PENGARUH LAJU PEMBEBANAN ORGANIK TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI LIMBAH CAIR SAGU MENGGUNAKAN BIOREAKTOR HIBRID ANAEROB

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Laju Pembebanan Organik terhadap Produksi Biogas dari Limbah Cair Sagu Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerob

PROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012

PROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012

Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Sagu Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start-up

Jom FTEKNIK Volume 2 No. 1 Februari

Kajian Aklimatisasi Proses Pengolahan Limbah Cair Pabrik Sagu Secara Anaerob

PENYISIHAN KANDUNGAN PADATAN LIMBAH CAIR PABRIK SAGU DENGAN BIOREAKTOR HIBRID ANAEROB PADA KONDISI START-UP

Penyisihan Chemical Oxygen Demand (COD) dan Produksi Biogas Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit

KESTABILAN BIOREAKTOR HIBRID ANAEROB BERMEDIA BATU PADA KONDISI START-UP DALAM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK SAGU

Kata kunci: Anaerob; Bioreaktor hibrid; Penyisihan COD; Waktu tinggal hidrolik

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit

Pengaruh Laju Alir Umpan Terhadap ph, Alkalinitas dan Asam Volatil Dalam Bioreaktor Hibrid Anaerob Dua Tahap Pada Pengolahan Limbah Cair Industri Sagu

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Agnita Febyanti, Adrianto Ahmad, Bahruddin Laboratorium Rekayasa Bioproses Jurusan Teknik Kimia-Universitas Riau

HASIL DAN PEMBAHASAN. ph 5,12 Total Volatile Solids (TVS) 0,425%

KAJIAN AKLIMATISASI PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PABRIK SAGU SECARA ANAEROB

Keywords: anaerobic, continuous, hybrid bioreactor, hydraulic retention time, solid concentrations, two-stage, wastewater of sagoo industry.

PENGARUH WAKTU TINGGAL HIDROLIK TERHADAP PENYISIHAN PADATAN PADA PENGOLAHAN SLUDGE IPAL PULP AND PAPER MENGGUNAKAN BIOREAKTOR HIBRID ANAEROBIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penyisihan Karbohidrat dari Limbah Cair PKS dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. suatu gas yang sebagian besar berupa metan (yang memiliki sifat mudah terbakar)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

Penyisihan Minyak Lemak Yang Terkandung Dalam Limbah Cair Industri Minyak Sawit Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Limbah cair pabrik kelapa sawit (LCPKS) merupakan salah satu produk

DEGRADASI BAHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL

PROSIDING SNTK TOPI 2013 ISSN Pekanbaru, 27 November 2013

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

Adrianto Ahmad, Bahruddin, dan Nurhalim

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Studi Atas Kinerja Biopan dalam Reduksi Bahan Organik: Kasus Aliran Sirkulasi dan Proses Sinambung

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

PROSES PEMBENIHAN (SEEDING) DAN AKLIMATISASI PADA REAKTOR TIPE FIXED BED

BAB I. PENDAHULUAN. bioetanol berbasis tebu, baik yang berbahan baku dari ampas tebu (baggase), nira

SCIENTIFIC CONFERENCE OF ENVIRONMENTAL TECHNOLOGY IX

Pengolahan Limbah Cair Tahu secara Anaerob menggunakan Sistem Batch

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Bab III Bahan, Alat dan Metode Kerja

Uji Pembentukan Biogas dari Sampah Pasar Dengan Penambahan Kotoran Ayam

PENGARUH HRT DAN BEBAN COD TERHADAP PEMBENTUKAN GAS METHAN PADA PROSES ANAEROBIC DIGESTION MENGGUNAKAN LIMBAH PADAT TEPUNG TAPIOKA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

LAPORAN PENELITIAN BIOGAS DARI CAMPURAN AMPAS TAHU DAN KOTORAN SAPI : EFEK KOMPOSISI

ANALISA KINETIKA PERTUMBUHAN BAKTERI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI MOLASES PADA CONTINUOUS REACTOR 3000 L

