panduan praktis Skrining Kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
PROLANIS (Program Pengelolaan Penyakit Kronis)

panduan praktis Penjaminan di Wilayah Tidak Ada Faskes Penuhi Syarat

panduan praktis Pelayanan Imunisasi

panduan praktis Pelayanan Ambulan

panduan praktis Edukasi Kesehatan

panduan praktis Sistem Rujukan Berjenjang

Program Rujuk Balik Bagi Peserta JKN

BAB I PENDAHULUAN. (Emilia, 2010). Pada tahun 2003, WHO menyatakan bahwa kanker merupakan

KONSEP PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PELAYANAN KESEHATAN

Pelayanan Alat Kesehatan

panduan praktis Pelayanan Kebidanan & Neonatal

BAB 1 : PENDAHULUAN. daerah leher rahim atau mulut rahim, yang merupakan bagian yang terendah dari

panduan praktis Administrasi Klaim Fasilitas Kesehatan BPJS Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data dari Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization

KANKER PAYUDARA dan KANKER SERVIKS

Pelayanan Gigi & Prothesa Gigi Bagi Peserta JKN

BAB I PENDAHULUAN. Kanker leher rahim adalah tumor ganas pada daerah servik (leher rahim)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, Karibia, Sub-Sahara

BAB I PENDAHULUAN kematian per tahun pada tahun Di seluruh dunia rasio mortalitas

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini Indonesia menghadapi beban ganda penyakit atau double

BAB I PENDAHULUAN. yang disebut sebagai masa pubertas. Pubertas berasal dari kata pubercere yang

IMPLEMENTASI PELEPASAN INFORMASI MEDIS DALAM SISTEM PEMBAYARAN E KLAIM BPJS KESEHATAN DR BIMANTORO R, AAK

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gambaran masyarakat Indonesia dimasa depan yang ingin dicapai melalui

No. Responden: B. Data Khusus Responden

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. awal (Nadia, 2009). Keterlambatan diagnosa ini akan memperburuk status

PROLANISPEDIA PELAKSANAAN KEGIATAN PROLANIS DI FKTP BPJS KESEHATAN KCU TASIKMALAYA

No. Responden. I. Identitas Responden a. Nama : b. Umur : c. Pendidikan : SD SMP SMA Perguruan Tinggi. d. Pekerjaan :

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. health coverage di tahun Universal health coverage berarti setiap warga di

Heni Hendarsah Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. serviks uteri. Kanker ini menempati urutan keempat dari seluruh keganasan pada

KUESIONER FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU IBU DALAM PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI POLI GINEKOLOGI RSUD DR PIRNGADI MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks (leher rahim) adalah salah satu kanker ganas yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pola penyakit saat ini telah mengalami transisi epidemiologi yang

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya umur harapan hidup sebagai salah satu tujuan

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Administrasi Klaim Faskes BPJS Kesehatan

Gate Keeper Concept Faskes BPJS Kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan manusia tidak dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Keadaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SOSIALISASI DETEKSI DINI PENYAKIT KANKER SERVIK, KANKER PAYUDARA, PUSKESMAS TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN DETEKSI DINI KANKER SERVIKS MELALUI METODE PAP SMEAR PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh yang tidak normal.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dini. 6,8 Deteksi dini kanker serviks meliputi program skrining yang terorganisasi

BAB I PENDAHULUAN. human papilloma virus (HPV) terutama pada tipe 16 dan 18. Infeksi ini

BAB I PENDAHULUAN. rahim yaitu adanya displasia/neoplasia intraepitel serviks (NIS). Penyakit kanker

KEGIATAN DALAM RANGKA HARI KANKER SEDUNIA 2013 DI JAWA TIMUR

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian. utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pengertian pasien penerima bantuan iuran. secara langsung maupun tidak langsung di Rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker leher rahim (kanker serviks) masih menjadi masalah

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

PETUNJUK TEKNIS STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN (Permenkes No. 43/ 2016)

BAB 1 : PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data GLOBOCAN, International Agency for Research on

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

2017, No Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 200

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROPOSAL KEGIATAN MINI PROJECT PROGRAM PENGELOLAAN PENYAKIT KRONIS (PROLANIS) Program Internship Dokter Indonesia. Disusun Oleh:

