ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Desa Ciaruten Ilir, Kecamatan Cibungbulang,

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengambilan Responden

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG. (Analysis of Marketing Efficiency of Cassava in Lampung Province)

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

TATA NIAGA SALAK PONDOH (Salacca edulis reinw) DI KECAMATAN PAGEDONGAN BANJARNEGARA ABSTRAK

IV. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional mencakup pengertian yang digunakan

PENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas

I. PENDAHULUAN *

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam mengambil sampel responden dalam penelitian ini

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

ANALISIS MARKETING BILL KOMODTI CABAI MERAH DI KOTA MEDAN. Staff Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas PertanianUniversitas Sumatera Utara

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. individu dan kelompok dalam mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH (Studi Kasus di Desa Sigaluh Kecamatan Sigaluh Banjarnegara) ABSTRAK

KARYA ILMIAH MAHASISWA AGRIBISNIS

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

ANALISIS SALURAN PEMASARAN KOMODITAS PANDANWANGI DI DESA BUNIKASIH KECAMATAN WARUNGKONDANG KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS PEMASARAN LADA PERDU (Studi Kasus di Desa Marga Mulya Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis) Abstrak

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BAWANG MERAH DI KECAMATAN GERUNG KABUPATEN LOMBOK BARAT

A. WAKTU DAN TEMPAT B. METODE PENELITIAN

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Istilah pangsa pasar sering digunakan dalam ekonomi perusahan ataupun

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN PISANG KEPOK DI KABUPATEN SERUYAN ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi dalam upaya pemulihan dan pertumbuhan ekonomi. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor di bidang ekonomi yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN WORTEL DI SUB TERMINAL AGRIBISNIS (STA) KABUPATEN KARANGANYAR

Jurnal NeO-Bis Volume 8, No. 2, Desember 2014 DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

III KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN UBI JALAR DI KABUPATEN LAMPUNG TENGAH. (Analysis of the Marketing Efficiency of Sweet Potato In Central Lampung Regency)

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Analisis Usahatani dan Pemasaran Kembang Kol

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODE PENELITIAN. untuk mengelola faktor-faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal yang

ANALISIS KERAGAAN PASAR PEMBENIHAN DAN PENDEDERAN IKAN GURAMI (Oshpronemus Gouramy) DI KELURAHAN DUREN MEKAR DAN DUREN SERIBU DEPOK JAWA BARAT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB III METODE PENELITIAN. ke konsumen membentuk suatu jalur yang disebut saluran pemasaran. Distribusi

ANALISIS TATANIAGA BUNGA KRISAN DI KECAMATAN CUGENANG KABUPATEN CIANJUR

ANALISIS PEMASARAN NENAS PALEMBANG (KASUS: DESA PAYA BESAR, KECAMATAN PAYARAMAN, KABUPATEN OGAN ILIR, PROVINSI SUMATERA SELATAN)

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu mempunyai peran cukup besar dalam memenuhi kebutuhan pangan

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

ANALISIS PENDAPATAN DAN TATANIAGA BERAS VARIETAS PANDAN WANGI DAN VARIETAS UNGGUL BARU

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

Efisiensi Pemasaran Mangga Gedong Gincu (Mangifera Indica L) di Kabupaten Majalengka

Analisis Tataniaga Kentang di Propinsi Sumatera Utara. Marketing Analysis of Potato in Province of North Sumatera

III. METODE PENELITIAN. tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2004). Penelitian ini menggunakan

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Pasar Hewan Desa Suka Kecamatan. Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder yang bersifat

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS TATANIAGA BUAH NAGA ORGANIK UNTUK MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI DI KABUPATEN BANYUWANGI

III. METODOLOGI PENELITIAN. yang terletak di Jalan Taman Cut Mutiah nomor 11, Menteng, Jakarta Pusat

II. KERANGKA PEMIKIRAN

KERAGAAN PEMASARAN GULA AREN

ANALISIS PEMASARAN KEDELAI

Jurnal UNIERA Volume 2 Nomor 2; ISSN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang subur tanahnya dan berada di

IV. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.