Macam macam mikroba pada biogas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I. PENDAHULUAN. Statistik (2015), penduduk Indonesia mengalami kenaikan sebesar 1,4 %

PEMBUATAN BIOGAS DARI LIMBAH CAIR INDUSTRI BIOETANOL MELALUI PROSES ANAEROB (FERMENTASI)

Keywords : Anaerobic process, biogas, tofu wastewater, cow dung, inoculum

I. PENDAHULUAN. tanaman yang mengandung mono/disakarida (tetes tebu dan gula tebu), bahan

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN REAKTOR UAF (UPFLOW ANAEROBIC FILTER)

1. Limbah Cair Tahu. Bahan baku (input) Teknologi Energi Hasil/output. Kedelai 60 Kg Air 2700 Kg. Tahu 80 kg. manusia. Proses. Ampas tahu 70 kg Ternak

Pengaruh Waktu Detensi Terhadap Efisiensi Penyisihan COD Limbah Cair Pulp dan Kertas dengan Reaktor Kontak Stabilisasi ABSTRACT

SNTMUT ISBN:

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kakao di Indonesia. No Tahun Luas Areal (Ha)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peternakan tidak akan jadi masalah jika jumlah yang dihasilkan sedikit. Bahaya

I. PENDAHULUAN. Industri sawit merupakan salah satu agroindustri sangat potensial di Indonesia

Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

I. PENDAHULUAN. Sebenarnya kebijakan pemanfaatan sumber energi terbarukan pada tataran lebih

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

LAMPIRAN A METODOLOGI PENELITIAN

Degradasi Substrat Volatile Solid pada Produksi Biogas dari Limbah Pembuatan Tahu dan Kotoran Sapi

I. PENDAHULUAN. Sagu (Metroxylon Spp) merupakan salah satu komoditi yang tinggi kandungan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengaruh Penambahan Kotoran Sapi Perah Terhadap Nilai ph

Seeding dan Aklimatisasi pada Proses Anaerob Two Stage System menggunakan Reaktor Fixed Bed

Produksi gasbio menggunakan Limbah Sayuran

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan sumber energi fosil yang semakin menipis, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Semakin meningkatnya produksi minyak kelapa sawit di Indonesia sehingga

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

PENGARUH LAJU ALIR UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENYISIHAN PADATAN DALAM LIMBAH CAIR PULP DAN KERTAS DENGAN REAKTOR KONTAK STABILISASI

JURUSAN KETEKNIKAN PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bel akang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Variasi Sirkulasi Substrat terhadap Penyisihan Senyawa Organik pada Reaktor Metanogenesis

PEMBUATAN BIOGAS dari LIMBAH PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

lebih terkendali selain itu pemanfaatan biogas sebagai bahan bakar boiler dapat mengurangi pemakaian batubara dan solar sehingga dapat memberikan nila

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

Pengaruh Pengaturan ph dan Pengaturan Operasional Dalam Produksi Biogas dari Sampah

PENGARUH SIRKULASI TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI KOTORAN SAPI DENGAN BIOREAKTOR LITER

ANALISIS PERAN LIMBAH SAYURAN DAN LIMBAH CAIR TAHU PADA PRODUKSI BIOGAS BERBASIS KOTORAN SAPI

Transkripsi:

