PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE

BAB III METODE PENELITIAN

Kata kunci : PATS, PCM, TES, HTF, paraffin wax, proses charging

Kata kunci : PATS, PCM, TES, HTF, paraffin wax, proses charging

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber energi pengganti yang sangat berpontensi. Kebutuhan energi di

OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN

BAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON

TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS

PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Muhammad Nadjib 1), Suhanan 2) Jl. Grafika No. 2, Kompleks UGM, Yogyakarta

Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin (SNTTM) VIII

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Bengkel Pertanian Jurusan Teknik Pertanian

UNJUK KERJA TERMAL PEMANAS AIR TENAGA SURYA THERMOSYPHON YANG BERISI PCM KAPASITAS 60 LITER SELAMA PROSES CHARGING TUGAS AKHIR

Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap

Karakteristik Perpindahan Panas Peleburan Parafin-Al 2 O 3 Sebagai Material Penyimpan Panas

HEAT TRANSFER METODE PENGUKURAN KONDUKTIVITAS TERMAL

SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tugas akhir BAB III METODE PENELETIAN. alat destilasi tersebut banyak atau sedikit, maka diujilah dengan penyerap

ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA

PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK SIMULASI SATU UNIT MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA DENGAN LUAS KOLEKTOR 1,5 m 2

Perancangan dan Pengujian Pemanas Air Tenaga Surya yang disertai Material Berubah Fasa (PCM) sebagai Medium Penyimpan Panas

PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PERFORMANSI ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR STUDY OF WATER HEATER PERFORMANCE USING FLAT PLAT SOLAR COLLECTOR

PERANCANGAN THERMAL ENERGY STORAGE PADA KOLEKTOR SURYA BERBENTUK TABUNG SILINDER

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN

KAJI EKSPERIMENTAL PEMANFAATAN MATERIAL PENYIMPAN PANAS PADA KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA

PENGARUH JARAK ANTAR PIPA PADA KOLEKTOR TERHADAP PANAS YANG DIHASILKAN SOLAR WATER HEATER (SWH)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

PEMBUATAN KOLEKTOR PELAT DATAR SEBAGAI PEMANAS AIR ENERGI SURYA DENGAN JUMLAH PENUTUP SATU LAPIS DAN DUA LAPIS

TUGAS AKHIR PERCOBAAN KUALITAS ETHYLENE DAN AIR PADA ALAT PERPINDAHAN PANAS DENGAN SIMULASI ALIRAN FLUIDA

SISTEM DISTILASI AIR LAUT TENAGA SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN TIPE KACA PENUTUP MIRING

KAJI EKSPERIMENTAL SISTEM PEMANAS AIR SURYA MENGGUNAKAN KOLEKTOR YANG DILENGKAPI MATERIAL PENYIMPAN PANAS

Pengaruh Tebal Plat Dan Jarak Antar Pipa Terhadap Performansi Kolektor Surya Plat Datar

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Preparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System

Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik TAMBA GURNING NIM SKRIPSI

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI SOLAR WATER HEATER JENIS KOLEKTOR PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN THERMAL ENERGY STORAGE

Gambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan kebutuhan pokok bagi kegiatan sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN I.1.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja

PENGOLAHAN AIR LAUT MENJADI AIR BERSIH DAN GARAM DENGAN DESTILASI TENAGA SURYA

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) keperluan. Prinsip kerja kolektor pemanas udara yaitu : pelat absorber menyerap

Pengaruh variasi jenis pasir sebagai media penyimpan panas terhadap performansi kolektor suya tubular dengan pipa penyerap disusun secara seri

Pompa Air Energi Termal dengan Fluida Kerja Petroleum Eter. A. Prasetyadi, FA. Rusdi Sambada

PENGARUH BEBAN PENDINGIN TERHADAP TEMPERATUR SISTEM PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP DENGAN PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANAS AIR SURYA Pembuatan, Instalasi dan Pengujian Lapangan

RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.

EFEKTIFITAS KOLEKTOR ENERGI SURYA PADA KONFIGURASI PARALEL- SERPENTINE

ANALISA WAKTU SIMPAN AIR PADA TABUNG WATER HEATER TERHADAP KINERJA AC SPLIT 1 PK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PENAMBAHAN KONDENSOR DUMMY (TIPE HELICAL COIL, TROMBONE COIL DAN MULTI HELICAL COIL) TERHADAP TEMPERATUR RUANGAN DAN TEMPERATUR AIR PANAS

RANCANG BANGUN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI

TEKNOLOGI ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING

Analisis performansi kolektor surya terkonsentrasi menggunakan receiver berbentuk silinder

Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingkat kehidupan dan perkembangan teknologi, kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERFORMANSI DESTILASI AIR BENTUK DASAR, REFLEKTOR DAN PARABOLA

PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR

ANALISIS THERMAL KOLEKTOR SURYA PEMANAS AIR JENIS PLAT DATAR DENGAN PIPA SEJAJAR

POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA

besarnya energi panas yang dapat dimanfaatkan atau dihasilkan oleh sistem tungku tersebut. Disamping itu rancangan tungku juga akan dapat menentukan

PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING

PENGUJIAN PROSES CHARGING KONTAINER INKUBATOR BAYI MENGGUNAKAN PCM DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA

PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA

Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293, Indonesia 2 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Bengkulu,

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. LEMBAR PERNYATAAN... iii. ABSTRAK... iv. ABSTRACT... v. KATA PENGANTAR...