BAB 3 METODE PENELITIAN

MENTERIKESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Akses Pelayanan Kesehatan di Era BPJS. Dr. E. Garianto, M.Kes

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1 Universitas Kristen Maranatha

Kata kunci: Lesi prakanker, IVA Positif, Krioterapi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB XXIV. Kanker dan Tumor. Kanker. Masalah pada leher rahim. Masalah pada rahim. Masalah pada payudara. Masalah pada indung telur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kanker merupakan istilah umum untuk pertumbuhan sel tidak normal,

BAB I PENDAHULUAN. di dunia. Berdasarkan data Internasional Agency For Research on Cancer

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

Oleh : Duwi Basuki, Ayu Agustina Puspitasari STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN DENGAN PELAKSANAAN DETEKSI DINI KANKER SERVIK MELALUI IVA. Mimatun Nasihah* Sifia Lorna B** ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi

ABSTRAK. di dunia, tepatnya penyakit kedua terbanyak setelah penyakit kardio vaskular. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan biologis seorang perempuan menjelang dewasa di mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. diketahui dan diobati. Hasil penelitian di Rumah Sakit Cipto. menunjukkan bahwa 80% penderita kanker payudara datang

A. Pengetahuan Kanker Serviks NO. PERTANYAAN JAWABAN 1. Kanker leher rahim ( serviks ) merupakan penyakit?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kedua di dunia dimana konstribusinya 13 % dari 22% kematian yang

BAB I PENDAHULUAN. Kanker serviks adalah kanker tersering nomor tujuh secara. keseluruhan, namun merupakan kanker terbanyak ke-dua di dunia pada

BAB I PENDAHULUAN. Human Papilloma Virus (HPV). HPV ini ditularkan melalui hubungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular. Salah satu

Transkripsi:

panduan praktis Skrining Kesehatan 03

02 panduan praktis Skrining Kesehatan Kata Pengantar Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) ditetapkan bahwa operasional BPJS Kesehatan dimulai sejak tanggal 1 Januari 2014. BPJS Kesehatan sebagai Badan Pelaksana merupakan badan hukum publik yang dibentuk untuk menyelenggarakan program jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan diberlakukannya program Jaminan Kesehatan Nasional ini adalah untuk memenuhi kebutuhan kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh Pemerintah. Masyarakat sebagai peserta Jaminan Kesehatan Nasional yang diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan dan stakeholder terkait tentu perlu mengetahui prosedur dan kebijakan pelayanan dalam memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan haknya. Untuk itu diperlukan Buku Panduan Praktis yang diharapkan dapat membantu pemahaman tentang hak dan kewajiban stakeholder terkait baik Dokter/Dokter Gigi yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, Fasilitas Kesehatan yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, Peserta BPJS Kesehatan maupun pihak-pihak yang memerlukan informasi tentang program Jaminan Kesehatan Nasional. Dengan terbitnya buku ini diharapkan masyarakat akan mengetahui dan memahami tentang Jaminan Kesehatan Nasional, sehingga pada saat pelaksanaannya masyarakat dapat memahami hak dan kewajibannya serta memanfaatkan jaminan kesehatan dengan baik dan benar. Tentu saja, pada waktunya buku panduan praktis ini dapat saja direvisi dan diterapkan berdasarkan dinamika pelayanan yang dapat berkembang menurut situasi dan kondisi di lapangan serta perubahan regulasi terbaru. Direktur Utama BPJS Kesehatan Dr. dr. Fachmi Idris, M.Kes. panduan praktis Skrining Kesehatan 03

04 panduan praktis Skrining Kesehatan Daftar Isi I Definisi I Definisi 05 II Tujuan 05 III Sasaran 06 IV Bentuk Pelaksanaan 06 V Penanggungjawab 08 VI Langkah Pelaksanaan 08 VII Indikator 21 VIII Hal - Hal Yang Perlu Diperhatikan 22 Skrining Kesehatan dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu: 1. Skrining untuk Preventif Primer - Skrining Riwayat Kesehatan Skrining Riwayat Kesehatan merupakan bentuk deteksi dini untuk penyakit yang berdampak biaya besar dan menjadi fokus pengendalian BPJS Kesehatan yaitu Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi. 2. Skrining untuk Preventif Sekunder Selektif (Peserta RISTI penyakit kronis berdasarkan hasil Skrining Riwayat Kesehatan dan Deteksi Kanker) Deteksi Kanker merupakan bentuk deteksi dini untuk penyakit Kanker Leher Rahim pada wanita yang sudah menikah dan Kanker Payudara. II Tujuan 1. Mendeteksi faktor risiko penyakit kronis dalam rangka mendorong peserta untuk sadari dini, panduan praktis Skrining Kesehatan 05

