUGATAN TANPA PERSETUJUAN TERGUGAT DALAM PERKARA CERAI GUGAT

PERSELISIHAN HAK ATAS UPAH PEKERJA TERKAIT UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK) Oleh :

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari pemaparan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peranan hukum di dalam pergaulan hidup adalah sebagai sesuatu yang

ASPEK HUKUM PEMBUKTIAN YANG BERUPA AKTA

PENYELESAIAN SENGKETA PERDAGANGAN. Karakteristik Pengadilan Negeri. Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi 11/8/2014

A. Proses Mediasi dalam Pembatalan Pekawinan di Pengadilan Agama Lamongan (Studi Kasus Putusan Nomor 1087/Pdt.G/2012/Pa.Lmg)

DRAFT REVISI PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN

JURNAL. Peran BPSK (Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen) dalam Menyelesaikan Sengketa Konsumen Melalui Proses Mediasi di Yogyakarta

SEKITAR PENCABUTAN GUGATAN Oleh : H. Sarwohadi, S.H., M.H. Hakim Tinggi PTA Bengkulu

CARA MENGAJUKAN GUGATAN DAN PERUBAHAN GUGATAN DALAM PRAKTEK PERADILAN HUKUM ACARA PERDATA

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

DIPONEGORO LAW JOURNAL Volume 5, Nomor 3, Tahun 2016 Website :

Oleh : Ayu Diah Listyawati Khesary Ida Bagus Putu Sutama. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berperan selama ini. Keberadaan lembaga peradilan sebagai pelaksana

KODE ETIK MEDIATOR Drs. H. HAMDAN, SH., MH. Pendahuluan. Terwujudnya keadilan yang cepat, sedarhana dan biaya ringan merupakan dambaan dari setiap

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FRANCHISEE USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DALAM BISNIS FRANCHISE

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA BANK SYARI AH DENGAN NASABAH MELALUI PENGADILAN AGAMA MENURUT UNDANG-UNDANG NO. 21 TAHUN 2008

KEWENANGAN PENYELESAIAN SENGKETA KEPAILITAN YANG DALAM PERJANJIANNYA TERCANTUM KLAUSUL ARBITRASE

2015, No tidaknya pembuktian sehingga untuk penyelesaian perkara sederhana memerlukan waktu yang lama; d. bahwa Rencana Pembangunan Jangka Mene

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

MEKANISME PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN SECARA MEDIASI TERHADAP PRODUK CACAT DALAM KAITANNYA DENGAN TANGGUNG JAWAB PRODUSEN

PENYELESAIAN SENGKETA PENANAMAN MODAL ASING DI BALI

TESIS ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DALAM KONTRAK SHOWBIZ DI INDONESIA

dengan hukum atau yang tidak dapat dilaksanakan atau yang memuat iktidak tidak baik (Pasal 17 ayat 3).

EKSEKUSI TERHADAP KEPUTUSAN HAKIM YANG MEMPUNYAI KEKUATAN HUKUM TETAP DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

EKSISTENSI DAN KEKUATAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA DI PENGADILAN 1 Oleh : Wiska W. R Rahantoknam 2

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH BANK MELALUI MEDIASI Oleh Ni Made Dewi Juliantini G. Ni Putu Purwanti

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

NILAI-NILAI POSITIF DAN AKIBAT HUKUM DISSENTING OPINION DALAM PERADILAN PIDANA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. beli, tetapi disebutkan sebagai dialihkan. Pengertian dialihkan menunjukkan

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat diselesaikan secara musyawarah mufakat. Peradilan sebagai

K0MPARASI EKSTENSI JURU SITA DALAM HUKUM ACARA PERADILAN TATA USAHA NEGARA TERHADAP HUKUM ACARA PERDATA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN TENTANG HAKIM AD-HOC TERKAIT DENGAN ASPEK IMPARSIAL DALAM PRAKTEK PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

PENYELESAIAN SENGKETA ANTARA KONSUMEN DENGAN PELAKU USAHA MELALUI MEDIASI DI BADAN PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN (BPSK) KOTA DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

KEKUATAN YURIDIS METERAI DALAM SURAT PERJANJIAN

TINJAUAN MATA KULIAH...

