Deskripsi Good Corporate Governance

dokumen-dokumen yang mirip
GOVERNANCE DI SEKTOR RUMAH SAKIT. akta menunjukkan bahwa sektor rumah sakit bergerak. dengan pengaruh mekanisme pasar. Dalam suatu

GOVERNANCE DI SEKTOR RUMAH SAKIT

áçtütà jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

Modul Manajemen Strategis 2013

BAB I PENDAHULUAN. dan diawasi, misalnya melalui penetapan tujuan perusahaan dan monitoring terhadap

PERILAKU EKONOMI RUMAH SAKIT

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072); 6. Undang-undang Nomor 12 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PT LIPPO KARAWACI Tbk. Piagam Komite Nominasi dan Remunerasi

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 50 Tahun 1999 tentang Kepengurusan Badan Usaha Milik Perusahaan Daerah;

PIAGAM KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI PT SILOAM INTERNATIONAL HOSPITALS TBK. BAB I PENDAHULUAN PASAL 1 DEFINISI

Bussiness Ethic and Good Corporate Governance

PROPINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR TAHUN 2015

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 58 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS BURSA EFEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG POLA TATA KELOLA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KEBUMEN

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

Pedoman Direksi. PT Astra International Tbk

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 2017 TENTANG BADAN USAHA MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI ACEH BARAT DAYA PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH BARAT DAYA NOMOR 25 TAHUN 2015 TENTANG

PEDOMAN DEWAN KOMISARIS PT SOECHI LINES Tbk.

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT. I Pendahuluan 1. II Tujuan Pembentukan Komite Audit 1. III Kedudukan 2. IV Keanggotaan 2. V Hak dan Kewenangan 3

BAB 1 PENDAHULUAN. diterapkannya good corporate governance di Indonesia merupakan salah satu

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 35 TAHUN 2012

Powered by TCPDF (

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

kepada 10 direksi remunerasi sebesar Rp 67,6 miliar dan 6 komisaris sebesar Rp 17,5 miliar. Porsi bonus ini di bawah 1 persen dari laba 2012.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Ruang Lingkup 2 BAB II KERANGKA UMUM PENYAJIAN 3 BAB III MATERI LAPORAN TAHUNAN 4

BAB I PENDAHULUAN. penanaman dana lainya (Ghozali, 2007). defisit dan sektor surplus maupun sebagai agent of development yang dalam

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 59 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA KLIRING DAN PENJAMINAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 11/ 33 /PBI/2009 TENTANG PELAKSANAAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE BAGI BANK UMUM SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 60 Tahun : 2015

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

DAFTAR ISI CHARTER KOMITE AUDIT PT INDOFARMA (Persero) Tbk

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.04/2014 TENTANG KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

Pedoman Dewan Komisaris. PT Astra International Tbk

PEDOMAN dan TATA TERTIB KERJA DIREKSI PT. BANK MASPION INDONESIA Tbk

BERITA DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 15 Tahun 2015 Seri E Nomor 10 PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN UMUM PERCETAKAN UANG REPUBLIK INDONESIA (PERUM PERURI)

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PIAGAM DEWAN KOMISARIS dan DIREKSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA

Piagam Unit Komite Audit ("Committee Audit Charter" ) PT.Catur Sentosa Adiprana Tbk.

PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 60 /POJK.04/2016 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS LEMBAGA PENYIMPANAN DAN PENYELESAIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

2 Perusahaan Publik. Atas pemenuhan pelaksanaan kewajiban, tugas, dan tanggung jawab tersebut melahirkan hak bagi anggota Direksi atau anggota Dewan K

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

BAB IV PEDOMAN KERJA KOMITE-KOMITE

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PEDOMAN DIREKSI DAN KOMISARIS PERSEROAN

TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DOKTER MOHAMAD SOEWANDHIE KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 87 TAHUN 2012 TENTANG : PEMBENTUKAN DEWAN PENGAWAS RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARAWANG

