BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mediasi sebagai salah satu mekanisme penyelesaian sengketa alternatif

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjadi sorotan masyarakat karena diproses secara hukum dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang melekat dan menyatu pada

FUNGSI MEDIASI DALAM PERKARA PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. keperdataan. Dalam hubungan keperdataan antara pihak yang sedang berperkara

BAB I PENDAHULUAN. setelah melakukan musyawarah dengan para shahabatnya. pikiran, gagasan ataupun ide, termasuk saran-saran yang diajukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan pada kebutuhan

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA Nomor : 02 Tahun 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2003 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIIK INDONESIA,

EFEKTIFITAS MEDIASI DALAM PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 01 TAHUN 2008 (Studi Kasus Di Pengadilan Negeri Boyolali) SKRIPSI

Ditulis oleh Administrator Jumat, 05 Oktober :47 - Terakhir Diperbaharui Jumat, 05 Oktober :47

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia sebagai makhluk sosial tidak

BAB I PENDAHULUAN. keadaan yang menunjukan hal yang luar biasa. 1 Apabila sebagai contoh

: MEDIASI PENAL DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA YANG DILAKUKAN OLEH ANAK FAKULTAS : HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. mediasi dalam berbagai literatur ilmiah melalui riset dan studi akademik.

BAB I PENDAHULUAN. paling baik untuk memperjuangkan kepentingan para pihak. Pengadilan

BAB I PENDAHULUAN. yang berperan selama ini. Keberadaan lembaga peradilan sebagai pelaksana

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat diselesaikan secara musyawarah mufakat. Peradilan sebagai

adalah penerapan pidana yang tidak sama terhadap tindak pidana yang

BAB V PENUTUP. 1. Mekanisme Mediasi Penal Pada Tahap Penyidikan : mediasi penal dikenal dengan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS).

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

PENERAPAN AZAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA MELALUI MEDIASI BERDASARKAN PERMA NO

BAB I PENDAHULAN. seseorang adalah hal penting yang kadang lebih utama dalam proses

PENERAPAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NO. 01 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN NEGERI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2008 Tentang PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

Pengertian Mediasi. Latar Belakang Mediasi. Dasar hukum pelaksanaan Mediasi di Pengadilan adalah Peraturan Mahkamah Agung RI No.

BAB I PENDAHULUAN. tentang kecelakaan lalu lintas, bahkan pemberitaan tentang kecelakaan lalu lintas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam melaksanakan tugasnya, Kelompok Kerja telah melakukan kegiatan-kegiatan untuk menyelesaikan proses penyusunan revisi PERMA tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan tertinggi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Konsep Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Agar hukum dapat berjalan dengan baik, maka berdasarkan

I. PENDAHULUAN. masing-masing wilayah negara, contohnya di Indonesia. Indonesia memiliki Hukum

BAHAN KULIAH ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG 6 M E D I A S I A.

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENYESUAIAN BATASAN TINDAK PIDANA RINGAN DAN JUMLAH DENDA DALAM KUHP

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikodratkan oleh sang pencipta menjadi makhluk sosial yang

Mahkamah Agung yang berfungsi untuk melaksanakan kekuasaan. wewenang yang dimiliki Pengadilan Agama yaitu memeriksa, mengadili,

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

BAB I PENDAHULUAN. hampir pada setiap masyarakat termasuk Indonesia hal ini terutama disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

PANDUAN WAWANCARA. proses mediasi terhadap perkara perceraian? b. Apa ada kesulitan dalam menerapkan model-model pendekatan agama?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia adalah negara berdasarkan UUD 1945 sebagai konstitusi

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. pengadilan yang dilakukan oleh aparat penegak hukum. pemeriksaan di sidang pengadilan ada pada hakim. Kewenangan-kewenangan

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tindak pidana dan pemidanaan merupakan bagian hukum yang selalu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sarana dan prasarana lainnya. akan lahan/tanah juga menjadi semakin tinggi. Untuk mendapatkan tanah