Kecamatan yang bersangkutan.

IMPLIKASI MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI TERHADAP ASAS PERADILAN SEDERHANA, CEPAT, DAN BIAYA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Liberty, 1981), hal ), hal. 185.

PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI MEDIASI OLEH PARA PIHAK DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR DALAM PERKARA PERDATA. oleh

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

SURAT KESEPAKATAN PERDAMAIAN TERINTEGRASI DALAM PUTUSAN PENGADILAN AGAMA

EKSEKUSI RIEL PUTUSAN HAKIM TERHADAP BENDA TIDAK BERGERAK

BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA

KEDUDUKAN NOTARIS SEBAGAI MEDIATOR MENURUT UNDANG- UNDANG JABATAN NOTARIS

UPAYA HUKUM TERHADAP PUTUSAN SELA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP SUATU PERKARA PERDATA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI DENPASAR)

BAB III METODE PENELITIAN. Metode secara etimologi diartikan sebagai jalan atau caramelakukan atau

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Oleh : Gunarto, SH, SE, Akt,MHum

Adapun dari sisi materi, perubahan materi buku II Edisi Revisi 2009, dibandingkan dengan Buku II Edisi 2009, adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

KEKUATAN HUKUM DARI HASIL MEDIASI DI PENGADILAN Oleh : Ni Komang Wijiatmawati Ayu Putu Laksmi Danyathi, S.H., M.Kn Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Mediation is the one of the dispute resolution that do by a third party which is called as mediator. The use of mediation have to done first when it conducted in the first trial of civil case and it aimed at resolving the civil case appropriate trilogy principles of justice and reduce the cumulate of civil case in court. The result can be shape consent judgment and amicable agreement. The purpose of this paper is knowing how far the power of law resolved through mediation. This research used that normative methods that use primary and secondary data sources. Keywords : Mediation, Power of Law, Consent Judgment, Amicable Settlement Abstrak Mediasi merupakan salah satu penyelesaian sengketa yang ditengahi oleh pihak ketiga sebagai mediator. Penggunaan mediasi dilakukan terlebih dahulu ketika dilakukan sidang pertama perkara perdata di persidangan yang bertujuan untuk menyelesaikan perkara perdata sesuai asas trilogi peradilan dan mengurangi penumpukan perkara perdata di Pengadilan. Hasil mediasi dapat berupa akta perdamaian dan kesepakatan perdamaian. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan hukum yang diselesaikan melalui jalur mediasi. Penelitian ini menggunakan metode normatif yang mempergunakan sumber data primer dan sekunder. Kata Kunci : Mediasi, Kekuatan Hukum, Akta Perdamaian, Kesepakatan Perdamaian I. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Problematika terjadi karena banyaknya permasalahan perdata yang dibawa ke ranah hukum. Dimana proses peradilan di Indonesia ternyata menunjukkan ketidak efektifan dan ketidak efisienan dalam proses beracara hingga memakan waktu bertahun-tahun untuk penyelesaiannya. Padahal masyarakat pencari keadilan membutuhkan proses penyelesaian 1

