PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN YANG TELAH DIIMPLEMENTASIKAN DALAM LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

dokumen-dokumen yang mirip
INFORMASI TENTANG LAPORAN ARUS KAS DI DALAM LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

INFORMASI TENTANG LAPORAN OPERASIONAL YANG DISAJIKAN DALAM CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

AKUNTANSI PEMERINTAH SEBAGAI SUATU SUMBER INFORMASI KEUANGAN DALAM RANGKA PENGAMBILAN KEPUTUSAN EKONOMI

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PERNYATAAN NO. 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

-1- CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

JURNAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH PUSAT

KEBIJAKAN PELAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN PSAP NO. 04 CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB XVIII CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. UMUM. Saldo...


KOMITE STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KERANGKA KONSEPTUAL STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Kata Sambutan Kepala Badan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN II STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS KAS MENUJU AKRUAL

4) Program Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus, STAN, Tangerang Selatan.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAPORAN KEUANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 2014 (AUDITED)

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL


LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

BAB II Landasan Teori

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

No Pemerintahan (SAP) berbasis akrual dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis ak

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2017 (Audited) LKPP TAHUN 2017 AUDITED

KERANGKA KONSEPTUAL. 11. Mata uang...

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 23 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN KARAWANG

SIARAN PERS BADAN PEMERIKSA KEUANGAN

DAFTAR ISI. Kesinambungan Entitas

LAMPIRAN II PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2005 TANGGAL 13 JUNI 2005 KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

BERITA NEGARA. No.677, 2013 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Akuntansi. Pelaporan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

I. PENDAHULUAN.

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2013 dan 2012 dapat disajikan sebagai berikut:

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2016 (Audited) KATA PENGANTAR

2. Klasifikasi Belanja a). Jenis Belanja - Belanja operasi dirinci menjadi belanja pegawai, belanja barang 3 = membuat klasifikasi dengan lengkap

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

Realisasi Belanja Negara pada TA 2014 adalah senilai Rp ,00 atau mencapai 90,41% dari alokasi anggaran senilai Rp ,00.

Laporan Keuangan Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian per 31 Desember 2012

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.99, 2008 DEPARTEMEN PERTAHANAN. Keuangan. Kinerja. Pelaporan. TNI.

PSAP NO. 01: PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PSAP NO. 02: LAPORAN REALISASI ANGGARAN PSAP NO. 07: AKUNTANSI ASET TETAP

BAB II DASAR TEORI. 1. Pengertian Standar Akuntansi Keuangan. dikeluarkan oleh badan yang berwenang. Standar Akuntansi Keuangan

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 029 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BERBASIS AKRUAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II. Tinjauan Teori dan Studi Pustaka. penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan terhadap kualitas Laporan

KEBIJAKAN AKUNTANSI NOMOR 1 PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

I. RINGKASAN. Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi terhadap Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN ATAS PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT TAHUN 2017

BUPATI BELITUNG TIMUR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KERANGKA KONSEPTUAL KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

-2- Operasional, (v) Laporan Arus Kas, (vi) Laporan Perubahan Ekuitas, dan (vii) Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan Realisasi APBN menggambarkan p

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perhatian utama masyarakat pada sektor publik atau pemerintahan adalah

DAFTAR ISI I. KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH... 1 KOMPONEN UTAMA KEBIJAKAN AKUNTANSI... 1 II. KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN...

I. RINGKASAN. Tabel 1. Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan 2011

KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

BAB II LANDASAN TEORI. Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang. maka Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Sosialisasi PP 71 /2010 tentang SAP Akrual. A. B. Triharta

BAB I PENDAHULUAN. setidak-tidaknya meliputi Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas,

KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

TENTANG PEDOMAN AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM MENTERI KEUANGAN,

BAB II LANDASAN TEORI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. RINGKASAN. Tabel 1 Ringkasan Laporan Realisasi Anggaran TA 2012 dan Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) % Realisasi terhadap Anggaran

-1- KERANGKA KONSEPTUAL AKUNTANSI PEMERINTAHAN

RINGKASAN LAPORAN KEUANGAN

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR Proses Pelaporan Keuangan Urutan siklus akuntansi menurut Indra Bastian (2005) adalah sebagai berikut:

