OPINI AUDIT DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN (Studi Kasus di Kabupaten PWJ Yang Mengalami Penurunan Opini Audit) Warsito Kawedar Universitas Diponegoro

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

AKUNTABILITAS PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 pasal

REVIU LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD) Dra Hj Sastri Yunizarti Bakry, Akt, Msi, CA, QIA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan sejak adanya amandemen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini membahas tentang kebijakan mengenai Sistem Pengendalian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPATUHAN PADA PERUNDANG-UNDANGAN DALAM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya konkrit yang dilakukan pemerintah sebagai wujud dari

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT,

BAB I PENDAHULUAN. daerah (Mahmudi, 2011). Laporan keuangan dalam lingkungan sektor publik

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR :32 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyatakan bahwa Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Ulum, 2004). (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006).

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai latar belakang penelitian, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. komitmen Pemerintah Pusat dalam perbaikan pelaksanaan transparansi dan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. Sejak Indonesia mulai memasuki era reformasi, kondisi pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. meningkat, peran akuntansi semakin dibutukan, tidak saja untuk kebutuhan pihak

BAB I PENDAHULUAN. Bagian Pendahuluan ini akan menguraikan rencana penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Selama ini pemerintahan di Indonesia menjadi pusat perhatian bagi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RI PERWAKILAN PROVINSI JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Artinya bahwa pemerintah pusat memberikan wewenang untuk

TEMUAN PEMERIKSAAN BPK ATAS LKPP DAN LKPD SERTA DANA PERIMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

Selamat sore dan salam sejahtera bagi kita semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BUPATI BANDUNG BARAT

Assalamu alaikum Wr.Wb. Selamat pagi Salam sejahtera bagi kita semua,

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dalam perwujudan good government governance di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

MAKALAH AKUNTANSI PEMERINTAHAN OPINI BPK ATAS LKPD DAERAH ACEH

BAB I PENDAHULUAN. sektor publik yang ditandai dengan munculnya era New Public Management

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KOTA BANJAR TAHUN 2012

PEMPROV SULTRA KEMBALI RAIH PENILAIAN KEUANGAN WTP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. internal, intuisi, pemahaman terhadap SAP dan pengetahuan tentang pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. manusia, sistem pengendalian internal (Windiatuti, 2013). daerah adalah (1) komiten pimpinan (Management Commitment) yang kuat

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG PELAPORAN KEUANGAN DAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mewujudkan suatu tata kelola pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. Pergantian pemerintahan dari orde baru kepada orde reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

2012, No.51 2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 4. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Peme

Transkripsi:

OPINI AUDIT DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN (Studi Kasus di Kabupaten PWJ Yang Mengalami Penurunan Opini Audit) Warsito Kawedar Universitas Diponegoro Abstract Local governments want unqualified opinion for their financial reporting. This research will critically review to PWJ financial reporting at 2006 and 2007 to explains how internal control will effect to audit opinion. Sampel of research is PWJ region. Data was obtained by tracing items weakness internal control on audit report which published in www.bpk.go.id. Data was analyzed by descriptive analysis. This result of study show that there is increasing weakness internal control from 8 items at 2006 to 10 items at 2010. Causes of weakness internal control at PWJ region was not made budgeting system, responsibility system, and accounting information system. That is cuased PWJ region got disclaimer opinion at 2007. Key words: internal control, audit opinion, and local government. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Perbaikan transparansi dan akuntabilitas fiskal merupakan salah satu kunci bagi keberhasilan perombakan sistem sosial yang dilakukan selama era reformasi. Nasution (2007) menyatakan ada beberapa kelemahan dalam sistem keuangan negara Indonesia di era orde baru yaitu: (1) kelemahan dalam desain dan pelaksanaan sistem pengendalian intern, (2) ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, (3) penyimpanan keuangan negara yang semrawut, (4) tidak adanya informasi tentang aset dan hutang negara, dan (5) pengungkapan laporan keuangan pemerintah yang tidak konsisten dan tidak memadai. Untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, pemerintah era reformasi telah melakukan koreksi secara menyeluruh. Salah satu upaya yang dilakukan menyusun paket undang-undang keuangan negara yaitu: Undang-undang (UU) nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU nomor 01 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Pasal 31 ayat (1) UU nomor 17 tahun 2003 menyatakan Gubernur/ Bupati/ Walikota menyampaikan rancangan peraturan daerah (perda) tentang pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan yang telah diperiksa oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah tahun anggaran berakhir. Sedang Pasal 31 ayat (2) UU nomor 17 tahun 2003 menyatakan laporan keuangan meliputi Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan, yang dilampiri dengan laporan keuangan perusahaan daerah. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah yang memenuhi prinsip-prinsip tepat waktu dan disusun dengan mengikuti standar akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Pada tahun 2005 Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar ini dibutuhkan dalam rangka penyusunan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD. Laporan keuangan pemerintah daerah (pemda) harus disusun berdasarkan sistem pengendalian intern (SPI) seperti yang diamanatkan dalam pasal 56 ayat (4) UU nomor 01 tahun 2004 yang menyatakan kepala satuan kerja perangkat daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBD di lingkungan tempat kerjanya telah