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas

PERANCANGAN SOLAR WATER HEATER JENIS PLAT DATAR TEMPERATUR MEDIUM UNTUK APLIKASI PENGHANGAT AIR MANDI

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

RANCANG BANGUN KONVERSI ENERGI SURYA MENJADI ENERGI LISTRIK DENGAN MODEL ELEVATED SOLAR TOWER

Nama : Nur Arifin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : DR. C. Prapti Mahandari, ST.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Energi surya merupakan energi yang didapat dengan mengkonversi energi radiasi

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)

Analisa Pengaruh Konfigurasi Pipa Pemanas Air Surya Terhadap Efisiensi

STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA

PRESTASI SISTEM DESALINASI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BERBAGAI TIPE KACA PENUTUP MIRING

Jurnal e-dinamis, Volume II, No.2 September 2012 ISSN

KAJI EKSPERIMENTAL ALAT PENGOLAHAN AIR LAUT MENGGUNAKAN ENERGI SURYA UNTUK MEMPRODUKSI GARAM DAN AIR TAWAR

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

PENGARUH BESAR LAJU ALIRAN AIR TERHADAP SUHU YANG DIHASILKAN PADA PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN PIPA TEMBAGA MELINGKAR

PENGARUH BENTUK DAN OPTIMASI LUASAN PERMUKAAN PELAT PENYERAP TERHADAP EFISIENSI SOLAR WATER HEATER ABSTRAK

MODIFIKASI DAN PENGUJIAN EVAPORATOR MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI YANG DIGERAKKAN ENERGI SURYA

Transkripsi:

Peningkatan Kapasitas Pemanas Air Kolektor Pemanas Air Surya PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR Suharti 1*, Andi Hasniar 1, Mahdyah Nur 1, Firman 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Ujung Pandang Jalan Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar 90245 * Email: suharti.exact@yahoo.com Abstrak Penambahan parafin sebagai bahan penyimpan kalor pada pemanas air surya plat datar dimaksudkan untuk meningkatkan kapasitas pemanasan dan efisiensi pemanas air. Sebuah kolektor surya plat datar digunakan untuk menyerap energi panas matahari dan panasnya diteruskan ke pipa-pipa yang berisi air sehingga terjadi peningkatan suhu air yang berada di dalam pipa tersebut. Penelitian diawali dengan perancangan kolektor surya jenis plat datar. Absorber terbuat dari dua pipa tembaga yang berdiameter masing-masing pipa bagian luar 3/4 dan pipa bagian dalam 3/8. Antara pipa bagian dalam dan bagian luar diisi bahan penyimpan kalor. Intensitas cahaya matahari diukur dengan piranometer serta debit air dan temperature masing-masing diukur dengan water flowmeter dan thermometer sistem akusisi data. Sudut kemiringan kolektor di atur dengan sudut yang sama dengan posisi lintang 5 0 8 24 LS dan diarahkan ke utara. Pengujian dilakukan pada pukul 09:30 15:30 WITA dengan selang waktu 30 menit selama 3 hari. Dari penelitian ini menghasilkan efisiensi antara pemanas air surya plat datar dengan menggunakan bahan penyimpan kalor sebesar 99 %, sedangkan tanpa bahan penyimpan kalor 14,1 %. Kapasitas pemanasan meningkat dari 50 liter per hari menjadi 144 liter per hari. Kata kunci: parafin, bahan penyimpan kalor, kolektor surya, pemanas air, efisiensi. 1. PENDAHULUAN Energi surya merupakan sumber energi dunia, dari tenaga surya ini akan tercipta sumbersumber energi baru dan sumber kehidupan. Namun saat ini ketersediaan sumber energi dunia utamanya yang dihasilkan oleh minyak bumi semakin terbatas dan semakin lama semakin berkurang. Kondisi demikian memaksa para pengguna energi untuk melakukan penelitian untuk menemukan dan memanfaatkan energi alternatif utamanya yang terbarukan untuk menggantikan energi yang dihasilkan oleh minyak bumi. Energi matahari yang sangat cocok untuk dijadikan sebagai solusi karena merupakan bentuk energi alternatif yang sangat mudah diperoleh di Indonesia. Karena Indonesia merupakan negara yang terletak di daerah khatulistiwa yang mendapatkan sinar matahari sepanjang tahun. Energi surya adalah energi yang tidak polutif, bersifat kontinyu dan tidak dapat habis. Salah satu bentuk pemanfaatan energi radiasi matahari adalah untuk memanaskan air. Agar dapat memanfaatkan energi radiasi matahari untuk memanaskan air digunakan suatu perangkat untuk mengumpulkan energi radiasi matahari yang sampai ke permukaan bumi dan mengubahnya menjadi energi kalor yang berguna. Perangkat ini disebut dengan kolektor surya. Kolektor surya akan menyerap energi dari radiasi matahari dan mengkonversikannya menjadi panas yang berguna untuk memanaskan air di dalam pipa-pipa kolektor, sehingga suhu air akan meningkat. Energi matahari dapat disimpan sebagai kalor sensibel dan kalor laten. Perbedaannya ialah jika kalor sensibel hanya melibatkan perubahan suhu medium penyimpan, sedangkan kalor laten hanya melibatkan perubahan fasa medium penyimpan. Secara umum, jumlah panas yang dapat disimpan dalam sistem panas laten lebih besar dari pada sistem panas sensibel. Pada penelitian ini, sistem panas laten akan digunakan sebagai media penyimpan kalor. Menurut Stoecker (1989), Penyimpan kalor adalah bagian penting dari sistem matahari karena permintaan akan energi matahari sering kali tidak bersamaan waktunya dengan saat pengumpulannya. Penyimpanan energi panas sebagai panas laten terjadi dalam proses isotermal dan terjadi ketika material mengalami perubahan fasa, biasanya dari keadaan padat ke cair. Perubahan fasa seperti itu diikuti dengan penyerapan (pengisian) atau pelepasan (pengeluaran) energi panas yang relatif berjumlah besar (Culp, 1991). Menurut Abdel Salam (2011), Penyimpanan energi panas laten masih memiliki banyak permasalahan tentang bahan yang digunakan untuk melakukan proses penyimpanan energi seperti biaya yang tinggi, konduktivitas 14

