PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

dokumen-dokumen yang mirip
Strategi Pemilihan Sistem Operasi Untuk Personal Computer

TEKNOSI, Vol. 02, No. 02, Agustus

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENJURUSAN SMA MENGGUNAKAN METODE AHP

Fitriyani 1, Ellya Helmud 2 1,2 Sistem Informasi, STMIK Atma Luhur Pangkalpinang

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

APLIKASI AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN TEMPAT KULIAH DI BANGKA BELITUNG

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

PENENTUAN DALAM PEMILIHAN JASA PENGIRIMAN BARANG TRANSAKSI E-COMMERCE ONLINE

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCES UNTUK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMAAN RASKIN (STUDI KASUS : KECAMATAN MEDAN DELI)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA PADA SMA 1 BOJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa. Irfan Dwi Jaya

AHP (Analytical Hierarchy Process)

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BANTUAN LANGSUNG TUNAI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCY PROCESS

BAB III METODE PENELITIAN. dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Desain Riset Tujuan Penelitian. Jenis Penelitian

PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI

ANALISIS SISTEM PEMBAYARAN PERKULIAHAN DI UKRIDA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LAPTOP

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

IMPLEMENTASI METODE AHP UNTUK PENENTUAN JURUSAN IPA DAN IPS DI SMA NEGERI 6 SEMARANG

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN GURU BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN MODEL PENGEMBANGAN SISTEM PEMBELAJARAN BERBASIS INTERNET

JURNAL. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KENAIKAN JABATAN PADA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. (BCA) MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HEARARCHY PROCESS

IMPLEMENTASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENERIMA BERAS UNTUK KELUARGA MISKIN ( RASKIN ) MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS) Ilyas

FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN TERHADAP KEBERLANJUTAN BISNIS TATA RIAS KECANTIKAN DI KABUPATAN GARUT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS PENERIMAAN BEASISWA DI SMP N 5 PRINGSEWU)

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 LANDASAN TEORI

Penerapan Model Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Dosen Berprestasi di STMIK Atma Luhur Pangkalpinang

ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN (DECISION SUPPORT) PEMILIHAN LOKASI PEMBANGUNAN RUMAH KOS UNTUK KARYAWAN

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

APLIKASI AHP UNTUK PENILAIAN KINERJA DOSEN

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN PENERIMAAN BEASISWA MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (STUDI KASUS PENERIMAAN BEASISWA DI SMAN2 METRO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

AHP UNTUK PEMODELAN SPK PEMILIHANSEKOLAH TINGGI KOMPUTER

Titis Handayani Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang. Abstract

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

SPK Evaluasi Peserta LBD (Local Business Development) Dengan Metode AHP (Studi Kasus Chevron Indonesia Company)

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGUKUR KUALITAS SOFTWARE DENGAN MENERAPKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

ISSN VOL 15, NO 2, OKTOBER 2014

TELEMATIKA, Vol. 06, No. 02, JANUARI, 2010, Pp ISSN X TEKNIK PERMODELAN ANALITYCAL HIERARCHY PROCES (AHP) SEBAGAI PENDUKUNG KEPUTUSAN

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Paket Umroh (Studi Kasus: PT. Amanah Iman)

BAB III ANALISA DAN DESAIN SISTEM

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T

ISSN : STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 2015

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SISWA BERPRESTASI DI SMP MA`ARIF 10 BANGUNREJO LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERIJINAN DAN PENEMPATAN KOLAM JARING TERAPUNG MENGGUNAKAN METODE AHP STUDI KASUS PT

Laporan Rancangan DRONE SUGGESTION SYSTEM

INTRO Metode AHP dikembangkan oleh Saaty dan dipergunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang komplek dimana data dan informasi statistik dari masal

ANALISIS PEMILIHAN SUPPLIER PADA KOMPONEN LAMP CORD ASSY UNTUK SPEEDOMETER HONDA BLADE DI PT. INDONESIA NIPPON SEIKI

Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

Sesi XIII AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI PERANGKINGAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DAN SUPERIORITY INDEX