BAB I PENDAHULUAN. saling membutuhkan satu sama lainnya. Dengan adanya suatu hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui proses pemeriksaan dan pemutusan perkaranya, akan merasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemberantasan tindak pidana korupsi di negara Indonesia hingga saat

BAB I PENDAHULUAN. dinegara Indonesia. Semakin meningkat dan bervariasinya kebutuhan masyarakat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Didalam proses perkara pidana terdakwa atau terpidana

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perbedaan-perbedaan yang dapat menimbulkan suatu. dirugikan haknya dapat mengajukan gugatan. Pihak ini disebut penggugat.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

dikualifikasikan sebagai tindak pidana formil.

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia itu sendiri sehingga menyebabkan terjadinya benturan-benturan

BAB III PENYELESAIAN SENGKETA DENGAN SYSTEM COURT CONNECTED MEDIATION DI INDONESIA. memfasilitasi, berusaha dengan sungguh-sungguh membantu para pihak

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pelaksanaan dan penerapan ketentuan hukum pidana materiil,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA

TUGAS II PENGANTAR ILMU HUKUM PENGARUH PUTUSAN PENGADILAN DALAM HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

Christian Daniel Hermes Dosen Fakultas Hukum USI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Undang Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan berdirinya lembaga-lembaga perekonomian yang menerapkan

BAB II PENELITIAN DAN PEMBAHASAN PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI MEDIASI DI LUAR PENGADILAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

PERSELISIHAN HAK ATAS UPAH PEKERJA TERKAIT UPAH MINIMUM KABUPATEN/KOTA (UMK) Oleh :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Produk hukum, terutama undang-undang, keberadaannya dituntut. untuk dinamis terhadap kebutuhan hukum yang diperlukan oleh

III. METODE PENELITIAN. Metode pendekatan penelitian yang digunakan penulis dalam tesis ini dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. membuat manusia mampu menjalani kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. adanya jaminan kesederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Praperadilan merupakan lembaga baru dalam dunia peradilan di

III. METODE PENELITIAN. penulis akan melakukan pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maraknya tindak pidana yang terjadi di Indonesia tentu

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

I. PENDAHULUAN. Sengketa tanah adalah sengketa yang timbul karena adanya konflik kepentingan atas

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. pencurian tersebut tidak segan-segan untuk melakukan kekerasan atau. aksinya dinilai semakin brutal dan tidak berperikemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. mengadakan kerjasama, tolong menolong, bantu-membantu untuk

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Sebagai

MEDIASI DI PENGADILAN AGAMA BERDASARKAN PERATURAN MAHKAMAH AGUNG NOMOR 1 TAHUN Oleh: Mashuri, S.Ag., M.H.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya. Contoh kecil yaitu manusia tidak bisa membuat nasi sendiri, memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya.

BAB I PENDAHULUAN. melingkupi semua lapisan masyarakat baik miskin, kaya, tua, muda, dan

BAB I PENDAHULUAN. informasi baik dalam bentuk hardware dan software. Dengan adanya sarana

MEDIASI DI PENGADILAN DAN ASAS PERADILAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannyalah yang akan membentuk karakter anak. Dalam bukunya yang berjudul Children Are From Heaven, John Gray

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mediasi sebagai salah satu mekanisme penyelesaian sengketa alternatif di luar pengadilan sudah lama dipakai dalam berbagai kasus-kasus bisnis, lingkungan hidup, perburuhan, pertanahan, perumahan, dan sebagainya yang merupakan perwujudan tuntutan masyarakat atas penyelesaian sengketa yang cepat, efektif, dan efisien. 1 Mediasi berasal dari bahasa Inggris mediation atau penengahan, yaitu penyelesaian sengketa yang melibatkan pihak ketiga sebagai penengah atau penyelesaian sengketa secara menengahi. Sedangkan secara etimologi, istilah mediasi berasal dari bahasa Latin, mediare yang berarti berada di tengah. Makna ini menunjuk pada peran yang ditampilkan pihak ketiga sebagai mediator harus berada pada posisi netral dan tidak memihak dalam menyelesaikan sengketa. Mediator harus mampu menjaga kepentingan para pihak yang bersengketa secara adil dan sama, sehingga menumbuhkan kepercayaan (trust) dari para pihak yang bersengketa. 2 1 Bambang Sutiyoso, 2008, Hukum Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,Gama Media, Yogyakarta, hlm. 56. 2 Syahrizal Abbas, 2001, Mediasi Dalam Hukum Syahriah,Hukum Adat, dan Hukum Nasional, Kencana, Jakarta, 2011, hlm. 1 dan 2. 1