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Transkripsi:

PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN YANG TELAH DIIMPLEMENTASIKAN DALAM LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT Andry Kurniawan Mulyono 1), Puput Waryanto 2), Rudy Antoni Panjaitan 3), Stephanus Manovan Setyanta 4) 1) Program Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus, STAN, Tangerang Selatan Email: andrymblink@gmail.com 2) Program Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus, STAN, Tangerang Selatan Email: nataprojo@gmail.com 3) Program Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus, STAN, Tangerang Selatan Email: rudy060389@gmail.com 4) Program Diploma IV Akuntansi Kurikulum Khusus, STAN, Tangerang Selatan Email: smanovans@gmail.com Abstrak Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Penyusunan SAP dilandasi oleh kerangka konseptual akuntansi pemerintahan, yang merupakan konsep dasar penyusunan dan pengembangan SAP, dan merupakan acuan bagi SAP, penyusun laporan keuangan, pemeriksa dan pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam SAP. Salah satu bagian dari ruang lingkup kerangka konseptual tersebut adalah mengenai prinsip-prinsip akuntansi dan pelaporan Tiga dari delapan prinsip-prinsip tersebut adalah prinsip konsistensi, pengungkapan lengkap dan penyajian wajar. Implementasi dari ketiga prinsip tersebut dapat dilihat setelah mempelajari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Pada akhirnya dapat ditarik kesimpulan mengenai bagaimana penerapan ketiga prinsip tersebut dalam LKPP, yaitu sebagian besar ketiga prinsip tersebut telah diterapkan, tetapi masih terdapat beberapa hal yang perlu diperbaiki. Kata Kunci: SAP, KSAP, Konsistensi, Pengungkapan Lengkap, dan Penyajian Wajar. 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dalam pasal 32 mengamanatkan bahwa bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP tersebut disusun oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Penyusunan SAP berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku penyusunan ( due process). SAP berbasis Akrual tersebut dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP). Penyusunan PSAP dilandasi oleh Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan, yang merupakan konsep dasar penyusunan dan pengembangan SAP, dan merupakan acuan bagi KSAP, penyusun laporan keuangan, pemeriksa dan pengguna laporan keuangan dalam mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur dalam PSAP. Secara garis besar, kerangka konseptual yang dipakai dalam penyusunan PSAP tersebut memiliki ruang lingkup sebagai berikut: 1. Tujuan Kerangka Konseptual 2. Lingkungan Akuntansi Pemerintahan 3. Pengguna dan Kebutuhan Informasi Para Pengguna 4. Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan 5. Peranan dan Tujuan Pelaporan Keuangan serta Komponen Laporan Keuangan 6. Asumsi Dasar, Karakteristik Kualitatif, Prinsip-prinsip serta Kendala Informasi Akuntansi 7. Unsur Laporan Keuangan, Pengakuan dan pengukurannya 1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian Penulis bermaksud mempelajari lebih lanjut mengenai ruang lingkup kerangka konseptual yang dipakai dalam penyusunan PSAP. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui secara lebih mendalam mengenai ruang lingkup lingkup kerangka konseptual yang dipakai dalam penyusunan PSAP; 2. Menjelaskan implementasi ruang lingkup kerangka konseptual penyusunan PSAP

dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). 1.3. Perumusan Masalah Salah satu poin dalam ruang lingkup kerangka konseptual yang dipakai dalam penyusunan PSAP adalah menjelaskan mengenai Prinsip-prinsip Akuntansi dan pelaporan Pada lampiran I Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, pada bagian pendahuluan terdapat beberapa prinsip akuntansi yang digunakan sebagai ketentuan baku yang dipakai oleh pembuat standar dalam menyusun standar, penyelenggara akuntansi dan pelaporan keuangan dalam melakukan kegiatannya, serta pengguna laporan keuangan dalam memahami laporan keuangan yang disajikan. Prinsip-prinsip tersebut adalah: 1. Basis akuntansi 2. Prinsip nilai historis 3. Prinsip realisasi 4. Prinsip substansi mengungguli bentuk formal 5. Prinsip periodisitas 6. Prinsip konsistensi 7. Prinsip pengungkapan lengkap 8. Prinsip penyajian wajar. Pada paper ini penulis membatasi tulisan hanya pada ketiga prinsip yang terakhir dan implementasinya pada LKPP tahun 2012 ( audited) dan 2013 (audited). 2. LANDASAN TEORI 2.1. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual menurut Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield (Kieso dkk 2008 : 40) adalah konsep yang mendasari penyusunan dari laporan Sebuah kerangka konseptual adalah suatu sistem yang menyatu dari sebuah konsep yang bersumber dari suatu tujuan. Tujuan itu tidak lain adalah maksud dari pembuatan laporan keuangan secara fundamental yaitu menyediakan informasi 2.2. Prinsip-Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Ada persamaan yang cukup mendasar antara akuntansi komersial dan akuntansi pemerintahan yaitu (Mu hammad Gade 2002) memegang prinsipprinsip akuntansi keuangan yang diakui secara umum, misalnya konsistensi, objektifitas, pengungkapan penuh, materialitas, dan kehatihatian. Donald E. Kieso, Jerry J. Weygandt, dan Terry D. Warfield (Kieso dkk 2008 : 51) mengatakan bahwa ada empat prinsip dasar akuntansi yaitu : Pengukuran, pengakuan pendapatan, pengakuan beban dan pengungkapan penuh. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kerangka konseptual akuntansi pemerintahan adalah konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Tujuannya (Lampiran I PP 71 tahun 2010) adala h sebagai acuan bagi: 1. Penyusun standar dalam melaksanakan tugasnya; 2. Penyusun laporan keuangan dalam menanggulangi masalah akuntansi yang belum diatur dalam standar; 3. Pemeriksa dalam memberikan pendapat mengenai apakah laporan keuangan disusun sesuai dengan standar; 4. Para pengguna laporan keuangan dalam menafsirkan informasi yang disajikan pada laporan keuangan yang disusun sesuai dengan standar. Kerangka konseptual ini berfungsi sebagai acuan dalam hal terdapat masalah akuntansi yang belum dinyatakan dalam SAP. Sebenarnya yang menjadi pedoman utama adalah tetap SAP, namun jika suatu masalah akuntansi belum ada yang mengatur maka kerangka konseptual ini dapat dijadikan sebagai acuan sementara bagi para pihak yang disebutkan diatas. Dalam kasus lain, jika antara SAP dan kerangka konseptual terjadi pertentangan, maka yang diunggulkan atau diutamakan adalah SAP. Mengetahui posisi kerangka konseptual apabila muncul suatu permasalahan akuntansi menjadi penting dalam mempelajari prinsip-prinsip akuntansi dan pelaporan keuangan yang tidak lain adalah bagian dari kerangka konseptual itu sendiri. 3.1. Prinsip Konsistensi Maksud dari prinsip konsistensi adalah prinsip yang dipenuhi apabila pemerintah menggunakan perlakuan akuntansi yang sama untuk kejadian yang sama dari waktu ke waktu (Kieso dkk 2008: 46). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode yang lama. Pengaruh atas penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan (CALK). 3.2. Prinsip Pengungkapan Lengkap Prinsip pengungkapan lengkap dimaksudkan bahwa (Kieso dkk 2008: 55) da lam menentukan informasi apa yang akan dilaporkan, suatu entitas (pemerintah dalam hal ini), mengikuti praktik umum dalam menyediakan informasi yang cukup