III. METODE PENELITIAN. informasi dari kalangan aparat pemerintah dan orang yang berhubungan erat

PENENTUAN PRIORITAS KEGIATAN OPERASI DAN PEMELIHARAAN DAERAH IRIGASI DENGAN MENGGUNAKAN METODA ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP) (185A)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process

PENILAIAN KINERJA DOSEN DENGAN MENGGUNAKAN METODE AHP (STUDI KASUS : DI STMIK POTENSI UTAMA MEDAN)

STRATEGI MEMILIH INTERNET SERVICE PROVIDER TERBAIK UNTUK PERGURUAN TINGGI (STUDI KASUS : STMIK ATMA LUHUR)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

Analytic Hierarchy Process

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

BAB II LANDASAN TEORI. mengintegrasikan bermacam-macam data dengan menyusun, menyimpan, 1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

repository.unisba.ac.id DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

ANALISIS DAN USULAN SOLUSI SISTEM UNTUK MENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA DOSEN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. negara, atau instansi. Sedangkan transportasi adalah pengangkutan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. II Definisi Sistem Pendukung Keputusan

ANALISIS KRITERIA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN BEASISWA BELAJAR BAGI GURU MENGGUNAKAN METODE ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)

Konsep Dasar Sistem Pendukung Keputusan (SPK)

METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMILIHAN GALANGAN KAPAL UNTUK PEMBANGUNAN KAPAL TANKER DI PULAU BATAM

BAB III METODE PENELITIAN

Penerapan Metode AHP untuk Pemilihan Kendaraan Sepeda Motor Matic Studi Kasus Dialer Honda Peranap

Transkripsi:

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG Fitriyani STMIK Atma Luhur Pangkalpinang Jl. Jend. Sudirman Selindung Pangkalpinang bilalzakwan12@yahoo.com Abstrak Ada beberapa kriteria yang dipilih masyarakat dalam menentukan tempat untuk persalinan ibu dan buah hati. Beberapa kriteria diantaranya pelayanan, fasilitas, biaya dan jarak yang ditempuh. Menggunakan sebuah sistem yaitu sistem pendukung keputusan dan tools Expert Choice 2000. Sistem pendukung keputusan dapat membantu penilaian terhadap rumah bersalin, menentukan kriteria dan nilai bobot. Sedangkan Expert Choice 2000 merupakan software yang dapat mengolah data dan menghasilkan keputusan rumah bersalin yang menjadi pilihan masyarakat khususnya ibu untuk melahirkan buah hati. Kata Kunci : analytical hierarchy process, SPK, rumah bersalin, expert choice 2000 1. Pendahuluan Setelah mengandung selama sembilan bulan, kini saatnya untuk melahirkan. Melahirkan merupakan suatu peristiwa penting dan besar bagi sebuah keluarga. Guna kelancaran proses persalinan, salah satunya diperlukan kenyamanan bagi si ibu itu sendiri. Kenyamanan yang dimaksud tentunya bersifat moril seperti adanya dukungan suami atau keluarga lainnya, ketenangan pikiran dan hal lainnya. Selain itu kenyamanan yang bersifat fisik, diantaranya seperti ketersedian finansial, kesehatan ibu dan janin, dan juga kenyamanan tempat Bersalin [5]. Untuk memilih tempat Bersalin yang dianggap nyaman tentunya diperlukan berbagai pertimbangan. Dan pertimbangan tersebut tergantung anda dan pasangan. Begitu banyak pilihan sebagai tempat untuk melahirkan. Namun, Anda tidak harus memilih rumah sakit besar yang berfasilitas lengkap untuk tempat bersalin Anda, apalagi jika selama kehamilan dokter tidak menemukan masalah atau faktor resiko tertentu. Pada prinsipnya keberadaan sistem pendukung keputusan hanya sebagai sistem pendukung untuk suatu proses pengambilan keputusan. termasuk pengambilan keputusan dalam pemilihan rumah bersalin. Sistem pendukung keputusan dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan keputusan, mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan dan menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan hingga mengevaluasi pemilihan alternatif. Salah satu teknik pengambilan keputusan yang digunakan dalam analisis kebijaksanaan adalah pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP). Pada hakekatnya AHP merupakan suatu model pengambil keputusan yang komprehensif dengan memperhitungkan hal hal yang bersifat kualitatif dan kuantitatif [3]. Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya menutupi semua kekurangan dari model model sebelumnya. AHP juga memungkinkan ke struktur suatu system dan lingkungan kedalam komponen untuk saling berinteraksi dan kemudian menyatukan mereka dengan mengukur dan mengatur dampak dari kesalahan komponen sistem. Fitriyani JSM STMIK Mikroskil 103