TENTANG KEDUDUKAN DAN RINCIAN TUGAS DIREKTORAT PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN UNIVERSITAS GADJAH MADA REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Manajer diharapkan menggunakan resources yang ada sematamata

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. besar pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja, motivasi kepuasan kerja

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

- 1 - BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI TANA TORAJA NOMOR 10 TAHUN 2016

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

KOMITE AUDIT CHARTER PT INDOFARMA (PERSERO) TBK

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan fungsi pertanggungjawaban dalam organisasi. Tujuan laporan

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 38 TAHUN 2016

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG DEWAN PENGAWAS RUMAH SAKIT PROVINSI JAWA TIMUR

PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC TBK. PEDOMAN KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI

BOARD MANUAL. PT PG Rajawali II. Cirebon, 14 Oktober Bambang Adi Sukarelawan Komisaris. Zainal Muttaqin Rasyad Direktur Utama

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

BAGIAN IV PERILAKU EKONOMI RUMAH SAKIT DAN TENAGA DOKTER

2016, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Le

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

PIAGAM KOMITE AUDIT 2015

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

PEDOMAN DAN KODE ETIK DIREKSI

BAB V PENUTUP. perusahaan mempunyai ukuran dewan komisaris yang relatif besar, maka

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SANGGAU NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH PUSAKA DARANANTE

KEBIJAKAN OTONOMI DALAM MANAJEMEN RUMAH SAKIT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2009 TENTANG BADAN HUKUM PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pendekatan Tata Kelola

2013, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan

WALIKOTA SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

Transkripsi:

Deskripsi Sebagai lembaga usaha yang mempunyai fungsi sosial, sebuah BLU diharapkan mempunyai tata kelola untuk meningkatkan efisiensi kegiatan. Bab ini memhas pola tata kelola dengan menggunakan konsep Good Corporate Governance. Mengapa? Corporate Governance adalah suatu struktur yang bertujuan agar lembaga usaha berperilaku secara efisien. Dalam pengertian efisiensi ini adalah bagaimana cara untuk meningkatkan hasil semaksimal mungkin. Pertanyaan lebih lanjut yang akan dibahas dalam Bab ini adalah apakah sebagai lembaga non-profit harus menggunakan konsep Good Governance? Tujuan: 1. Memahami Good Corporate Governance untuk non-profit 2. Memahami Pola Tata Kelola berdasarkan konsep Good Corporate Governance 3. Memahami dan trampil dalam menyusun Struktur Organisasi Good Corporate Governance Good corporate governance merupakan konsep untuk meningkatkan transparasi dan akuntabilitas yang saat ini dianjurkan dipergunakan pada lembaga usaha. Diharapkan dengan penggunaan corporate governance akan ada sistem manajemen yang meningkatkan efisensi. Pengertian efisiensi ini yaitu bagaimana cara meningkatkan hasil semaksimal mungkin (Eldenburg dkk.,2001). Secara umum, sistem corporate governance bertujuan untuk memberikan pedoman strategis dan mengopera-sionalkan sebuah dewan yang melakukan monitoring terharap pekerjaan manajer (OECD, 2001). Konsep corporate governance berasal dari sektor perusahaan dalam mencari keuntungan. Perlu dicatat bahwa tujuan perusahaan memperoleh keuntungan adalah menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya dan berusaha mempunyai kemampuan yang cukup dalam mencapai tujuan sesuai dengan lingkungannya. Laba akan dibagi ke pemilik modal atau pemegang saham. Namun, lembaga nonprofit pun dapat menggunakan model corporate governance untuk meningkatkan efisiensinya. Lemabag pemerintah dengan system keuangan BLU perlu mempertimbangkan konsep corporate governance. MODUL POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DITJEN BAKD, DEPDAGRI 224