Lanjutan Pemasaran Hasil Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas hortikultura yang banyak dibudidayakan masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Komoditas Bawang Merah

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

III. METODOLOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalis data sesuai dengan tujuan penelitian.

I. PENDAHULUAN. Gambar 1 Proyeksi kebutuhan jagung nasional (Sumber : Deptan 2009, diolah)

I. PENDAHULUAN. (b) Mewujudkan suatu keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN 41,91 (42,43) 42,01 (41,60) 1,07 (1,06) 12,49 (12,37) 0,21 (0,21) 5,07 (5,02) 20,93 (20,73) 6,10 (6,04) 0,15 (0,15) (5,84) 1,33 (1,35)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII. ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU, DAN KERAGAAN PASAR RUMPUT LAUT

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN DURIAN DI DESA WONOAGUNG, KECAMATAN KASEMBON, KABUPATEN MALANG

Desa Cigugur Girang, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung, Jawa bawah bimbingan ARIF IMAM SUROSO).

Transkripsi:

Evi Naria ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN SAYURAN DATARAN TINGGI KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA Efendi H. Silitonga Staf Pengajar Universitas Katolik Santo Thomas Sumatera Utara Medan Abstract North Sumatera Province is one of the provinces as production of vegetables from hight landscape where it s production is big enough, it can be looked at increasing field of farm area, and vegetables of production hight landscape which more growth every year, from 1990 to1995, development of land area of potatoes have increased rate of 50 percents per year, cabbage 41,15 percents and carrot 8,84 percents per year, and the production has increased too for potato, cabbage, and carrot. This shows that innovation productions technology increasing, providing capital and management of farmer. Key words: Analysis efficiency of vegetables marketing A. Pendahuluan Latar Belakang Penelitian Pembangunan sektor pertanian yang telah dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan produksi pangan, juga untuk meningkatkan ekspor dan sekaligus mengurangi impor hasil pertanian. Hingga kini sayuran sebagai tanaman hortikultura masih diperlakukan sebagai tanaman sekunder atau tanaman sela, sehingga penanganannya masih kurang terarah baik oleh petani sendiri maupun oleh lembaga-lembaga pelayanan yang ada. Padahal tanaman tersebut membutuhkan penanganan yang lebih baik. Dengan kondisi seperti itu praktis seluruh aspek penanganan baik menyangkut produksi, pasca panen dan pemasaran secara konsepsional perlu ditangani dengan baik. Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah potensi sayuran yang cukup besar sebagai penghasil sayuran, antara tahun 1995-2000. Rata-rata perkembangan areal tanam sayuran kentang mencapai 50,00 persen per tahun kubis 41,16 dan wortel 8,87 persen dan perkembangan produksi sayuran kentang mencapai 30.20 persen kubis 60,55 persen dan wortel 9,24 persen per tahun (Tabel 1 dan 2). Perkembangan rata rata produksi sayuran sebesar 33,33 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Karo merupakan daerah yang cukup potensial di bidang pertanian. Tabel 1. Perkembangan Areal Tanam Sayuran di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara Areal Tanam (ha) Rata-rata No. Komoditas Perkembangan 1995 1996 1997 1998 1999 2000 (Persen) 1. Kentang 792 1240 1366 1614 2060 3115 50,00 2. Kubis 801 1102 1360 1381 1689 2062 41,16 3. Wortel 179 175 291 338 347 480 8,87 Jumlah 1772 2517 3017 3333 4096 5657 100,00 Sumber: Kantor Statistik Dati II Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara Tabel 2. Perkembangan Produksi Sayuran di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara Produksi (ha) Rata-rata No. Komoditas Perkembangan 1995 1996 1997 1998 1999 2000 (Persen) 1. Kentang 11563 18042 20168 23342 27105 36320 30,20 2. Kubis 28142 36134 45492 45607 56313 62042 60,55 3. Wortel 4734 4440 6327 8029 8569 9675 9,24 Jumlah 44439 58616 71987 76978 91989 108037 100,00 Sumber: Kantor Statistik Dati II Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara 73