2. Kajian Pustaka 2.1. Pengertian Sistem Pengertian Sistem adalah suatu kesatuan prosedur atau komponen yang saling berkaitan satu dengan yang lainnya bekerja bersama sama sesuai dengan aturan yang diterapkan sehingga membentuk suatu tujuan yang sama. dimana dalam sebuah sistem bila terjadi satu bagian saja yang tidak bekerja atau rusak maka suatu tujuan bisa terjadi kesalahan hasilnya atau outputnya [8]. 2.2. Pengertian Keputusan Keputusan adalah suatu reaksi terhadap beberapa solusi alternatif yang dilakukan secara sadar dengan cara menganalisa kemungkinan-kemungkinan dari alternatif tersebut bersama konsekuensinya. Setiap keputusan akan membuat pilihan terakhir, dapat berupa tindakan atau opini. Itu semua bermula ketika kita perlu untuk melakukan sesuatu tetapi tidak tahu apa yang harus dilakukan. Untuk itu keputusan dapat dirasakan rasional atau irrasional dan dapat berdasarkan asumsi kuat atau asumsi lemah [7]. 2.3. Pengertian Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan merupakan proses pemilihan alternatif tindakan untuk mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Pengambilan keputusan dilakukan dengan pendekatan sistematis terhadap permasalahan melalui proses pengumpulan data menjadi informasi serta ditambah dengan faktor faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan [7]. 2.4. Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan (decision support system atau DSS) adalah sistem informasi berbasis komputer yang menyediakan dukungan informasi interaktif bagi manajer dan praktisi bisnis selamam proses pengambilan keputusan. Sistem pendukung keputusan menggunakan (1)model analitis, (2) database khusus, (3) penilaian dan pandangan pembuat keputusan, dan (4) proses permodelan berbasis computer yang interaktif untuk mendukung pembuatan keputusan bisnis yang semi terstruktur dan tak terstruktur [7]. 2.4.1.Karakteristik SPK a. Sistem Pendukung Keputusan dirancang untuk membantu pengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang sifatnya semi terstruktur ataupun tidak terstruktur dengan menambahkan kebijaksanaan manusia dan informasi komputerisasi. b. Dalam proses pengolahannya, sistem pendukung keputusan mengkombinasikan penggunaan model-model analisis dengan teknik pemasukan data konvensional serta fungsi-fungsi pencari / interogasi informasi. c. Sistem Pendukung Keputusan, dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan/dioperasikan dengan mudah. d. Sistem Pendukung Keputusan dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi [7]. 2.4.1.Komponen SPK a. Data Management. Termasuk database, yang mengandung data yang relevan untuk berbagai situasi dan diatur oleh software yang disebut Database Management Systems (DBMS) b. Model Management. Melibatkan model finansial, statistikal, management science, atau berbagai model kuantitatif lainnya, sehingga dapat memberikan ke sistem suatu kemampuan analitis, dan manajemen software yang diperlukan. c. Commication (dialog subsystem). User dapat berkomunikasi dan memberikan perintah pada DSS melalui subsistem ini. Ini berarti menyediakan antarmuka. Fitriyani JSM STMIK Mikroskil 104