yang cepat yang tidak formalistis atau informal procedure and be put into motion quickly. 1 Mediasi merupakan salah satu alternatif yang digunakan untuk mengurangi penumpukan perkara perdata di Pengadilan. Istilah mediasi berasal dari bahasa latin mediare yang berarti berada di tengah- tengah. Di dalam bahasa inggris, mediasi disebut mediation yang berarti penyelesaian sengketa dengan menengahi. Menurut Pasal 1 angka 7 PERMA Nomor 1 Tahun 2008 mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu oleh mediator. Dengan mediasi, penyelesaian dapat dilakukan dengan cepat maka waktu yang dihabiskan pun lebih singkat tentunya akan mengurangi biaya perkara yang mahal. Hasil mediasi juga merupakan kesepakatan bersama oleh kedua belah pihak yang bersengketa di tengahi oleh mediator ini yang tentunya akan sangat membantu apabila dapat terlaksana dengan baik. Namun, seringkali jalur mediasi ini menjadi sia-sia dikarenakan adanya salah satu pihak yang tidak melakukan secara sukarela, sehingga banyak pihak yang mempertanyakan mengenai kepastian hukum dari proses mediasi yang merupakan salah satu alternatif penyelesaian sengketa ini. 1.2 TUJUAN PENULISAN Dari permasalahan diatas maka tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana kekuatan hukum yang diselesaikan melalui jalur mediasi di Pengadilan. II. ISI MAKALAH 2.1 METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini menggunakan penelitian hukum normative dimana penelitian ini mengkajia dan meneliti peraturan- peraturan tertulis. 2 Sumber bahan hukum yang digunakan yaitu sumber bahan hukum primer dan sekunder. 1 M.Yahya Harahap, 1997, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, Sinar Grafika, Jakarta, h. 248. 2 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta, h.15. 2

2.2 HASIL DAN PEMBAHASAN 2.2.1 Proses Mediasi di Pengadilan Syarat sahnya mediasi adalah jika mediasi menghasilkan kesepakatan maka harus dibuat secara tertulis sesuai Pasal 17 ayat (1) PERMA Nomor 1 Tahun 2008 dimana berbunyi jika mediasi menghasilkan kesepakatan perdamaian, para pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditanda tangani oleh para pihak dan mediator. Syarat ini ditegaskan juga dalam Pasal 1851 KUHPerdata, bahwa persetujuan perdamaian harus bentuk tertulis, boleh akta dibawah tangan (onderhandse acte) dan dapat juga berbentuk akta otentik. 3 Proses mediasi dilakukan oleh kedua belah pihak yang diatur oleh mediator. Pengaturan mengenai proses mediasi diatur di dalam Pasal 6 PERMA Nomor 1 Tahun 2008 yang berbunyi proses mediasi pada asasnya tertutup kecuali para pihak menghendaki lain. Dari bunyi Pasal tersebut berarti proses mediasi dapat dilakukan dengan 2 cara pertemuan, yakni mediasi tertutup oleh umum dan mediasi terbuka untuk umum atas persetujuan para pihak. Di dalam proses mediasi di Pengadilan dengan mediasi tertutup oleh umum maupun mediasi terbuka untuk umum atas persetujuan para pihak dapat menghasilkan suatu kesepakatan perdamaian yang berarti mediasi berhasil ataupun tidak menghasilkan kesepakatan perdamaian yang berarti mediasi gagal. Proses mediasi gagal ini berarti jika batas waktu maksimal 40 (empat puluh) hari kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3), para pihak tidak mampu menghasilkan kesepakatan atau karena sebab-sebab yang terkandung di dalam Pasal 15, mediator wajib menyatakan secara tertulis bahwa proses mediasi telah gagal dan memberitahukan kegagalan kepada hakim. Sedangkan mediasi berhasil berarti jika mediasi menghasilkan kesepakatan perdamaian, para pihak dengan bantuan mediator wajib merumuskan secara tertulis kesepakatan yang dicapai dan ditandatangani oleh para pihak dan mediator. Dengan berhasilnya mediasi tersebut kedua belah pihak yang bersengketa 3 M. Yahya Harahap, 2005, Hukum Acara Perdata : Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian,dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta, h. 266. 3