06 panduan praktis Skrining Kesehatan deteksi dini, dan cegah risiko secara dini terhadap penyakit kronis. 2. Mendeteksi penyakit Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara pada peserta yang memiliki faktor risiko tinggi penyakit tersebut secara lebih dini. pemeriksaan Inspeksi Visual Asetat (IVA) dan Pap Smear. 3. Deteksi Kanker Payudara dilakukan melalui metode Clinical Breast Examination (CBE). III Sasaran 1. Sasaran Skrining Riwayat Kesehatan adalah semua peserta BPJS Kesehatan yang berusia 30 tahun ke atas. 2. Sasaran Deteksi Kanker adalah pada wanita peserta BPJS Kesehatan, meliputi semua wanita yang pernah menikah dan wanita yang berisiko yang berusia 30 tahun ke atas. IV Bentuk Pelaksanaan 1. Skrining Riwayat Kesehatan dilakukan dengan cara pengisian riwayat kesehatan setiap 1 (satu) tahun sekali bagi peserta BPJS Kesehatan. 2. Deteksi Kanker Leher Rahim dilakukan melalui Clinical Breast Examination (CBE) adalah pemeriksaan payudara yang dilakukan oleh tenaga kesehatan terlatih. Pemeriksaan ini digunakan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang ada pada payudara dan untuk mengevaluasi kanker payudara pada tahap dini sebelum berkembang ke tahap yang lebih lanjut. panduan praktis Skrining Kesehatan 07

08 panduan praktis Skrining Kesehatan V Penanggungjawab Penanggungjawab kegiatan Skrining untuk Preventif Primer dan Skrining untuk Preventif Sekunder Selektif adalah Kantor Cabang BPJS Kesehatan Bagian Manajemen Pelayanan Primer. VI Langkah Pelaksanaan A. Skrining Riwayat Kesehatan 1. Perencanaan Langkah-langkah yang dilakukan antara lain: a. Kantor Pusat melakukan koordinasi dengan Perhimpunan/Ahli untuk penyusunan materi kuesioner skrining masing-masing penyakit b. Kantor Divisi Regional atau Kantor Cabang melakukan pencetakan kuesioner Skrining c. Kantor Cabang mendistribusikan kuesioner skrining kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama 2. Pengorganisasian a. Kantor Pusat berperan untuk membuat skema pertanyaan kuesioner skrining riwayat kesehatan b. Kantor Divisi Regional bertugas mengkoordinasi jumlah ketersediaan Fasilitas Kesehatan di wilayahnya yang akan melakukan kegiatan skrining c. Kantor Cabang sebagai penanggung jawab melakukan koordinasi dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, sosialisasi dan informasi kepada peserta dan memonitor pelaksanaan skrining di wilayah kerja 3. Pelaksanaan oleh Kantor Cabang: a. Melakukan identifikasi calon peserta sasaran Skrining Riwayat Kesehatan b. Mengadakan Formulir Skrining dan sarana pendukung lainnya (oleh Divisi Regional atau Kantor Cabang) sesuai dengan jumlah sasaran peserta Skrining c. Melakukan koordinasi dengan Fasilitas panduan praktis Skrining Kesehatan 09