PENGARUH LAJU PEMBEBANAN ORGANIK TERHADAP PRODUKSI BIOGAS DARI LIMBAH CAIR SAGU MENGGUNAKAN BIOREAKTOR HIBRID ANAEROB Lusy Yunitamel, Adrianto Ahmad, Ida Zahrina Laboratorium Rekayasa Bioproses, Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru 28293 email: adriantounri@gmail.com Abstract Nowaday, production sago in Kabupaten Kepulauan Meranti reaches 450,000 tons per year. Increased production of sago starch is followed by an increase of sago wastewater. In producing sago starch needs 20,000 liters of water per ton of sago which 94% water will be wastewater. The wastewater has a high COD levels and potention to converted be biogas. One of treatment for sago wastewater to be biogas uses hybrid anaerobic bioreactor which combines the suspended growth systems and attached growth system. The object of this research is to determine the optimum of organic loading rate with highest biogas production. The research uses hybrid anaerobic bioreactor with volume 10 liters and media stones. The variation of the organic loading rate is 12,5: 16,7, 25 and 50 kgcod/m 3 day and conditioned at room temperature. The results showed that the organic loading rate has influence in producing biogas. The biogas production optimum at the organic loading rate 25 kgcod/m 3 day and steady state on 14 th days with production of biogas is 41,600 ml. Keywords: anaerobic, biogas, hybrid bioreactor, sago wastewater 1 Pendahuluan Salah satu isu global yang sering jadi perbincangan masyarakat Indonesia saat ini adalah mengenai krisis energi. Sistem energi saat ini juga terlalu bertumpu pada sumber energi fosil. Padahal bahan bakar fosil tidak dapat diperbaharui sehingga apabila digunakan terus-menerus akan habis. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu energi alternatif, salah satunya adalah pemakaian biogas. Biogas merupakan campuran beberapa gas hasil fermentasi dari bahan organik dalam kondisi anaerobik, dengan gas yang dominan adalah gas metana (CH 4 ). Biogas merupakan sumber energi yang dapat diperbarui (renewable energy) karena limbah organik selalu ada dan tersedia setiap waktu. Indonesia merupakan salah satu negara penghasil sagu terbesar di Dunia. Daerah potensial penghasil sagu di Indonesia meliputi Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua. Di Kabupaten Kepulauan Meranti, sagu memiliki luas area penanaman sagu sebesar 47.172 ha [Wicahya dan Fikri, 2010]. Produksi sagu di Kabupaten Kepulauan Meranti dapat mencapai 450.000 ton/tahun [Riau Pos, 2012]. Dari hasil pengolahan tepung sagu tersebut, terdapat limbah yang dihasilkan yaitu limbah cair sagu. Dalam memproduksi tepung sagu dibutuhkan 20.000 liter air per ton sagu [Banu et al, 2006]. Jadi dapat diperkirakan air yang dibutuhkan 9.000.000 kl air/tahun, yang mana 94% air tersebut akan menjadi limbah cair [Awg- Adeni et al, 2010], sehingga limbah cair yang dihasilkan dalam produksi sagu sekitar 8.460.000 kl air/tahun.