sama-sama menyetujuai dengan sukarela mengakhiri persengketaan. Persetujuan ini harus datang dari keinginan kedua belah pihak. Artinya, persetujuan itu bukan kehendak sepihak atau kehendak hakim. 4 2.2.3 Kekuatan Hukum Hasil Mediasi Setelah mediasi berhasil maka kesepakatan perdamaian kemudian ditandatangani oleh kedua belah pihak. Pada Pasal 17 ayat (5) berbunyi para pihak dapat mengajukan kesepakatan perdamaian kepada hakim untuk dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian kemudian pada ayat (6) berbunyi jika para pihak tidak menghendaki kesepakatan perdamaian dikuatkan dalam bentuk akta perdamaian, kesepakatan perdamaian harus memuat klausula pencabutan gugatan dan atau klausula yang menyatakan perkara telah selesai. Dari kedua ayat ini menegaskan bahwa akta perdamaian dapat dimintakan kepada hakim atas kehendak dari para pihak yang bersengketa yang berarti tidak setiap sengketa melalui mediasi memiliki akta perdamaian tergantung dari keinginan para pihak yang bersengketa. Sedangkan di dalam Pasal 130 ayat (2) HIR berbunyi jika perdamaian yang demikian itu dapat dicapai maka pada waktu bersidang, diperbuat sebuah surat (akta) tentang itu, dalam mana kedua belah pihak dihukum akan menaati perjanjian yang diperbuat itu, surat mana akan berkekuatan dan akan dijalankan sebagai putusan biasa. Adanya perbedaan yang mendasar dari HIR dengan PERMA tersebut dimana suatu akta perdamaian dibuat ketika telah terjadinya kesepakatan antara kedua belah pihak yang bersengketa sedangkan di dalam PERMA akta perdamaian dapat dimintakan kepada Pengadilan apabila adanya keinginan dari kedua belah pihak yang bersengketa. Jika dilihat dari kekuatan hukumnya maka persetujuan perdamaian tidak memiliki kekuatan eksekutorial yang biasa disebut akte van dading deed of compromise yang tidak lebih dari perjanjian biasa. Sedangkan akta perdamaian memiliki kekuatan eksekutorial yang berarti apabila salah satu pihak yang bersengketa tidak melaksanakannya secara sukarela atau 4 M. Yahya Harahap, 2006, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, h. 295. 4

melanggar ketentuan dari akta perdamaian yang telah disepakati maka dapat diajukan permohonan eksekusi kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat. Kekuatan hukum dari akta perdamaian ini sama dengan kekuatan hukum dari putusan Pengadilan seperti yang tercantum di dalam Pasal 1858 ayat (1) KUHPerdata dan Pasal 130 ayat (2) HIR yang kedua Pasal tersebut memberikan pengertian umum bahwa akta perdamaian serupa dengan putusan hakim (Pengadilan) yang memperoleh kekuatan hukum tetap (res judicata). III.KESIMPULAN Penyelesaian menggunakan mediasi dapat dilakukan dengan dua cara pertemuan yakni mediasi tertutup oleh umum dan mediasi terbuka untuk umum atas persetujuan para pihak. Dari cara pertemuan mediasi tersebut melahirkan kesepakatan perdamaian yang berarti mediasi berhasil dan tidak melahirkan kesepakatan perdamaian yang berarti mediasi gagal. Hasil mediasi yang melahirkan kesepakatan perdamaian ini harus dibuat secara tertulis. Jika kedua belah pihak menginginkan untuk dibuatkan akta perdamaian dapat dimintakan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat agar hasil mediasi memiliki kekuatan eksekutorial yang sama dengan kekuatan hukum putusan pengadilan. IV. DAFTAR PUSTAKA Buku : M.Yahya Harahap, 1997, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, Sinar Grafika, Jakarta. M. Yahya Harahap, 2005, Hukum Acara Perdata : Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian,dan Putusan Pengadilan, Sinar Grafika, Jakarta. M. Yahya Harahap, 2006, Ruang Lingkup Permasalahan Eksekusi Bidang Perdata, Sinar Grafika, Jakarta. Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI-Press, Jakarta. Perundang-Undangan : Herzien Inlandsch Reglement. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 01 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. 5