B.3 termal dan stabilitas yang rendah pada sifat-sifat termofisik suatu material setelah mengalami proses siklus yang berulang. 2. Metodologi Menurut Kreith (1994), Perpindahan panas pada umumnya mengenal tiga cara pemindahan panas yang berbeda: konduksi (conduction; juga dikenal dengan istilah hantaran, radiasi (radiartion) dan konveksi (convection; juga dikenal dengan instilah ilian). Perancangan akan dilakukan dengan melakukan perhitungan panas akibat konduksi, radiasi dan konveksi. Dimana proses radiasi terjadi pada r 0, konduksi terjadi antara r 0 dan r 1, r 2 dan r 3 sedangkan proses konveksi terjadi antara r 2 dan r 3 Gambar 1. Skematik detail pipa ganda Penelitian ini akan dibagi atas 3 tahap, yaitu perancangan, pembuatan dan pengujian awal. Lokasi pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknik Konversi Energi Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Ujung Pandang, dilakukan pada bulan Mei 2015 dengan posisi lintang 5 0 8 24 LS dan diarahkan ke utara. Alat pemanas air surya terdiri dari kolektor, tangki air dan pipa-pipa sirkulasi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat ukur thermokopel untuk mengetahui temperatur disetiap titik sehingga diperoleh data temperatur terhadap waktu dengan interval waktu 30 menit setiap pengambilan datanya. Gambar 2. Skema peralatan penelitian Parafin wax (Gambar 3) yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 1 kg. Menurut Khot (2011) Parafin lilin digunakan sebagai materi perubahan fasa karena sifat menguntungkan yang membuatnya bahan yang paling cocok di pemanas air tenaga surya sistem. Parafin lilin telah banyak digunakan untuk panas laten sistem penyimpanan energi panas. (LHTES) aplikasi karena panas laten yang besar dan diinginkan karakteristik termal seperti sedikit atau tidak ada yang super Prosiding SNST ke-6 Tahun 2015 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 15

Peningkatan Kapasitas Pemanas Air Kolektor Pemanas Air Surya pendinginan, bervariasi suhu perubahan fasa, tekanan uap rendah mencair, termal dan kimia stabilitas dan diri perilaku nukleasi baik (Jesumathy, 2011). Gambar 3. Parafin Wax Sifat thermal dan fisik parafin wax ditunjukkan pada Tabel 1 berikut ini: Sifat thermal dan fisik Nilai Temperatur leleh ( 0 C) 59,1 Panas laten/fusi (kj/kg) 173,6 Massa jenis (kg/m 3 ) Padat 910 Cair 790 Panas spesifik (kj/kg. 0 C) Padat 2 Cair 2,15 Konduktivitas termal (W/m.K) Padat 0,346 Cair 0,22 (Napitupulu, 2014) Pengujian kosentrasi material dilakukan dengan menggunakan X-Ray flourence spektrofotometer (X-RF) dimana kosentrasi CH 2 99,92%, Si 283 ppm, Mg 236 ppm, Al 138 ppm, Ca 69 ppm, Sb 18 ppm, P 16 ppm. 16