Limbah cair sagu memiliki komposisi bahan organik dan kadar COD yang tinggi. Bahan organik tinggi yang terkandung dalam air buangan berpotensi untuk mencemari lingkungan sekitarnya. Pengolahan secara biologi merupakan salah satu alternatif usaha untuk menanggulanginya. Bahan organik tinggi (COD > 4.000 mg/l) lebih tepat diolah dengan menggunakan pengolahan biologi secara anaerob [Syafila et al, 2003]. Proses anaerob merupakan proses yang kompleks dengan melibatkan berbagai kelompok bakteri. Masing-masing kelompok bakteri yang terlibat mempunyai substrat tertentu [Ahmad, 2001]. Lintasan biodegradasi zat organik kompleks dalam proses anaerob tersebut dapat dilihat pada Gambar 1. Senyawa Kompleks (Karbohidrat, protein dan lemak) Hidrolisis Senyawa organik sederhana (Glukosa, Asam Amino, Asam Lemak) Biogas yang diproduksi menggunakan bioreaktor hibrid anaerob beroperasi pada suhu ruang. Sistem bioreaktor hibrid ini mampu bekerja dengan mencegah kehilangan biomassa (mikroorganisme), sehingga konsentrasi biomassa menjadi tinggi. Di dalam reaktor terdapat media yang berfungsi sebagai penahan biomassa dan sebagai tempat pertumbuhan mikroorganisme [Firdha, 2010]. Pada penelitian ini akan dilakukan pengolahan limbah cair sagu bermedia batu menggunakan bioreaktor hibrid anaerob. Melalui penelitian ini maka akan ditentukan pengaruh laju pembebanan organik terhadap produksi biogas serta menentukan laju pembebanan organik optimum dengan produksi biogas yang tinggi. 2 Metodologi Limbah cair sagu diperoleh dari PT. Siberida Wahana Sejahtera (SWS) di Kabupaten Kepulauan Meranti. Karakteristik limbah cair sagu yang digunakan sebagai substrat dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1. CO 2, H 2 Metanogenesis Asidogenesis Asam Volatil Rantai Pendek (Propionat, Butirat, dll) Asetogenesis Asetogenesis Asam Asetat Metanogenesis Tabel 1. Karakteristik Limbah Cair Sagu PT. SWS Parameter Nilai Baku Mutu* Satuan ph 5,6 6-9 - COD 50.000 300 mg/l *Kepmen LH No. KEP 51-/MENLH/10/1995 CH 4 dan CO 2 Gambar 1. Lintasan Biodegradasi Senyawa Kompleks dalam Proses Anaerob [Pavlostathis dan Giraldo-Gomez, 1991] Pengolahan limbah cair sagu pada penelitian ini dilakukan secara kontinu dengan menggunakan bioreaktor hibrid anaerob bermedia batu. Bioreaktor hibrid anaerob adalah bioreaktor pengolahan limbah cair yang memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan zat organik di dalam limbah cair pabrik dan mengkonversikannya menjadi biogas. Variabel proses yang digunakan adalah variasi laju pembebanan organik yaitu 12,5 kgcod/m 3 hari, 16,7 kgcod/m 3 hari, 25 kgcod/m 3 hari, dan 50 kgcod/m 3 hari. Parameter yang diamati adalah produksi biogas menggunakan metoda penampungan dengan larutan garam jenuh. Alat utama yang digunakan pada penelitian ini adalah Bioreaktor Hibrid Anaerob yang menyatukan sistem tersuspensi dan melekat. Gambar rangkaian alat Bioreaktor Hibrid Anaerob dapat dilihat pada Gambar 2.

ph Tangki Influent Pompa controller Leher Angsa Bioreaktor Hibrid Anaerob Tangki effluent Larutan Garam Jenuh Gambar 2. Rangkaian Peralatan Pengolahan Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Batu Dari Gambar 2. dapat dilihat bahwa batu dimasukkan ke dalam bagian yang tidak bersekat dengan ketebalan ¾ dari tinggi cairan. Kemudian pada bagian yang tersuspensi dan melekat dimasukkan kultur campuran yang telah diaklimatisasi sehingga volume reaktor efektif cairan 10 L. Kemudian diinjeksikan gas nitrogen ke dalam sistem yang bertujuan untuk mengusir oksigen terlarut dalam cairan. Lalu didiamkan selama 3 hari untuk mengendapkan biomassa dari kultur campuran. Setelah itu, dialirkan umpan dengan laju alir 2 L/hari. Pola aliran mengikuti rezim di dalam sistem bioreaktor hibrid anaerob. Kemudian limbah cair sagu yang akan diolah dimasukkan ke dalam tangki umpan. Dengan menggunakan pompa, limbah cair tersebut dialirkan ke dalam tangki dengan mengontrol bukaan valve sesuai dengan laju alir yang diinginkan. Aliran limbah cair sagu di dalam bioreaktor adalah turun dan naik mengikuti sekat yang ada di dalam bioreaktor hibrid anaerob dan pada akhirnya aliran akan keluar menuju tangki effluent. Pada bagian atas bioreaktor hibrid anaerob tersebut dilengkapi dengan leher angsa dan selang yang menuju ke tabung penampungan biogas. Setelah keadaan tunak pada proses startup tercapai, selanjutnya bioreaktor diberikan laju pembebanan organik yang berbeda-beda dengan mengatur laju alir yang berbeda-beda pula. Laju pembebanan organik yang diberikan adalah 12,5; 16,7; 25 dan 50 Gelas Ukur kgcod/m 3 hari dan bioreaktor dioperasikan pada suhu ruang. Proses operasional ini bertujuan untuk melihat pengaruh laju beban organik terhadap waktu serta kinerja optimal bioreaktor dalam memproduksi biogas. Dengan dilakukan variasi laju pembebanan organik maka dapat diketahui bioreaktor bekerja dan hasil pengolahannya baik atau tidak. Selain itu, pembebanan dengan waktu tinggal hidrolik tertentu bertujuan untuk memberikan pasokan makanan bagi bakteri anaerob sebagai nutrisi untuk pertumbuhan. Hal ini menyebabkan degradasi semakin baik. 3 Hasil dan Pembahasan Hasil pengamatan produksi biogas dengan laju pembebanan organik yang divariasikan mulai dari 12,5; 16,7; 25 dan 50 kgcod/m 3 hari pada tahap operasional bioreaktor hibrid anaerob akan ditampilkan dalam bentuk grafik. 3.1 Perubahan ph Selama Transien Dilakukan pengukuran ph selama kondisi transien dengan rentang laju pembebanan organik 12,5; 16,7; 25 dan 50 kgcod/m 3 hari. Hasil pengukuran ph tersebut dapat dilihat pada Gambar 3. 8 7,5 7 6,5 6 5,5 5 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 Waktu (hari) laju pembebanan organik 12,5 kgcod/m3hari laju pembebanan organik 16,7 kgcod/m3hari laju pembebanan organik 25 kgcod/m3hari laju pembebanan organik 50 kgcod/m3hari Gambar 3. Perubahan ph Selama Transien Gambar 3. menunjukkan bahwa ph untuk keempat laju pembebanan organik bekerja pada rentang ph 6,1 7,4. ph rata-rata pada laju pembebanan organik 12,5; 16,7; 25 dan