penting untuk mempengaruhi penilaian dan pengambilan keputusan pengguna informasi. Dalam prakteknya, informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan keuangan dapat ditempatkan pada lembar muka laporan keuangan atau CALK. Seringkali informasi ini dilaporkan dalam bentuk informasi tambahan karena adanya informasi yang secara kuantitatif sangat relevan namun tidak dapat dilaporkan dalam LKPP. 3.3. Prinsip Penyajian Wajar Laporan keuangan menyajikan dengan wajar Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan CALK. Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat diperlukan bagi penyusun laporan keuangan ketika menghadapi ketidakpastian peristiwa dan keadaan tertentu. Ketidak pastian seperti itu diakui dengan mengungkapkan hakikat serta tingkatnya dengan menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan Pertimbangan sehat mengandung unsur kehati-hatian pada saat melakukan prakiraan dalam kondisi ketidakpastian sehingga aset atau pendapatan tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak dinyatakan terlalu rendah. Namun demikian, penggunaan pertimbangan sehat tidak memperkenankan, misalnya, pembentukan cadangan tersembunyi, sengaja menetapkan aset atau pendapatan terlampau renah, atau sengaja mencatat kewajiban atau belanja yang terlampau tinggi, sehingga laporan keuangan menjadi tidak netral dan tidak andal. 3.4. Implementasi Prinsisp Konsistensi dalam LKPP Konsisten didefinisikan di dalam KBBI adalah tetap (tidak berubah -ubah); taat asas; ajek. Sebuah laporan keuangan dikatakan menerapkan prinsip konsistensi apabila dalam penyajian dan pelaporannya taat asas. Hal ini selaras dengan penjelasan prinsip konsistensi sebagaimana dijelaskan dalam Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang menjelaskan bahwa prinsip konsistensi yaitu perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan (prinsip konsistensi internal). Hal ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi ke metode akuntansi yang lain. Metode akuntansi yang dipakai dapat diubah dengan syarat bahwa metode yang baru diterapkan mampu memberikan informasi yang lebih baik dibanding metode lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode ini diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Hasil perbandingan antara LKPP Tahun 2013 (audited) dengan LKPP periode tahun sebelumnya, yaitu LKPP Tahun 2012 ( audited), dengan memperhatikan kebijakan akuntansi yang diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan atas kedua LKPP tersebut, penerapan prinsip konsistensi dapat dijelaskan dengan memperhatikan tabel berikut: Tabel 1: Persandingan Kebijakan Akuntansi dalam LKPP Tahun 2013 ( audited) dengan LKPP Tahun 2012 (audited) LKKP Tahun 2012 (audited) Laporan Realisasi APBN disusun dengan menggunakan basis kas Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca disusun dengan menggunakan basis akrual Pendapatan diterima pada KUN dan Belanja keluar dari KUN dan Pembiayaan diterima/keluar dari KUN atau oleh BUN. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban Pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung. LKKP Tahun 2013 (audited) Laporan Realisasi APBN disusun dengan menggunakan basis kas Penyajian aset, kewajiban, dan ekuitas dana dalam Neraca disusun dengan menggunakan basis akrual Pendapatan diterima pada KUN dan Belanja keluar dari KUN dan Pembiayaan diterima/keluar dari KUN atau oleh BUN. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh oleh Pemerintah dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal, yaitu sebesar nilai kewajiban Pemerintah pada saat pertama kali transaksi berlangsung. Berdasar tabel perbandingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa secara umum prinsip konsistensi telah diterapkan. Walaupun terdapat perbedaan dalam pengakuan aset, hal tersebut telah diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. 3.5. Implementasi Prinsip Pengungkapan Lengkap dalam LKPP Lengkap didefinisikan di dalam KBBI adalah tidak ada kurangnya; genap; berikut pasangannya (paduannya dsb). Maka pengungkapan yang lengkap atas laporan keuangan harus berisi informasi yang bisa melengkapi informasi