2 Prinsipnya mediasi adalah cara penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui perundingan yang melibatkan pihak ketiga yang bersifat netral (non intervensi) dan tidak berpihak (imparsial) serta diterima kehadirannya oleh pihak-pihak yang bersengketa. 3 Pihak ketiga disebut mediator atau penengah, mempunyai tugas membantu pihak-pihak yang bersengketa dalam menyelesaikan masalahnya, tetapi tidak mempunyai kewenangan untuk mengambil keputusan. 4 Dalam mediasi, seorang mediator berperan membantu para pihak yang bersengketa dengan melakukan identifikasi persoalan yang dipersengketakan, mengembangkan pilihan, dan mempertimbangkan alternatif yang dapat ditawarkan kepada para pihak untuk mencapai kesepakatan. Mediator dalam menjalankan perannya hanya memiliki kewenangan untuk memberikan saran atau menentukan proses mediasi dalam mengupayakan penyelesaian sengketa. Mediator tidak memiliki kewenangan dan peran menentukan dalam kaitannya dengan isi persengketaan, ia hanya menjaga bagaimana proses mediasi dapat berjalan, sehingga menghasilkan kesepakatan (agreement) dari para pihak. 5 Mediasi, penyelesaian perselisihan atau sengketa lebih banyak muncul dari keinginan dan inisiatif para pihak, sehingga mediator berperan membantu 3 Bambang Sutiyoso, 2008, Hukum Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa,Gama Media, Yogyakarta, hlm. 58. 4 Ibid 5 Allan J. Stit, 2004, Mediation: A Practical Guide, (London: Routledge Cavendish), hlm. 2.

3 mereka dalam mencapai kesepakatan-kesepakatan 6. Dalam membantu pihak yang bersengketa, mediator bersifat imparsial atau tidak memihak. Kedudukan mediator seperti ini sangat penting, karena akan menumbuhkan kepercayaan yang penting, karena akan menumbuhkan kepercayaan yang memudahkan mediator dalam melakukan kegiatan mediasi. Kedudukan mediator yang tidak netral, tidak hanya menyulitkan kegiatan mediasi tetapi dapat membawa kegagalan. 7 Pengertian mediasi secara lebih konkret dapat ditemukan dalam Peraturan Mahkamah Agung RI No. 01 Tahun 2008. Mediasi merupakan salah satu proses penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan murah, serta dapat memberikan akses yang lebih besar kepada para pihak menemukan penyelesaian yang memuaskan dan memenuhi rasa keadilan. Pengintegrasian mediasi ke dalam proses beracara di pengadilan dapat menjadi salah satu instrumen efektif mengatasi masalah penumpukan perkara di pengadilan. Serta memperkuat dan memaksimalkan fungsi lembaga pengadian dalam penyelesaian sengketa di samping proses pengadilan yang bersifat memutus. Kemudian setelah dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan prosedur mediasi di pengadilan berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 2 Tahun 2003 ternyata ditemukan beberapa permasalahan yang bersumber dari Peraturan Mahkamah Agung tersebut, sehingga Peraturan Mahkamah Agung tersebut perlu direvisi dengan maksud untuk lebih mendayagunakan 6 Syahrizal Abbas, 2001, Mediasi Dalam Hukum Syahriah,Hukum Adat, dan Hukum Nasional, Kencana, Jakarta, 2011, hlm. 6. 7 Ibid