biogas (ml) 50 kgcod/m 3 hari yaitu 6,76; 6,46; 6,4 dan 6,18. Dari hasil pengukuran nilai ph pada kondisi transien tersebut terlihat bahwa ph aktivitas mikroorganisme berada pada rentang ph optimum aktivitas mikroorganisme anaerob. Pada rentang ph tersebut diperkirakan mikroorganisme anaerobik yang digunakan di dalam bioreaktor dapat berkembang dengan optimum mengingat kondisi lingkungan mikroorganisme anaerobik berkisar pada ph antara 5,8 7,2 [Ahmad, 2004]. Walaupun bakteri pembentuk metan sangat peka terhadap ph, tetapi ph dalam reaktor tidak harus dikendalikan secara ketat. Pengaturan ph dapat dilakukan dengan menjaga umpan tidak terlalu asam agar kesetimbangan reaksi antara tahap asidogenik dan metanogenik terjaga baik. Pada kondisi tanpa bantuan penyeimbang ph maka pada nilai ph dibawah 6 aktivitas bakteri metan akan mulai terganggu dan bila mencapai 5,5 aktivitas bakterial akan terhenti sama sekali. Konsetrasi ph di dalam reaktor ini sangat dipengaruhi oleh jumlah asam lemak volatil (VFA), ammonia, CO 2 dan kandungan alkalinitas bikarbonat yang dihasilkan [Padmono, 2007]. Dari semua laju pembebanan organik, laju pembebanan organik 50 kgcod/m 3 hari memiliki ph paling rendah, yaitu sebesar 6,18. Hal ini menandakan bahwa produksi asam organik relatif banyak dari yang lainnya, sehingga ph sistem menurun [Hamonangan, 2001]. Banyaknya asam organik yang diproduksi menyebabkan aktivitas bakteri metanogen terganggu dan tidak mampu mengkonversi akumulasi produksi asam organik ini [Ahmad, 2004]. 3.2 Produksi Biogas Selama Transien Dilakukan pengukuran produksi biogas selama kondisi transien dengan rentang laju pembebanan organik 12,5; 16,7; 25 dan 50 kgcod/m 3 hari. Hasil pengukuran ini dapat dilihat pada Gambar 4. 45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 waktu (hari) laju pembebanan organik 12,5 kgcod/m3hari laju pembebanan organik 16,7 kgcod/m3hari laju pembebanan organik 25 kgcod/m3hari laju pembebanan organik 50 kgcod/m3hari Gambar 4. Produksi Biogas Selama Transien Gambar 4. menunjukkan bahwa biogas yang diproduksi pada berbagai laju pembebanan organik akan mengalami kenaikan yang signifikan. Produksi biogas pada laju pembebanan organik 16,7 kgcod/m 3 hari yaitu sebesar 17.700 ml dalam waktu 28 hari. Pada laju pembebanan organik 16,7 kgcod/m 3 hari dihasilkan biogas sebesar 40.000 ml dalam waktu 22 hari. Pada laju pembebanan organik 25 kgcod/m 3 hari dihasilkan biogas sebesar 41.600 ml dalam waktu 14 hari. Pada laju pembebanan organik 50 kgcod/m 3 hari dihasilkan biogas sebesar 35.800 ml dalam waktu 10 hari. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa biogas yang dihasilkan semakin meningkat seiring meningkatnya laju pembebanan organik. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kemungkinan bakteri pembentuk metan yang terus beraktifitas dan mengkonsumsi bahan-bahan organik yang terkandung dalam umpan dan mendegradasi umpan (substrat) tersebut menjadi biogas [Bagus, 2008]. Suatu proses dapat dikatakan telah mencapai kondisi tunak apabila nilai COD relatif stabil. Untuk mempercepat proses dan mengoptimumkan kinerja bioreaktor, maka dilakukan peningkatan laju pembebanan