diselenggarakan berdasarkan sistem pengendalian intern yang memadai dan laporan keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan. Peran SPI adalah untuk meningkatkan kinerja, transparansi, dan akuntabilitas pengelolaan keuangan Negara. Presiden selaku Kepala Pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di lingkungan pemerintahan secara menyeluruh. Pada tahun 2008 Pemerintah menetapkan Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur Sistem pengendalian intern baru ditetapkan pada tahun 2008 yaitu PP nomor 60 tahun 2008 tentang sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP). Untuk meningkatkan kualitas transparansi dan akuntabilitas laporan keuangan pemda maka laporan keuangan perlu diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Adapun bentuk auditnya adalah audit keuangan. Pasal 15 ayat (1) UU nomor 15 tahun 2004 menyatakan pemeriksa (BPK) menyusun laporan hasil pemeriksaan (LHP) setelah pemeriksaan selesai dilakukan. Pasal 16 ayat (1) UU nomor 15 tahun 2004 menyatakan laporan hasil pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah memuat opini. Opini adalah pernyataan profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan. Di dalam melaksanakan pemeriksaan atas laporan keuangan, BPK wajib menguji dan menilai SPI pemda yang bersangkutan, seperti diamanatkan dalam pasal 12 UU nomor 15 tahun 2004 berbunyi Dalam rangka pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja, pemeriksa melakukan pengujian dan penilaian atas pelaksanaan sistem pengendalian intern pemerintah. Tujuan SPI adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK dan bagi pemda digunakan untuk memperbaiki sistem pengendalian dan kinerja pemeriksaan intern. Perumusan Masalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan dasar hukum pencairan anggaran yang dibutuhkan agar setiap kegiatan/ proyek yang sudah ditetapkan dapat langsung dilaksanakan. Di akhir tahun anggaran, kepala daerah wajib menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD kepada DPRD berupa laporan keuangan pemda yang telah diaudit BPK. Hasil audit BPK berupa laporan hasil pemeriksaan (LHP) dan pemberian opini atas kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut. Ketua BPK Anwar Nasution dalam Kompas (2/2/2009) menyebutkan opini pemeriksaan BPK atas laporan keuangan Pemda (LKPD) pada periode 2004-2007 memberikan gambaran yang mengecewakan. Persentase LKPD yang mendapatkan opini wajar tanpa pengecualian (WTP) dari BPK semakin berkurang yaitu dari 6% pada tahun 2004 menjadi 1% pada tahu 2007, seperti yang terlihat pada tabel 1. Tabel 1 Persentase LKPD yang mendapatkan opini BPK Opini BPK Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) WTP dengan paragrap penjelasan Wajar Dengan Pengecualian (WDP) Tahun (%) 2004 2005 2006 2007 6 4 1 1 1 1 0 0 88 85 71 63 Tidak Wajar (TW) 3 3 6 18 Tidak memberikan pendapat (disclaimer) Sumber: Kompas 2/2/2009 2 7 22 18 Sebaliknya persentase LKPD yang mendapatkan opini disclaimer dari BPK semakin bertambah yaitu dari 3% pada tahun 2004 menjadi 18% pada tahun 2007. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas laporan keuangan pemda semakin menurun. Salah satu penyebabnya adalah adanya kelemahan di dalam Sistem Pengendalian Intern (SPI) pemda. Untuk mengkaji pengaruh kelemahan SPI pemda terhadap opini BPK maka kajian ini akan mengambil sampel yaitu Pemerintah Kabupaten PWJ. Berdasarkan laporan BPK atas LHP pemerintah Kabupaten/kota yang