keuangan yang terdapat di komponen laporan keuangan utama, yaitu 1) Laporan Realisasi Anggaran; 2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih; 3) Neraca; 4) Laporan Operasional; 5) Laporan Arus Kas; 6) Laporan Perubahan Ekuitas. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) tahun 2013 masih menggunakan basis kas menuju akrual dalam pelaporan keuangannya, sehingga memang ada beberapa komponen laporan keuangan yang belum ada, seperti Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Tetapi apakah dengan demikian CaLK sudah dikatakan mengungkapkan secara lengkap? Dilihat dari objek utama, sebelum melihat materi dari CaLK itu sendiri, maka bisa jadi CaLK sudah dikatakan mengungkapkan secara lengkap. CaLK mengungkapkan informasi keuangan yang terdapat di dalam Lapoan Keuangan yang tersaji di bagian muka. Terlebih dari itu, CaLK juga mengungkapkan hal-hal lain yang berpengaruh terhadap pengambilan sikap bagi para penentu kebijakan di entitas akuntansi maupun di entitas pelaporan LKPP Tahun 2013 menginformasikan juga mengenai pelaksanaan Tindak Lanjut Pemerintah terhadap Rekomendasi BPK atas Temuan Pemeriksaan LKPP Tahun 2012. Setiap entitas pelaporan diharuskan untuk menyajikan Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari laporan Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Oleh karena itu, Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman di antara pembacanya. Untuk menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan harus dibuat Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan. Selain itu, pengungkapan basis akuntansi dan kebijakan akuntansi yang diterapkan akan membantu pembaca untuk dapat menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang diharuskan dan dianjurkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapanpengungkapan lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya. Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan informasi tentang penjelasan pos-pos laporan keuangan dalam rangka pengungkapan yang memadai, antara lain: (a) Menyajikan informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi makro, pencapaian target Undang-undang APBN/Perda APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target; Pada LKPP 2013 bagian penjelasan umum, diberikan uraian mengenai kebijakan fiskal dalam hal kebijakan umum perpajakan: (a) melanjutkan pokok-pokok kebijakan perpajakan yang telah dilakukan di tahun 2012; (b) meningkatkan perbaikan penggalian potensi perpajakan; (c) melakukan perbaikan kualitas pemeriksaan dan penyidikan; (d) menyempurnakan sistem informasi teknologi; (e) melakukan perbaikan kebijakan perpajakan yang diarahkan bagi perluasan basis pajak; (f) meningkatkan kegiatan sensus pajak nasional; (g) meningkatkan pengawasan dan pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai; (h) menyesuaikan tarif Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM) atas kelompok Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor; dan (i) pemberian insentif fiskal bagi kegiatan ekonomi strategis, antara lain pembebasan atau pengurangan PPnBM untuk kendaraan bermotor yang murah dan ramah lingkungan (hybrid and low cost green car), serta fasilitas tidak dipungut PPN dan PPnBM terhadap BKP yang mendapatkan pembebasan bea masuk, sesuai dengan kriteria tertentu. (b) Menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun pelaporan; Keberhasilan pencapaian kinerja dapat diketahui berdasarkan tingkat efisiensi dan efektivitas suatu program. Efisiensi dapat diukur dnegan membandingkan output terhadap input. Sedangkan efektivitas diukur dengan membandingkan outcome dengna target yang ditetapkan. Hal inilah yang belum kami temukan dalam CaLK LKPP 2013, karena pengungkapan yang ada hanya membahas mengenai angka dan berbagai