Usaha memahami corporate governance dapat dimulai dari hakikat sebuah lembaga usaha. Katz dan Rosen (1998) menyatakan bahwa paling sedikit ada tiga komponen dalam lembaga usaha yaitu, (1) pekerja atau orang yang dibayar atas gaji tetap dan mempunyai peraturan kerja; (2) manajer yang bertanggung jawab menetapkan keputusan, memonitor para pekerja; dan (3) pemilik yang mempunyai modal dan menanggung risiko keuangan usaha. Dalam model standar perusahaan terdapat pemisahan antara pemilik dengan para manajer pelaksana. Pemisahan antara pemilik dengan para manajer merupakan salah satu ciri lembaga usaha modern. Pemisahan antara pemilik dengan para manajer ini menghasilkan struktur organisasi yang merupakan standar sebuah perusahaan. Standar tersebut yaitu adanya badan yang disebut sebagai Board of Directors. Board of Directors berperan sebagai tonggak utama dalam mekanisme pengendalian internal. Dalam sistem yang mengacu pada corporate governance, terdapat peraturan yang menerangkan tentang peran manajer dan Board of Directors. Tanggung jawab Board of Directors secara umum dalam perusahaan adalah melakukan monitoring terhadap manajer atas mandat dari pemegang saham perusahaan (OECD, 2001). Secara rinci fungsi kuncinya antara sebagai berikut: 1. Melakukan review dan mengarahkan strategi lembaga usaha, rencana besar, kebijakan risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha; menetapkan indikator kinerja, monitoring pelaksanaan dan kinerja lembaga usaha serta mengawasi pengeluaran modal. 2. Memilih dan memberikan konpensasi, memonitor dan apabila perlu mengganti direktur dan mengawasi perencanaan penggantian 3. Mengkaji pembayaran eksekutif dan dewan direktur 4. Memonitor dan mengelola berbagai konflik yang potensial dalam manajemen. Sistem corporate governance pada lembaga for profit tujuannya yaitu meningkatkan keuntungan sebesar-besarnya. Sementara itu, sistem corporate governance pada lembaga nonprofit bertujuan menjamin agar tujuan lembaga dapat tercapai seefisien mungkin. Board of Directors pada lembaga nonprofit sering disebut sebagai Board of Trustees. Pada awalnya kehadiran Board of Directors atau Board of Trustees di lembaga lebih berfungsi sebagai stempel atau cap yang mengesahkan keputusan-keputusan direksi. Akan tetapi, di Amerika Serikat dilaporkan bahwa MODUL POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DITJEN BAKD, DEPDAGRI 225

fungsi board menjadi lebih menentukan dalam keputusan-keputusan manajemen (Alexander dkk., 2001). Fungsi awal lain yaitu menggalang dana-dana kemanusiaan atau mendapatkan dukungan politis. Oleh karena itu, sebagian anggota board berasal dari kalangan politisi, pengusaha, pemimpin-pemimpin informal di masyarakat atau dermawan. Sebagai gambaran, perkembangan rumah sakit di Indonesia menunjukkan hal ini. Fungsi board yang sering disebut sebagai Dewan Pembina dari yayasan pemilik atau secara sederhana disebut sebagai anggota yayasan. Menurut Kovner (1995) secara umum pekerjaan Board of Directors adalah menetapkan dan menjaga misi lembaga; bertindak sebagai wali untuk menjaga aset dan investasi dari pemilik saham lembaga for profit atau kepentingan pemilik lembaga nonprofit; memilih, menasihati, dan memeriksa pimpinan lembaga; memberikan arahan untuk lembaga dan menjamin pertumbuhan dan perkembangannya. Contoh sistem yang menggunakan corporate governance pada rumah sakit for profit adalah adanya struktur Board of Directors di University Health System Ltd. yang dimiliki oleh Tulane University (20% saham) dan Columbia, sebuah perusahaan for profit yang bergerak dalam jaringan rumah sakit (80% saham) (Bulger dkk., 1999). Anggota board sebanyak 10 orang terdiri atas 5 orang dari Tulane University dan 5 orang dari Columbia. Pimpinan board berasal dari Tulane University. Semua keputusan besar harus disetujui oleh tiga anggota dari Tulane University dan tiga anggota dari Columbia. Keputusan yang membutuhkan suara mayoritas dari board berkaitan dengan pengangkatan dan pemberhentian direktur rumah sakit, pengembangan usaha atau penghapusan pelayanan rumah sakit, modifikasi penunjang akademik, dan pembelian rumah sakit pendidikan dalam radius 75 mil. Contoh corporate governance rumah sakit non profit dapat dilihat pada rumah sakit pendidikan North Carolina. Rumah sakit pendidikan ini merupakan gabungan antara Wake Forest University dengan North Carolina Baptist Hospital yang mempunyai jaringan pelayanan kesehatan. Kedua lembaga tersebut bersifat nonprofit. Masing-masing lembaga terdapat Board of Trustees. Penelitian yang dilakukan oleh Alexander dkk. (2001) mengenai struktur, komposisi, dan seleksi board di Amerika Serikat menarik untuk disimak. Penelitian tersebut menggambarkan perbedaan beberapa aspek board selama 10 tahun (antara tahun 1989 hingga tahun 1997) pada rumah sakit swasta nonprofit, rumah sakit pemerintah, dan rumah sakit for profit. Penelitian tersebut MODUL POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DITJEN BAKD, DEPDAGRI 226