Temperatur (0C) Temperatur ( 0 C) B.3 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 60 50 40 30 20 10 0 Gambar 4. Temperatur air keluar vs waktu tanpa penambahan parafin wax Untuk percobaan kolektor pada pukul 14.00 WITA tanpa penambahan parafin wax dengan variasi debit, diperoleh kenaikan tempertur tertinggi pada hari pertama dengan temperatur sebesar 56 0 C. Pada waktu yang sama diperoleh temperatur terendah pada hari kedua dengan temperatur 47 0 C. Dari hasil ini diketahui semakin kecil debit maka akan semakin tinggi temperaturnya. 100 80 60 40 20 0 Gambar 5. Temperatur air keluar vs waktu dengan penambahan parafin wax Untuk percobaan kolektor pada pukul 14.00 WITA dengan penambahan parafin wax dengan variasi debit, diperoleh kenaikan temperatur tertinggi pada hari ketiga dengan temperatur sebesar 89 0 C. Pada waktu yang sama diperoleh temperatur terendah pada hari pertama dengan temperatur 33 0 C. Penambahan parafin wax menghasilkan temperatur keluaran yang lebih besar dibanding percobaan tanpa parafin wax. Hal ini mengindikasikan parafin memiliki kemampuan dalam menjaga temperatur pada kolektor. Prosiding SNST ke-6 Tahun 2015 Fakultas Teknik Universitas Wahid Hasyim Semarang 17

Efisiensi (%) Peningkatan Kapasitas Pemanas Air Kolektor Pemanas Air Surya 100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 50.0 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0 tanpa Parafin tanpa Parafin Gambar 6. Efisiensi vs waktu tanpa dan dengan penambahan parafin wax Untuk percobaan kolektor pada pukul 14.00 WITA dengan penambahan parafin wax diperoleh efisiensi tertinggi pada hari ketiga sebesar 99% Sedangkan tanpa penambahan bahan penyimpan kalor diperoleh efisiensi tertinggi pada hari ketiga yaitu 14,1 %. Untuk kapasitas pemanas tanpa menggunakan parafin yaitu 50 liter per hari, sedangkan dengan menambahkan material penyimpan kalor mempunyai kapasitas rata-rata 108 liter per hari. 4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap kolektor pemanas air surya plat datar dengan penambahan parafin wax diperoleh kesimpulan bahwa temperatur keluaran tertinggi diperoleh pada pengujian ke-3 yaitu 89 0 C dikarenakan pada hari ini radiasi matahari yang diberikan sangat tinggi yaitu 1490 W/m 2. Adapun perbandingan efisiensi antara pengujian tanpa penambahan parafin wax dengan penambahan parafin wax yaitu 14,1 % dan 99 %. Kapasitas pemanasan meningkat dari 50 liter per hari menjadi 144 liter per hari. 5. DAFTAR PUSTAKA Culp, A.W. (1991). Prinsip-prinsip Konversi Energi. Diterjemahkan oleh Darwin Sitompul dkk. Jakarta: Penerbit Erlangga. Jesumathy, S.P. (2011). Heat Transfer Characteristics in Latent Heat Storage System Using Paraffin Wax. Journal of Mechanical Science and Technology 26 (3) (2012) 959~965. Khot, S. H, Sane, N. K, Gawali, B. S. (2011). Experimental Investigation of Phase Change Phenomena of Paraffin Wax inside a Capsule. International Journal of Engineering Trends and Technology-Volume2Issue2-2011. Kreith, F. (1994). Prinsip-prinsip Perpindahan Panas. Diterjemahkan oleh Arko Prijono. Jakarta: Penerbit Erlangga. Napitupulu, J.F.H, H. Ambarita. (2014). Studi Eksperimental Performansi Solar Water Heater Jenis Kolektor Plat Datar dengan Penambahan Thermal Energy Storage. Jurnal Ilmiah Teknik Mesin, Vol. 1, No. 2, hal. 27-36. Salam, M.R.H.A.A. (2011). Simulation and Optimization of Solar Thermal System Integrated with PCM Thermal Energy Storage for Seawater Desalination. A Thesis Submitted to the Faculty of Engineering. Kassel University, Kassel, Germany. Stoecker, W.F, J.W Jones. (1989). Refrigerasi dan Pengkondisian Udara. Diterjemahkan oleh Supratman Hara. Jakarta: Erlangga. 18