dimuat di www.bpk.go.id menunjukkan bahwa Kabupaten PWJ mengalami penurunan opini BPK yaitu wajar dengan pengecualian (WDP) untuk laporan keuangan tahun 2006 menjadi disclaimer laporan keuangan tahun 2007. Penurunan ini memiliki makna bahwa kualitas penyajian laporan keuangan oleh pemerintah daerah menjadi kurang transparan dan akuntabel. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Definisi dan Tujuan SPI Berikut ini definisi Sistem Pengendalian Intern (SPI) yaitu: 1. Peraturan Pemerintah (PP) nomor 8 tahun 2006 tentang pelaporan keuangan dan kinerja instansi pemerintah, SPI adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan Pemerintah. 2. PP nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, SPI adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. Sedangkan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 3. Peraturan Menteri Dalam Negeri nomor 4 tahun 2008 tentang pedoman pelaksanaan reviu atas laporan keuangan pemda, SPI adalah suatu proses yang dipengaruhi oleh manajemen yang diciptakan untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundangundangan yang berlaku, dan keandalan penyajian laporan keuangan. Tujuan SPIP seperti yang diamanatkan dalam pasal 2 ayat (3) PP nomor 60 tahun 2008 adalah untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan. Suatu SPIP dikatakan baik jika memenuhi lima unsur SPI (Sudjono dan Hoesada, 2009) yaitu: 1. Lingkungan pengendalian dalam instansi pemerintah yang memengaruhi efektivitas pengendalian intern. 2. Penilaian risiko atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran instansi pemerintah. 3. Kegiatan pengendalian untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif. 4. Informasidan komunikasi. Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah. Komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik. 5. Pemantauan pengendalian intern atas mutu kinerja SPI dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti. Pemahaman Atas Pengendalian Intern Pengendalian intern yang berlaku dalam entitas pelaporan (pemda) merupakan faktor yang menentukan keandalan laporan keuangan yang dihasilkan oleh entitas tersebut. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat atas kewajaran laporan keuangan yang diauditnya, auditor meletakkan kepercayaan atas efektivitas pengendalian