Produksi Biogas (ml) organik umpan [Bagus, 2008]. Dari data yang diperoleh, dapat diindikasikan bahwa bioreaktor hibrid anaerob yang digunakan mampu menunjukkan performa optimal dalam keadaan laju pembebanan organik yang terus ditingkatkan, namun juga perlu melihat waktu tinggal hidrolik yang menentukan lamanya degradasi. 3.3 Pengaruh Laju Pembebanan terhadap Produksi Biogas Produksi biogas pada laju pembebanan organik 12,5; 16,7; 25 dan 50 kgcod/m 3 hari dapat dilihat pada Gambar 5. 45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 0 10 20 30 40 50 60 Laju Pembebanan (mgcod/m3hari) Gambar 5. Pengaruh Laju Pembebanan terhadap Produksi Biogas Gambar 5. menunjukkan bahwa laju pembebanan organik berpengaruh terhadap produksi biogas. Terlihat pada laju pembebanan organik 12,5 kgcod/m 3 hari produksi biogas 17.700 ml, pada laju pembebanan organik 16,7 kgcod/m 3 hari produksi biogas meningkat menjadi 40.000 ml, dan pada laju pembebanan organik 25 kgcod/m 3 hari produksi biogas sebesar 41.600 ml, sedangkan pada laju pembebanan organik 50 kgcod/m 3 hari produksi biogas kembali menurun menjadi 35.800 ml. Dari data tersebut dapat ditentukan bahwa laju pembebanan optimum yaitu pada 25 kgcod/m 3 hari dengan produksi biogas tertinggi yaitu 41.600 ml. Dari keempat variasi laju pembebanan organik tersebut, mulai dari laju pembebanan organik 12,5; 16,7 dan 25 kgcod/m 3 hari produksi biogas meningkat, namun produksi biogas menurun saat laju pembebanan organik 50 kgcod/m 3 hari. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Surya dan Riharjo (2011) yang menyimpulkan bahwa semakin besar tingkat pembebanan maka produksi biogas yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini dikarenakan semakin banyak substrat yang berkontak dengan mikroorganisme. Namun pada laju pembebanan organik 50 kgcod/m 3 hari produksi biogas kembali menurun, hal ini disebabkan karena semakin cepat pula waktu kontaknya sehingga degradasi senyawa organik berlangsung sedikit yang mengakibatkan pada bioreaktor yang aktif hanya bakteri asidogenik. Sehingga diperkirakan yang banyak dihasilkan adalah H 2 dan CO 2 bukannya CH 4 dan CO 2 [Atikalidia, 2011]. Hasil tersebut sesuai dengan Mahajoeno (2010) yang menggunakan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit menggunakan digester anaerob kolam tertutup berkapasitas 4500 m 3 dengan variasi laju pengumpanan 25m 3 /hari sampai dengan 300 m 3 /hari, hasil penelitian menunjukkan bahwa volume biogas meningkat sesuai dengan peningkatan laju pengumpanan, dimana kinerja optimum bioreaktor adalah pada laju pengumpanan 200 m 3 /hari diproduksi biogas 10.000 m 3 /hari. Sedangkan Syafila et al (2003) menyatakan bahwa produksi gas metan memiliki kaitan dengan proses pembentukan asam volatil. Makin banyak asam volatil yang terbentuk, diperlukan waktu tinggal sel bakteri metan yang lebih lama untuk mengkonsumsi seluruh asam tersebut. Dengan demikian, jika waktu retensi tetap, sedangkan konsentrasi organik dinaikkan, ada kecenderungan terjadinya penurunan pembentukan. Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitiannya dengan bioreaktor hibrid anaerob bermedia batu dan menggunakan limbah cair mengandung molase dan dioperasikan pada variasi konsentrasi organik 10.000, 20.000, 30.000 dan 40.000 mg/l COD, dimana produksi biogas tertinggi yaitu pada konsentrasi organik 10.000 mg/l sebesar 479 ml/hari.