Santika (1981) dalam laporannya menyatakan bahwa arti penting sayuran tersebut bagi daerah Sumatera Utara adalah: (1) menyangkut hajat hidup sebagian besar masyarakat tani Sumatera Utara khususnya Kabupaten Karo di mana sekitar 75 persen penduduknya adalah petani sayuran, (2) dapat menyerap tenaga kerja baik pada tingkat produsen sampai dengan pengusaha ekspor, (3) menyangkut pendayagunaan potensi daerah di mana kondisi alamnya sangat menunjang usaha sayuran karena dapat ditanami setiap tahun, dan (4) merupakan komoditi ekspor yang menghasilkan devisa bagi negara. Perumusan Masalah Dalam memasarkan produksinya tersedia berbagai pilihan pola saluran pemasaran yang dapat digunakan petani sayuran. Perbedaan saluran pemasaran yang digunakan petani mengakibatkan perbedaan bagian yang diterima petani (farmer s share). Perbedaan harga yang dibayar oleh konsumen dengan harga yang diterima petani disebut sebagai marjin pemasaran. Oleh karena itu perlu dikaji berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah: 1. Faktor apa yang mempengaruhi marjin pemasaran dari setiap pola saluran pemasaran yang digunakan petani sayuran. 2. Berapa besar bagian harga yang diterima petani (farmer s share). 3. Berapa besar elastisitas transmisi harga sayuran ditingkat produsen dan konsumen. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menganalisis marjin pemasaran dari setiap pola saluran pemasaran sayuran yang ada di tempat penelitian. 2. Menganalisis berapa besar bagian harga yang diterima petani serta faktorfaktor apa yang mempengaruhi farmer s share. 3. Menganalisis berapa besar elastisitas transmisi harga sayuran ditingkat produsen dan konsumen. Sehubungan dengan tujuan di atas maka kegunaan dari penelitian ini adalah memberikan sumbangan pemikiran bagi petani untuk mendapatkan pemecahan masalah di bidang pemasaran sayuran dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. B. Metodologi Penelitian Pemilihan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara dengan pertimbangan bahwa lokasi ini merupakan daerah sentra produksi sayuran terbesar di Provinsi Sumatera Utara. Jenis dan Sumber Data Data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari pedagang, Dinas atau Instansi yang berhubungan dengan penelitian sayuran. Data sekunder berasal dari Direktorat Bina Usaha Tanaman Pangan, Depertemen Pertanian (Deptan), Biro Pusat Statistik (BPS), Direktorat Informasi Harga yaitu berupa data harga bulanan di daerah pasar pusat konsumsi dan daerah pasar pusat produksi, selain itu data sekunder diperoleh dari laporan bulanan, tahunan dari instansi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Utara yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Pengolahan data dilakukan dengan bantuan alat hitung kalkulator dan komputer. Metode Pemilihan Responden Pemilihan responden dilaksanakan dengan cara sengaja (purposive). Dengan metode tersebut pedagang yang diwawancarai sebagai responden dalam penelitian ini tidak ditentukan terlebih dahulu, akan tetapi ditentukan dari hasil pertemuan dengan pedagang di lokasi penelitian dengan menggunakan daftar pertanyaan dan diskusi-diskusi. 74

Selanjutnya daerah pasar pusat konsumsi untuk komoditi kentang, wortel dan kubis adalah pusat pasar Medan (Kotamadya Medan) dan pusat pasar Binjai (Kotamadya Binjai). Pedagang contoh yang dipilih adalah pedagang pengumpul, pedagang borongan dan pedagang pengecer berdasarkan purposive. Analisis Marjin Pemasaran Marjin pemasaran adalah perbedaan harga ditingkat produsen (Pf), dengan harga ditingkat konsumen (Pr). Marjin pemasaran sayuran terdiri dari biaya tataniaga dan keuntungan pembagian tataniaga (Limbong dan Sitorus, 1987). Secara matematis besarnya marjin pemasaran dirumuskan sebagai berikut: Dengan demikian total marjin pemasaran (M) adalah: M = M i.. (3) Konsep pengukuran satuan dalam analisis ini adalah sebagai berikut: 1. Marjin pemasaran dihitung berdasarkan perbedaan harga beli dengan harga jual dalam rupiah per kilogram. 2. Tingkat harga beli dihitung berdasarkan harga rata-rata pembelian per kilogram. 3. Tingkat harga jual dihitung berdasarkan harga rata-rata penjualan per kilogram. Analisis Farmer s Share Analisis tentang farmer s share bermanfaat untuk mengetahui bagian harga yang diterima oleh petani dari harga ditingkat konsumen yang dinyatakan dalam persentase. Farmer s share untuk komoditi sayuran dirumuskan sebagai berikut (Kohl and Ulh, 1990): Pf Fs = Pr x100%... (4) di mana: Fs = bagian harga yang diterima petani (farmer s share) Pf = harga ditingkat petani Pr = harga ditingkat pengecer Analisis Elastisitas Transmisi Harga Elastisitas transmisi harga sebagai nisbah perubahan relatif harga ditingkat produsen (Pf) terhadap perubahan relatif harga ditingkat pedagang pengecer (Pr). Untuk melihat elastisitas transmisi harga yang M i = P ri - P fi..(1) terjadi pada setiap rantai (3.1) tataniaga M I = C i + π... (2) digunakan rumus sebagai berikut (3.2) (George and King, 1971): di mana : M i = marjin pemasaran pada saluran Pr Pf e tingkat pasar i t =...(5) Pf Pr P ri = harga jual sayur di pasar i P fi = harga beli sayur di pasar i di mana: C i = biaya pemasaran di pasar i e t = elastisitas transmisi harga π i = keuntungan pemasaran di pasar i i = 1, 2, 3. Pr = perubahan harga sayuran ditingkat pedagang pengecer Pf = perubahan harga sayuran ditingkat petani Pr Pf = harga sayuran ditingkat pedagang pengecer = harga sayuran ditingkat petani Parameter tersebut dapat diduga dengan menggunakan model regresi linier sederhana sebagai berikut: Pf= a + b Pr. (6) sehingga: Pr Pf e t =...(7) Pf Pr Elastisitas transmisi harga dapat dituliskan sebagai berikut: 1 Pf e t =...(8) 1 b Pr ( ) 75