intern dalam mencegah terjadinya kesalahan material dalam proses akuntansi. Auditor perlu memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern suatu pemerintah daerah untuk perencanaan auditnya. Mulyadi (2002) menyatakan bahwa pemahaman auditor tentang pengendalian intern digunakan untuk: 1. Kemungkinan dapat atau tidaknya audit dilaksanakan. 2. Salah saji material yang potensial dapat terjadi. 3. Resiko deteksi. 4. Perancangan pengujian substantif. Penilaian atas SPI berguna untuk mengidentifikasi prosedur-prosedur pengelolaan keuangan daerah yang mempunyai resiko untuk terjadinya salah saji secara material dalam penyusunan laporan keuangan. Penilaian atas SPI dilakukan oleh pihak yang mempunyai wewenang sebagai pengawas (inspektorat atau BPKP) atau auditor (BPK). Permendagri nomor 04 tahun 2008 tentang pedoman pelaksanaan reviu atas laporan keuangan pemda memberikan pedoman tentang tata cara penilaian atas SPI dilakukan dengan proses sebagai berikut : a. Memahami sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah yang meliputi: Sistem dan Prosedur Penerimaan Kas; Sistem dan Prosedur Pengeluaran Kas; Sistem dan Prosedur Akuntansi Satuan Kerja; Sistem dan Prosedur Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD); Sistem dan Prosedur Penyusunan Laporan Keuangan. b. Melakukan observasi dan/ atau wawancara dengan pihak terkait di setiap prosedur yang ada. Aktivitas ini untuk mengidentifikasi resiko yang mungkin timbul di setiap sub proses yang ada dan keberadaan sistem pengendalian dalam rangka mengantisipasi resiko yang bersangkutan. c. Melakukan analisis atas resiko yang telah diidentifikasi pada sebuah kesimpulan tentang kemungkinan terjadinya salah saji yang material dalam penyusunan laporan keuangan. d. Melakukan analisis atas resiko yang telah diidentifikasi pada sebuah kesimpulan tentang arah pelaksanaan pengujian SPI. Efektivitas sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) menjadi tanggungjawab menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota. Sudjono dan Hoesada, (2009) menyatakan untuk memperkuat dan menunjang efektivitas SPI perlu dilakukan: a. Pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi instansi pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara. Pengawasan intern tersebut dilakukan oleh aparat pengawas intern pemerintah (APIP) melalui auidt, reviu, evaluasi, pemantau, dan kegiatan pengawasan lainnya. b. Pembinaan penyelenggaraan SPI pemerintah. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan, organisasi yang diberi kewenangan dalam pembinaan SPI adalah Badan Pengawas Keuangan Pemerintah (BPKP). Pembinaan dapat dilakukan dalam bentuk: penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan SPIP, sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, pembimbingan dan konsultasi SPIP, dan peningkatan kompetensi auditor APIP. METODE PENELITIAN Sampel Penelitian Sampel penelitian ini adalah Kabupaten PWJ. Alasan pemilihan sampel adalah: (a) Kabupaten PWJ merupakan salah satu pemerintah daerah di Jawa Tengah yang mengalami penurunan opini BPK. Kabupaten PWJ memperoleh opini wajar dengan pengecualian (WDP) atas penyajian laporan keuangan tahun 2006 menjadi disclaimer atas laporan keuangan tahun 2007; (b) laporan keuangan tahunannya telah diaudit BPK dan dipublikasikan dalam www.bpk.go.id; dan (c) kedua pejabat bupatinya tersangkut dugaan perkara korupsi.