3.4 Studi Komparatif Kinerja Bioreaktor Hibrid Anaerob Kinerja bioreaktor hibrid anaerob dapat ditinjau dengan membandingkan kinerjanya dengan berbagai jenis limbah cair dan media pertumbuhan yang berbeda. Perbandingan kinerja bioreaktor tersebut ditampilkan pada Tabel 2. Tabel 2. Perbandingan Produksi Biogas Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerob dengan Jenis Limbah dan Media yang Berbeda Limbah Cair Media Variabel Mengandung Molase Sawit Sagu Sagu Batu Cangkang Sawit Plastik Ring Batu Konsentrasi Laju Pembebanan Laju Pembebanan Laju Pembebanan Produksi Biogas (ml/hari) 479 340 30.700 41.600 Pustaka Syafila et al (2003) Atikalidia (2011) Banu et al (2006) Penelitian ini (2012) Tabel 2. menunjukkan bahwa menggunakan substrat limbah cair sagu dan media batu produksi biogas yang dihasilkan optimal. Hal ini dapat terjadi karena limbah cair sagu memiliki kandungan senyawa organik yang dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk didegradasi menjadi biogas secara optimal, sehingga biogas yang dihasilkanpun menjadi optimal. Selain itu produksi biogas optimal karena menggunakan media batu. Karena batu memiliki kelebihan yaitu tingkat kekasaran yang cukup baik yang cocok menjadi media bagi mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang melekat membentuk lapisan biomassa. Selain itu batu mempunyai luas permukaan per unit volume yang tinggi. Karena makin luas permukaan batu, maka makin banyak pula mikroorganisme yang hidup diatasnya [Wardhana, 2004]. Selanjutnya kelompok bakteri tersebut dapat memanfaatkan substrat limbah cair sagu dan menguraikannya hingga menjadi produk akhir yaitu biogas. Sehingga semakin banyak mikrooganisme yang hidup, maka semakin banyak pula substrat yang didegradasi menjadi biogas dan biogas yang dihasilkanpun semakin tinggi. 4 Kesimpulan dan Saran Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran yaitu: 4.1 Kesimpulan 1. Laju pembebanan organik berpengaruh terhadap produksi biogas., pada saat laju pembebanan organik 12,5; 16,7; 25 dan 50 kgcod/m 3 hari dihasilkan biogas sebesar 17.700, 40.000, 41.600 dan 35.800 ml. 2. Pada tiap variasi laju pembebanan organik mencapai kondisi tunak (steady state) dalam waktu yang berbeda, pada saat laju pembebanan organik organik 12,5; 16,7; 25 dan 50 kgcod/m 3 hari dicapai kondisi tunak pada hari ke- 28, 22, 14 dan 10 hari. 3. Produksi biogas optimum yaitu pada laju pembeban organik 25 kgcod/m 3 hari sebesar 41.600 ml selama 14 hari. 4.2 Saran Sebaiknya dalam penelitian digunakan GC (Gas Chromatography), sehingga dapat dianalisis komposisi senyawa-senyawa yang terkandung di dalam biogas.