Bila hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai e t = 1, berarti e f = e r. Kesamaan e f = e r, menunjukkan bahwa laju perubahan harga ditingkat produsen adalah sama besarnya dengan laju perubahan harga ditingkat pedagang pengecer. Hal tersebut mempunyai implikasi bahwa: (1) marjin pemasaran tidak dipengaruhi oleh harga ditingkat pedagang pengecer, (2) pasar yang dihadapi oleh seluruh pelaku dalam pemasaran sayuran di daerah penelitian adalah bersaing sempurna (perfect competition), (3) sistem pemasaran yang berlaku sudah cukup efisien (George and King, 1971). Bila nilai e t < 1, berarti e f < e r. Hal ini menunjukkan bahwa laju perubahan harga ditingkat produsen lebih kecil bila dibandingkan dengan laju perubahan harga ditingkat pedagang pengecer. Keadaan seperti ini juga mengandung arti bahwa pasar yang dihadapi oleh pelaku pemasaran adalah bersaing secara tidak sempurna (imperfectly competition), di mana terdapat kekuatan monopsoni atau oligopsoni dalam pasar. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa sistem pemasaran yang berlaku tidak efisien. Selanjutnya bila e t > 1, berarti e f > e r. Hal ini menunjukkan bahwa laju perubahan harga ditingkat produsen lebih besar daripada laju perubahan harga ditingkat pedagang pengecer. Keadaan seperti ini juga memberi indikator bahwa pasar yang dihadapi adalah pasar yang bersaing tidak sempurna dan sistem pemasaran sayuran tersebut tidak efisien. C. Hasil dan Pembahasan Analisis Marjin Pemasaran Komoditi Kubis Hasil analisis marjin keuntungan pemasaran sayuran kubis secara lengkap disajikan pada Tabel Lampiran 1 dan 2. Total marjin keuntungan pemasaran sayuran kubis dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke daerah pusat pasar konsumen Medan dan Binjai adalah sebagai berikut: untuk pusat pasar konsumen Medan sebesar 29,89 persen, untuk pusat pasar konsumen Binjai sebesar 31,55 persen. Penyebaran marjin keuntungan sayuran kubis tersebut ke pusat pasar konsumen dapat dikatakan tidak merata. Hal ini disebabkan karena perbedaan harga ditingkat produsen dan harga ditingkat konsumen yang terlalu besar, sementara harga di kedua pusat pasar konsumen Medan dan Binjai perbedaan harga tidak terlalu besar. Tabel 3. Penyebaran dan besarnya marjin keuntungan pemasaran sayuran kubis pada lembaga pemasaran No Lembaga pemasaran 1. Pedagang pengumpul 4,08 1,35 4,98 1,61 2. Pedagang besar 16,31 5,41 20,93 6,79 3. Pedagang pengecer 69,64 23,12 71,36 23,15 Jumlah 90,03 29,89 97,27 31,55 Tabel 4. Analisis rasio keuntungan dengan pengeluaran pemasaran sayuran dari daerah produksi ke daerah pusat pasar konsumen No. Jenis komoditi Daerah tujuan Rasio keuntungan PP PB PE Total 1. Kubis Medan 0,12 0,33 4,69 1,71 Binjai 0,24 0,36 4,35 1,65 2. Wortel Medan 0,80 0,17 1,31 0,76 Binjai 0,59 0,50 0,79 0,62 3. Kentang Medan 1,78 0,89 1,02 1,23 Binjai 1,23 1,48 1,23 1,31 76