kebijakan, serta masalah yang dihadapi, sedangkan hal-hal terkait kinerja capaian output dan outcome tidak dijelaskan, padahal untuk memenuhi syarat pengungkapan yang lengkap menurut PSAP 04 hal ini diperlukan. (c) Menyajikan informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakankebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian penting lainnya; LKPP 2013 telah mengungkapkan kebijakan akuntansi di dalam bagian pendahuluan CaLK. SAP yang diacu adalah Lampiran II PP Nomor 71 Tahun 2010 atau SAP Berbasis Kas Menuju Akrual. Begitu pula mengenai kebijakan pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, dan ekuitas dijelaskan secara rinci mengenai definisi, dan kebijakan yang diterapkan. (d) Mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; LKPP telah mengungkapkan informasi mengenai kewajiban kontinjensi. Kewajiban kontinjensi merupakan kewajiban potensial yang timbul dari peristiwa masa lalu dan keberadaannya menjadi pasti dengan terjadinya atau tidak terjadinya satu peristiwa atau lebih pada masa datang yang tidak sepenuhnya berada dalam kendali Pemerintah, atau kewajiban kini yang timbul sebagai akibat masa lalu, tetapi tidak diakui karena kemungkinan besar Pemerintah tidak mengeluarkan sumber daya yang mengandung manfaat ekonomis untuk menyelesaikannya, atau jumlah tersebut tidak dapat diukur dengan andal. Utang kontinjensi Pemerintah yang bersifat eksplisit seperti jaminan pembangunan Proyek Monorail Jakarta, tanggungan kelebihan biaya pengadaan tanah sebagai akibat adanya kenaikan harga pada saat pembebasan lahan pada proyek pembangunan jalan tol, dan jaminan Pemerintah terhadap pembayaran kewajiban PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) kepada kreditur yang menyediakan pendanaan kredit ekspor untuk pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara diungkapkan dalam Catatan Penting Lainnya. Sedangkan utang kontinjensi Pemerintah yang bersifat implisit seperti intervensi Pemerintah apabila perbankan mengalami kebangkrutan belum diungkapkan dalam LKPP. (e) Mengungkapkan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan penerapan basis kas; Misalnya, Di Neraca LKPP 2013 terlihat bahwa adanya piutang pajak sebesar Rp103.240.249.433.833, jumlah ini merupakan pos aset yang timbul karena penerapan basis akrual atas pendapatan pajak yang secara kas belum diterima, tetapi secara akrual sudah harus diakui. Piutang pajak ini terbagi atas instansi DJP dan DJBC. Di DJP, piutang pajak adalah tagihan pajak yang tercantum dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), dan Surat Tagihan Pajak (STP) atau Surat Pemberitahuan Pajak Terutang (SPPT) yang belum dilunasi sampai dengan 31 Desember 2013. Sedangkan di DJBC, piutang pajak adalah tagihan pajak yang telah mempunyai surat ketetapan yang dapat dijadikan kas dan belum diselesaikan pada tanggal neraca yang diharapkan dapat diterima dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. (f) Menyediakan informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan LKPP 2013 telah mengungkapkan pengungkapan lainnya di bagian catatan penting lainnya di bagain akhir penjelasan Pos-Pos LRA di poin B.3 dan di bagian akhir penjelasan Pos-Pos Neraca di poin C.3. 3.6. Implementasi Prinsip Penyajian Wajar dalam LKPP Wajar berarti biasa atau apa adanya. Prinsip penyajian wajar dalam LKPP pada umumnya berkaitan dengan penyajian/ pengungkapan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas, dan CaLK yang sesuai dengan kondisi apa adanya yang telah terjadi dan tidak ada pencatatan yang dimanipulasi/ direkayasa. LKPP harus disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan SAP berkaitan dengan pemeriksaan atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai ( reasonable assurance), apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Pemerintah telah memperoleh opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP) atas LKPP tahun 2009 sampai dengan tahun 2013, opini tersebut diberikan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang telah memberikan opini sejak tahun 2004. Bahwa perbaikan kualitas LKPP tersebut juga didukung dengan perbaikan kualitas laporan keuangan pada kementerian/lembaga yang menunjukkan semakin banyak yang memperoleh opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP).