4 mediasi yang terkait dengan proses berperkara di pengadilan. 8 Jadi praktek mediasi dalam pengadilan di Indonesia dimungkinkan terjadi meskipun hanya dalam pengadilan perdata. Indonesia selama ini masih memakai Kitab Undang-Undang Hukum Pidana buatan Belanda sebagai salah satu sumber hukum pidana. Beberapa Pasal dalam KUHP perlu dilihat kembali dan dimodifikasi sesuai dengan keadaan Indonesia dan kondisi masyarakat sekarang ini. Terutama beberapa Pasal dalam KUHP yang membahas tentang tindak Pidana ringan seperti: pencurian ringan (PERMA No 2 tahun 2012), penipuan, dan penggelapan dan perbuatan lainnya yang masih belum bisa memberikan solusi. Dalam memihak kepada keadilan dan kepuasan masyarakat hukum pidana di Indonesia terutama KUHP harus bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan masyarakat serta kondisi di Indonesia. 9 Mahkamah Agung telah membuat sebuah peraturan yang mengatur masalah mengenai kasus yang melibatkan tindak pidana ringan. Dalam peraturan tersebut terdapat modifikasi beberapa Pasal dalam KUHP yang membahas tentang tindak pidana ringan, salah satunya adalah jika ada perbuatan pencurian yang merugikan seseorang dibawah Rp 2.500.000,00 maka perbuatan tersebut termasuk tindak pidana ringan, dimana diatur secara jelas di dalam Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 2 tahun 2012 tentang penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP. Dalam peraturan tersebut, jika seseorang terbukti melakukan 8 Diambil dari Peraturan Mahkamah Agung RI No.1 Tahun 2008. 9 http://matabku.blogspot.com,2009, Teori Hukum Pidana html diakses pada hari Sabtu tanggal 1 Desember 2012 pada pukul 16.15

5 suatu tindak pidana ringan, maka yang akan mengadili orang tersebut hanya hakim tunggal dan dikenai hukuman administrasi seperti denda, pembayaran ganti kerja di pelayanan umum, dan sebagainya. 10 Masih banyak hal dalam peraturan Mahkamah Agung tersebut yang mengubah hukum bagi tindak pidana ringan dan berpengaruh kepada rasa keadilan masyarakat. Hukum positif Indonesia kasus pidana prinsipnya tidak dapat diselesaikan di luar pengadilan, namun dalam hal-hal tertentu dimungkinkan adanya penyelesaian kasus di luar pengadilan. Tetapi, praktik penegakan hukum di Indonesia sering juga perkara pidana diselesaikan di luar pengadilan melalui diskresi aparat penegak hukum, mekanisme perdamaian, lembaga adat dan lain sebagainya. 11 Implikasi praktik penyelesaian perkara di luar pengadilan selama ini memang tidak ada landasan hukum formalnya, sehingga lazim juga terjadi suatu kasus secara informal telah dilakukan penyelesaian damai melalui mekanisme hukum adat, namun tetap saja diproses ke pengadilan sesuai hukum positif yang berlaku. Konsekuensi makin diterapkan eksistensi mediasi penal sebagai salah satu alternatif penyelesaian perkara dibidang hukum pidana melalui restitusi dalam proses pidana menunjukkan, bahwa perbedaan antara hukum pidana dan perdata tidak begitu besar dan perbedaan itu menjadi tidak berfungsi. 12 10 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 2 tahun 2012 tentang penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP 11 http: // pn- kepanjen.go.id diakses pada hari Jumat tanggal 5 Oktober 2012 12 Ibid