Tabel 5. Penyebaran dan besarnya marjin keuntungan pemasaran sayuran kentang pada lembaga pemasaran No Lembaga pemasaran 1. Pedagang pengumpul 37,90 6,89 33,80 5,80 2. Pedagang besar 26,90 4,89 38,45 6,80 3. Pedagang pengecer 27,00 4,90 36,25 6,40 Jumlah 91,80 16,70 108,50 19,19 Hasil analisis pemasaran sayuran kubis dari Hasil analisis marjin keuntungan pusat produksi Tanah Karo ke pusat pasar pemasaran sayuran wortel secara lengkap konsumen Medan dan Binjai menunjukkan disajikan pada Tabel Lampiran 5 dan 6. bahwa pedagang pengumpul yang Marjin keuntungan pemasaran sayuran wortel dari daerah pusat produksi Tanah berdagang ke pusat pasar konsumen Binjai Karo ke pusat pasar konsumen Medan dan lebih efisien dalam melaksanakan Binjai diperoleh yaitu pedagang pengumpul pemasaran dengan rasio keuntungan berturut-turut mendapatkan sebesar sebesar 0,24 dibandingkan Medan sebesar 0,12. Sedangkan di daerah pusat pasar 3,72 persen dan 2,80 persen; pedagang borongan/besar sebesar 1,01 persen dan konsumen diketahui bahwa pedagang 3,22 persen; pedagang pengecer sebesar pengecer lebih efisien melaksanakan 7,40 persen untuk pasar konsumen Medan dan 4,55 persen untuk pasar konsumen pemasaran di pusat pasar konsumen Binjai. Medan dibandingkan di pusat pasar konsumen Binjai yaitu dengan rasio 4,69 dengan 4,35. Komoditi Kentang Total marjin keuntungan pemasaran sayuran kentang dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke daerah pusat pasar konsumen Medan dan Binjai adalah sebesar 16,70 persen dan 19,19 persen. Tingginya harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir memberikan marjin keuntungan pemasaran kentang cukup besar untuk pemasaran dari pusat produksi Tanah Karo ke daerah pusat pasar konsumen Medan dan Binjai. Sebaliknya rendahnya harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir kepada pedagang pengecer menyebabkan rendahnya marjin keuntungan pemasaran sayuran kentang dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke daerah pusat pasar konsumen Medan yaitu sebesar 4,90 persen, sedangkan ke daerah pusat pasar konsumen Binjai sebesar 6,40 persen. Komoditi Wortel Total marjin keuntungan pemasaran sayuran wortel dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke daerah pusat pasar konsumen Medan dan Binjai adalah sebesar 12,12 persen dan 10,57 persen. Dari hasil tersebut tampak bahwa marjin keuntungan pemasaran yang lebih besar diterima oleh pedagang pengecer di pusat pasar konsumen Medan sebesar 7,40 persen dalam pemasaran sayuran wortel dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke daerah pusat pasar konsumen Medan dan Binjai, sedangkan marjin keuntungan pemasaran wortel untuk pusat pasar konsumen Binjai adalah sebesar 4,55 persen dapat dilihat dalam Tabel 4. Penerimaan marjin keuntungan pemasaran dari pedagang pengumpul dan pedagang borongan/besar adalah bervariasi dalam memasarkan sayuran wortel kepada dua daerah pusat pasar konsumen yaitu Medan dan Binjai. Analisis Farmer's Share Komoditi Kubis Melihat analisis marjin pemasaran sayuran kubis dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke daerah pusat pasar konsumen Medan diperoleh bahwa bagian yang diterima oleh petani (farmer's share) yaitu perbandingan harga yang diterima oleh petani dengan harga jual ditingkat pengecer adalah sebesar 37,32 persen, marjin pemasaran sayuran kubis dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke daerah pusat pasar konsumen Binjai didapat bagian yang 77