Pengumpulan Data Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa sistem pengendalian intern. Data tersebut diperoleh dari laporan hasil pemeriksaan (LHP) atas laporan keuangan Kabupaten PWJ tahun 2006 dan tahun 2007 yang dipublikasikan melalui www.bpk.go.id. Pengumpulan data dilakukan dengan cara menelusuri (tracing) temuan SPI pada laporan hasil pemeriksaan (LHP) tersebut. Analisis Kajian Tipe dari penelitian ini adalah deskriptif (Indriantoro dan Supomo, 1999). Penelitian ini pada dasarnya bersifat mono variabel. Variabel utamanya adalah sistem pengendalian intern. Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif, yaitu mengadakan pengkajian atas variabel yang telah ditentukan dan kemudian dilakukan interpretasi untuk mendapatkan kesimpulan. HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Kabupaten PWJ Kabupaten PWJ memiliki luas 1.034, 82 km 2 dengan batas wilayah sebelah barat Kabupaten KBM, sebelah utara Kabupaten MGL dan WSB, sebelah timur Kabupaten KPO serta sebelah selatan Samudera Indonesia. Visi kabupaten PWJ adalah menuju masyarakat yang lebih sejahtera dengan meningkatkan kemandirian serta daya saing melalui penyelenggaraan pembangunan daerah yang aspiratif dengan dukungan birokrasi profesional dan bersih dari korupsi serta peran aktif sektor swasta dan masyarakat. Adapun profil kemampuan keuangan Kabupaten PWJ sebagai berikut (tabel 2): Tabel 2 Profil keuangan Kabupaten PWJ Uraian Tahun 2007 (Rp) Tahun 2006 (Rp) Naik (turun) % Pendapatan Asli Daerah 44.187.840.276 32.024.960.588 37,50 Pendapatan transfer 471.735.000.000 432.013.000.000 9,02 Total aset 989.228.704.365 832.350.157.447 18,87 Total kewajiban 1.467.957.606 2.456.399.417 (40,26) Total APBD 661.093.421.227 507.653.587.045 30,37 Realisasi belanja 575.405.959.999 463.227.297.101 24,19 Sumber: data sekunder yang diolah Hasil Kajian Berdasarkan ketentuan perundangundangan yang berlaku, BPK berkewajiban memeriksa laporan keuangan pemda yang terdiri atas: Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan adalah tanggung jawab pemda, sedangkan tanggung jawab BPK adalah pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan. BPK melaksanakan pemeriksaan berdasarkan standar pemeriksaan yang ditetapkan. Pada tahun 2007, BPK telah menetapkan Peraturan BPK nomor 1 tahun 2007 tentang Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Standar tersebut mengharuskan BPK merencanakan dan melaksanakan pemeriksaan agar BPK memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu pemeriksaan meliputi penilaian dan pengujian atas bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dalam laporan keuangan, penilaian atas kebijakan akuntansi dan estimasi signifikan yang dibuat oleh pemerintah daerah, pengujian atas kepatuhan terhadap hukum dan ketentuan peraturan perundangan yang berlaku serta kondisi sistem pengendalian intern (SPI) pemda yang bersangkutan. Hasil semua pengujian dan pemeriksaan akan menjadi bahan pertimbangan BPK dalam memberikan opini audit.

Kabupaten PWJ memperoleh opini wajar dengan pengecualian (WDP) atas penyajian laporan keuangan tahun 2006 dan disclaimer atas laporan keuangan tahun 2007. Salah satu penyebab penurunan opini adalah adanya kelemahan sistem pengendalian intern. Adapun kelemahan SPI di Kabupaten PWJ tahun 2006 adalah: 1. Penerimaan dan pengeluaran upah pungut PBB tidak melalui mekanisme APBD. 2. Realisasi bantuan sosial tetapi modal. 3. Realisasi belanja barang tetapi bantuan sosial. 4. Realisasi belanja pegawai (jasa pihak ketiga) tetapi dibebankan pada anggaran belanja bantuan sosial. 5. Pajak penerangan jalan umum disetor ke kas daerah secara neto. 6. Bantuan sosial digunakan untuk membiayai pengeluaran yang belum tersedia anggarannya. 7. Penyaluran dana bergulir tidak melalui rekening pengeluaran pembiayaan tetapi dibebankan pada anggaran belanja barang, bantuan sosial, dan belanja modal. 8. Realisasi belanja pada beberapa satuan kerja melampaui pagu anggaran. Sedangkan kelemahan SPI di Kabupaten PWJ tahun 2007 adalah: 1. Penerimaan dan pengeluaran upah pungut PBB tidak melalui mekanisme APBD. 2. Realisasi belanja sosial tetapi bantuan barang. 3. Realisasi belanja barang tetapi bantuan sosial. 4. Realisasi belanja bantuan sosial tetapi dibebankan pada anggaran belanja bantuan pegawai. 5. Pajak penerangan jalan umum disetor ke kas daerah secara neto. 6. Realisasi belanja modal tetapi bantuan sosial. 7. Laporan realisasi anggaran belum dibuat berdasarkan Surat pertanggungjawaban (SPJ). 8. Penyajian aset tetap pada neraca tidak didukung dengan rincian aset dan terdapat perbedaan mutasi aset tetap antara neraca dengan laporan realisasi belanja modal. 9. Saldo rekening bendahara pengeluaran SKPD pada akhir tahun anggaran dipindahkan ke rekening pribadi. 10. Terdapat beberapa belanja barang dan belanja modal yang melebihi harga per satuan yang ditetapkan bupati. Hal ini menunjukkan kemahalan. Pada tahun 2006 ditemukan kelemahan SPI di kabupaten PWJ sebanyak 8 item dan pada tahun 2007 terdapat peningkatan kelemahan SPI menjadi 10 item Secara umum kelemahan SPI Kabupaten PWJ di tahun 2006 adalah belum disusunnya pedoman penyusunan APBD sehingga berakibat ketidaktepatan pemakaian kode rekening dalam proses penganggaran. Jika diamati lebih mendalam terdapat 5 item kelemahan SPI pada tahun 2006 diulangi/ditemukan juga pada tahun 2007. Hal ini membuktikan bahwa Kabupaten PWJ tidak menindaklanjuti rekomendasi temuan BPK pada tahun 2006. Hal yang paling memberatkan bagi Kabupaten PWJ adalah laporan keuangan tahun 2007 disusun tidak berdasarkan surat pertanggungjawaban (SPJ) tetapi berdasarkan rekapitulasi surat perintah pencairan dana (SP2D). Karena terdapat peningkatan kelemahan SPI pada tahun 2007 maka kondisi ini merupakan salah satu faktor penyebab BPK memberikan opini disclamer.