6 Eksistensi mediasi penal merupakan dimensi baru dikaji dari aspek teoretis dan praktik. Dikaji dari dimensi praktik maka mediasi penal akan berkorelasi dengan pencapaian dunia peradilan. Seiring berjalannya waktu dimana semakin hari terjadi peningkatan jumlah volume perkara dengan segala bentuk maupun variasinya yang masuk ke pengadilan, sehingga konsekuensinya menjadi beban bagi pengadilan dalam memeriksa dan memutus perkara sesuai asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan tanpa harus mengorbankan pencapaian tujuan peradilan yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan. Apakah semua macam perkara pidana harus diajukan dan diselesaikan di muka pengadilan, ataukah ada perkaraperkara tertentu, yang memungkinkan untuk diselesaikan melalui pola mediasi penal? Pada polarisasi dan mekanisme mediasi penal, sepanjang hal tersebut sungguh-sungguh dikehendaki bersama oleh para pihak (tersangka dan korban), serta untuk mencapai kepentingan yang lebih luas, yaitu terpeliharanya harmonisasi sosial. 13 Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Peranan Mediasi Dalam Penyelesaian Tindak Pidana Ringan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, adapun yang menjadi rumusan masalah dari penelitian ini yaitu: 13 Ibid

7 1. Bagaimana proses mediasi diterapkan dalam menyelesaikan Tindak Pidana Ringan? 2. Apakah ada hambatan dan optimalisasi jika mediasi diterapkan untuk menyelesaikan kasus pidana pada umumnya? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah untuk mendapatkan data tentang: 1. Untuk mengetahui proses mediasi diterapkan dalam menyelesaikan Tindak Pidana Ringan. 2. Untuk mengetahui hambatan jika mediasi diterapkan untuk menyelesaikan kasus pidana pada umumnya. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti a. Untuk menambah pengetahuan tentang hukum acara perdata khususnya mengenai mediasi. b. Untuk mengembangkan praktik peradilan perdata khususnya mengenai mediasi. 2. Bagi Pengetahuan Penulisan hukum ini menjadi referensi maupun dapat menambah wawasan pengetahuan di bidang hukum khususnya mengenai mediasi. 3. Bagi mahasiswa

8 Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi perkembangan ilmu hukum. E. Keaslian Penelitian Dengan ini menyatakan bahwa permasalahan hukum yang dibahas, yaitu PERANAN MEDIASI DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA RINGAN merupakan karya asli, dan menurut sepengetahuan peneliti belum pernah ada penelitian yang serupa dengan judul penelitian yang peneliti angkat, jadi penelitian ini bukan merupakan duplikasi ataupun plagiasi dari hasil penelitian lain. Jika nantinya diketemukan permasalahan hukum yang serupa dengan yang peneliti teliti, maka penelitian ini akan melengkapinya. Hal ini dapat dibuktikan dengan membandingkan penelitian ini dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu: 1. Rr Wilis Tantri Atmanegara, Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan judul penelitian, Penyelesaian Sengketa Perdata Dengan Cara Mediasi Oleh Pengadilan Negeri Surakarta. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proses penyelesaian sengketa perdata dengan cara mediasi dan untuk mengetahui akibat hukum mediasi bagi kedua belah pihak. 2. Melvia Body Panjaitan, Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta, dengan judul penelitian, Mediasi Penal Dalam Penyelesaian Perkara Pencurian Ringan Berdasarkan Surat Kapolri /No. Pol/B/ 3022/ XXI/ 2009/ SDEOPS. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui

9 Mediasi Penal dalam penyelesaian perkara pencurian ringan berdasarkan Surat Kapolri/No. Pol/B/3022/ XXI/ 2009/ SDEOPS. Perbedaan antara karya peneliti dengan karya dari para peneliti sebelumnya dapat dilihat dalam beberapa hal, antara lain dari rumusan masalah pembahasan skripsi yang dilakukan oleh Rr Wilis Tantri Atmanegara, yang menyoroti lebih pada bagaimana proses penyelesaian sengketa dengan cara mediasi yang kemudian dikaitkan dengan beberapa kasus tertentu. Sedangkan dari rumusan masalah pembahasan skripsi yang dilakukan oleh Melvia Body Panjaitan, yang menyoroti lebih pada bagaimanakah Mediasi Penal dalam penyelesaian perkara pencurian ringan berdasarkan Surat Kapolri/No. Pol/B/3022/ XXI/ 2009/ SDEOPS. Penelitian yang disusun oleh penulis ini lebih mengkhususkan pada kajian mengenai peranan mediasi dalam penyelesaian tindak pidana ringan. F. Batasan Konsep 1. Peranan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan pengertian peranan berarti tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa. 14 2. Mediasi Mediasi adalah cara penyelesaian sengketa melalui proses perundingan untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan dibantu mediator. 15 14 http://kamusbahasaindonesia.org diakses pada hari Jumat tanggal 5 Oktober 2012