d. Knowledge Management. Subsistem optional ini dapat mendukung subsistem lain atau bertindak sebagai komponen yang berdiri sendiri [7]. 2.5. Analytical Hierarchy Process (AHP) AHP merupakan suatu model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki [2][3]. Hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif [6]. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis. AHP sering digunakan sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena alasan-alasan sebagai berikut : a. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. b. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. c. Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan [4]. 2.5.1. Tahapan AHP Dalam metode AHP dilakukan langkah-langkah sebagai berikut : a. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. Dalam tahap ini kita berusaha menentukan masalah yang akan kita pecahkan secara jelas, detail dan mudah dipahami. Dari masalah yang ada kita coba tentukan solusi yang mungkin cocok bagi masalah tersebut. Solusi dari masalah mungkin berjumlah lebih dari satu. Solusi tersebut nantinya kita kembangkan lebih lanjut dalam tahap berikutnya. b. Membuat struktur hierarki yang diawali dengan tujuan utama. Setelah menyusun tujuan utama sebagai level teratas akan disusun level hirarki yang berada di bawahnya yaitu kriteria-kriteria yang cocok untuk mempertimbangkan atau menilai alternatif yang kita berikan dan menentukan alternatif tersebut. Tiap kriteria mempunyai intensitas yang berbeda-beda. Hirarki dilanjutkan dengan subkriteria (jika mungkin diperlukan). c. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap tujuan atau kriteria yang setingkat di atasnya. Matriks yang digunakan bersifat sederhana, memiliki kedudukan kuat untuk kerangka konsistensi, mendapatkan informasi lain yang mungkin dibutuhkan dengan semua perbandingan yang mungkin dan mampu menganalisis kepekaan prioritas secara keseluruhan untuk perubahan pertimbangan. Pendekatan dengan matriks mencerminkan aspek ganda dalam prioritas yaitu mendominasi dan didominasi. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgment dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya. Untuk memulai proses perbandingan berpasangan dipilih sebuah kriteria dari level paling atas hirarki misalnya K dan kemudian dari level di bawahnya diambil elemen yang akan dibandingkan misalnya E1,E2,E3,E4,E5. d. Melakukan Mendefinisikan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh jumlah penilaian seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9 yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil Fitriyani JSM STMIK Mikroskil 105

perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Skala perbandingan perbandingan berpasangan dan maknanya yang diperkenalkan oleh Saaty bisa dilihat di bawah. Intensitas Kepentingan 1 = Kedua elemen sama pentingnya, Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar 3 = Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yanga lainnya, Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 5 = Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya, Pengalaman dan penilaian sangat kuat menyokong satu elemen dibandingkan elemen yang lainnya 7 = Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya, Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek. 9 = Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya, Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen lain memeliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan. 2,4,6,8 = Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan yang berdekatan, Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi di antara 2 pilihan Kebalikan = Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya dibanding dengan i e. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya. Jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. f. Mengulangi langkah 3,4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. g. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan yang merupakan bobot setiap elemen untuk penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat hirarki terendah sampai mencapai tujuan. Penghitungan dilakukan lewat cara menjumlahkan nilai setiap kolom dari matriks, membagi setiap nilai dari kolom dengan total kolom yang bersangkutan untuk memperoleh normalisasi matriks, dan menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris dan membaginya dengan jumlah elemen untuk mendapatkan rata-rata. h. Memeriksa konsistensi hirarki. Yang diukur dalam AHP adalah rasio konsistensi dengan melihat index konsistensi. Konsistensi yang diharapkan adalah yang mendekati sempurna agar menghasilkan keputusan yang mendekati valid. Walaupun sulit untuk mencapai yang sempurna, rasio konsistensi diharapkan kurang dari atau sama dengan 10 % [2]. 3. Metode Penelitian Penelitian ini dirancang dan dikembangkan dengan metode deskriptif analitik dengan menyajikan rangkuman hasil survey dan wawancara yang berupa kuesioner. Selanjutnya dilakukan pencarian data sekunder yang ada di lapangan melalui berbagai media, seperti internet, buku literatur, jurnal, dan artikel sehingga didapatkan informasi yang akurat mengenai kondisi rumah bersalin. Kemudian hasil wawancara dengan pakar dijadikan untuk mendapatkan hasil berupa langkah-langkah strategis yang harus dilakukan pada penerapan pemilihan rumah bersalin. Keputusan yang diperoleh segera ditindaklanjuti berupa tindakan atau dapat pula dikaji ulang bila ternyata diperoleh informasi baru yang mempengaruhi hasil untuk mengurangi ketidakpastian, sehingga akan diperoleh keputusan yang baru. Fitriyani JSM STMIK Mikroskil 106