10 panduan praktis Skrining Kesehatan Kesehatan Tingkat Pertama dalam rangka pelaksanaan Skrining Riwayat Kesehatan d. Mendistribusikan Formulir Skrining Koordinator BPJS pada wilayah kerja melakukan distribusi formulir kepada peserta BPJS Kesehatan melalui Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang meliputi: 1) Peserta baru. 2) Peserta yang berobat di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Dokter Keluarga, Puskesmas, Klinik). 3) Peserta yang terindikasi memiliki faktor risiko penyakit kronis. Peserta akan diarahkan untuk berkunjung ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama untuk mendapatkan pelayanan Skrining Riwayat Kesehatan e. Mengumpulkan formulir Skrining f. Entri data Skrining ke dalam Aplikasi dilakukan oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama g. Kantor Cabang melakukan analisa hasil Skrining (berdasarkan luaran Aplikasi), serta menyampaikan hasil analisa Skrining tersebut ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama untuk tindak lanjut h. Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama melakukan tindak lanjut Skrining dengan melakukan pemeriksaan GDP dan GDPP bagi peserta yang hasil analisa Skriningnya berisiko tinggi Diabetes Melitus Tipe 2 i. Menyusun Laporan Hasil Skrining Jika hasil Skrining Riwayat Kesehatan mengindikasikan peserta memiliki faktor risiko Diabetes Melitus Tipe 2 atau Hipertensi, peserta di edukasi untuk turut serta dalam Program Pengelolaan Penyakit Kronis (PROLANIS) Diabetes Melitus Tipe 2 atau Hipertensi. panduan praktis Skrining Kesehatan 11

12 panduan praktis Skrining Kesehatan Alur Skrining Riwayat Kesehatan Diabetes Melitus Tipe 2 dan Hipertensi: Peserta berisiko tinggi Diabetes Melitus Tipe 2 (hasil Skrining) akan dilakukan pemeriksaan kadar Gula Darah di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama B. Deteksi Kanker 1. Perencanaan Langkah-langkah yang dilakukan antara lain: a. Mempersiapkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Memetakan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yang dapat melakukan pemeriksaan Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara b. Melakukan pemetaan peserta wanita sudah menikah dan wanita berisiko dengan ketentuan: 1) Berisiko tinggi Kanker Leher Rahim, antara lain: menikah/hubungan seksual pada usia muda, sering melahirkan, panduan praktis Skrining Kesehatan 13

14 panduan praktis Skrining Kesehatan merokok, berganti-ganti pasangan seksual, dan infeksi menular seksual 2) Berisiko tinggi Kanker Payudara, antara lain: riwayat keluarga ada yang menderita Kanker Payudara, menstruasi dini, wanita yang mempunyai anak pertama diatas usia 30 tahun, tidak pernah menyusui, menopause usia lanjut, riwayat tumor jinak payudara, terapi hormon, pajanan radiasi, kontrasepsi oral terlalu lama, alkohol dan trauma terus menerus 3) Peserta mendapatkan rekomendasi dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama 4) Peserta mendaftar dengan lembar kesediaan Formulir Permohonan Pelayanan Deteksi Kanker Leher Rahim atau Kanker Payudara 2. Pengorganisasian a. Kantor Divisi Regional bertugas mengkoordinasi jumlah dan target sasaran b. Kantor Cabang sebagai penanggung jawab melakukan koordinasi dengan Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, sosialisasi dan informasi kepada peserta, dan memonitor pelaksanaan skrining 3. Pelaksanaan a. Kantor Pusat menentukan sasaran peserta per Kantor Regional. b. Kantor Divisi Regional menentukan sasaran peserta per Kantor Cabang. c. Kantor Cabang melakukan: 1) Mengumumkan kepada calon peserta melalui Instansi/Kelompok Peserta/ Faskes Tingkat Pertama. 2) Menjaring calon peserta, kemudian dilakukan pencatatan untuk pendataan dan identifikasi terhadap wanita menikah dan berisiko yang bersedia mendapat layanan IVA/Pap Smear, serta melakukan pencatatan pendataan terhadap wanita yang berisiko tinggi panduan praktis Skrining Kesehatan 15