Pembahasan Jika kita mengamati temuan kelemahan SPI Kabupaten PWJ seperti diuraikan diatas maka kelemahan SPI tersebut dapat dikelompokkan menjadi 5 yaitu: 1. Banyaknya ketidaktepatan pemakaian kode rekening belanja dalam penyusunan APBD. Hal ini disebabkan kemungkinan Kabupaten PWJ belum menyusun pedoman penyusunan APBD, sistem dan prosedur penatausahaan pelaksanaan APBD, dan aparaturnya belum sepenuhnya memahami ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kondisi ini bertentangan dengan dengan Pasal 27 Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 yang mengatur klasifikasi kode rekening belanja daerah. 2. Penyajian laporan realisasi anggaran dan neraca (khususnya tahun 2007) belum didukung dokumen SPJ sehingga laporan keuangan tidak diyakini kewajarannya. Hal ini disebabkan kemungkinan Kabupaten PWJ belum menyusun peraturan bupati tentang sistem dan prosedur akuntansi pemerintah daerah dan keterbatasan sumberdaya manusia di bidang akuntansi. Pasal 96 ayat (1) Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah telah mengamanatkan bahwa pemerintah daerah menyusun sistem akuntansi pemerintah daerah yang mengacu pada standar akuntansi pemerintahan. Yang dimaksud sistem akuntansi pemerintah daerah adalah serangkaian prosedur mulai mengumpulkan data, pencatatan, pengikhtisaran, dan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pemerintah daerah. 3. Pemindahan saldo rekening bendahara pengeluaran satuan kerja perangkat daerah (SKPD) pada akhir tahun anggaran ke rekening pribadi. Permasalahan inti dari kejadian ini adalah kemungkinan SKPD belum mampu menyelesaikan penyerapan anggaran dan laporan pertanggungjawaban pada akhir periode. Kondisi ini yang menyebabkan para bendahara pengeluaran melakukan pemindahan saldo rekening pengeluaran SKPD ke rekening pribadi selain untuk menjaga agar saldo rekening SKPD bernilai nol. Dana di rekening pribadi tersebut akan digunakan untuk menyelesaikan SPJ tahun anggaran yang lalu walaupun sudah berganti tahun anggaran. Kondisi ini bertentangan dengan pasal 4 Undang-undang nomor 17 tahun 2003 yang menyatakan tahun anggaran meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember dan pasal 220 ayat (8) Permendagri nomor13 tahun 2006 yang menyatakan untuk tertib laporan pertanggungjawaban pada akhir tahun anggaran, pertanggungjawaban pengeluaran dana bulan Desember disampaikan paling lambat tanggal 31 Desember. 4. Terdapat beberapa belanja barang dan belanja modal yang melebihi harga per satuan yang ditetapkan bupati dan bahkan tidak tersedia anggarannya. Kondisi ini bertentangan dengan Pasal 54 ayat (2) Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 yang menyatakan pelaksanaan belanja daerah harus didasarkan pada prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien, dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 5. Realisasi belanja pada beberapa satuan kerja melampaui pagu anggaran. Hal ini menunjukkan kemahalan. Kondisi ini bertentangan dengan asas umum pelaksanaan APBD seperti yang diamanatkan Pasal 54 ayat (1) Peraturan Pemerintah nomor 58 tahun 2005 yang menyatakan SKPD dilarang melakukan atas beban anggaran belanja daerah untuk tujuan tidak tersedia anggarannya, dan/atau yang tidak cukup tersedia anggarannya dalam APBD.