diterima petani (farmer's share) adalah sebesar 36,47 persen. Bagian yang diterima oleh petani (farmer's share) belum merupakan penerimaan bersih karena masih perlu memperhitungkan segala ongkos-ongkos maupun berbagai biaya-biaya pemeliharaan yang harus dikeluarkan oleh petani, data lengkap dapat dilihat dalam Tabel 5. Oleh karena itu total marjin pemasaran sayuran kubis untuk daerah pusat pasar konsumen Medan dapat dikatakan cukup tinggi yaitu sebesar 62,71 persen yang terdiri dari total marjin keuntungan lembaga pemasaran sebesar 29,89 persen dan biaya-biaya pemasaran sebesar 32,82 persen. Sedangkan marjin pemasaran sayuran kubis untuk daerah pusat pasar konsumen Binjai adalah sebesar 65,65 persen terdiri dari total marjin keuntungan lembaga pemasaran sebesar 31,55 persen dan biaya pemasaran sebesar 34,10 persen. Komoditi Kentang Seperti halnya dengan komoditi yang lain, bahwa analisis marjin pemasaran sayuran kentang dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke daerah pusat pasar konsumen Medan diperoleh bagian yang diterima petani (farmer's share) adalah sebesar 68,05 persen yaitu perbandingan harga yang diterima oleh petani dengan harga jual ditingkat pengecer. Sedangkan marjin pemasaran sayuran kentang dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke daerah pusat pasar konsumen Binjai adalah sebesar 66,21 persen yaitu bagian yang diterima oleh petani atau disebut dengan farmer's share perbandingan harga yang diterima oleh petani dengan harga jual ditingkat pedagang pengecer. Bagian yang diterima petani belum merupakan penerimaan bersih karena harus memperhitungkan biaya-biaya pemeliharaan yang dikeluarkan petani (Tabel 6). Farmer's share ini belum menunjukkan penerimaan bersih petani karena belum diperhitungkan dengan angkos-ongkos dan biaya-biaya pemeliharaan yang harus dikeluarkan oleh petani. Oleh karena itu marjin pemasaran sayuran kentang dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke pusat pasar konsumen Medan adalah sebesar 31,93 persen yang terdiri dari keuntungan lembaga pemasaran sebesar 16,70 persen dan biaya-biaya pemasaran sebesar 15,23 persen. Marjin pemasaran untuk pusat pasar konsumen Binjai dapat dikatakan belum baik yaitu sebesar 33,78 persen yang terdiri dari keuntungan lembaga-lembaga pemasaran sebesar 19,19 persen dan biaya-biaya pemasaran adalah sebesar 14,59 persen. Komoditi Wortel Dalam analisis marjin pemasaran sayuran wortel dari daerah pusat produksi ke pusat pasar konsumen Medan di dapat bagian yang diterima oleh petani (farmer's share) adalah sebesar 72,70 persen, ini adalah perbandingan harga yang diterima oleh petani dengan harga jual ditingkat pedagang pengecer. Sedangkan analisis pemasaran sayuran kentang dari daerah pusat produksi ke pusat pasar konsumen Binjai adalah sebesar 72,54 persen yang Tabel 6. Penyebaran dan besarnya marjin keuntungan pemasaran sayuran wortel pada lembaga pemasaran No Lembaga pemasaran 1. Pedagang pengumpul 22,31 3,72 16,81 2,80 2. Pedagang besar 6,00 1,01 19,33 3,22 3. Pedagang pengecer 44,27 7,40 27,25 4,55 Jumlah 72,58 12,12 63,39 10,57 78