Daftar Pustaka Ahmad, A., 2001, Biodegradasi Limbah Cair Industri Minyak Kelapa Sawit Dalam Sistem Pembangkit Biogas Anaerob, Disertasi, Program Pascasarjana ITB, Bandung. Ahmad, A., 2004, Studi Komparatif Sumber dan Proses Aklimatisasi Bakteri Anaerob pada Limbah Cair yang Mengandung Karbohidrat, Protein dan Minyak-Lemak, Jurnal Sains dan Teknologi, 1(3), 1-10. Atikalidia, M., 2011, Penyisihan Chemical Oxygen Demand (COD) dan Produksi Biogas Limbah Cair Pabrik Kelapa Sawit Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Bermedia Cangkang Sawit, Prosiding Semina Nasional Teknik Kimia Kejuangan, Yogyakarta. Awg-Adeni, D.S., S. Abd-Aziz, K. Bujang dan M.A. Hassan, 2010, Bioconversion of Sago Residue Into Value Added Products, African Journal of Biotecnology, 14(9), 2016-2012. Bagus, I.S., 2008, Start-Up dan Perancangan Bioreaktor Anaerobik Untuk Pengolahan Limbah Cair dengan Konsentrasi Garam Tinggi, Skripsi, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Banu, J.R., S. Kaliappan dan D. Beck, 2006, Treatment of Sago Wastewater Using Hybrid Anaerobic Reactor, Chemical Engineering Journal, 1(41), 56-62. Firdha, I., 2010, Penentuan Waktu Tinggal Hidrolik Terhadap Penyisihan COD (Chemical Oxygen Demand) Limbah Cair Pabrik Minyak Sawit dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob bermedia Batu, Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Kejuangan, Yogyakarta. Hamonangan, S., 2001, Pengolahan Limbah Cair Minyak Kelapa Sawit dengan Gabungan Proses Anaerob-Membran Tesis, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Keputusan Menteri LH, Nomor KEP 51/MENLH/10/1995 tentang Baku Mutu Limbah cair bagi Kegiatan Industri. Mahajoeno, E., 2010, Pengembangan Energi Terbarukan Dari Limbah Cair Pabrik Minyak Kelapa Sawit, Institut Pertanian Bogor. Padmono, D., 2007, Kemampuan Alkaliniyas Kapasitas Peyangga (Buffer Capacity) Dalam Sistem Anaerobik Fixed Bed, Jurnal Teknik Lingkungan, 2(8), 119-127. Pavlostathis, S.G., T.L. Miller dan M.J. Wolin, 1988, Kinetics of Insoluble Cellulose Fermentation by Continuous Cultures of Ruminococcus albus, Appl. Environ. Microbiol, 11(54), 2660-2663. Riaupos, 2012, Meranti Penghasil Sagu Terbesar Ketiga di Dunia, http://www.riaupos.com, 28 April 2012. Surya dan I. Raharjo, Production Of Renewable Energy (Biogas) and Liquid Organic Fertilizer For Plants From Waste Treatment Tapioca Industrial Enviromentally, Seminar Nasional Sains dan Teknologi, Bandar Lampung. Syafila, M., A. H. Djadjadiningrat dan M. Handajani, 2003, Kinerja Bioreaktor Hibrid Anaerob dengan Media Batu untuk Pengolahan Air Buangan yang Mengandung Molase, Prosiding ITB Sains dan Teknologi, Bandung. Wardhana, A., 2004, Dampak Pencemaran Lingkungan, http://www.gedehace.blogspot.com/2006/ 04/anaerobic-filter.html, 26 Februari 2012. Wicahya, I., dan D.R.A. Fikri, 2010, Pengembangan Energi Terbarukan Melalui Pemanfaatan Sumber Daya Alam Indonesia Sebagai Upaya Peningkatan Ketahanan Energi Nasional, Lomba Rancang Pabrik Tingkat Nasional.