10 3. Penyelesaian Penyelesaian berarti proses, cara, perbuatan, menyelesaikan (dalam berbagai arti seperti pemberesan, dan pemecahan) 16. 4. Tindak pidana ringan Tindak pidana ringan adalah suatu tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan. 17 G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian normatif yaitu penelitian yang berfokus pada norma hukum positif. Dalam penelitian hukum ini peneliti menggunakan data sekunder yang terdiri atas bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier. 2. Sumber data Penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian normatif karena data yang digunakan peneliti adalah data sekunder sebagai bahan hukum utama sebagaimana telah disebutkan dalam poin jenis penelitian, data sekunder terdiri dari: 15 Pasal 1 butir 7 Peraturan Makhamah Agung No.1 Tahun 2008 16 http://kamusbahasaindonesia.org diakses pada hari Jumat Tanggal 5 Oktober 2012 17 www.hukum online.com diakses pada hari Sabtu Tanggal 6 Oktober 2012 Pukul 11.15

11 a) Bahan hukum primer i. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia No 2 tahun 2012 tentang penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP. ii. Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Undang-undang (KUHAP). iii. Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. b) Bahan hukum sekunder Berbagai buku yang digunakan oleh peneliti adalah buku yang berkaitan dengan Mediasi, Hukum Acara Perdata, Hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana. c) Bahan hukum tersier Berupa kamus dan ensiklopedia serta bahan-bahan dari internet. 3. Metode Pengumpulan Data Sebagaimana yang telah peneliti sebutkan sebelumnya, bahwa jenis penelitian yang akan diteliti adalah penelitian normatif. Metode pengumpulan data yang akan digunakan oleh peneliti adalah studi kepustakaan dan wawancara. 4. Analisa Data a) Data yang diperoleh dari hasil penelitian akan dianalis secara kualitatif, yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami rangkaian data yang dikumpulkan secara sistematis sehingga

12 memperoleh gambaran yang komprehensif mengenai permasalahan yang diteliti. b) Sedangkan metode berfikir dalam penyimpulan data adalah metode deduktif, yaitu metode penyimpulan dari pengetahuan yang bersifat umum digunakan untuk menilai suatu kejadian yang bersifat khusus. H. Sistematika Penulisan Hukum Adapun sistematika yang dipergunakan dalam penulisan hukum ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan diuraikan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum. BAB II MEDIASI DALAM PENYELESAIAN TINDAK PIDANA RINGAN Pada bab ini diuraikan pembahasan yang meliputi: Tinjauan Umum Tentang Mediasi Penal dan membahas tentang Pengertian Mediasi Penal, Perkembangan Konsep Mediasi Penal, Model-Model Mediasi Penal, dan Prinsip Kerja Mediasi Penal. Pada bab ini juga dibahas mengenai Tinjauan Umum tentang Tindak Pidana Ringan yang membahas tentang Hakikat Tindak Pidana Ringan, Tindak Pidana Ringan Berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung dan Prosedur Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan. Pada

13 akhir dari bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai Proses Mediasi Diterapkan Dalam Menyelesaikan Tindak Pidana Ringan serta Optimalisasi jika Mediasi Diterapkan Untuk Menyelesaikan Kasus Pidana pada Umumnya. BAB III PENUTUP Pada bab ini disajikan kesimpulan yang merupakan jawaban terhadap permasalahan dalam skripsi ini dan sekaligus disajikan saran yang merupakan sumbangan pemikiran dan rekomendasi dari penulis tentang peranan mediasi dalam penyelesaian tindak pidana ringan. DAFTAR PUSTAKA