sangat besar dengan melibatkan 3.100 rumah sakit pada tahun 1989 kemudian tahun 1997 sebanyak 2.100 rumah sakit. Jumlah anggota board merupakan hal penting dalam penelitian tersebut. Jumlah anggota mempengaruhi lama waktu pengambilan keputusan. Berbagai keluhan manajer dan konsultan manajemen rumah sakit yakni bahwa jumlah anggota board terlalu banyak sehingga mengakibatkan keputusan menjadi lama. Manajer dan para konsultan berpendapat bahwa jumlah anggota board yang sedikit lebih baik karena akan mempercepat proses pengambilan keputusan. Akan tetapi, jika board terlalu sedikit akan tidak baik karena dapat mengakibatkan terbentuknya blok-blok dengan mudah. Rata-rata jumlah board pada tahun 1989 sebanyak 13,5 orang sedang pada tahun 1997 adalah 13,6 orang. Jumlah board paling banyak pada rumah sakit yang tidak mencari untung (18.8 dan 16.6 orang rata-rata pada tahun 1989 dan 1997). Semakin besar jumlah Tempat Tidur (TT) rumah sakit, maka semakin banyak anggota board. Salah satu fungsi board yang sangat strategis adalah menilai kinerja Direksi. Ternyata tidak semua board rumah sakit mempunyai fungsi ini. Akan tetapi, dapat diketahui bahwa tahun 1997 terjadi peningkatan yang cukup besar dalam persentase rumah sakit yang melakukan pengawasan terhadap direksi. Board of Director rumah sakit pemerintah merupakan kelompok paling rendah dalam fungsi pengawasan direksi. Semakin besar jumlah TT maka persentase yang melakukan pengawasan lebih tinggi. Dengan beban dan tanggung jawab yang semakin meningkat, seharusnya board akan dibayar untuk pekerjaannya. Akan tetapi, penelitian Alexander menunjukkan hasil yang menunjukkan penurunan persentase rumah sakit yang memberikan insentif untuk anggota board dari tahun 1989 hingga tahun 1997. Kelompok rumah sakit for profit ternyata justru mengalami penurunan, sementara kelompok rumah sakit pemerintah tetap. Seperti yang telah diduga, kelompok rumah sakit swasta nonprofit mempunyai persentase kecil jumlah anggota Board yang di bayar. Hal ini berkaitan dengan himbauan dari Kantor Informasi Dana Kemanusiaan Nasional untuk tidak memberikan kompensasi bagi anggota board pada lembaga-lembaga nonprofit. Kesimpulan penelitian Alexander dkk. (2001) menyatakan bahwa peran board pada rumah sakit adalah sebagai penjamin kelanggengan (continuity) perkembangan rumah sakit. Board tidak berfungsi sebagai pemimpin perubahan dan perkembangan. Selama sepuluh tahun perkembangan board, tidak mencerminkan adanya perubahan yang radikal. Akan tetapi, board mengalami peningkatan kekuatan dalam menetapkan keputusan yang terkait dengan kinerja rumah sakit. MODUL POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DITJEN BAKD, DEPDAGRI 227