4. Hasil dan Pembahasan Penerapan AHP Sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Pemilihan Rumah Bersalin Contoh Kasus Pangkalpinang Manfaat Pelayanan Fasilitas Biaya Jarak Peralatan Ruangan Keamanan Gambar 1. Model Hierarki Setelah diketahui model hierarki lalu diuji komparasi dari kriteria, subkriteria dan alternatif. Gambar 2. Kriteria manfaat yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan rumah bersalin beserta nilai bobotnya tertinggi yaitu kriteria biaya dengan nilai bobot 0,296 atau sebanding dengan 29,6% dari total kriteria manfaat. Peringkat prioritas kriteria berikutnya adalah biaya dengan nilai bobot 0,239 atau sebnading dengan 23,9% dari total criteria manfaat. Peringkat prioritas kriteria berikutnya adalah pelayanan, fasilitas, dan jarak dengan nilai bobot 0,235 atau sebanding dengan 23,5% dari total kriteria manfaat. Gambar 3. Nilai bobot prioritas alternatif berdasarkan pemilihan rumah bersalin kriteria pelayanan Fitriyani JSM STMIK Mikroskil 107

tertinggi yaitu alternatif rumah bersalin Lanny Medical Centre dengan nilai bobot 0,278 atau sebanding dengan 27,8% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif berikutnya adalah rumah bersalin dr. Idil Fitri SpOG dengan nilai bobot 0,251 atau sebnading dengan 25,1% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif berikutnya adalah rumah bersalin rona dengan nilai bobot 0,248 atau sebanding dengan 24,8% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif yang terakhir adalah klinik riska dengan nilai bobot 0,223 atau sebanding dengan 22,3% dari total alternatif manfaat. Gambar 4. Nilai bobot prioritas subkriteria berdasarkan pemilihan rumah bersalin kriteria fasilitas tertinggi yaitu ruangan dengan nilai bobot 0,359 atau sebanding dengan 35,9% dari total subkriteria manfaat. Peringkat prioritas subkriteria berikutnya adalah keamanan dengan nilai bobot 0,333 atau sebnading dengan 33,3% dari total subkriteria manfaat. Peringkat prioritas subkriteria yang terakhir adalah peralatan dengan nilai bobot 0,308 atau sebanding dengan 30,8% dari total subkriteria manfaat. Gambar 5. Nilai bobot prioritas alternatif berdasarkan pemilihan rumah bersalin kriteria fasilitas subkriteria peralatan tertinggi yaitu alternatif klinik riska dengan nilai bobot 0,271 atau sebanding dengan 27,1% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif berikutnya adalah rumah bersalin Lanny Medical Centre dengan nilai bobot 0,259 atau sebnading dengan 25,9% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif berikutnya adalah rumah bersalin dr.idil Fitri SpOG dan rumah bersalin rona dengan nilai bobot 0,235 atau sebanding dengan 23,5% dari total alternatif manfaat. Fitriyani JSM STMIK Mikroskil 108

Gambar 6. Nilai bobot prioritas alternatif berdasarkan pemilihan rumah bersalin kriteria fasilitas subkriteria ruangan tertinggi yaitu alternatif rumah bersalin rona dengan nilai bobot 0,270 atau sebanding dengan 27,0% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif berikutnya adalah klinik riska dengan nilai bobot 0,264 atau sebnading dengan 26,4% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif berikutnya adalah rumah bersalin lanny medical centre dengan nilai bobot 0,263 atau sebanding dengan 26,3% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif yang terakhir adalah rumah bersalin dr.idil Fitri SpOG dengan nilai bobot 0,203 atau sebanding dengan 20,3% dari total alternatif manfaat. Gambar 7. Nilai bobot prioritas alternatif berdasarkan pemilihan rumah bersalin kriteria fasilitas subkriteria keamanan tertinggi yaitu alternatif rumah bersalin rona dan rumah bersalin lanny medical centre dengan nilai bobot 0,263 atau sebanding dengan 26,3% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif berikutnya adalah rumah bersalin dr.idil Fitri SpOG dengan nilai bobot 0,250 atau sebnading dengan 25,0% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif yang terakhir adalah klinik riska dengan nilai bobot 0,223 atau sebanding dengan 22,3% dari total alternatif manfaat. Gambar 8. Nilai bobot prioritas alternatif berdasarkan pemilihan rumah bersalin kriteria biaya Fitriyani JSM STMIK Mikroskil 109