KESIMPULAN DAN SARAN Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peningkatan kelemahan SPI merupakan salah satu penyebab Kabupaten PWJ mengalami penurunan opini audit dari wajar dengan pengecualian di tahun 2006 menjadi disclaimer di tahun 2007. Kelemahan-kelemahan SPI tersebut adalah: 1. Belum disusunnya sistem dan prosedur penyusunan APBD. Hal ini mengakibatkan ketidaktepatan pemakaian kode rekening dalam proses penganggaran dan masih adanya penerimaan dan pengeluaran di luar mekanisme APBD. 2. Belum tersusunnya sistem dan prosedur penatausahaan pelaksanaan APBD dan sistem akuntansi. Hal ini mengakibatkan proses pertanggungjawaban (SPJ) penerimaan dan pengeluaran menjadi tidak tepat dan terlambat sehingga penyusunan laporan keuangan banyak ditemukan salah saji. Berdasarkan temuan atas kelemahan SPI maka diusulkan suatu rekomendasi Kabupaten PWJ seharusnya: 1. Menyusun peraturan daerah (perda) dan peraturan bupati tentang pengelolaan keuangan daerah yang kemudian disosialisasikan kepada semua aparat pemerintah daerah. 2. Melakukan kerjasama dengan instansi vertikal (Depdagri, Depkeu, BPK, BPKP) dan universitas untuk membantu menyusun peraturan-peraturan di bidang keuangan dan memperbaiki sistem pengendalian intern. 3. Mengirim aparatur yang membidangi keuangan daerah untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan dan melakukan pembinaan karir atas aparatur tersebut. DAFTAR RUJUKAN Agus Riyanto. 2008. SPIP Jadi Penyebab Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Disclaimer Lagi. Warta Pengawasan. Vol.XV/No.3/September 2008. Hal 19-20. Anwar Nasution. 2007. Perbaikan Pengelolaan Keuangan Negara dan Keuangan Daerah. Makalah disampaikan dalam Seminar IAI- KSAP. Jakarta 12 April 2008. Mirawati, Sudjono dan Jan Hoesada. 2009. Strategi Penerapan Peraturan Pemerintah nomor 60 tahun 2008: Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Majalah Akuntansi Indonesia. Edisi no. 15/tahun III/Maret 2009. Hal 56-61. Nur Indriantoro dan Bambang Supomo. 1999. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen. Edisi Pertama. Cetakan Pertama. BPFE. Yogyakarta. Muklisin dan Hari Suharto. 2009. Tata Kelola Keuangan Daerah Perlu Ditingkatkan. Majalah Akuntansi Indonesia. Edisi no. 15/tahun III/Maret 2009. Hal 41-43. Mulyadi. 2002. Auditing. Penerbit Salemba Empat. Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 tahun 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Reviu atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Www.bpk.go.id ------------, Keuangan Daerah Didera Banyak Masalah, Kompas tanggal 2 februari 2009. ------------, Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Pelindung Bagi Instansi Pemerintah, Warta Pengawasan Vol.XV/No.3/September 2008, hal 6-8.