Peran Board of Directors dalam penyusunan rencana strategis menurut Wolper (1999) sangat penting. Board of Directors berperan aktif dalam menyusun rencana strategis khususnya dalam penyusunan misi dan visi rumah sakit. Pertemuan-pertemuan awal dalam penyusunan rencana strategis perlu dihadiri oleh Board of Directors (Zuckermann, 1998). Dokumen rencana strategis juga harus mendapat persetujuan dari Board of Directors untuk disahkan. Siapa saja dan apa syarat menjadi anggota board? Menurut American Hospital Association dan Ernst Young, terdapat beberapa kriteria penting untuk menjadi anggota board (Pointer dan Orlikoff, 1999) yaitu mempunyai nilai-nilai yang sama dengan rumah sakit, mempunyai kepemimpinan di masyarakat, secara keuangan tidak kekurangan, memahami perencanaan strategis dan mempunyai visi, mempunyai waktu, dan secara politis merupakan orang berpengaruh. Apakah struktur corporate governance perlu dipakai oleh BLU di Indonesia? Pada intinya keuntungan corporate governance di lembaga non-profit digunakan untuk hal-hal, (1) untuk perbaikan sistem pengawasan internal dan (2) peningkatan efisiensi untuk meningkatkan daya saing. Kerugian struktur corporate governance antara lain, bertambahnya biaya operasional, keputusan dapat menjadi lebih lama, dan menambah jalur birokrasi. Tata Kelola Dewan Pengawas Pengaturan Dewan Pengawas oleh Menteri Keuangan (PMK No.09/PMK.02/2006) Jumlah Dewan pengawas (orang) Nilai Omset (LRA) Nilai Aset (Neraca) 3 Rp.15 M-30 M Rp.75M 200M 3-5 30 M 200 M Anggota Dewan Pengawas adalah: (1) Pejabat SKPD yang berkaitan dengan kegiatan BLUD; (2) Pejabat di lingkungan satuan kerja pengelola keuangan daerah; (3) Tenaga ahli yang sesuai dengan kegiatan BLUD atau pejabat lain yang ditunjuk oleh kepala daerah. Kewajiban Dewan Pengawas: (1) Memberikan pendapat dan saran kepada kepala daerah mengenai RBA yang diusulkan oleh pejabat pengelola; (2) Mengikuti perkembangan kegiatan BLUD dan memberikan pendapat serta saran kepada kepala daerah mengenai setiap masalah yang dianggap penting bagi pengelolaan BLUD; (3) Melaporkan kepada kepala daerah tentang kinerja BLUD; (4) Memberikan nasehat kepada pejabat pengelola dalam melaksanakan pengelolaan BLUD; (5) Melakukan evaluasi dan penilaian kinerja baik keuangan maupun non keuangan, serta memberikan saran dan catatan-catatan penting MODUL POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DITJEN BAKD, DEPDAGRI 228

untuk ditindaklanjuti oleh pejabat pengelola BLUD; dan Memonitor tindak lanjut hasil evaluasi dan penilaian kinerja. keuntungan corporate governance di rumahsakit: (1) untuk perbaikan sistem pengawasan internal, dan (2) peningkatan efisiensi untuk meningkatkan daya saing. Kerugian adanya struktur corporate governance: antara lain: bertambahnya biaya operasional, keputusan dapat menjadi lebih lama, dan menambah jalur birokrasi. Pejabat Pengelola: Pejabat Pengelola terdiri dari: (1) Pemimpin; (2) Pejabat Keuangan; dan (3) Pejabat Teknis. Pemimpin BLUD SKPD, merupakan Pengguna Anggaran. Pemimpin BLUD Unit Kerja, merupakan Kuasa Pengguna Anggaran. Pejabat Pengelola dan Pegawai BLUD, dapat berasal dari PNS dan/atau Non PNS. MODUL POLA PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DITJEN BAKD, DEPDAGRI 229