Opini WDP yang diberikan BPK pada LKPP tahun 2013 berarti LKPP telah disajikan dengan wajar tapi masih terdapat beberapa permasalahan, antara lain: 1. Permasalahan Piutang Bukan Pajak pada BUN yang masih terdapat kelemahan berikut: (1) dari jumlah Piutang Over Lifting sebesar Rp7,18 triliun tersebut diantaranya sebesar Rp3,81 triliun tidak sepenuhnya menggambarkan hak negara yang akan diterima pada periode berikutnya karena nilainya belum pasti dan masih memerlukan pembahasan kembali dengan KKKS terkait; (2) dari jumlah piutang penjualan migas bagian negara sebesar Rp3,86 triliun tersebut diantaranya sebesar Rp2,46 triliun juga mengandung ketidakpastian dan masih memerlukan pembahasan dengan KKKS terkait karena adanya perbedaan pendapat antara SKK Migas dan KKKS mengenai perhitungan bagi hasil; (3) nilai Aset Kredit Eks BPPN yang disajikan sebesar Rp66,01 triliun belum termasuk Aset Kredit Eks BPPN sebesar Rp3,06 triliun yang belum selesai ditelusuri oleh Pemerintah; dan (4) terdapat saldo Dana Belanja Pensiun sebesar Rp302,06 miliar yang sudah lebih dari enam bulan berturut-turut tidak diambil oleh penerima pensiun dan belum disetorkan kembali kepada Pemerintah namun belum disajikan sebagai bagian dari Piutang. Data yang tersedia tidak memungkinkan BPK melaksanakan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk memperoleh keyakinan mengenai nilai yang mencerminkan Hak Pemerintah atas Piutang Bukan Pajak berupa tagihan over lifting, penjualan migas, Aset Kredit Eks BPPN dan saldo Dana Belanja Pensiun pada mitra bayar PT Taspen. 2. Dalam pengelolaan Belanja Negara pada BUN, terdapat selisih lebih pengakuan belanja oleh BUN dengan KL (Suspen Belanja Negara) sebesar Rp140,40 miliar sehingga terdapat potensi pengeluaran belanja yang tidak dipertanggungjawabkan oleh KL sebagai pengguna anggaran. Selain itu, pencatatan fisik kas yang merupakan bagian fisik SAL menunjukkan kelemahan-kelemahan pengendalian yaitu: (1) perbedaan pencatatan antara BUN dan KL atas saldo Kas di Bendahara Pengeluaran dengan selisih lebih KL sebesar Rp36,41 miliar, dan Kas Hibah Langsung KL dengan selisih lebih BUN sebesar Rp124,78 miliar; (2) Pemerintah tidak konsisten dalam melaporkan saldo kas yang menjadi bagian fisik SAL yaitu melaporkan saldo Kas di Bendahara Pengeluaran berdasarkan catatan KL dan saldo Kas Hibah Langsung KL berdasarkan catatan BUN; (3) terdapat selisih absolut Kiriman Uang sebesar Rp3,50 miliar yang dapat berpengaruh pada fisik SAL belum dapat dijelaskan; (4) Kas di Bendahara Pengeluaran pada Komisi Pemilihan Umum (K PU) tidak dapat dipertanggungjawabkan sebesar Rp1,77 miliar. Data yang tersedia tidak memungkinkan BPK melaksanakan prosedur pemeriksaan yang memadai untuk menilai kemungkinan dampak selisih-selisih tersebut terhadap salah saji SAL. 3. Permasalahan pengelolaan belanja bantuan sosial antara lain terjadi pada Kementerian Pertanian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dan Kementerian Pemuda dan Olahraga. 4. Permasalahan ketidakpatuhan dalam pengadaan barang dan/atau jasa, antara lain terjadi pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Transmigrasi dan Tenaga Kerja, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang. 5. Permasalahan pencatatan dan pelaporan persediaan, antara lain terjadi pada Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan, LAPAN, Kementerian Pemuda dan Olahraga, dan Kementerian Parekraf. 6. Permasalahan pengelolaan aset tetap, antara lain terjadi pada Kementerian Pertanian, Kementerian Perhubungan, KPU, Batan, Bawaslu, dan Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Sabang. 7. Permasalahan pencatatan dan pelaporan piutang bukan pajak, antara lain terjadi pada Kementerian Perhubungan, Kementerian Kominfo, BPPT, dan Batan. 4. KESIMPULAN Berdasarkan hal-hal sebagaimana diuraikan di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Prinsip konsistensi telah diterapkan dalam LKPP. Walaupun terdapat perbedaan dalam pengakuan aset, hal tersebut telah diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. 2. Prinsip pengungkapan lengkap telah diterapkan dalam LKPP. Meskipun belum menyajikan ikhtisar pencapaian kinerja keuangan berupa perbandingan output terhadap input, dan outcome terhadap target selama tahun pelaporan, tetapi kami yakin hal itu telah dilaporkan pada laporan kinerja setiap K/L yang bukan merupakan bagian dari CaLK. Adanya CaLK tidak lain dimaksudkan untuk memberikan informasi sejelas dan selengkap mungkin kepada para stakeholder.

3. Prinsip pengungkapan wajar telah diterapkan dalam LKPP dibuktikan dengan pendapat Wajar dengan Pengecualian dari BPK. Pendapat ini menyatakan bahwa LKPP telah disajikan secara wajar hanya saja terdapat beberapa catatan yang telah dibahas pada pembahasan. 5. DAFTAR REFERENSI [1] Kieso dkk, Intermediate Accounting IFRS Edition Volume 1, United States: John Wiley & Sons, Inc., 2011. [2] Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2012. [3] Laporan Keuangan Pemerintah Pusat Tahun 2013. [4] Undang Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. [5] Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. [6] Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.