tertinggi yaitu alternatif rumah bersalin rona dengan nilai bobot 0,279 atau sebanding dengan 27,9% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif berikutnya adalah rumah bersalin dr. Idil Fitri SpOG dengan nilai bobot 0,264 atau sebnading dengan 26,4% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif berikutnya adalah klinik riska dengan nilai bobot 0,256 atau sebanding dengan 25,6% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif yang terakhir adalah rumah bersalin lanny medical centre dengan nilai bobot 0,202 atau sebanding dengan 20,2% dari total alternatif manfaat. Gambar 9. Nilai bobot prioritas alternatif berdasarkan pemilihan rumah bersalin kriteria jarak tertinggi yaitu alternatif rumah bersalin dr.idil Fitri SpOG dengan nilai bobot 0,266 atau sebanding dengan 26,6% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif berikutnya adalah rumah bersalin rona dengan nilai bobot 0,252 atau sebnading dengan 25,2% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif berikutnya adalah rumah bersalin lanny medical centre dengan nilai bobot 0,243 atau sebanding dengan 24,3% dari total alternatif manfaat. Peringkat prioritas alternatif yang terakhir adalah klinik riska dengan nilai bobot 0,238 atau sebanding dengan 23,8% dari total alternatif manfaat. Gambar 10. Nilai Bobot Global Prioritas Alternatif Strategis Manfaat Berdasarkan Pemilihan Rumah Bersalin Contoh Kasus Pangkalpinang. tertinggi alternative strategis manfaat adalah Rumah Bersalin Rona dengan nilai bobot 0,260 atau sebanding dengan 26,0% dari total alternative manfaat yang ditetapkan. Peringkat prioritas alternative manfaat berikutnya adalah Rumah Bersalin dr.idil Fitri SpOG dengan nilai bobot 0,253 atau sebanding dengan 25,3% dari total alternative manfaat yang ditetapkan. Peringkat prioritas alternative manfaat berikutnya adalah Rumah Bersalin Lanny Medical Centre dengan nilai bobot 0,244 atau sebanding dengan 24,4% dari total alternative manfaat yang ditetapkan. Peringkat prioritas alternative manfaat yang terkahir adalah Klinik Riska dengan nilai bobot 0,243 atau sebanding dengan 24,3% dari total alternative manfaat yang ditetapkan Fitriyani JSM STMIK Mikroskil 110

5. Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Rumah Bersalin Rona menjadi prioritas masyarakat khususnya para ibu untuk dijadikan tempat melahirkan buah hati. AHP mampu memberikan solusi yang tepat bagi pengambil keputusan dan dapat dipertanggungjawabkan dengan dukungan dari pengolahan data menggunakan Expert Choice 2000 [1]. Referensi [1]. Expert Choice inc Pennsyil Vania, 1992, Version 8.0 User Manual. [2]. Saaty, R.W., The Analytic Hierarchy Process-What It Is and How It Used, Journal of Mathematical Modelling Vol. 9 no. 3-5, 1987.p. 161-176. [3]. Saaty, T.L., 1980. The Analytic Hierarchy Process,McGraw-Hill, New York. [4]. http://en.wikipedia.org/wiki/analytic_hierarchy_process diakses September 2012 [5]. www.bidanku.com diakses September 2012 [6]. Saaty, T.L., 1993, Fundamental of Decision Making and Priority Theory with the Analytical Hierarchy Process, RWS Puclications, Pittsburgh PA. [7]. Herlambang S., Tanuwijaya H., 2005, Sistem Informasi, Graha Ilmu, Yogyakarta. [8]. Kadir A., 2003, Pengenalan Sistem Informasi, ANDI, Yogyakarta. Fitriyani JSM STMIK Mikroskil 111