16 panduan praktis Skrining Kesehatan menderita Kanker Payudara yang bersedia mendapat layanan CBE. 3) Validasi calon peserta Deteksi Kanker. 4) Menetapkan peserta Deteksi Kanker. 5) Menyampaikan data peserta Deteksi Kanker kepada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (Dokter atau Bidan). 6) Mengundang peserta melakukan Deteksi Kanker. Peserta terlebih dahulu menandatangani formulir permohonan pelayanan pemeriksaan Deteksi Kanker (IVA / Pap Smear). 7) Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama melayani wanita yang sudah menikah dan berisiko untuk diberikan pemeriksaan deteksi Kanker Leher Rahim atau Kanker Payudara: Deteksi Kanker Leher Rahim didahului dengan pemeriksaan IVA oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. Tindakan Pap Smear merupakan langkah tindak lanjut dari hasil pemeriksaan IVA, yang akan dilakukan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjutan. Deteksi Kanker Payudara, Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama memberikan edukasi cara melakukan CBE. 8) Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama mencatat dan menagihkan pelayanan IVA kepada BPJS Kesehatan. 9) BPJS Kesehatan melakukan proses verifikasi klaim tagihan. 10) BPJS Kesehatan melakukan entri data hasil pemeriksaan ke dalam Aplikasi P-Care dan melakukan proses pembayaran klaim. 11) Menganalisa hasil Deteksi Kanker. 12) Menyampaikan hasil analisa Deteksi Kanker ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama untuk tindaklanjut. 13) Menyusun laporan hasil pemeriksaan Deteksi Kanker. panduan praktis Skrining Kesehatan 17

18 panduan praktis Skrining Kesehatan Alur Skrining untuk Deteksi Risiko Kanker Leher Rahim: Terapi Krio (Krioterapi) IVA di Faskes Tk. Pertama Pap Smear di Faskes Tk. Lanjutan PESERTA BPJS Kesehatan Pengobatan Lanjutan Edukasi Pemeliharaan Kesehatan Mandiri Peserta yang menderita Kanker Leher Rahim dapat dilakukan krioterapi di Faskes Tingkat Pertama. Krioterapi adalah perusakan sel-sel prakanker dengan cara dibekukan (dengan membentuk bola es pada permukaan leher rahim). Tindakan ini dapat dilakukan di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama seperti Puskesmas oleh Dokter Umum/Spesialis Kebidanan terlatih Pemeriksaan IVA bagi peserta BPJS Kesehatan dilakukan setiap 5 (lima) tahun sekali panduan praktis Skrining Kesehatan 19

20 panduan praktis Skrining Kesehatan Mamografi di Faskes Tk. Lanjutan Pengobatan VII Indikator A. Skrining Riwayat Kesehatan 1. Proses: Jumlah kuesioner yang terisi data skrining Alur Skrining untuk Deteksi Risiko Kanker Payudara: Risiko Risiko Risiko Pemeriksaan lanjutan oleh Faskes Tk. Pertama CBE / Sadari Skrining Riwayat PESERTA BPJS Kesehatan Normal Normal Normal Edukasi Pemeliharaan Kesehatan Mandiri Jumlah peserta yang dilakukan pemeriksaan tindak lanjut 2. Output: Cakupan peserta yang berisiko tinggi B. Deteksi Kanker 1. Proses: Jumlah wanita yang mendapat pelayanan deteksi Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara 2. Output: Terlaksananya pemeriksaan deteksi Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara serta ditemukannya peserta berisiko tinggi oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama panduan praktis Skrining Kesehatan 21

22 panduan praktis Skrining Kesehatan VIII Hal - Hal Yang Perlu Diperhatikan A. Skrining Riwayat Kesehatan 1. Pengadaan formulir Skrining Riwayat Kesehatan diantisipasi supaya tidak terjadi keterlambatan dalam pelaksanaan Skrining Riwayat Kesehatan. 2. Peserta sasaran diwilayah terpencil tidak tercakup, karena kondisi geografis yang sulit dijangkau. 3. Pengisian formulir Skrining Riwayat Kesehatan tidak valid dan tidak lengkap (tidak sesuai dengan kondisi kesehatan peserta). 4. Target tidak tercapai, karena peserta tidak bersedia mengikuti program Skrining Riwayat Kesehatan (takut kondisi kesehatan diketahui). 5. Luaran data tidak valid, disebabkan karena proses entri yang tidak optimal. 2. Ketersediaan fasilitas kesehatan yang melayani pemeriksaan Deteksi Kanker terutama didaerah terpencil. 3. Ketersediaan tenaga kesehatan (Dokter atau Bidan) yang mampu melakukan pemeriksaan Deteksi Kanker (metode IVA). B. Deteksi Kanker 1. Kesulitan mencari peserta sasaran (karena ada budaya tabu, takut, malu). panduan praktis Skrining Kesehatan 23

24 panduan praktis Skrining Kesehatan