Tabel 7. Bagian harga yang diterima petani sayuran kubis dari harga jual ditingkat pengecer No Lembaga pemasaran 1. Harga Jual ditingkat petani 112,40 37,32 112,40 36,47 2. Harga jual pedagang pengumpul 150,64 50,02 151,75 49,23 3. Harga jual pedagang besar 216,65 71,94 220,44 71,52 4. Harga jual ditingkat pengecer 301,14 100,00 308,20 100,00 Tabel 8. Bagian harga yang diterima petani sayuran kentang dari harga jual ditingkat pengecer No Lembaga pemasaran 1. Harga Jual ditingkat petani 374,50 68,05 374,50 66,21 2. Harga jual pedagang pengumpul 439,70 79,90 435,60 77,02 3. Harga jual pedagang besar 497,00 90,32 500,00 88,40 4. Harga jual ditingkat pengecer 550,25 100,00 565,55 100,00 disebut dengan farmer's share yaitu bagian yang diterima petani dari hasil perbandingan harga ditingkat petani dengan harga jual ditingkat pedagang pengecer. Marjin pemasaran sayuran wortel dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke daerah pusat pasar konsumen Medan dan Binjai berturut-turut adalah sebesar 27,28 persen yang terdiri dari keuntungan lembaga pemasaran sebesar 12,12 persen dan biaya-biaya pemasaran seperti ongkosongkos sebesar 15,16 persen untuk pusat pasar konsumen Medan, sedangkan untuk pusat pasar konsumen Binjai adalah sebesar 26,95 persen terdiri dari keuntungan lembaga pemasaran sebesar 10,57 persen dan biaya-biaya pemasaran sebesar 16,38 persen. Analisis Elastisitas Trasmisi Harga Hasil analisis elastisitas transmisi harga sayuran ditingkat petani atau produsen dengan harga ditingkat konsumen disajikan dalam Tabel 8. Dari hasil analisis elastisitas transmisii harga setiap jenis sayuran dapat dijelaskan sebagai berikut. Komoditi Kubis Berdasarkan analisis elastisitas transmisi harga diperoleh et=0,40 di daerah pusat pasar konsumen Medan dan et=0,37 di daerah pusat pasar konsumen Binjai ini menunjukkan bahwa nilai et<1 artinya ef<er. Hal ini menunjukkan bahwa laju perubahan harga ditingkat produsen lebih kecil bila dibandingkan dengan laju perubahan harga ditingkat pedagang pengecer, keadaan seperti ini juga mengandung arti bahwa pasar yang dihadapi oleh pelaku pemasaran adalah bersaing tidak sempurna (imperfectly competition). Komoditi Kentang Nilai elastisitas transmisi harga et=0,72 mempunyai arti et<1 menunjukkan bahwa sistem pemasaran dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke daerah pusat pasar konsumen Medan belum efisien. Hal ini juga menunjukkan bahwa produsen sayuran kentang di daerah pusat produksi Tanah Karo menghadapi pasar bersaing tidak sempurna (imperfectly competition) dan struktur pasar yang tidak terintegrasi. Sedangkan sistem pemasaran dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke daerah pusat pasar konsumen Binjai diperoleh et=0,70 artinya bahwa et<1, hal ini menggambarkan bahwa produsen sayuran kentang di daerah pusat produksi Tanah Karo menghadapi pasar bersaing tidak sempurna (imperfectly competition). 79

Tabel 9. Bagian harga yang diterima petani sayuran wortel dari harga jual ditingkat pengecer No Lembaga pemasaran 1. Harga Jual ditingkat petani 435,08 72,70 435,08 72,54 2. Harga jual pedagang pengumpul 485,50 81,11 480,00 80,04 3. Harga jual pedagang besar 525,10 87,73 538,05 89,71 4. Harga jual ditingkat pengecer 598,50 100,00 599,70 100,00 Tabel 10. Analisis elastisitas transmisi harga setiap komoditi dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke daerah pusat pasar konsumen Medan dan Binjai No. Jenis komoditi Daerah Elastisitas transmisi harga Fungsi marjin pemasaran Konsumen (et) 1. Kubis Medan M = 35,42 + 0,02Pr 0,40 Binjai M = 29,53 + 0,03Pr 0,37 2. Kentang Medan M = 42,96 + 0,03Pr 0,72 Binjai M = 30,20 + 0,06Pr 0,70 3. Wortel Medan M = 36,74 + 0,04Pr 0,75 Binjai M = 42,61 + 0,03Pr 0,74 Komoditi Wortel Hasil analisis elastisitas transmisi harga sayuran wortel di daerah pusat pasar konsumen Medan menunjukkan et=0,75 dan elastisitas transmisi harga di daerah pusat pasar konsumen Binjai sebesar et=0,74 ini berarti bahwa et<1 dengan kata lain bahwa ef<er, artinya elastisitas permintaan ditingkat petani lebih kecil daripada elastisitas permintaan ditingkat pedagang pengecer. Hal ini menunjukkan bahwa laju perubahan harga ditingkat produsen lebih kecil bila dibandingkan dengan laju perubahan harga ditingkat pedagang pengecer. D. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Berdasarkan total marjin pemasaran sayuran kubis dari pusat produksi Tanah Karo ke pusat pasar konsumen Medan dan Binjai diperoleh bahwa total marjin pemasaran yang lebih kecil adalah di daerah pusat pasar konsumen Medan sebesar 62,71 persen, sedangkan di daerah pusat pasar konsumen Binjai sebesar 65,65 persen. Secara umum pemasaran sayuran kubis dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke pusat pasar konsumen Binjai lebih efisien dari pada pusat pasar konsumen Medan. Dengan melihat elastisitas transmisi harga di mana elastisitas transmisi harga pada pusat pasar konsumen Binjai lebih kecil dari pada pusat pasar konsumen Medan yaitu sebesar 0,37 dan 0,40 nilai elastisitas transmisi harga menunjukkan bahwa kedua pasar konsumen tersebut belum terintegrasi dengan baik dengan kata lain bahwa sistem pemasaran yang berlaku belum efisien. Pemasaran sayuran kentang dari daerah pusat produksi Tanah Karo ke pusat pasar konsumen Medan dan Binjai diperoleh total marjin pemasaran yang lebih kecil yaitu di pusat pasar konsumen Medan yaitu sebesar 31,93 persen, sedangkan untuk daerah pusat pasar konsumen Binjai sebesar 33,78 persen. Produsen menghadapai struktur pasar bersaing tidak sempurna (imperfectly competition) di mana et<1 atau dengan kata lain ef < er. Keadaan seperti ini mengandung arti bahwa pasar yang dihadapi oleh pelaku pemasaran adalah pasar bersaing tidak sempurna. Hal ini menunjukkan bahwa laju perubahan harga ditingkat produsen lebih kecil bila dibandingkan dengan laju perubahan harga ditingkat pedagang pengecer. Saran Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disarankan agar pemerintah setempat mengkoordinasi produsen dan para pedagang untuk membentuk usaha kerjasama antara produsen dengan pedagang. Dengan terbentuknya kerja- 80

sama ini seperti asosiasi produsen, pedagang yang berhubungan kerja dengan baik, maka produsen akan lebih mampu memperbaiki posisi tawar menawar di pasar dalam penjualan hasil produksi sayuran. Perlu adanya organisasi di antara para petani terutama dalam pemasaran sayuran agar dapat diketahui atau diperoleh informasi pasar yang lebih lengkap, kemudian sebaiknya diusahakan adanya kerjasama yang baik antara pedagang sayuran dalam proses jual beli, agar pasar sayuran terjamin dan fluktuasi harga tidak terlalu tinggi. Mengingat komoditi kentang, wortel, dan kubis merupakan komoditas yang mempunyai sifat yang mudah rusak dan tidak tahan lama, maka seharusnya diusahakan adanya pengemasan yang lebih baik agar kualitas sayuran masih dalam keadaan segar pada saat dijual di pasar pengecer. Sebaiknya petani atau produsen menerapkan sistem standarisasi, grading, dan sortasi dalam memasarkan sayuran tersebut agar dapat meningkatkan pendapatan petani. Saluran pemasaran sebaiknya dapat diperpendek untuk mengurangi biaya-biaya pengangkutan, sehingga kedudukan petani sebagai produsen sayuran menjadi lebih kuat. E. Daftar Pustaka Azzaino, Z. 1981. Pengantar Tataniaga Pertanian. Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor. George and King. 1971. Consumer Demand for Food Commodities Giannini Foundation Monograf. No.26. Kotler, 1986. Manajemen Pemasaran, Perencanaan dan Pengendalian. Erlangga, Jakarta. Limbong, W. H dan Sitorus, P. 1987. Pengantar Tata Niaga Pertanian. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ma mun, 1985. Efisiensi Pemasaran Komoditi Kentang dan Kubis di Jawa Barat. Tesis Magister Sains Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rhoders, V. James, 1983. The Agricultural Marketing System, John Wiley and Sons New York. Seafuddin, A.M. 1981. Pengkajian Pemasaran Komoditi. Tesis Magister Sains Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Santika, A. 1981. Analisis Margin Pemasaran Sayuran Dataran Tinggi di Provinsi Jawa Barat. Tesis Magister Sains Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. 81